Disusun Oleh :
Crystal Gayle Paduli
NPM. 1606840102
Gambar 1. Domino model of accident causation (modified from Heinrich, 1931) ........ 7
Gambar 2. Direct and Proximate accident causes according to Heinrich (1931) ........... 8
Gambar 3. The International Loss Control Institute (ILCI) Loss Causation Model
(modified from Bird & Germainee, 1985) .................................................. 9
Gambar 4. Mengoperasikan peralatan pada kecepatan tinggi ...................................... 11
Gambar 5. Contoh membuat alat pengaman tidak berfungsi, dimana alat pengaman
dipindahkan dari tempat yang seharusnya ...................................................... 12
Gambar 6. Cara memuat dan membongkar yang tidak benar ....................................... 12
Gambar 7. Tidak menggunakan APD saat bekerja ....................................................... 13
Gambar 8. Cara mengangkat yang tidak benar ............................................................. 13
Gambar 9. Akibat bercanda saat bekerja ...................................................................... 14
Gambar 10. Perbedaan penggunaan safety shoes antara yang salah dan benar ............ 15
Gambar 11. Risiko pekerja terjebak (engulfment) saat berada diruang kerja terbatas .. 16
Gambar 12. Rambu peringatan ..................................................................................... 16
Gambar 13. Risiko terjadinya kebakaran atau ledakan akibat unsafe condition .......... 17
Gambar 14. Kecelakaan kerja akibat housekeeping yang buruk .................................. 17
Gambar 15. Gangguan komunikasi akibat adanya bising ditempat kerja ..................... 18
Gambar 16. Akibat suhu panas dan dingin yang ekstrim terhadap tubuh .................... 18
Gambar 17. Perbedaan ventilasi yang buruk dan baik .................................................. 19
Gambar 18. Perbedaan penerangan yang salah dan benar ............................................ 20
Kecelakaan secara luas didefinisikan sebagai suatu kejadian yang singkat, tiba-tiba,
dan tidak terduga yang menghasilkan sesuatu yang tidak diinginkan dan diharapkan, dan
merupakan hasil langsung maupun tidak langsung dari aktivitas manusia daripada kejadian
alam. Pencegahan kecelakaan menjadi dasar dari seluruh paradigma manajemen keselamatan.
Manajemen keselamatan dikatakan efektif bila terjadi nol kecelakaan. Sebaliknya jika
muncul suatu kecelakaan maka manajemen keselamatan tidak efektif. Untuk itu memahami
bagaimana kecelakaan terjadi adalah fundamental untuk melakukan intervensi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan.
Penyebab langsung suatu kecelakaan biasanya relatif mudah untuk diidentifikasi.
Faktor penyebab serta yang turut mengkontribusi tidak kalah penting untuk ditemukan dan
dipahami. Dalam pengenalan akan unsafe acts (perilaku yang tidak aman) dan unsafe
conditions (kondisi yang tidak aman) biasanya memberi tahu apa yang terjadi. Penemuan
akan faktor penyebab kecelakaan serta yang turut berkontribusi cukup menerangkan mengapa
terjadi suatu kecelakaan. Kecelakaan pada umumnya memiliki lebih dari satu penyebab, dan
masing-masing penyebab memiliki kontribusi yang bervariasi. Sebagai contoh, program
pelatihan yang kurang dapat berkontribusi sebagai bagian kecil dari keseluruhan penyebab
utama terjadinya suatu kecelakaan.
Penting untuk dipahami bahwa penemuan akan suatu masalah tidak selalu berarti
bahwa penyebab kecelakaan sesungguhnya telah ditemukan. Contohnya, seorang karyawan
mungkin tidak mendapatkan pelatihan keselamatan dari atasan yang baru. Hal ini merupakan
suatu masalah, namun bisa jadi tidak merupakan penyebab yang signifikan bila karyawan
tersebut sudah sangat terampil dan memiliki pengetahuan yang cukup akan keselamatan.
Dalam kesempatan kali ini, penulis akan membahas khusus mengenai penyebab
langsung (Immediate Cause) terjadinya suatu kecelakaan yaitu Substandard Act/Practice dan
Substandard Condition, yang mengacu pada Heinrich’s Domino Theory dan Bird and
Germaine’s Loss Causation Model.
Kecelakaan Kerja
Kecelakaan yang menimpa pekerja serta implikasinya terhadap besar kerugian yang
harus ditanggung perusahaan kurang disadari. Kebanyakan manajer tidak merasakan betapa
banyak biaya yang harus dikeluarkan akibat kecelakaan disamping besarnya kerugian aset
produksi, termasuk dari kerugian tidak langsung. Sebagian berpikir bahwa kerugian
kecelakaan hanya berupa kompensasi dan biaya pengobatan bagi pekerja yang tertimpa
kecelakaan itu. Sesungguhnya akan lebih berguna bila sang manajer bertanggung terhadap
penyebab dari kecelakaan tersebut daripana menyalahkan penyebab kecelakaan tanpa
bertindak apa-apa. Sebagian besar pimpinan perusahaan menganggap bahwa sebab
kecelakaan karena kurang hati-hati dari pelaksana pekerjaa di lapangan serta cenderung
mneyalahkan penyebab kecelakaan dibanding mencari penyelesaian. Dengan memahami
akibat kerugian nyata dari kecelakaan dan hilangnya kesempatgan produksi serta melakukan
analisis penyebab kecelakaan sesungguhnya merupakan suatu langkah maju karena kerugian
akibat kecelakaan sama seperti kerugian karena sebab lain di luar kecelakaan.
Dalam teori sederhana ini dinyatakan bahwa kecelakaan tidak datang dengan
sendirinya, ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului adanya suatu kecelakaan.
Urutan tersebut yaitu :
1. Cidera, yang disebabkan oleh
2. Kecelakaan, yang dikarenakan
3. Tindakan yang tidak aman dan atau bahaya potensial fisik, karena
4. Kesalahan manusia, yang disebabkan oleh
5. Kebiasaan dan lingkungan sosial
Berdasarkan model domino, kecelakaan dapat dicegah dengan menghapus salah satu
faktor sehingga mengganggu efek knockdown. Heinrich mengusulkan bahwa tindakan tidak
aman dan bahaya mekanis merupakan fakotr sentral dalam urutan kecelakaan dan bahwa
dengan menghilangkan faktor sentral ini membuat faktor sebelumnya menjadi tidak efektif.
Heinrich berfokus pada faktor manusia, yang disebut sebagai “Man Failure”(kegagalan
manusia), sebagai penyebab sebagian besar kecelakaan. Sebagai bukti yaitu berdasarkan
analisa aktuarial dari 75.000 klaim asuransi, 88% adalah kecelakaan oleh karena unsafe
acts/persons yang seharusnya dapat dicegah, 10% dikarenakan unsafe mechanical/physical
condition, dan 2% terakhir tidak dapat dicegah berdasarkan Penyebab Langsung Kecelakaan
Menurut Heinrich (Direct and Proximate accident causes according to Heinrich)
Teori Domino telah membawa dasar untuk mendapatkan hasil investigasi yang
cukup akurat pada jamannya dan masih sering digunakan oleh beberapa perusahaan maupun
individu untuk mendapatkan hasil investigasi kecelakaan maupun insiden yang terjadi di
lapangan.
Gambar 3. The International Loss Control Institute (ILCI) Loss Causation Model (modified
from Bird & Germainee, 1985)
1. Substandard Acts/Practice
Substandard Acts/Practice merupakan pelanggaran terhadap cara kerja yang aman yang
mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Konsep lama dalam manajemen keselamatan
kerja menyebutkan 85 – 96% kecelakaan kerja merupakan hasil dari Substandard
Acts/Practice (Unsafe Acts atau kesalahan manusia). Hasil penelitian dalam bidang
quality control menyimpulkan bahwa Substandard Acts/Practice yang dilakukan oleh
pekerja merupakan hasil dari sekumpulan faktor dimana sebenarnya pihak manajemen
memiliki kendali dan tanggung jawab untuk memperbaikinya. Dari konsep baru tersebut
diharapkan pihak manajemen berusaha agar suatu sistem manajemen dapat mmeperbaiki
perilaku pekerja dan pekerja bisa bekerja dengan baik sesuai standar.
Yang termasuk dalam Substandard Acts/Practice, antara lain :
b. Gagal memperingatkan
Gagal memberi peringatan disaat terjadi suatu kondisi bahaya sehingga kecelakaan
tidak dapat terhindar. Sebagai contoh, sopir forklift lupa memberi peringatan kepada
petugas mekanik bahwa rem tidak berfungsi saat pergantian shift.
c. Gagal mengamankan
2. Substandard Condition
Substandard Condition merupakan kondisi fisik yang berbahaya dan keadaan yang
berbahaya yang langsung membuka peluang terjadinya kecelakaan sebagai berikut :
a. Pengaman atau pelindung yang tidak cukup/tidak layak
Tidak adanya pengamanan atau penjagaan terhadap tempat-tempat yang berbahaya
seperti jalan-jalan sempit, tanggul-tanggul yang tidak diberi rel-rel penjagaan,
kawat-kawat listrik atau bahan peledak yang tidak dilindungi atau ditutupi dengan
cara tertentu.
Gambar 10. Perbedaan penggunaan safety shoes antara yang salah dan benar
Gambar 11. Risiko pekerja terjebak (engulfment) saat berada diruang kerja terbatas
h. Kebisingan
Lingkungan yang memiliki rangsangan suara yang berlebihan atau tidak dikehendaki
(kebisingan) dapat menyebabkan gangguan fisiologis, psikologis, pendengaran,
keseimbangan, serta gangguan komunikasi. Gangguan komunikasi biasanya
i. Terpapar radiasi
Radiasi panas akan menyebabkan suhu tubuh meningkat dan akibatnya sama dengan
ruang kerja yang panas. Selain itu terdapat berbagai radiasi seperti radiasi pengion
dan non pengion yang dapat menimbulkan berbagai penyakit pada pekerja.
j. Temperatur ekstrim
Suhu yang tidak dikondisikan pengaturannya. Pada keadaan berat suhu tubuh yang
sangat tinggi mengakibatkan pingsan sampai kematian. Sebaliknya keadaan yang
terlalu dingin juga akan menyebabkan karyawan sering sakit sehingga menurunkan
daya tahan tubuhnya.
Gambar 16. Akibat suhu panas dan dingin yang ekstrim terhadap tubuh
1. Toft Y, Dell G, Klockner KK, Hutton A. Models of causation: safety. Safety Institute of
Australia, Tullamarine, Victoria. 2012.
2. Hartshorn D. Multiple Causation Theory of Accidents. Diakses dari
http://www.academia.edu/6446193/Multiple_Causation_Theory_of_Accidents. Diunduh
pada tanggal 31 Maret 2017.
3. Loss Causation Model ILCI Model – Bird & Germainee, 1985. Diakses dari
http://safetyjourney.blogspot.co.id/2013/07/loss-causation-model-ilci-model-bird.html.
Diunduh pada tanggal 31 Maret 2017.
4. Teori Kecelakaan Kerja. Diakses dari
http://handikamaulana5.blogspot.co.id/2015/05/teori-kecelakaan-kerja.html. Diunduh
pada tanggal 31 Maret 2017.
5. Howell GA, Ballard G, Abdelhamid TS, Mitropoulos P. Working near the edge: a new
approach to construction safety. InAnnual conference on lean construction 2002 Aug 5
(Vol. 10, pp. 49-60).
6. Lecture Notes: Accident Aetiology. Health & Safety Management Lecturing Resource
for Quarrying Related Degree Courses.
7. Khazim, I. Analisis Kecelakaan Kerja. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
Program Studi Magister Kedokteran Kerja Jakarta. 2017.
8. Housekeeping di Tempat Kerja. Diakses dari http://www.katigautama.com/ilmu-
k3/housekeeping-di-tempat-kerja. Diunduh pada tanggal 31 Maret 2017.
9. Confined Space: Bekerja di Ruang Terbatas, Bahaya, dan Pengendaliannya. Diakses dari
http://artikel-k3.blogspot.co.id/2015/11/confined-space-bekerja-diruang-terbatas-bahaya-
pengendaliannya.html. Diunduh pada tanggal 31 Maret 2017.
10. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di dalam Ruang Terbatas. Diakses dari
https://oilandgasmanagement.net/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-dalam-ruang-
terbatas/. Diunduh pada tanggal 31 Maret 2017.
11. Mengenal APD. Diakses dari http://www.pusdiklatk3.com/2014/04/mengenal-alat-
pelindung-diri-apd.html. Diunduh pada tanggal 31 Maret 2017.
12. Kebisingan dan Pencegahanny. Diakses dari
https://nuruddinmh.wordpress.com/2012/11/18/kebisingan-dan-pencegahannya/.
Diunduh pada tanggal 31 Maret 2017.