Anda di halaman 1dari 23

Immediate Cause, Substandard Act/Practice

& Substandard Condition

Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah


“Kesehatan dan Pencegahan Kecelakaan Kerja”

Dosen Mata Kuliah :


Dr. Imron Khazim, MKK, SpOK

Disusun Oleh :
Crystal Gayle Paduli
NPM. 1606840102

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER KEDOKTERAN KERJA


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
MARET 2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................... 2


DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Kecelakaan Kerja ............................................................................................................ 5
Teori Dasar Kecelakaan .................................................................................................. 6
Heinrich’s Domino Theory ............................................................................................. 6
Bird and Germaine’s Loss Causation Model .................................................................. 8
Immediate Cause, Substandard Acts/Practice and Substandard Condition ................. 10
Immediate Cause ................................................................................................. 10
1. Substandard Act/Practice .............................................................................. 10
2. Substandard Condition .................................................................................. 14
KESIMPULAN ............................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 24

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 2


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Domino model of accident causation (modified from Heinrich, 1931) ........ 7
Gambar 2. Direct and Proximate accident causes according to Heinrich (1931) ........... 8
Gambar 3. The International Loss Control Institute (ILCI) Loss Causation Model
(modified from Bird & Germainee, 1985) .................................................. 9
Gambar 4. Mengoperasikan peralatan pada kecepatan tinggi ...................................... 11
Gambar 5. Contoh membuat alat pengaman tidak berfungsi, dimana alat pengaman
dipindahkan dari tempat yang seharusnya ...................................................... 12
Gambar 6. Cara memuat dan membongkar yang tidak benar ....................................... 12
Gambar 7. Tidak menggunakan APD saat bekerja ....................................................... 13
Gambar 8. Cara mengangkat yang tidak benar ............................................................. 13
Gambar 9. Akibat bercanda saat bekerja ...................................................................... 14
Gambar 10. Perbedaan penggunaan safety shoes antara yang salah dan benar ............ 15
Gambar 11. Risiko pekerja terjebak (engulfment) saat berada diruang kerja terbatas .. 16
Gambar 12. Rambu peringatan ..................................................................................... 16
Gambar 13. Risiko terjadinya kebakaran atau ledakan akibat unsafe condition .......... 17
Gambar 14. Kecelakaan kerja akibat housekeeping yang buruk .................................. 17
Gambar 15. Gangguan komunikasi akibat adanya bising ditempat kerja ..................... 18
Gambar 16. Akibat suhu panas dan dingin yang ekstrim terhadap tubuh .................... 18
Gambar 17. Perbedaan ventilasi yang buruk dan baik .................................................. 19
Gambar 18. Perbedaan penerangan yang salah dan benar ............................................ 20

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 3


PENDAHULUAN

Kecelakaan secara luas didefinisikan sebagai suatu kejadian yang singkat, tiba-tiba,
dan tidak terduga yang menghasilkan sesuatu yang tidak diinginkan dan diharapkan, dan
merupakan hasil langsung maupun tidak langsung dari aktivitas manusia daripada kejadian
alam. Pencegahan kecelakaan menjadi dasar dari seluruh paradigma manajemen keselamatan.
Manajemen keselamatan dikatakan efektif bila terjadi nol kecelakaan. Sebaliknya jika
muncul suatu kecelakaan maka manajemen keselamatan tidak efektif. Untuk itu memahami
bagaimana kecelakaan terjadi adalah fundamental untuk melakukan intervensi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan.
Penyebab langsung suatu kecelakaan biasanya relatif mudah untuk diidentifikasi.
Faktor penyebab serta yang turut mengkontribusi tidak kalah penting untuk ditemukan dan
dipahami. Dalam pengenalan akan unsafe acts (perilaku yang tidak aman) dan unsafe
conditions (kondisi yang tidak aman) biasanya memberi tahu apa yang terjadi. Penemuan
akan faktor penyebab kecelakaan serta yang turut berkontribusi cukup menerangkan mengapa
terjadi suatu kecelakaan. Kecelakaan pada umumnya memiliki lebih dari satu penyebab, dan
masing-masing penyebab memiliki kontribusi yang bervariasi. Sebagai contoh, program
pelatihan yang kurang dapat berkontribusi sebagai bagian kecil dari keseluruhan penyebab
utama terjadinya suatu kecelakaan.
Penting untuk dipahami bahwa penemuan akan suatu masalah tidak selalu berarti
bahwa penyebab kecelakaan sesungguhnya telah ditemukan. Contohnya, seorang karyawan
mungkin tidak mendapatkan pelatihan keselamatan dari atasan yang baru. Hal ini merupakan
suatu masalah, namun bisa jadi tidak merupakan penyebab yang signifikan bila karyawan
tersebut sudah sangat terampil dan memiliki pengetahuan yang cukup akan keselamatan.
Dalam kesempatan kali ini, penulis akan membahas khusus mengenai penyebab
langsung (Immediate Cause) terjadinya suatu kecelakaan yaitu Substandard Act/Practice dan
Substandard Condition, yang mengacu pada Heinrich’s Domino Theory dan Bird and
Germaine’s Loss Causation Model.

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 4


TINJAUAN PUSTAKA

Kecelakaan Kerja
Kecelakaan yang menimpa pekerja serta implikasinya terhadap besar kerugian yang
harus ditanggung perusahaan kurang disadari. Kebanyakan manajer tidak merasakan betapa
banyak biaya yang harus dikeluarkan akibat kecelakaan disamping besarnya kerugian aset
produksi, termasuk dari kerugian tidak langsung. Sebagian berpikir bahwa kerugian
kecelakaan hanya berupa kompensasi dan biaya pengobatan bagi pekerja yang tertimpa
kecelakaan itu. Sesungguhnya akan lebih berguna bila sang manajer bertanggung terhadap
penyebab dari kecelakaan tersebut daripana menyalahkan penyebab kecelakaan tanpa
bertindak apa-apa. Sebagian besar pimpinan perusahaan menganggap bahwa sebab
kecelakaan karena kurang hati-hati dari pelaksana pekerjaa di lapangan serta cenderung
mneyalahkan penyebab kecelakaan dibanding mencari penyelesaian. Dengan memahami
akibat kerugian nyata dari kecelakaan dan hilangnya kesempatgan produksi serta melakukan
analisis penyebab kecelakaan sesungguhnya merupakan suatu langkah maju karena kerugian
akibat kecelakaan sama seperti kerugian karena sebab lain di luar kecelakaan.

Berikut dibawah ini adalah beberapa definisi Kecelakaan Kerja :


 Menurut Frank Bird Jr.
Kecelakaan Kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan
kerugian juwa serta kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya
kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas atau struktur.
 Menurut Heinrich, Petersen dan Roos
Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana
dan tidak terkendali akibat dari suatu tindakakn atau reaksi suatu objek, bahan, orang atau
radiasi yang mengakibatkan cedera atau kemungkinan akibat lainnya.
 Menurut ILO
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tak terduga dan tidak terencana, termasuk
violence (ruda paksa), yang timbul dari atau sehubungan dengan pekerjaan yang
menghasilkan satu atau lebih pekerja yang cedera, sakit atau mati. Termasuk yang harus
dipertimbangkan sebagai kecelakaan kerja adalah kecelakaan di perjalanan, transportasi
atau kecelakaan lalu lintas dimana pekerja mengalami cedera, yang terjadi saat perjalanan

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 5


dari tempat kerja, di tempat kerja atau ke tempat kerja, atau saat menjalankan tugas dari
pemberi kerja.
 Pasal 1 angka 14 UU 40/2004 SJSN
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja dan sebaliknya,
dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
 OHSAS 18001:2007
Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan
yang dapat menyebabkan cedera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya), kejadian
kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian. Pengertian ini digunakan juga
untuk kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.

Teori Dasar Penyebab Kecelakaan


Model penyebab kecelakaan awalnya dikembangkan untuk membantu orang dalam
menyelidiki penyebab kecelakaan kerja, sehingga proses penyelidikan/investigasi dapat
berjalan dengan efektif. Dengan mengetahui bagaimana kecelakaan terjadi dapat berguna
untuk menyadari secara proaktif apa saja tipe kegagalan ataupun kesalahan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan, agar dapat diambil langkah untuk mengantisipasi
kegagalan/kesalahan tersebut sebelum terjadi.

Heinrich’s Domino Theory


H. W. Heinrich merupakan seorang ahli Risk Assesment dari perusahaan asuransi
yang mengamat dan mempelajari data kecelakaan. Pada tahun 1931, mendiang H. W.
Heinrich menjabarkan suatu teori yang dikenal sebagai “The Axioms of Industrial Safety”.
Aksiom pertama berhubungan dengan penyebab kecelakaan, yang menegaskan bahwa
timbulnya cidera tanpa terkecuali disebabkan oleh sederetan faktor yang rumit, dimana urutan
yang terakhir adalah kecelakaan itu sendiri. Heinrich memperkenalkan suatu model yang
dikenal sebagai Teori Domino, dimana rangkaian peristiwa tersebut digambarkan sebagai
rentetan kecelakaan yang menyerupai rangkaian kartu domino yang menjatuhkan satu sama
lain sesuai barisan.

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 6


Gambar 1. Domino model of accident causation (modified from Heinrich, 1931)

Dalam teori sederhana ini dinyatakan bahwa kecelakaan tidak datang dengan
sendirinya, ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului adanya suatu kecelakaan.
Urutan tersebut yaitu :
1. Cidera, yang disebabkan oleh
2. Kecelakaan, yang dikarenakan
3. Tindakan yang tidak aman dan atau bahaya potensial fisik, karena
4. Kesalahan manusia, yang disebabkan oleh
5. Kebiasaan dan lingkungan sosial

Berdasarkan model domino, kecelakaan dapat dicegah dengan menghapus salah satu
faktor sehingga mengganggu efek knockdown. Heinrich mengusulkan bahwa tindakan tidak
aman dan bahaya mekanis merupakan fakotr sentral dalam urutan kecelakaan dan bahwa
dengan menghilangkan faktor sentral ini membuat faktor sebelumnya menjadi tidak efektif.
Heinrich berfokus pada faktor manusia, yang disebut sebagai “Man Failure”(kegagalan
manusia), sebagai penyebab sebagian besar kecelakaan. Sebagai bukti yaitu berdasarkan
analisa aktuarial dari 75.000 klaim asuransi, 88% adalah kecelakaan oleh karena unsafe
acts/persons yang seharusnya dapat dicegah, 10% dikarenakan unsafe mechanical/physical
condition, dan 2% terakhir tidak dapat dicegah berdasarkan Penyebab Langsung Kecelakaan
Menurut Heinrich (Direct and Proximate accident causes according to Heinrich)

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 7


Gambar 2. Direct and Proximate accident causes according to Heinrich (1931)

Teori Domino telah membawa dasar untuk mendapatkan hasil investigasi yang
cukup akurat pada jamannya dan masih sering digunakan oleh beberapa perusahaan maupun
individu untuk mendapatkan hasil investigasi kecelakaan maupun insiden yang terjadi di
lapangan.

Bird and Germaine’s Loss Causation Model


Representasi Teori Domino dilanjutkan oleh Bird & Germaine (1985) yang
mengakui bahwa urutan Teori Domino Heinrich memiliki pola pemikiran keselamatan
selama 30 tahun. Bird and Germaine mengakui perlunya manajemen untuk mencegah dan
mengontrol kecelakaan yang berkembang secara cepat menjadi suatu situasi yang kompleks
karena kemajuan teknologi. Bird and Germaine mengembangkan domino yang baru yang
dianggap mencerminkan hubungan langsung manajemen dengan penyebab dan dampak
kerugian karena kecelakaan. Teori Domino Heinrich kemudian disempurnakan oleh Bird &

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 8


Germaine (1985) dan dikenal dengan Loss Causation Model yang diwakili oleh barisan lima
domino yang terhubung satu dengan lainnya melalui garis linier. Investigasi kecelakaan
dilakukan dengan cara yang terbalik dengan arah panah pada gambar, yaitu dimulai dengan
Loss – Incident – Immediate Causes – Basic Causes – Lack of Control.

Gambar 3. The International Loss Control Institute (ILCI) Loss Causation Model (modified
from Bird & Germainee, 1985)

1. Lack of Control (kurangnya sistem pengendalian)


Kurangnya pemantauan/pengendalian ini biasanya terpusat pada sistem, program yang
tidak sesuai, standar yang tidak sesuai, serta ketidakpatuhan pada standar sehingga
menjadi titik awalnya terjadi Basic Cause dan Immediate Cause.
2. Basic Causes (penyebab dasar)
Penyebab dasar yang menjadi faktor awal yang tidak terlihat oleh kasat mata namun
menjadi dasar terjadinya Immediate Cause.
3. Immediate Causes (penyebab langsung)
Merupakan penyebab langsung terjadinya kecelakaan yang dapat dilihat oleh kasat mata.
4. Incident
Sudah terjadinya/hampir terjadinya kecelakaan kerja. Insiden terjadi karena adanya
kontak dengan sumber energi yang melebihi batas ambang.
5. Loss
Kerugian bisa terjadi pada Manusia, Peralatan, Material, Proses Produksi, dan
Lingkungan. Biasanya dipoin ini terjadi hilangnya nyawa atau rusaknya peralatan/bahan
produksi sehingga membuat proses produksi ini terhenti atau terjadi pencemaran/
kerusakan lingkungan.

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 9


Pada penulisan makalah kali ini, penulis akan membahas khusus mengenai Immediate Cause,
Substandard Acts/Practice and Substandard Condition yang akan dijabarkan lebih lanjut
pada bagian berikutnya.

Immediate Cause, Substandard Acts/Practice and Substandard Condition


Immediate Cause, Substandard Acts/Practice and Substandard Condition mengacu pada
tahapan ketiga dari Teori Domino yang disempurnakan oleh Bird & Germainee (1985), yaitu
Loss Causation Model.

Immediate Cause merupakan penyebab langsung terjadinya kecelakaan. Penyebab langsung


dari suatu kecelakaan adalah suatu keadaan yang secara langsung menimbulkan kecelakaan.
Keadaan tersebut dapat secara jelas dirasakan dan langsung terlihat. Keadaaan tersebut adalah
Unsafe Acts (perilaku yang dapat menimbulkan kecelakaan) yang selanjutnya disebut sebagai
Substandard Practice (penyimpangan dari standar cara kerja) dan Unsafe Condition (kondisi
yang dapat menimbulkan kecelakaan) yang selanjutnya keadaan tersebut disebut sebagai dan
Substandard Condition (penyimpangan dari standar kondisi kerja). Karena pemakaian kata
“Acts” lebih menunjukkan pada kesalahan pekerja, yang mengakibatkan kesulitan dalam
investigasi. Sebuah penelitian mengatakan bahwa lebih dari 90% kecelakaan kerja
disebabkan oleh unsafe act. Dalam penelitian DuPont tercatat bahwa 76% kecelakaan kerja
disebabkan oleh unsafe act, 22% karena kombinasi dari unsafe act dan unsafe condition, 4%
disebabkan karena unsafe condition.

1. Substandard Acts/Practice
Substandard Acts/Practice merupakan pelanggaran terhadap cara kerja yang aman yang
mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Konsep lama dalam manajemen keselamatan
kerja menyebutkan 85 – 96% kecelakaan kerja merupakan hasil dari Substandard
Acts/Practice (Unsafe Acts atau kesalahan manusia). Hasil penelitian dalam bidang
quality control menyimpulkan bahwa Substandard Acts/Practice yang dilakukan oleh
pekerja merupakan hasil dari sekumpulan faktor dimana sebenarnya pihak manajemen
memiliki kendali dan tanggung jawab untuk memperbaikinya. Dari konsep baru tersebut
diharapkan pihak manajemen berusaha agar suatu sistem manajemen dapat mmeperbaiki
perilaku pekerja dan pekerja bisa bekerja dengan baik sesuai standar.
Yang termasuk dalam Substandard Acts/Practice, antara lain :

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 10


a. Mengoperasikan tanpa wewenang
Dalam mengoperasikan sebuah forklift dibutuhkan pekerja yang sudah mengikuti
pelatihan dan memiliki sertifikat ijin (SIM mengemudi forklift). Begitu pula dengan
alat-alat lainnya seperti gondola dan alat berat lainnya.

b. Gagal memperingatkan
Gagal memberi peringatan disaat terjadi suatu kondisi bahaya sehingga kecelakaan
tidak dapat terhindar. Sebagai contoh, sopir forklift lupa memberi peringatan kepada
petugas mekanik bahwa rem tidak berfungsi saat pergantian shift.

c. Gagal mengamankan

d. Mengoperasikan peralatan pada kecepatan yang tidak sesuai


Menjalankan peralatan dengan
kecepatan yang melebihi ketentuan
kecepatan maksimal, karena setiap
peralatan yang digunakan seharusnya
memiliki standard yang berbeda.
Gambar 4. Mengoperasikan peralatan
pada kecepatan tinggi

e. Membuat alat pengaman tidak berfungsi


Seringkali peralatan sudah dilengkapi dengan alat pengaman tapi tidak digunakan
dengan baik dan benar oleh para pekerja sehingga fungsi dari pengaman tersebut
tidak sesuai dengan seharusnya, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan
saat digunakan. Atau sebaliknya dimana alat pengaman masih berfungsi dengan baik,
namun dipindahkan sehingga tidak berfungsi sebagaimana seharusnya.

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 11


Gambar 5. Contoh membuat alat pengaman tidak berfungsi, dimana alat pengaman
dipindahkan dari tempat yang seharusnya

f. Menggunakan peralatan yang rusak


Peralatan yang sudah rusak atau tidak layak pakai sebaiknya tidak digunakan lagi
karena beresiko menyebabkan kecelakaan kerja bagi pekerja yang menggunakannya.

g. Cara memuat dan membongkar tidak benar

Gambar 6. Cara memuat dan membongkar yang tidak benar

h. Tidak menggunakan alat-alat keselamatan kerja atau memakai APD tidak


layak
Seringkali pekerja sudah dilengkapi dengan APD tapi tidak digunakan dengan baik
dan benar. APD yang tidak memenuhi syarat adalah APD yang tidak sesuai dengan
jenis pekerjaan, misalnya pekerjaan yang berhubungan dengan pengecatan yang
harusnya pekerja menggunakan APD lengkap seperti sepatu, wearpack, sarung
tangan, masker dan helm/penutup kepala, namun pekerja tersebut hanya
menggunakan masker saja.

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 12


Gambar 7. Tidak menggunakan APD saat bekerja

i. Penempatan tidak layak

j. Cara mengangkat yang tidak benar


Mengangkat beban yang berlebihan misalnya, dimana mengangkat beban yang
melebih standard yang sudah ditentukan dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan
kerja.

Gambar 8. Cara mengangkat yang tidak benar

k. Posisi tidak aman


Posisi kerja yang tidak tepat misalnya, melakukan pekerjaan dengan sikap
membungkuk, jongkok harus dihindari untuk mencegah terjadinya gangguan
sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha.

l. Pemeliharaan alat/mesin yang tetap beroperasi


Mesin yang masih berjalan/beroperasi mengalami gangguan, kemudian dilakukan
perbaikan tanpa mematikan mesin terlebih dahulu, sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya kecelakaan kerja.

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 13


m. Bercanda/bergurau berlebihan
Pekerja yang melakukan pekerjaan
dengan bersenda gurau dapat
menurunkan konsentrasi dalam
bekerja dan dapat mengakibatkan
terjadinya kecelakaan.

Gambar 9. Akibat bercanda saat bekerja

n. Dalam pengaruh NAPZA


Pekerja tidak boleh mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang saat bekerja.

o. Menggunakan peralatan dengan cara tidak benar


p. Gagal mengikuti prosedur

2. Substandard Condition
Substandard Condition merupakan kondisi fisik yang berbahaya dan keadaan yang
berbahaya yang langsung membuka peluang terjadinya kecelakaan sebagai berikut :
a. Pengaman atau pelindung yang tidak cukup/tidak layak
Tidak adanya pengamanan atau penjagaan terhadap tempat-tempat yang berbahaya
seperti jalan-jalan sempit, tanggul-tanggul yang tidak diberi rel-rel penjagaan,
kawat-kawat listrik atau bahan peledak yang tidak dilindungi atau ditutupi dengan
cara tertentu.

b. APD tidak memadai atau salah


Beberapa contoh APD antara lain safety helmet, safety gloves, safety shoes, safety
goggles, ear plugs, ear muff, body protections, safety belt/harness, dan gas
respirators. Seiring dengan perkembangan jaman, peralatan APD pada umumnya
harus selalu di-update. Bila tidak, peralatan tersebut akan ketinggalan jaman dan
bisa jadi penggunaannya sudah tidak memenuhi standar lagi. Peralatan yang dipakai
harus selalu sesuai standar serta dapat memberikan perlindungan sesuai dengan

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 14


tugas yang dikerjakan. Nyaman dan dapat dipakai terus-menerus. Sebagai contoh
safety shoes yang tua, pakaian robek/penuh minyak, kacamata pengaman, ikat
pinggang pengaman dan APD lainnya yang tidak tersedia.

Gambar 10. Perbedaan penggunaan safety shoes antara yang salah dan benar

c. Alat, peralatan atau bahan yang rusak/tidak layak


Alat kerja dan bahan merupakan hal pokok yang dibutuhkan perusahaan untuk
memproduksi barang. Peralatan atau bahan baku yang tidak layak atau rusak dapat
menciptakan kondisi yang berbahaya kepada para pekerja.

d. Ruang kerja sempit/terbatas


Ruang terbatas adalah suatu tempat yang memiliki konfigurasi cukup luas sehingga
memungkinkan seseorang untuk bekerja didalamnya, tetapi memiliki akses keluar
masuk yang terbatas (manhole) serta didesain untuk pekerjaan yang sifatnya
sementara (temporary). Tempat kerja yang sempit/terbatas akan memberikan risiko
kerja yang besar dan dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian. Beberapa
potensi sumber bahaya saat bekerja di ruang terbatas antara lain potensi bahaya yang
berasal dari bahan kimia yang mengandung racun dan mudah terbakar (dalam
bentuk gas, uap, asap, debu, dan sebagainya), terjadinya defisiensi/kekurangan
oksigen atau sebaliknya terjadi kelebihan kadar oksigen, suhu yang ekstrim, terjebak
atau terliputi (engulfment), kebisingan, permukaan yang basah/licin, kejatuhan benda
keras yang terdapat didalam ruang terbatas tersebut yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja sampai dengan kematian tenaga kerja yang bekerja didalamnya.
Maka dari itu jika seorang pekerja melakukan pekerjaan di dalam ruangan terbatas,
sebelumnya perlu dilakukan pengujian kondisi udara di dalam ruang terbatas,

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 15


meliputi kadar oksigen, kadar gas yang dapat terbakar, jenis gas beracun dengan
peralatan deteksi yang sudah terkalibrasi.

Gambar 11. Risiko pekerja terjebak (engulfment) saat berada diruang kerja terbatas

e. Sistem peringatan yang tidak memadai


Alat bantu peringatan yang dapat dipergunakan untuk memberi peringatan yang
tidak aman misalnya terpompet, lonceng, peluit, lampu-lampu sinyal, garis bercat,
bendera-bendera merah, atau tanda perkataan “bahaya”.

Gambar 12. Rambu peringatan

f. Bahaya kebakaran dan peledakan


Bahaya kebakaran dan ledakan dapat terjadi oleh karena merokok, adanya nyala api
dan bahan-bahan yang pijar, zat cair yang mudah terbakar, housekeeping yang
buruk, mesin-mesin yang tidak terawat dan menjadi panas, peledakan uap dan gas,
percikan api, ataupun reaksi kimiawi.

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 16


Gambar 13. Risiko terjadinya kebakaran atau ledakan akibat unsafe condition

g. Housekeeping yang buruk


Housekeeping dapat diartikan sebagai manajemen tata letak yang dilakukan ditempat
kerja yang mencakup peralatan, dokumen, bangunan dan ruangan untuk membuat
tempat kerja menjadi bersih, rapi, aman, dan nyaman sehingga dapat meningkatkan
produktivitas kerja dan mengurangi bahaya yang ada di tempat kerja. Housekeeping
yang buruk dapat berkontribusi terhadap kecelakaan dengan adanya bahaya yang
tersembunyi sehingga mengakibatkan cidera atau kerugian akibat kecelakaan.
Housekeeping tidak hanya mengenai kebersihan, namun juga termasuk memelihara
tempat kerja rapi dan tertib, memelihara ruangan dan lantai dari bahaya terpeleset
dan tersandung, membuang sampah, menyingkirkan barang tak terpakai dan bahaya
penyebab kebakaran di tempat kerja. Housekeeping yang efektif dilakukan pada
kegiatan yang terus menerus, bukan hanya pada waktu-waktu tertentu saja.

Gambar 14. Kecelakaan kerja akibat housekeeping yang buruk

h. Kebisingan
Lingkungan yang memiliki rangsangan suara yang berlebihan atau tidak dikehendaki
(kebisingan) dapat menyebabkan gangguan fisiologis, psikologis, pendengaran,
keseimbangan, serta gangguan komunikasi. Gangguan komunikasi biasanya

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 17


disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas)
atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan
cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerja seperti terjadinya
kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi
ini dapat membahayakan keselamatan seseorang.

Gambar 15. Gangguan komunikasi akibat adanya bising ditempat kerja

i. Terpapar radiasi
Radiasi panas akan menyebabkan suhu tubuh meningkat dan akibatnya sama dengan
ruang kerja yang panas. Selain itu terdapat berbagai radiasi seperti radiasi pengion
dan non pengion yang dapat menimbulkan berbagai penyakit pada pekerja.

j. Temperatur ekstrim
Suhu yang tidak dikondisikan pengaturannya. Pada keadaan berat suhu tubuh yang
sangat tinggi mengakibatkan pingsan sampai kematian. Sebaliknya keadaan yang
terlalu dingin juga akan menyebabkan karyawan sering sakit sehingga menurunkan
daya tahan tubuhnya.

Gambar 16. Akibat suhu panas dan dingin yang ekstrim terhadap tubuh

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 18


k. Ventilasi tidak memadai
Ventilasi yang tidak aman (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan bau tidak enak),
kumpulan uap, debu, gas-gas atau asap, sistem ventilasi yang kapasitasnya tidak
sesuai, tempatnya tidak tepat atau pengaturannya tidak cocok, dipergunakannya
udara kotor untuk pertukaran hawa, keadaan panas dan kelembaban yang tidak
biasa. Dalam menata ruangan kerja perlu juga memperhatikan keadaan udara,
bagaimana pekerja selalu mendapatkan atau menghirup udara segar. Yang penting
dalam faktor udara adalah suhu udara dan banyaknya uap air pada udara tersebut.
Udara panas dan lembab menekan perkembangan tenaga dan daya cipta seseorang.
Beban panas yang berlebihan dapat menurunkan prestasi kerja.

Gambar 17. Perbedaan ventilasi yang buruk dan baik

l. Penerangan tidak sesuai/tidak layak (kurang/berlebihan)


Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat, penerangan yang tidak
cukup, terlalu banyak penerangan, cahaya yang berwarna salah (cahaya silau atau
cara mengatur sistem penerangan yang menimbulkan adanya tempat-tempat remang
atau terlalu banyak perbedaan). Pencahayaan penting untuk efisiensi kerja. Sebagai
contoh pada pencahayaan yang kurang memadai atau menyilaukan akan melelahkan
mata; kelelahan mata akan menimbulkan rasa kantuk dan hal ini berbahaya bila
karyawan mengoperasikan mesin-mesin berbahaya sehingga dapat menyebabkan
kecelakaan. Dengan adanya cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat
melihat objek yang dikerjakan dengan jelas sehingga terhindar dari kesalahan kerja.

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 19


Gambar 18. Perbedaan penerangan yang salah dan benar

m. Lingkungan tidak aman


Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau pekerja melakukan
aktivitas kerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja, suhu,
penerangan dan situasinya. Lingkungan kerja yang mengandung bahaya antara lain
iklim kerja panas/dingin, penerangan tidak memenuhi syarat, ventilasi kurang baik,
tingkat kebisingan tinggi dan pemamparan terhadap radiasi.

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 20


KESIMPULAN

Kecelakaan adalah peristiwa kompleks dan kompleksitas tersebut memberi


pemahaman bagaiman kecelakaan terjadi menjadi suatu masalah. Dimulai pada 1930-an telah
terjadi evolusi dalam berpikir tentang penyebab kecelakaan. Meskipun terdapat tumpang
tindih dalam fase pengembangan dan sejumlah model memiliki aplikasi dalam keadaan
tertentu, perlu diingat bahwa semua kecelakaan baik mayor atau minor memiliki penyebab.
Tidak ada kecelakaan yang terjadi oleh karena tidak sengaja.
Kecelakaan kerja ada memiliki peyebab dan dapat dicegah dengan mengurangi
faktor bahaya yang bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja dengan menentukan
langkah untuk mencegahnya. Penyebab-penyebab kecelakaan biasanya cukup rumit dan
saling terkait antara satu dengan yang lainnya.
Mengacu pada Teori Domino, penyebab langsung (Immediate Cause) kecelakaan
kerja duraikan tindakan yang tidak aman (Unsafe Acts) dan kondisi yang tidak aman (Unsafe
Condition). Dalam konsep Modern Safety Management istilah Unsafe Acts diganti dengan
istilah Substandard Acts/Practices dan Unsafe Condition diganti dengan istilah Substandard
Condition. Penyebab yang sangat mendasar adalah bahwa Substandard Acts/Practices dan
Substandard Condition hanya berupa gejala (symptoms), sehingga yang penting di-
“diagnosa” adalah “penyakit-penyakit” dibelakang gejala-gejala ini. Tindakan dan kondisi
tidak aman hanya sebagai immediate causes atau gejala-gejala. Apabila hanya gejala tersebut
yang dihilangkan maka kecelakaan dapat terjadi lagi, sehingga dibutuhkan pengendalian yang
efektif dan untuk menyelesaikan masalah performa pengendalian kerugian kita harus
mendapatkan basic root atau root causes.

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 21


DAFTAR PUSTAKA

1. Toft Y, Dell G, Klockner KK, Hutton A. Models of causation: safety. Safety Institute of
Australia, Tullamarine, Victoria. 2012.
2. Hartshorn D. Multiple Causation Theory of Accidents. Diakses dari
http://www.academia.edu/6446193/Multiple_Causation_Theory_of_Accidents. Diunduh
pada tanggal 31 Maret 2017.
3. Loss Causation Model ILCI Model – Bird & Germainee, 1985. Diakses dari
http://safetyjourney.blogspot.co.id/2013/07/loss-causation-model-ilci-model-bird.html.
Diunduh pada tanggal 31 Maret 2017.
4. Teori Kecelakaan Kerja. Diakses dari
http://handikamaulana5.blogspot.co.id/2015/05/teori-kecelakaan-kerja.html. Diunduh
pada tanggal 31 Maret 2017.
5. Howell GA, Ballard G, Abdelhamid TS, Mitropoulos P. Working near the edge: a new
approach to construction safety. InAnnual conference on lean construction 2002 Aug 5
(Vol. 10, pp. 49-60).
6. Lecture Notes: Accident Aetiology. Health & Safety Management Lecturing Resource
for Quarrying Related Degree Courses.
7. Khazim, I. Analisis Kecelakaan Kerja. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
Program Studi Magister Kedokteran Kerja Jakarta. 2017.
8. Housekeeping di Tempat Kerja. Diakses dari http://www.katigautama.com/ilmu-
k3/housekeeping-di-tempat-kerja. Diunduh pada tanggal 31 Maret 2017.
9. Confined Space: Bekerja di Ruang Terbatas, Bahaya, dan Pengendaliannya. Diakses dari
http://artikel-k3.blogspot.co.id/2015/11/confined-space-bekerja-diruang-terbatas-bahaya-
pengendaliannya.html. Diunduh pada tanggal 31 Maret 2017.
10. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di dalam Ruang Terbatas. Diakses dari
https://oilandgasmanagement.net/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-dalam-ruang-
terbatas/. Diunduh pada tanggal 31 Maret 2017.
11. Mengenal APD. Diakses dari http://www.pusdiklatk3.com/2014/04/mengenal-alat-
pelindung-diri-apd.html. Diunduh pada tanggal 31 Maret 2017.
12. Kebisingan dan Pencegahanny. Diakses dari
https://nuruddinmh.wordpress.com/2012/11/18/kebisingan-dan-pencegahannya/.
Diunduh pada tanggal 31 Maret 2017.

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 22


13. Efek Kebisingan. Diakses dari
http://www.academia.edu/4261932/EFEK_KEBISINGAN. Diunduh pada tanggal 31
Maret 2017.
14. Occupational Noise: Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan di Lingkungan Kejra.
Diakses dari http://artikel-k3.blogspot.co.id/2015/11/occupational-noise-dampak-
kebisingan-terhadap-kesehatan-di-lingkungan-kerja.html. Diunduh pada tanggal 31
Maret 2017.

Immediate Causes, Substandard Act/Practice and Substandard Conditions| 23

Anda mungkin juga menyukai