Anda di halaman 1dari 14

Assalamu`alaikum warohmatullahi wabarokatuh

……….
Selamat pagi anak-anak,,,,,,,,,,,,,
pagi ini kita belajar Etika Profesi
semoga hari ini kalian sehat semua …………
dan hari ini menyenangkan yaa …………
Pagi ini kita membahas tentang Kecelakaan
Kerja

Bab.4 Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja.


Pengertian Kecelakaan Kerja : Latar Belakang dan Faktor Penyebanya Terlengkap
Pengertian Kecelakaan Kerja
Pada pembahasan artikel kali ini akan menjelaskan tentang pengertian kecelakaan kerja
dengan pembahasan lengkap dan ringan dipahami. Kecelakaan diartikan sebagai suatu
kejadian yang tidak terduga, awalnya tidak dikehendaki yang akhirnya mengacaukan sebuah
proses yang telah diatur dari suatu aktivitas. Serta, bisa menimbulkan kerugian baik bagi
manusia dan atau harta benda.
Sedangkan kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan
dan tidak terencana yang mengakibatkan luka, sakit, kerugian baik pada manusia, barang
maupun lingkungan.
Kerugian yang Disebabkan Oleh Kecelakaan Kerja
Kerugian-kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dapat berupa banyak hal yang mana telah
dikelompokkan menjadi 5, yaitu :

1. Kerusakan
2. Kekacauan organisasi
3. Keluhan, kesakitan dan kesedihan
4. Kelainan dan cacat
5. Kematian

A. Pengertian Kecelakaan Kerja


Berikut adalah beberapa Pengertian Kecelakaan Kerja :

1. Menurut Per 03/Men/1994 mengenai Program JAMSOSTEK, pengertian kecelakaan


kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja , termasuk penyakit yang
timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau
wajar dilalui.( Bab I pasal 1 butir 7 ).
2. Menurut OSHA adalah kecelakaan yang tejadi pada saat pergi atau pulang dari kerja,
yang biasa disebut commuting, bukan termasuk kecelakaan kerja.

B. Latar Belakang Terjadinya Kecelakaan Kerja


Secara umum latar belakang dari terjadinya kecelakaan di pengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :

Unsafe Condition
Merupakan terjadinya kecelakaan kerja dikarenakan kondisi kerja yang tidak aman, sebagai
akibat dari, beberapa hal dibawah ini :

 Mesin, Peralatan, Bahan, dsb


 Lingkungan Kerja
 Proses Kerja
 Sifat Pekerjaan
 Cara Kerja

Unsafe Action
Dimana kecelakaan terjadi karena perbuatan / tindakan yang tidak aman, sebagai akibat dari
beberapa poin dibawah ini :
 Kurangnya pengetahuan dan keterampilan
 Karakteristik fisik
 Karakteristik mental psikologis
 Sikap dan tingkah laku yang tidak aman

C. Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja


Faktor Teknis

1. Tempat Kerja
Tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, seperti ukuran ruangan
tempat kerja, penerangan, ventilasi udara, suhu tempat kerja, lantai dan kebersihan
luangan, kelistrikan ruang, pewarnaan, gudang dan lain sebagainya.
2. Kondisi Peralatan
Mesin dan peralatan kerja pada dasarnya masing – masing mengandung bahaya dan
menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Oleh karena itu, mesin dan perlatan yang
potensial menyebabkan kecelakaan kerja harus diberi pelindung agar tidak
membahayakan operator atau manusia.
3. Bahan-bahan dan peralatan yang bergerak
Pemindahan sebuah barang yang berat ataupun barang yang berbahaya dengan asal-
asalan, dari satu tempat ke tempat yang lain sangat memungkinkan terjadi kecelakaan
kerja. Untuk menghindari kecelakaan kerja tersebut, perlu dilakukan pemikiran dan
perhitungan yang matang, baik metode memindahkannya, alat yang digunakan, jalur
yang akan di lalui, siapa yang bisa memindahkan dan lain sebagainya.
4. Transportasi
Upaya untuk mengatasi terjadinya kecelakaan kerja dalam penggunaan alat
transportasi, diantaranya adalah memastikan jenis transportasi yang tepat dan aman,
melaksanakan operasi sesuai dengan standart operational procedure (SOP), jalan yang
cukup, penambahan tanda-tanda keselamatan, pembatasan kecepatan, jalur khusus
untuk transportasi (misal dengan warna cat) dan lain sebagainya.
5. Tools (Alat)
Kondisi dari peralatan baik dalam segi umur ataupun kualitas dari alat, sangat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Melakukan peremajaan pada alat-alat yang
sudah tua dan melakukan kualitas kontrol pada alat-alat yang ada di tempat kerja

Faktor Non-Teknis

1. Ketidaktahuan
Pengetahuan dari operator dalam menjalankan peralatan kerja, memahami karakter dari
masing-masing mesin dan sebagainya, menjadi hal yang sangat penting, mengingat
apabila hal tersebut asal-asalan, maka akan membahayakan peralatan dan manusia itu
sendiri.
2. Kemampuan yang kurang
Tingkat pendidikan teknisi otomotif sangat dibutuhkan untuk proses produksi dan proses
maintenance atau perawatan. Oleh sebab itu, untuk selalu mengasah kemampuan akan
menjadi lebih baik.
3. Ketrampilan yang kurang
Setelah kemampuan pengetahuan teknisi baik, maka diperlukan latihan secara terus-
menerus. Dalam dunia tehnik, kegiatan latihan ini sering disebut dengan training.
4. Bermain-main
Karakter dari seseorang yang suka bermain-main pada saat bekerja, bisa menjadi salah
satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja.
5. Bekerja tanpa peralatan keselamatan
Pekerjaan tertentu, mengharuskan pekerja menggunakan peralatan keselamatan kerja.
Berkembangnya teknologi sekarang ini telah dibuat peralatan keselamatan yang
nyaman dan aman ketika digunakan.

Faktor Alam

1. Gempa bumi
Meskipun setiap perusahaan atau industri telah menerapakan keselamatan kerja sesuai
dengan standar untuk meminimalisir angka kecelakaan kerja. Namun, faktor alam
sangat sulit diprediksi. Gempa bumi dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dengan
menghancurkan tempat perusahaan atau industri.
2. Banjir
Banjir bandang juga dapat berpengaruh terhadap keselamatan kerja, terlebih
perusahaan berada dekat dengan aliran air. Selain dapat merendam peralatan dan
mesin produksi serta dapat menimbulkan kerusakan dan konsleting listrik, banjir juga
bisa menghanyutkan para pekerja atau operator.
3. Tornado/Puting Beliung
Tornado atau angin puting beliung merupakan suatu kolom udara yang berputar sangat
kencang. Putarannya yang membentuk hubungan antara awan cumulonimbus atau
dalam kejadian langka dari dasar awan cumulus dengan permukaan tanah dan rata-rata
memiliki kecepatan 117km/jam dengan jangkauan 75 m sampai beberapa kilometer
sebelum menghilang.

4. Kecelakaan Kerja
5. Menurut Suma’mur (1992) Kecelakaan kerja adalah kecelakaan
berhubungan dengan hubungan kerja. Hubungan kerja disini dapat
berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau
pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, dapat dua
permasalahan penting yaitu, kecelakaan akibat pekerjaan itu atau
kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan. Kecelakaan
merupakan suatu yang tidak diinginkan oleh semua orang, begitu juga
halnya dalam melaksanakan pekerjaan. Kecelakaan disini
dikelompokan kedalam, kecelakaan akibat kerja ditempat kerja,
kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan di rumah.
6. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04/Men/1993,
tentang kecelakaan kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang
terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang
timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi
dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan
pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
7. Sementara menurut Silalahi dan Silalahi (1995), Kecelakaan kerja
adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat
mengakibatkan kecelakaan. Sedangkan Sugandi (2003), menyatakan
bahwa kecelakaan kerja (accident) merupakan suatu kejadian atau
peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia,
merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.
8. Penyakit Akibat Kerja
9. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
Per/01/Men/ 1981, penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Baik itu penyakit
yang timbul dari akibat aktifitas kerja maupun penyakit yang timbul
dari akibat lingkungan yang ada disekitar tempat kerja.
10. Menurut Entjang (2000), penyakit akibat kerja adalah penyakit yang
ditimbulkan oleh atau didapat pada waktu melakukan pekerjaan.
Dalam perusahaan dikenal dua katagori penyakit yang diderita pekerja
yaitu penyakit umum dan penyakit akibat kerja. Penyakit umum adalah
semua penyakit yang mungkin dapat diderita oleh setiap orang, baik
yang bekerja, masih sekolah, menganggur. Penyakit yang paling
banyak adalah penyakit infeksi, viral, baterial dan penyakit parasit.

Sementara Suma’mur (1992), menyatakan bahwa penyakit akibat kerja atau


yang lebih dikenal sebagai occupational diseases adalah penyakit yang
disebabkan oleh faktor-faktor pekerjaan atau didapat pada waktu melakukan
pekerjaan.

Sementara beberapa definisi penyakit akibat kerja, sesuai hasil international


symposium mengenai penyakit akibat hubungan kerja International Labor
Organization (ILO) antara lain sebagai berikut :

1. Penyakit akibat kerja (Occupational disease): Penyakit yang mempunyai


penyebab spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada
umunya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui
2. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Work related disease) :
Adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana factor
pada pekerjaan memegang peranan bersama dengan factor risiko lainya
dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi yang kompleks.
3. Penyakit yang mengenai populasi pekerja (Diseases affecting working
populations): Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya
agen penyebab ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi
pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.
Faktor Penyebab Kecelakaan kerja
Menurut Djati (2002), terdapat beberapa penyebab kecelakaan akibat kerja,
antara lain :
1. Kondisi tidak aman (unsafe condition): Kondisi tidak aman dapat
dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pekerja di lingkungan
kerja seharusnya mematuhi aturan dari Industri Hygiene, yang mengatur
agar kondisi tempat kerja aman dan sehat. Apabila tempat kerja tidak
mengikuti aturan kesehatan dan keselamatan kerja yang telah ditentukan
maka terjadilah kondisi yang tidak aman.
2. Tindakan tidak aman (unsafe action): Menurut penelitian hampir 80 %
kecelakaan terjadi disebabkan factor manusia yang melakukan tindakan
tidak aman. Tindakan tidak aman ini dapat disebabkan oleh :
 Karena tidak tahu: Yang bersangkutan tidak mengetahui bagaiamana
melakukan pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahya-bahaya yang
ada
 Karena tidak mampu atau tidak bias: Yang bersangkutan telah
mengetahui cara kerja yang aman, bahaya¬bahaya yang ada tetapi
karena belum mampu, kurang trampil dia melakukan kesalahan.
 Karena tidak mau: Walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja
dan peraturan¬peraturannya serta yang bersangkutan dapat
melaksanakannya, tetapi karena tidak mau melaksanakan melaksanakan
maka terjadi kecelakaan, misalnya tidak mau memakai alat keselamatan
atau melepas alat pengaman.
Beberapa contoh tindakan yang tidak aman, antara lain meliputi :
Menjalankan sesuatu tanpa wewenang pekerja; Menjalankan sesuatu alat
kerja dengan kecepatan tinggi; Membuat alat pengaman diri tidak berfungsi:
Mempergunakan peralatan yang kurang baik; Pemuatan, penempatan,
pencampuran secara berbahaya; Mengambil kedudukan atau sikap yang
salah; Mengancam, menggoda, sembrono, membuat terkejut; Tidak
menggunakan alat pelindung diri

Menurut Silalahi dan Silalahi (1995), beberapa faktor bergerak dalam satu
kesatuan berantai didalam setiap bahaya terhadap pekerja, antara lain
meliputi faktor lingkungan, faktor biaya, faktor peralatan dan perlengkapan
kerja, serta faktor manusia.

Faktor penyebab penyakit akibat kerja


Terdapat beberapa resiko penyakit yang dialami seorang pekerja karena
pekerjaannya. Menurut Pusparini (2003), penyakit akibat kerja ini dapat
disebabkan karena faktor biologis, karena faktor Bakteri, Virus, Jamur,
Parasit. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), penyakit akibat kerja juga
dapat disebabkan oleh binatang atau hewan dan tumbuh-tumbuhan yang
menyebabkan pandangan tidak enak menganggu, misalnya ; nyamuk, lalat,
kecoak, lumut, taman yang tak teratur dan sebagainya.
Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja
Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis kecelakaan kerja, terdiri atas:

1. Berdasarkan Jenis Kecelakaan


Berdasarkan jenisnya, kecelakaan dapat dikategorikan sebagai berikut:

 Terjatuh
 Tertimpa benda jatuh
 Tertumbuk atau terkena benda, terkecuali benda jatuh
 Terjepit oleh benda
 Gerakan yang melebihi kemampuan
 Pengaruh suhu tinggi
 Terkena arus listrik
 Kontak dengan bahan berbahaya atau radiasi
 Jenis lain termasuk kecelakaan yang datanya tidak cukup atau kecelakaan lain yang
belum masuk klasifikasi tersebut.

2. Berdasarkan Penyebabnya
Terdiri atas:

 Mesin

Mesin yang dapat menjadi penyebab kecelakaan, diantaranya: (1) Pembangkit tenaga
terkecuali motor listrik, (2) Mesin penyalur (transmisi), (3) Mesin-mesin untuk mengerjakan
logam, (4) Mesin pengolah kayu atau penggergaji kayu, (5) Mesin pertanian, (6) Mesin
pertambangan, (7) Mesin lain yang tak terkelompokkan.

 Alat angkutan dan peralatan terkelompokkan

Klasifikasi ini terdiri dari: (1) Mesin pengangkat dan peralatannya, (2) Alat angkutan yang
menggunakan rel, (3) Alat angkutan lain yang beroda, (4) Alat angkutan udara, (5) Alat
angkutan air, (6) Alat angkutan lain.

 Peralatan lain

Penyebab kecelakaan kerja oleh peralatan lain diklasifikasikan menjadi : (1) Alat bertekanan
tinggi, (2) Tanur, tungku dan kilang, (3) Alat instalasi pendingin, (4) Instalasi listrik, termasuk
motor listrik tetapi dikecualikan alat listrik (tangan), (5) Perkakas tangan bertenaga listrik, (6)
Perkakas, instrumen dan peralatan, diluar peralatan tangan bertenaga listrik, (7) Tangga,
tangga berjalan, (8) Perancah (Scaffolding), (9) Peralatan lain yang tidak terklasifikasikan.

 Material, Bahan-bahan dan radiasi

Material, Bahan-bahan dan radiasi yang dapat menjadi penyebab kecelakaan diklasifikasikan
menjadi: (1) Bahan peledak, (2) Debu, gas, cairan, dan zat kimia, diluar peledak , (3) Kepingan
terbang, (4) Radiasi, (5) Material dan bahan lainnya yang tak terkelompokkan.
 Lingkungan kerja

Faktor dari Lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan diantaranya berupa: (1) Di
luar bangunan, (2) Di dalam bangunan, (3) Di bawah tanah.

 Perantara lain yang tidak terkelompakkan

Penyebab kecelakaan berdasarkan perantara lain yang tidak terkelompokkan terbagi atas: (1)
Hewan, (2) Penyebab lain.

 Perantara yang tidak terklasifikan karena kurangnya data

Kurangnya data penunjang dari penyebab kecelakaan, dapat diklasifikasikan tersendiri dalam
satu kelompok.

3. Berdasarkan Sifat Luka

Menurut sifat luka atau kelainan, kecelakaan dapat dikelompokkan menjadi:

1. Patah tulang
2. Dislokasi atau keseleo
3. Regang otot atau urat
4. Memar dan luka yang lain
5. Amputasi
6. Luka lain-lain
7. Luka di permukaan
8. Gegar dan remuk
9. Luka bakar
10. Keracunan-keracunan mendadak
11. Akibat cuaca dan lain-lain
12. Mati lemas
13. Pengaruh arus listrik
14. Pengaruh radiasi
15. Luka yang banyak dan berlainan sifatnya.

4. Berdasarkan Letak Kelainan

Berdasarkan letak kelainannya, jenis kecelakaan dapat dikelompokkan pada: (1) Kepala, (2)
Leher, (3) Badan, (4) Anggota atas, (5) Anggota bawah, (6) Banyak tempat, (7) Kelainan umum,
(8) Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut.

Sedangkan menurut Bennet NB. Silalahi (1995:156) dalam analisa sejumlah kecelakaan,
kecelakaan-kecelakaan tersebut dapat dikelompokkan kedalam pembagian kelompok yang
jenis dan macam kelompoknya ditentukan sesuai dengan kebutuhannya.

5. Berdasarkan Tingkat Keparahannya

Dalam Mijin Politie Reglement Sb 1930 No. 341 kecelakaan dibagi menjadi 3 tingkat keparahan,
yakni mati, berat dan ringan. Dalam PP 11/1979 keparahan dibagi dalam 4 tingkat yakni mati,
berat, sedang dan ringan.
5. Berdasarkan Lokasi

Dalam pertambangan minyak dan gas bumi, ditentukan kelompok daerah kerja : seismik,
pemboran, produksi, pengolahan, pengangkutan, dan pemasaran.

Penyebab Kecelakaan Kerja

Sedangkan menurut Ridley “2008”, penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah sebagai
berikut:

1. Situasi Kerja

 Pengendalian manajemen yang kurang.


 Standar kerja yang minim.
 Tidak memenuhi standar.
 Perlengakap yang gagal atau tempat kerja yang tidak mencukupi.

2. Kesalahan Orang

1. Keterampilan dan pengetahuan yang minim.


2. Masalah fisik atau mental.
3. Motivasi yang minim atau salah penempatan.
4. Perhatian yang kurang.

3. Tindakan Tidak Aman

 Tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui.


 Mengambil jalan pintas.
 Menyingkirkan atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja.

4. Kecelakaan

1. Kejadian yang tidak terduga.


2. Akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya.
3. Terjatuh.
4. Terhantam mesin atau material yang jatuh dan sebagainya.

Pencegahan Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja dapat dicegah dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain sebagai
berikut “Suma”mur, 2009”:

1. Faktor Lingkungan

Lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan pencegahan kecelakaan kerja yaitu:

 Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi udara, pencahayaan
dan penerangan ditempat kerja dan pengaturan suhu udara dari ruang kerja.
 Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja yang dapat
menjamin keselamatan.
 Memenuhi penyelenggaraan ketata rumah tanggaan meliputi pengaturan penyimpanan
barang, penempatan dan pemasangan mesin, penggunaan tempat dan ruangan.

2. Faktor Mesin Dan Peralatan Kerja

Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya pagar
atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin atau perkakas yang bergerak antara lain
bagian yang berputar.

Bila pagar atau tutup pengaman telah terpasang, harus diketahui dengan pasti efektif tidaknya
pagar atau tutup pengaman tersebut yang dilihat dari bentuk dan ukurannya yang sesuai
terhadap mesin atau alat serta perkakas yang terhadapnya keselamatan pekerja dilindungi.

3. Faktor Perlengkapan Kerja


Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi pekerja. Alat
pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung tangan, yang kesemuanya harus cocok
ukurannya sehingga menimbulkan kenyamanan dalam penggunaannya.

4. Faktor Manusia

Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan kerja, mempertimbangkan


batas kemampuan dan ketrampilan pekerja, meniadakan hal-hal yang mengurangi konsentrasi
kerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari perbuatan yang mendatangkan kecelakaan serta
menghilangkan adanya ketidakcocokan fisik dan mental.

Contoh Kecelakaan Kerja


Berikut ini terdapat beberapa contoh kecelakaan kerja, terdiri atas:

 KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN DI MESIN DINAMO PABRIK


Musibah bermula sebelumnya sekitar pukul 07.40 saat akan dilakukan penggantian jam kerja,
korban mengambil sampel lateks dibagian produksi. Namun sebelum mengambil sampel
korban memutar arah jalan dari tempat yang dituju sehingga melintas dari bagian mesin yang
bukan area lintasan. Saat melewati salah satu mesin, tiba-tiba ujung jilbab korban yang terjuntai
kebawah tersangkut puli dinamo sehingga tergulung akibat jilbab tergulung akhirnya leher
korban tercekik ditempat kejadian perkara dalam keadaan sepi karena seluruh karyawan
bersiap- siap untuk pulang kerja untuk penggantian jam kerja sekitar pukul 08.00. Akibatnya
tidak ada yang melihat korban sehingga tidak ada yang menolong dan mengakibatkan korban
meninggal dunia.

ANALISA: TAHAPAN PENYEBAB

1. Penyebab Umum Jilbab korban yang terjuntai ke bawah tersangkut pada puli dinamo
yang sedang
2. Penyebab Terperinci Kelalaian korban dalam mengambil arah jalan yang bukan areal
lintasan dan dalam memilih penggunaan pakaian
3. Penyebab Pokok Kebijakan pabrik Perusahaan Kurang memberikan pelatihan dan
perhatian kepada pegawai mengenai keselamatan kerja agar tidak lalai dalam
mengambil suatu tindakan yang beresiko tinggi. Kurangnya komunikasi yang baik antar
pegawai, kurangnya kepekaan pegawai terhadap lingkungannya tempat

 KECELAKAAN KERJA EMPAT PEKERJA DI PABRIK GULA TEWAS, TERSIRAM


AIR PANAS
Cilacap–Empat pekerja cleaning servis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses,
Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (29/07/09), tewas setelah tersiram air panas didalam tangki. Satu
pekerja lainnya selamat namun mengalami luka parah. Diduga kecelakaan ini akibat operator
kran tidak tahu masih ada orang di dalam tangki. Pihak perusahaan terkesan menutup-nutupi
insiden ini.

Peristiwa tragis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses yang ada di komplek
Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Musibah bermula saat 5
pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki gula kristal di pabrik tersebut. Tiba-tiba kran
yang berada di atas dan mengarah kedalam tangki mengeluarkan air panas yang diperkirakan
mencapai 400 derajat Celsius. Akibatnya, keempat pekerja yang ada didalamnya tewas
seketika dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap.

Para korban yang tewas semuanya warga Cilacap yakni Feri Kisbianto, Jumono, Puji Sutrisno
dan Kasito. Sedangkan pekerja yang bernama Adi Purwanto berhasil menyelamatkan diri,
namun mengalami luka parah.

Menurut salah seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur ke dalam tangki setelah
tombol kran dibuka oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak
mengetahui jika pekerjaan didalam tangki tersebut belum selesai. Hingga saat ini belum
diperoleh keterangan resmi terkait kecelakaan kerja tersebut, karena semua pimpinan di Pabrik
PT Darma Pala Usaha Sukses berusaha menghindar saat ditemui wartawan. Sementara polisi
juga belum mau memberikan keterangan atas musibah tersebut. (Nanang Anna Nur/Sup).

 ANALISIS KASUS

Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja
adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator kran. Menanggapi
kecelakaan yang telah menewaskan empat orang tersebut, seharusnya sang operator kran
bersikap lebih hati-hati serta teliti yaitu dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula
krsital tersebut telah kosong serta aman dialirkan air ke dalamnya, maka mungkin kecelakaan
kerja tersebut tidak akan terjadi. Karyawan saat memasuki tangki seharusnya juga mengenakan
alat-alat pelindung diri agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.

Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam
bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem manajemen
yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat ini menyadari alat ini memiliki
risiko yang besar untuk menghasilkan loss atau kerugian.
Beberapa tindakan manajemen yang bisa dilakukan adalah dengan meletakkan kamera-kamera
di dalam alat tersebut sehingga operator kran dapat memastikan bahwa di dalam tangki benar-
benar tidak ada orang. Kemudian, apabila teknologi yang lebih canggih dapat diterapkan di
sana, maka pada tangki tersebut dapat dipasang sebuah alat pendeteksi di mana apabila di
dalam tangki masih terdapat orang atau benda asing, maka ada sebuah lampu yang menyala
yang mengindikasikan di dalam tangki tersebut terdapat orang atau benda asing.

Kemudian apabila telah terjadi kecelakaan, seharusnya dilakukan investigasi kecelakaan,


inspeksi, pencatatan serta pelaporan kecelakaan kerja. Tujuan dari kegiatan ini tentu untuk
meningkatkan manajemen dari kesehatan, keamanan serta keselamatan pada perusahaan
tersebut, menentukan tindakan pencegahan yang tepat serta menurunkan faktor risiko pada
kecelakaan tersebut.

Namun, sayangnya sikap dari pihak perusahaan yang menutup-nutupi kejadian kecelakaan
kerja tersebut dapat menghambat berjalannya investigasi tersebut. Perusahaan tidak akan
dapat mengambil pelajaran melalui kecelakaan ini. Ini berarti kecelakaan semacam ini masih
memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk kembali terjadi, baik pada perusahaan yang
sama maupun pada perusahaan sejenisnya.

 SOLUSI MENGATASI KECELAKAAN KERJA

Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi resiko dari
adanya kecelakaan kerja. Salah satunya adalah pengusaha membentuk Panitia Pembina
Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk menyusun program keselamatan kerja. Beberapa hal
yang menjadi ruang lingkup tugas panitia tersebut adalah masalah kendali tata ruang kerja,
pakaian kerja, alat pelindung diri dan lingkungan kerja.

1. Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya
gangguan keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di dalamnya. Barang-
barang dalam ruang kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat
dihindarkan dari gangguan yang ditimbulkan oleh orang- orang yang berlalu lalang di
sekitarnya. Jalan-jalan yang dipergunakan untuk lalu lalang juga harus diberi tanda,
misalnya dengan garis putih atau kuning dan tidak boleh dipergunakan untuk
meletakkan barang-barang yang tidak pada
2. Kaleng-kaleng yang mudah bocor atau terbakar harus ditempatkan di tempat yang tidak
beresiko kebocoran. Jika perusahaan yang bersangkutan mengeluarkan sisa produksi
berupa uap, maka faktor penglihatan dan sirkulasi udara di ruang kerja juga harus
diperhatikan
3. Pakaian kerja sebaiknya tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar. Pakaian yang
terlalu longgar dapat mengganggu pekerja melakukan penyesuaian diri dengan mesin
atau lingkungan yang dihadapi. Pakaian yang terlalu sempit juga akan sangat
membatasi aktivitas Sepatu dan hak yang terlalu tinggi juga akan beresiko menimbulkan
kecelakaan. Memakai cincin di dekat mesin yang bermagnet juga sebaiknya dihindari.
4. Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu atau sarung tangan. Alat
pelindung diri ini sangat penting untuk menghindari atau mengurangi resiko kecelakaan
kerja. Tapi sayangnya, para pekerja terkadang enggan memakai alat pelindung diri
karena terkesan merepotkan atau justru mengganggu aktivitas kerja. Dapat juga karena
perusahaan memang tidak menyediakan alat pelindung diri
5. Lingkungan kerja meliputi faktor udara, suara, cahaya dan Udara yang baik dalam suatu
ruangan kerja juga akan berpengaruh pada aktivitas kerja. Kadar udara tidak boleh
terlalu banyak mengandung CO2, ventilasi dan AC juga harus diperhatikan termasuk
sirkulasi pegawai dan banyaknya pegawai dalam suatu ruang kerja. Untuk mesin-mesin
yang menimbulkan kebisingan, tempatkan di ruangan yang dilengkapi dengan peredam
suara. Pencahayaan disesuaikan dengan kebutuhan dan warna ruang kerja disesuaikan
dengan macam dan sifat pekerjaan. (Slamet Saksono, 1988: 104-111).

Untuk kasus seperti yang terjadi pada pabrik gula di atas, ada beberapa alternatif pencegahan
selain yang tadi telah disebutkan. Tindakan tersebut dapat berupa:

1. Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki


standarisasi yang berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi,
alat-alat pelindung diri, monitoring perlatan dan
2. Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan
yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi.
3. Dilakukan penelitian yang bersifat teknis meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang
berbahaya, pencegahan peledakan gas atau bahan beracun lainnya. Berilah tanda-
tanda peringatan beracun atau berbahaya pada alat-alat tersebut dan letakkan di tempat
yang
4. Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan serta pemberian diklat tentang kesehatan dan keselamatan kerja
pada
5. Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam asuransi.
(Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007: 14).

 KECELAKAAN DI PIPER ALPHA Jenis pabrik


Industri minyak dan gas lepas pantai, platform dengan berat 20000 metrix tons di laut utara
yang memproduksi natural gas, crude oil dan liquified petroleum gas (nat geo source).

Kapasitas pabrik: 125 barrel per hari

Lokasi: Terletak di Laut Utara sekitar 110 kilometer dari Aberdeen, Skotlandia

Jenis kecelakaan: Ledakan

Penyebab kecelakaan:

kebocoran gas dari pompa yang belum selesai diperbaiki

Kronologi peristiwa:

Kejadian di mulai saat jam 6:00 PM, waktu dimana setiap Ijin Kerja harus di close-out atau
diperpanjang. Seorang pekerja (engineer) tidak menjalankan komunikasi kepada Supervisor
saat ia menutup Ijin Kerjanya, padahal pekerjaan tsb masih belum selesai dan akan dilanjutkan
besok harinya. Tanpa ada yang menyadari, sebuah Permit yg lain dikeluarkan untuk pekerjaan
lain, dimana pekerjaan tersbut seharusnya dilakukan setelah pekerjaan pertama selesai.
Pekerjaan kedua tsb menyebabkan gas yang bertekanan bocor

Akibatnya:
Ledakan pertama, dikarenakan pipa gas berukuran 3 kaki yg bertekanan pecah. Berdasarkan
desain dari platform itu sendiri, posisi Control Room sangat dekat dengan lokasi kebakaran
dimana CR tsb seharusnya berfungsi sebagai pusat komando apabila terjadi emergency, dan
design fire wall proof yang ada ternyata juga tidak mampu bertahan, maka akhirnya CR tsb
ditinggalkan /abandonned. Petugas CR hanya berhasil mengirim berita mayday yang diterima
oleh rig-rig tetangga yaitu Claymore dan Tartans. Public Announcemnt gagal dilakukan. Hingga
pekerja- pekerja tidak ada yg tahu apa yangg terjadi dan tidak menerima instruksi lebih lanjut
Singkat kata, Emergency Response Plan gagal dieksekusi.

Kemudian, deluge-system sebagai sistem proteksi kebakaran tidak berfungsi karena kebetulan
sedang dalam kondisi MANUAL akibat ada pekerjaan penyelaman. Dari auto di switch ke
manual untuk menghindari si penyelam tersedot oleh system yang memanfaatkan air laut ini.

Dikarenakan sistem tanggap darurat yg gagal dilaksanakan, sistem boat penyelamatpun tidak
sukses dilakukan. Pekerja-pekerja yang tidak mendapat instruksi keadaan darurat tersebut
berusaha menyelamatkan diri. Beberapa yang tahu situasi berhasil meninggalkan rig. Beberapa
ada yg terpaksa melompat dari atas rig dgn ketinggian +/- 100 kaki (30 meteran). Sayangnya
kebanyakan dari mereka terperangkap di ruang tempat tinggalnya /living quarter.

Kedua rig tetangga yang menerima pesan darurat piper alpha ragu dengan apa yg sedang
terjadi karena communication link dari piper alpha terputus. Piper Alpha berada dtengah
jaringan pipa distribusi minyak dan gas onshore bersama Claymore dan Tartans rig. Akibat
produksi minyak yang tidak distop, terjadi tekanan balik ke Piper Alpha, ibaratnya sudah
terbakar malah ditambah bahan bakar yang bertekanan pula. Gambar diambil dari sebual
safety-vessel raksasa bernama Faros yang mencoba menolong pada saat kebakaran /ledakan
pertama.

Namun sayangnya, fasilitas sistem pemadaman api gagal berfungsi untuk menyemburkan
airnya ke rig. Faros berusaha membentangkan gangway nya ke rig, namun sayangnya
pergerakannya sangat lambat, ia butuh waktu 5 menit. Hingga akhirnya terlambat. Sementara
dari kejauhan Claymore dan Tartans dapat melihat cakrawala yang terang benderang dari
lokasi Piper Alpha. Tapi mereka ragu dan tetap tidak bertindak menshut down produksinya.
Ledakan kedua pun terjadi akibat akumulasi aliran minyak dari rig Tartan dan rig Claymore,
yang menghasilkan back pressure ke jaringan pipa minyak dan gas Piper Alpha.

Anda mungkin juga menyukai