Oleh:
Kharisma Yanuar Ramadlan
NIM: 15518241018
Pend. Teknik Mekatronika
Universitas Negeri Yogyakarta
ABSTRAK
Keselamatan dan Keseshatan Kerja (K3) merupakan hal yang wajib diketahui oleh
para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
berfungsi sebagai acuan atau pedoman bagi para pekerja agar tidak menjumpai hal-
hal yang tidak pekerja inginkan.
Cara agar diri pekerja sendiri bisa aman dari ancaman bahaya saat mereka
melakukan pekerjaannya sering menjadi masalah yang umum.
Salah satu bagian penting yang harus diperhatikan dalam Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yaitu Kecelakaan Akibat Kerja (KAK). Dengan tahu dan paham apa itu
Kecelakaan Akibat Kerja, para pekerja dapat melakukan aktivitasnya dengan baik dan
memperhatikan potensi bahaya yang dapat terjadi. Sehingga para pekerja dapat
mengantisipasi hal-hal tersebut sejak dini.
Kecelakaan Akibat Kerja dapat disebabkan oleh berbagai potensi bahaya yang
berasal dari berbagai aspek pula, mulai dari peralatannya (benda mati) hingga
penggunanya (makhluk hidup). Jika potensi bahaya tersebut benar-benar terjadi,
akibatnya dapat mulai dari hanya lecet hingga terjadinya kematian dari pekerja
tersebut.
Oleh sebab itu, K3 dan KAK merupakan hal penting yang harus tertanam di diri
masing-masing pekerja agar dapat bekerja secara semestinya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecelakaan merupakan suatu hal yang tidak terduga dan kurang dapat
diperkirakan. Tingkat parah tidaknya dari kecelakaan tersebut pun juga tidak terduga
dan kurang dapat diperkirakan. Kecelakaan Akibat Kerja yaitu suatu kejadian yang
tidak dapat diduga yang dapat menyebabkan berbagai kerugian mulai dari korban jiwa,
cacat, luka, kerusakan, sampai dengan pencemaran. Kecelakaan Akibat Kerja yaitu
kecelakaan yang berhubungan dengan kerja, terjadi karena adanya suatu pekerjaan
atau karena melakukan suatu pekerjaan. Kecelakaan Akibat Kerja sering terjadi
dilingkungan pekerjaan tidak resmi atau non-formal. Hal tersebut menunjukkan betapa
pentingnya keselamatan dalam melakukan pekerjaan, walaupun pekerjaan tersebut
kurang atau bahkan tidak diperhatikan oleh pemerintah sekitar.
Mengapa itu bisa terjadi? Padahal kita tahu apa itu bahaya dan cara
mengantisipasinya. Didukung dengan pengetahuan K3, kita dapat memaksimalkan
kerja kita dan meminimalisir kecelakaan yang dapat terjadi tanpa diduga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut:
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Didi Sugandi (2003: 171), Kecelakaan kerja ( accident ) adalah suatu
kejadian atauperistiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia,
merusak hartabenda atau kerugian terhadap proses.
Pengertian dari kecelakaan akibat kerja juga tertera dalam Pasal 1 angka 14
Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN)
yang berbunyi Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan
kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat
kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Selain yang telah dituliskan diatas, masih ada lagi peraturan yang membahas
tentang pengertian dari kecelakaan kerja. Salah satunya yaitu Pasal 1 angka 6
Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (UU
JAMSOSTEK) yang berbunyi Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi
berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan
kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah
menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
Kecelakaan kerja dapat terjadi ketika berangkat menuju tempat kerja, saat di
tempat kerja, atau ketika pulang dari tempat kerja. Maka dari hal itu rasio dari akibat
kecelakaan kerja dapat berupa kerugian yang bersifat individu atau kelompok.
Kerugian yang dihasilkan pun bisa berbagai macam, bisa berupa kerugian harta
benda, korban jiwa diri sendiri, korban jiwa orang lain, atau bahkan merusak
lingkungan sekitar yang disebabkan oleh pencemaran.
Dari pengertian Kecelakaan Kerja diatas, ada hal-hal yang harus diperhatikan
tentang Kecelakaan Kerja. Hal-hal tersebut yaitu:
1. Kecelakaan Akibat Kerja merupakan hal yang tidak terduga dan tidak
dikehendaki.
2. Kecelakaan Akibat Kerja dapat menyebabkan kerugian harta benda ataupun
korban jiwa.
Secara garis besar, Kecelakaan Kerja disebabkan oleh dua faktor. Faktor tersebut
dikelompokan berdasarkan cara perlakuannya. Kedua faktor tersebut yaitu:
Dengan kondisi kerja yang tidak aman dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
Biasanya penyebab kondisi tidak aman ini dapat berasal dari keadaan mesin, perlatan,
dan/atau bahan baku yang tidak sesuai semestinya, lingkungan kerja yang tidak
diperhatikan oleh pekerja, proses kerja yang tidak sesuai dengan aturan, dan/atau
sifat kerja yang tidak bertanggung jawab dan disiplin.
Kecelakaan kerja juga dapat terjadi karena perlakuan yang tidak aman oleh para
pekerja dan orang lain disekitar lingkungan kerja. Perlakuan tidak aman ini biasanya
bersumber dari kurangnya pengetahuan dan keterampilan dari para pekerja dalam
melakukan pekerjaannya, karakteristik fisik dari para pekerja yang kurang sesuai,
karakteristik mental dan psikologis dari para pekerja, sikap dan/atau tingkah laku
yang kurang sesuai dan tidak aman.
1. Teori Heinrich
Teori Heinrich ini lebih sering dikenal dengan teori Domino karena menurut
Heinrich kecelakaan dapat terjadi dari suatu rangkaian kejadian yang saling terikat
atau saling berhubungan. Menurut Ridley (1986) ada lima faktor yang terkait dan ada
dalam rangkaian kejadian tersebut, faktor-faktor tersebut yaitu: lingkungan, kesalahan
manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau
kerugian.
Teori Multiple Causation ini berdasarkan kenyataan yang berupa penyebab dari
kecelakaan tidak hanya satu sebab, melainkan beberapa sebab. Penyebab-penyebab
tersebut bisa dikatakan mewakili perbuatan yang tidak aman dari para pekerja,
kondisi dan/atau situasi yang tidak aman. Dalam teori ini penyebab-penyebab
kecelakaan kerja yang mungkin tersebut masih bisa dan layak untuk diteliti lebih
lanjut lagi.
3. Teori Gordon
5. Teori Reason
Menurut Reason (1995, 1997), kecelakaan kerja terjadi karena adanya lubang
dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan yang dimaksdukan disini dapat berupa
pelatihan-pelatihan, prosedur, atau peraturan yang membicarakan keselamatan kerja.
Lubang tersebut bisa dikarenakan oleh para pekerja yang tidak memperhatikan atau
bahkan tidak mengikuti pelatihan, prosedur, atau peraturan tersebut.
Teori ini menelusuri lebih dalam tentang penyebab kecelakaan. Frank E. Bird
Petersen memodifikasi teori Domino Henrich dengan menggunakan teori manajemen.
M Sulaksmono (1997) menerangkan inti dari teori Frank E. Bird Petersen ini menjadi
beberapa poin, yaitu:
Jenis-jenis kecelakaan kerja dalam klasifikasi ini bisa berupa terjatuh, terpeleset,
tertimpa benda, tertumbuk, tertabrak, terjepit, gerak yang melebihi batas wajar, efek
dari suhu sekitar yang tidak wajar, tersengat arus listrik tegangan tinggi, terkena
radiasi bahan B3, terjadinya kontak dengan bahan B3, dan lain-lain.
Klasifikasi kecelakaan kerja menurut penyebabnya bisa berupa sebab dari benda
hidup, benda mati, bahan baku, mesin, bahan-bahan B3, lingkungan, dan/atau alat
angkut. Sebagai contoh penyebab berupa mesin adalah mesin pembangkit tenaga
listrik. Penyebab berupa alat angkut adalah transportasi pengangkut bahan yang tidak
sesuai dengan standar yang semestinya. Penyebab yang berasal dari benda hidup bisa
berupa dari manusia itu sendiri, hewan disekitar kita, atau tanaman/tumbuhan yang
ada.
3. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut sifat luka atau kelainan yang dialami.
Klasifikasi kecelakaan kerja ini diambil dari akibat yang timbul setelah kecelakaan
kerja terjadi dan berupa luka atau kelainan. Luka atau kelainan yang sering terjadi
setelah adanya kecelakaan kerja yaitu patah tulang, amputasi, luka-luka, lecet,
memar, keseleo, kram, keracunan, dan/atau mutasi (efek radiasi).
4. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut letak luka atau letak kelainan di tubuh
korban
Klasifikasi kecelakaan kerja ini diambil dari letak luka atau kelainan yang ada di
tubuh pasca kecelakaan kerja terjadi. Letak luka atau kelainan ini bisa di bagian
kepala, bagian leher, bagian dada, bagian lengan, bagian kaki, berbagai tempat, letak
lain yang tidak bisa disebutkan, dan/atau bahkan diseluruh tubuh dari korban.
Secara garis besar, kecelakaan akibat kerja dibagi menjadi dua golongan yang
sangat mendasar. Kedua golongan tersebut yaitu kecelakaan industri dan kecelakaan
dalam perjalanan. Kecelakaan industri ( Industrial Accident) adalah kecelakaan yang
terjadi di tempat kerja yang dikarenakan adanya sumber atau potensi bahaya.
Kecelakaan dalam perjalanan (Community Accident) adalah kecelakaan yang terjadi
diluar tempat kerja atau ketika perjalanan menuju ke tempat kerja, dimana
kecelakaan tersebut masih berhubungan dengan pekerjaan tersebut.
Dilihat dari kenyataan yang ada, faktor utama penyebab kecelakaan kerja hanyalah
terbagi menjadi dua, yaitu faktor manusia dan faktor fisik. Kedua faktor tersebut ada
dalam masalah pokok dari kecelakaan kerja itu sendiri. Permasalahan pokok tersebut
yaitu:
1. Sistem Manajemen
2. Faktor Manusia
Faktor kedua yang menyebabkan kecelakaan kerja bisa terjadi yaitu faktor
manusia. Manusia dianggap sering sekali melakukan hal-hal tertentu atau memiliki
tingkah laku yang dapat menyebabkan bahaya bagi dirinya sendiri atau lingkungan
sekitar. Tingkah laku yang dimaksud dapat berupa tingkah laku yang ceroboh, tidak
teliti, lengah, acuh terhadap lingkungan, melakukan penyimpangan tindakan, dan lain
sebagainya. Tindakan-tindakan tersebut biasanya disebabkan oleh hal-hal berikut:
Pelaku dibalik faktor manusia tidak hanya dari sisi pekerjanya saja, pelaku faktor
manusia ini juga bisa dari sisi perencana atau arsitektur, sisi pelaksana atau
kontraktor, sisi pengadaan atau supplier, sisi teknisi atau ahli mesin, dan sisi dokter
atau medikal.
3. Faktor Lingkungan
Faktor penyebab kecelakaan berikutnya yaitu faktor lingkungan. Kondisi lingkungan
yang tidak sesuai dengan yang seharusnya tentu dapat memicu kecelakaan kerja.
Ketidaksesuaian kondisi yang bersifat mikro maupun makro, keduanya dapat
menyebabkan kecelakaan kerja. Sebagai contoh, kondisi yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja adalah seperti berikut:
5. Alat kerja yang tidak dalam kondisi siap pakai atau prima
9. Penyulutan api yang tidak pada tempat dan waktu yang sesuai; dan lain-lain.
4. Pemerintah
5. Teknologi
Teknologi juga bisa menjadi penyebab dari kecelakaan akibat kerja. Ketika muncul
inovasi teknologi baru dimana hal tersebut masih terlalu awam bagi para pekerja,
sosialisasi tentang teknologi baru itu harus diperhatikan sekali atau kecelakaan kerja
bisa terjadi. Sehingga dalam menyikapi faktor teknologi, harus ada pengkajian dan
penelitian lanjut tentang perkembangan tekonologi yang makin pesat belakangan ini
guna menekan angka kecelakaan kerja.
6. Sosial
7. Ekonomi
Kondisi ekonomi yang terkadang terasa berat di berbagai sisi memaksa para
pekerja bekerja di lingkungan yang serba tertekan sehingga perasaan tertekan
tersebut menyebabkan lingkungan kerja yang tidak kondusif dan aman.
Dari berbagai faktor penyebab kecelakaan akibat kerja yang ada, tidak boleh hanya
satu atau dua faktor saja yang diperhatikan. Untuk menghindari kecelakaan akibat
kerja, semua faktor harus seraya diperhatikan dan dilaksanakan demi tercapainya
tujuan dari K3.
TENTANG
KESELAMATAN KERJA
Menimbang :
a. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta
produktivitas Nasional;
b. bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya;
c. bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan
effisien;
d. bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk membina
norma-norma perlindungan kerja;
Mengingat :
Memutuskan
BAB I
TENTANG ISTILAH-ISTILAH
Pasal 1
Tempat Kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2; Termasuk Tempat kerja ialah
semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-
bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut;
Pengusaha ialah :
1. orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri
dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
3. orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau badan
hukum termaksud pada (a) dan (b), jika kalau yang mewakili
berkedudukan di luar Indonesia.
Direktur ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan Undang-undang ini.
Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari Luar
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya Undang-undang ini.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala
tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air
maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia;
10. dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
rendah;
BAB III
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3
13. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya;
Pasal 4
BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 5
Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini,
sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan
menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-undang ini dan
membantu pelaksanaannya.
Pasal 6
Tata cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas Panitia Banding
dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
Pasal 7
Pasal 8
BAB V
PEMBINAAN
Pasal 9
BAB VI
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 10
Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-
lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
BAB VII
KECELAKAAN
Pasal 11
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk:
1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan
atau keselamatan kerja;
BAB IX
KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA
Pasal 13
Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua
petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
Pengurus diwajibkan:
BAB XI
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut
dengan peraturan perundangan.
Pasal 16
Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada pada waktu
Undang-undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan didalam satu tahun sesudah
Undang-undang ini mulai berlaku, untuk memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau
berdasarkan Undang-undang ini.
Pasal 17
Pasal 18
Disahkan di Jakarta
Pada tanggal 12 Januari 1970
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 12 Januari 1970
Sekretaris Negara
Republik Indonesia,
ttd
ALAMSJAH
TENTANG
KEWAJIBAN MELAPOR
PENYAKIT AKIBAT KERJA
Menimbang :
c. bahwa penyakit akibat kerja yang diderita oleh tenaga kerja merupakan suatu
kecelakaan yang harus dilaporkan.
Mengingat :
MEMUTUSKAN
Pasal 1
1. Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja.
2. Pengurus adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin langsung suatu kegiatan
kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
Pasal 2
Apabila dalam pemeriksaan kesehatan bekerja dan pemeriksaan kesehatan
khusus sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per. 02/Men/1980 ditemukan penyakit kerja yang diderita oleh
tenaga kerja, pengurus dan Badan yang ditunjuk wajib melaporkan secara
tertulis kepada Kantor Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan
dan Perlindungan Tenaga Kerja setempat.
Penyakit akibat kerja yang wajib dilaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) pasal ini adalah sebagaimana ditetapkan dalam lampiran Peraturan Menteri
ini.
Pasal 3
Laporan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (1) harus dilakukan dalam waktu
paling lama 2 x 24 jam setelah penyakit tersebut dibuat diagnosanya.
Bentuk dan tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan dan Perlindungan
Tenaga Kerja.
Pasal 4
Pasal 5
Tenaga kerja harus memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk
pencegahan penyakit akibat kerja.
Pasal 6
Pusat Bina Hygiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan badan-
badan lain yang ditunjuk oleh Menteri menyelenggarakan bimbingan diagnostik
penyakit akibat kerja.
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 04 April 1981
MENTERI
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
Ttd.
HARUN ZAIN
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : PER.03/MEN/1998
TENTANG
TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN
KECELAKAAN
Menimbang:
Mengingat:
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda;
2. Kejadian berbahaya lainnya ialah suatu kejadian yang potensial, yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran,
peledakan dan bahaya pembuangan limbah;
3. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya;
6. Pengusaha adalah :
BAB II
TATA CARA PELAPORAN KECELAKAAN
Pasal 2
1. Kecelakaan Kerja;
Pasal 3
Pasal 4
Pengurus atau pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 wajib
melaporkan secara tertulis kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (2) huruf a, b, c dan d kepada Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja
setempat dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam
terhitung sejak terjadinya kecelakaan dengan formulir laporan kecelakaan
sesuai contoh bentuk 3 KK2 A lampiran I.
Pasal 5
BAB III
PEMERIKSAAN KECELAKAAN
Pasal 6
Setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), dan
Pasal 5, Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja memerintahkan pegawai
pngawas untuk melakukan pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan.
Pasal 7
Pasal 8
Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja berdasarkan hasil pemeriksaan dan
pengkajian kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 pada tiap-tiap
akhir bulan menyusun analisis laporan kecelakaan dalam daerah hukumnya
dengan menggunakan formulir sebagaimana lampiran VI peraturan ini.
Pasal 9
Analisis kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat untuk tiap
bulan.
Pasal 10
Cara pengisian formulir sebagaimana dimaksud dalam lampiran II, III, IV, V, VI dan VII
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1), pasal 8 ayat (1) dan pasal 9 ayat (1)
diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industri dan
Pengawasan Ketenagakerjaan.
Pasal 11
BAB IV
SANKSI
Pasal 12
Pengurus atau pengusaha yang melanggar ketentuan Pasal 2, Pasal 4 ayat (1),
diancam dengan hukuman sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat (2) UU No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
BAB V
PENGAWASAN
Pasal 13
Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri ini dilakukan oleh pegasai
pengawas ketenagakerjaan.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri ini, maka formulir bentuk 3 KK2 dalam
Peraturan Menteri No. PER.04/MEN/1993 dan Peraturan Menteri No. PER.05/MEN/1993
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 15
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 26 Februaru 1998
Ttd.
Drs. Abdul Latief
KEPUTUSAN
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : KEP.333/MEN/1989
TENTANG
DIAGNOSIS DAN PELAPORAN
PENYAKIT AKIBAT KERJA
Menimbang:
a. bahwa terhadap penyakit akibat kerja yang dianggap sebagai kecelakaan kerja
diketemukan dalam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dapat diambil langkah-
langkah serta kebijaksanaan serta penanggulangannya.
Mengingat:
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Untuk melaporkan penyakit akibat kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) harus
menggunakan bentuk B2/F5, B3, 4/F6, B88/F7 sebagai dimaksud Surat
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-511/Men/1985 serta bentuk laporan
sebagaimana tersebut lampiran I dan II dalam Keputusan Menteri ini;
Laporan medik tentang penyakit akibat kerja sebagimana dimaksud ayat (1)
disampaikan oleh pengurus kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat
dalam amplop tertutup dan bersifat rahasia untuk dievaluasi oleh dokter
penasehat sebagaimana dimaksud Undang-undang No. 2 tahun 1951.
Pasal 5
Pelanggaran terhadap pasal 4 ayat (1) dari Keputusan Menteri ini diancam
dengan hubungan sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (2) Undang-
undang No. 1 tahun 1970;
Pasal 6
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 01 Juli 1989
Ttd.
DRS. COSMAS BATUBARA
E. Peran JAMSOSTEK
JAMSOSTEK merupakan singkatan dari Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yaitu program
yang menyediakan perlindungan untuk para tenaga kerja untuk mengatasi resiko
tertentu. JAMSOSTEK diselenggarakan menggunakan cara berupa asuransi sosial.
Resiko tertentu yang diatasi oleh JAMSOSTEK yaitu resiko yang menyangkut sosial
dan ekonomi dari para tenaga kerja. Dari hal tersebut, JAMSOSTEK bisa dikatakan
memberikan perlindungan yang sangat mendasar untuk para tenaga kerja dengan
adanya pembiayaan yang sangat terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.
Ruang lingkup resiko sosial dan ekonomi yang ditindak oleh program JAMSOSTEK
tersebut bukan berarti tidak terbatas. Adapun batasan-batasan resiko sosial dan
ekonomi berikut:
1. Peristiwa Kecelakaan
2. Sakit
3. Hamil
4. Bersalin
5. Cacat
6. Hari Tua
7. Meninggal Dunia
Resiko-resiko yang dihadapi oleh para tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan
mereka diantaranya yaitu Kecelakaan Kerja (KK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).
Kedua resiko tersebut merupakan resiko yang bisa dibilang paling mengancam para
tenaga kerja. Unuk itu, jaminan sosial untuk para tenaga kerja sangatlah diperlukan.
Demi mengurangi nilai kecelakaan kerja, PT. Jamsostek secara reguler dan berkala
melakukan berbagai seminar di lingkungan perusahaan. Seminar tersebut membahasn
tentang Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. Berbagai aspek mulai dari pihak
perusahaan, praktisi K3 atau pakar K3, dokter penasihat, pihak akademisi, Pengawas-
pengawas Negeri Sipil (PPNS), dan perwakilan dari pekerja dilibatkan dalam
pelaksanaan seminar tersebut.
Jamsostek tidak hanya melakukan seminar tentang kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja untuk menekan angka kecelakaan kerja yang terjadi, PT. Jamsostek juga
melakukan berbagai hal untuk memaksimalkan upaya penekanan angka kecelakaan
kerja tersebut. Pemberian bantuan alat-alat yang menyangkut K3 seperti Alat
Perlindungan Diri (APD), pemeriksaan dan pelaksanaan uji kebisingan di lingkungan
perusahaan, dan penelitian-penelitian terkait kasus kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang meningkat merupakan tindakan lain PT. Jamsostek selain seminar
diatas. Dengan peranan PT. Jamsostek tersebut, mulai banyak perusahaan yang sudah
menerapkan sistem manajemen K3 dengan baik.
Dibentuk juga Trauma Centre oleh PT. Jamsostek yang merupakan upaya pelatihan K3
di lingkungan perusahaan. Trauma Centre memiliki fungsi memberikan pelatihan dan
lokakarya mengenai K3, termasuk simulasi terkait musibah yang mungkin terjadi di
lingkungan perusahaan, seperti kebakaran, ledakan, keracunan, dan lain
sebagainya. Trauma Centre juga memberikan penanggulangan sementara berupa P3K
dan sebagainya ketika musibah diatas terjadi. Pembentukan Trauma Centre bertujuan
melaksanakan upaya penanganan medis secara cepat dan tepat kepada pekerja yang
mengalami kecelakaan kerja dan/atau penyakit akibat kerja. Berdasarkan hal tersebut,
diharapkan penyelamatan jiwa dapat terlaksana dengan cepat serta dapat menekan
terjadinya efek fatal lainnya seperti kecacatan atau bahkan kematian akibat
terjadinya kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja tidak boleh hanya dibiarkan saja tanpa adanya tindak lanjut.
Berbagai upaya menangani keelakaan kerja dilakukan oleh berbagai pihak dari
pekerja, perusahaan, dan pemerintah. Sebelum membahas bagaimana pencegahan
dan penanganan kecelakaan kerja, telah diketahui unsur penyebab kecelakaan kerja
yaitu 5M:
1. Manusia
Kelima unsur diatas masih bisa dikelompokkan lagi menjadi lebih detail, dimana
pengelompokan tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Manusia, Perangkat
Keras, dan Perangkat Lunak; itulah tiga pengelompokan lebih lanjut dari unsur 5M
diatas. Untuk melakukan pencegahan kecelakaan kerja terhadap ketiga
pengelompokan tersebut haruslah diadakan pendekatan-pendekatan.
1. Penempatan tenaga kerja di tempat dan keadaan yang sesuai agar terjadi
keserasian antara bakat dan fisik dari teaga kerja dengan tugas pekerjaannya.
3. Pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar para tenaga kerja dapat
bertindak sesuai yang diinginkan perusahaan.
Untuk pendekatan pada unsur perangkat lunak, harus dilibatkannya seluruh tingkatan
manajemen antara lain:
Peraturan-peraturan
Merupakan sebuah perjanjian atau ketentuan mengenai beberapa hal yang harus
dipatuhi dan dilaksanakan. Peraturan-peraturan meliputi kondisi kerja, konstruksi,
pemeliharaan, kewajiban serta hak dari pengusaha dan para pekerjanya, pengawasan,
dan/atau pemeriksaan berkala.
Standarisasi
Pengawasan
Merupakan tindakan usaha penegakan peraturan yang harus dipatuhi dan merupakan
tindakan deteksi awal ketika terjadi penyimpangan dari peraturan.
Riset Teknis
Merupakan penelitian dampak yang sifatnya fisiologis dan/atau patologis dari faktor-
faktor potensi bahaya di lingkungan tempat kerja, termasuk juga teknologi yang
digunakan.
Riset Psikologis
Riset Statistik
Berikut merupakan contoh realistik dari usaha pengendalian potensi bahaya demi
meningkatkan keselamat kerja:
3. Pemantauan Kesehatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecelakaan Akibat Kerja yaitu sebuah kejadian yang tidak diduga dan tidak
dikehendaki, dimana kejadian tersebut dapat terjadi ketika berangkat ke/dari tempat
kerja atau ketika di tempat kerja dan kejadian tersebut menimbulkan kerugian harta
benda maupun korban jiwa. Kecelakaan Akibat Kerja dapat disebabkan oleh faktor
sistem manajemen, manusia, teknologi, dan lain-lain. Di Indonesia terdapat cukup
banyak Undang-Undang yang membahas tentang Kecelakaan Kerja ini, beberapa
diantaranya yaitu UU No. 1 Tahun 1970, Peraturan Menteri Nomor Per.01/MEN/1981,
Peraturan Menteri Nomor Per.03/MEN/1998, dan Keputusan Menteri Nomor
Kep.333/MEN/1989.
Tenaga kerja di Indonesia terlindungi oleh payung PT. Jamsostek, yang menyediakan
jaminan perlindungan dari segi sosial dan ekonomi. Walaupun sudah dilindungi oleh PT.
Jamsostek, tenaga kerja tetap harus menjaga dirinya sendiri dan mencegah
kecelakaan kerja terjadi dengan cara, misalnya mengikuti pelatihan K3,
memperhatikan kondisi lingkungan kerja dan menjaganya tetap aman terkendali, dan
menggunakan APD yang terstandarisasi.
REFERENSI
Lestariwati, Badraningsih, dkk. 2015. Kecelakaan & Penyakit Akibat Kerja Materi Ajar
K3 FT UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Hargiyarto, Putut, dkk. 2015. Kapita Selekta Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Aina, Nahda Ulmiati. 2015. Ebook Makalah Kecelakaan Kerja. Jakarta.
http://penyuluhkesehatandankeselamatankerja.blogspot.co.id/2013/05/jenis-jenis-
kecelakaan-kerja-31.html (Online, diakses 12 Juni 2016)
http://www.blogtkj.com/2015/05/Materi-K3-Ini-dia-Jenis-jenis-kecelakaan-dibidang-
industri.html (Online, diakses 12 Juni 2016)
http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/definisi-pengertian-faktor-kecelakaan-
kerja.html (Online, diakses 12 Juni 2016)
Lestari, Martina Indah. dkk. 2005. Himpunan Peraturan Perundangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) RI. CD