Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Luka
Luka merupakan gangguan dari kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh suatu energi
mekanik eksterna. Terminologi cedera digunakan sebagai sinonim dari kata luka, bahkan dapat
memberikan maksud yang lebih luas dan tidak hanya membahas kerusakan yang diakibatkan
oleh energi fisik tapi juga kerusakan lain yang diakibatkan oleh panas, dingin, bahan kimiawi,
listrik dan radiasi. Sedangkan terminology lesi awalnya bermaksud cedera, namun digunakan
untuk mendeskripsikan suatu cedera, penyakit maupun degenerasi lokal pada jaringan yang
dapat mengakibatkan perubahan fungsi atau struktur. Oleh karena itu, penggunaan kata cedera
atau luka merujuk kepada kerusakan akibat dari penyebab bukan alami, sementara kata lesi
merujuk kepada suatu yang tidak dapat dipastikan apakah disebabkan oleh penyebab alami
atau tidak (Idries, 2008).
Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang menderita luka akibat
kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari
permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka, dan kualifikasi
luka (Shkrum dan Ramsay, 2007).
Deskripsi Luka
Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi, bentuk, ukuran,
dan sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak perlu dicantumkan dalam
pendeskripsian luka. Untuk penulisan deskripsi luka jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak harus
urut tetapi penulisan harus selalu ditulis diakhir kalimat.
Deskripsi luka meliputi: (Idries, 2008)
1. Jumlah luka
2. Lokasi luka, meliputi:
a. Lokasi berdasarkan region anatomi nya
b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian tertentu dari tubuh
c. Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk luka pada regio yang luas
seperti di dada, perut, punggung. Koordinat tubuh dibagi dengan menggunakan garis
khayal yang membagi tubuh menjadi dua yaitu kanan dan kiri, garis khayal mendatar
yang melewati puting susu, garis khayal mendatar yang melewati pusat, dan garis khayal
mendatar yang melewati ujung tumit. Pada kasus luka tembak harus selalu diukur jarak
luka dari garis khayal mendatar yang melewati kedua ujung tumit untuk kepentingan

rekonstruksi. Untuk luka di bagian punggung dapat dideskripsikan lokasinya berdasarkan


garis khayal yang menghubungkan ujung bawah tulang belikat kanan dan kiri.
3. Bentuk luka, meliputi :
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam bentuk panjang x lebar x
tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.
5. Sifat-sifat luka, meliputi :
a. Daerah pada garis batas luka, meliputi :
-

Batas (tegas atau tidak tegas)

Tepi (rata atau tidak rata)

Sudut luka (runcing atau tumpul)

b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:


-

Jembatan jaringan (ada atau tidak ada)

Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)

Dasar luka

c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :


-

Memar (ada atau tidak)

d. Lecet (ada atau tidak)


e. Tatoase (ada atau tidak)
Klasifikasi Luka
Secara umum, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut
penyebabnya yaitu, trauma benda tumpul, trauma benda tajam dan luka tembak (Vincent dan
Dominick, 2001).
a. Trauma Benda Tumpul
Luka trauma benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu alat atau senjata yang
mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain orang bergerak ke arah
objek atau alat yang tidak bergerak. Luka akibat trauma benda tumpul dibagi menjadi beberapa
kategori yaitu luka lecet (abrasi), luka memar (kontusio), dan luka robek (laserasi).
b. Trauma Benda Tajam
Luka trauma benda tajam merupakan putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan
karena trauma akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing. Pada

kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus dipikirkan kemungkinan
karena suatu kecelakaan; tetapi pada umumnya karena suatu peristiwa pembunuhan atau
peristiwa bunuh diri. Luka yang disebabkan oleh beda yang berujung runjing dan bermata tajam
dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu luka tusuk (stab wound), luka Iris (incised wound), luka
bacok (chop wound).
c. Luka Tembak
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru atau persentuhan
peluru dengan tubuh. Termasuk dalam luka tembak adalah luka penetrasi dan perforasi. Luka
penetrasi terjadi bila anak peluru memasuki suatu objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada
luka perforasi anak peluru menembus objek secara keseluruhan.
Laserasi (Luka robek)
Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio dari
jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut
cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi
disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga
merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah
kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh
bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi (Vincent dan Dominick,
2001).
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan dibawahnya
tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler,
kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam (Shkrum dan
Ramsay, 2007).

Gambar . Luka robek dengan terdapatnya jembatan jaringan


(Dikutip dari kepustakaan forensic pathology 2nd edition)
Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak
dan tepi laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat
memar juga menunjukkan arah awal kekerasan.
Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan
tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan, regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum
robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk
permukaan palu atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung
laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan swallow tails.
Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.
Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan
tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah, yang
berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan
darah yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar atau
krusta. Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi
saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan
selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan
struktur lain.
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti luka
atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera, beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari.
Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan dengan yang terjadi saat korban hidup yaitu
tidak adanya perdarahan.
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya
robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus.
Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan
perdarahan

yang

hebat

sehingga

menyebabkan

sampai

dengan

kematian.

Adanya

diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari
permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d entree
tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna.
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi
tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari
sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak
dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi

pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta,
hati dan limpa. Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang
dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan
hebat (Idries, 2008).

Anda mungkin juga menyukai