Kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki dan dapat
menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda (Rachman, 1990).Menurut Suma’mur (1989),
kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja pada perusahaan, artinya
bahwa kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
Timbulnya kecelakaan kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, dimana faktor yang satu
mempengaruhi faktor yang lainnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan akibat kerja dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
Dari ILCI, dengan memodifikasi teori dari Heinrich yang terkenal dengan nama teori domino yaitu
tentang terjadinya kecelakaan kerja sebagai berikut:
A. Faktor Pekerja
Yang termasuk dalam faktor pekerja:
1. Umur
Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan akibat kerja. Golongan
umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja
dibandingkan dengan golongan umur muda karena umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang
lebih tinggi (Hunter, 1975. dari hasil penelitian di Amerika Serikat diungkapkan bahwa pekerja muda usia
lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Pekerja muda usia
biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaanya (ILO, 1989).
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan sesorang berpengaruh dalam pola pikir sesorang dalam menghadapi pekerjaan yang
dipercayakan kepadanya, hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan yang tersedia bahwa pekerja
dengan tingkat pendidikan rendah, seperti Sekolah Dasar atau bahkan tidak pernah bersekolah akan
bekerja di lapangan yang mengandalkan fisik ( Efrench, 1975).
3. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat
kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai
dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja
bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan
( Suma’mur 1989).
B. Faktor Pekerjaan
Yang termasuk dalam faktor pekerjaan adalah:
Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu dua puluh empat jam ( Andrauler P. 1989). Terdapat
dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran, yaitu ketidak mampuan pekerja untuk
beradaptasi dengan sistem shift dan ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan kerja pada
malam hari dan tidur pada siang hari (Andrauler P. 1989).
jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko terjadinya kecelakaan akibat kerja
(Suma’mur, 1989). Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi
dalam suatu proses.
C. Faktor Lingkungan
1. Lingkungan Fisik:
a. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting bagi keselamatan kerja.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pencahayaan yang tepat dan sesuai dengan pekerjaan akan
dapat menghasilkan produksi yang maksimal( ILO, 1989 ).
b. Kebisingan
Kebisingan ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap pekerja karena kebisingan dapat
menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi sehingga menyebabkan salah pengertian, tidak
mendengar isyarat yang diberikan, nilai ambang batas kebisingan adlah 85 dBa untuk 8 jam kerja sehari
atau 40 jam kerja dalam seminggu (Suma’mur, 1990).
2. Lingkungan Kimia
Faktor lingkungan kimia merupakan salah satu faktor lingkungan yang memungkinkan penyebab
kecelakaan kerja. Faktor tersebut dapat berupa bahan baku suatu produks, hasil suatu produksi dari suatu
proses, proses produksi sendiri ataupun limbah dari suatu produksi.
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun binatang lain yang
ada di tempat kerja. Berbagai macam penyakit dapat timbul seperti infeksi, allergi, dan sengatan serangga
maupun gigitan binatang berbisa berbagai penyakit serta bisa menyebabkan kematian (Syukri Sahap,
1998).
Berdasarkan pada standar OSHA tahun 1970, semua luka yang diakibatkan oleh kecelakaan dapat
dibagi menjadi:
Perawatan ringan merupakan suatu tindakan/ perawatan terhadap luka kecil berikut observasinya,
yang tidak memerlukan perawatan medis (medical treatment) walaupun pertolongan pertama itu
dilakukan oleh dokter atau paramedis.
Perawatan Medis merupakan perawatan dengan tindakan untuk perawatan luka yang hanya dapat
dilakukan oleh tenaga medis profesional seperti dokter ataupun paramedis. Yang dapat dikategorikan
perawatan medis terganggunya fungsi tubuh seperti jantung, hati, penurunan fungsi ginjal dan sebagainya.
Hari kerja yang hilang ialah setiap hari kerja dimana sesorang pekerja tidak dapat mengerjakan
seluruh tugas rutinnya karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yan dideritanya.
Hari kerja hilang ini dapat dibagi menjadi dua macam :
1) Jumlah hari tidak bekerja (days away from work) yaitu semua hari kerja dimana sesorang pekerja
tidak dapat mengerjakan setiap fungsi pekerjaannya karena kecelakaan kerja atau sakit akibat
pekerjaan yang dideritanya.
2) Jumlah hari kerja dengan aktivitas terbatas (days of restricted activities), yaitu semua kerja dimana
seorang pekerja karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya.
Untuk kedua kasus diatas, terdapat pengecualian pada hari saat kecelakaan atau saat terjadinya sakit,
hari libur, cuti, dan hari istirahat.
4. Kematian (Fatality)
Dalam hal ini, kematian yang terjadi tanpa memandang waktu yang sudah berlalu antara saat
terjadinya kecelakaan kerja aaupun sakit yang disebabkan oleh pekerjaan yang dideritanya, dan saat si
korban meninggal.
“Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya” (Achmadi, 1990). ”Kecelakaan
akibat kerja sesungguhnya dapat dicegah asal ada kemauan yang kuat untuk mencegah” (Suma’mur,
1989).
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja
Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaan kerja H.W. Heinrich, maka terdapat
berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di tempat kerja, antara lain :
a. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya Di Tempat Kerja :
1. Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja.
2. Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman di tempat kerja.
b. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan :
1. Pelatihan dan Pendidikan K3 terhadap tenaga kerja.
2. Konseling dan Konsultasi mengenai penerapan K3 bersama tenaga kerja.
3. Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi yang berkaitan dengan peningkatan penerpan K3
di tempat kerja.
c. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen :
1. Prosedur dan Aturan K3 di tempat kerja.
2. Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya di tempat kerja.
3. Penghargaan dan Sanksi terhadap penerapan K3 di tempat kerja oleh tenaga kerja.
4. Kegiatan – Kegiatan atau Upaya Keselamatan Kerja
d. Untuk meningkatkan keselamatan kerja di perusahaan atau di tempat – tempat kerja, maka ILO, (1989)
menyusun suatu ketentuan, yaitu sebagai berikut :
Peraturan-peraturan, yaitu peraturan perundangan yang bertalian dengan syarat-syarat kerja
umum, perencanaan –perencanaan, kontruksi, perawatan, pengujian dan pemakaian industri, kewajiban
pengusaha dan pekerja, latihan, pengawasan kesehatan kerja, pertolongan pertama pada kecelakaan
dan pengujian kesehatan.