DI INDUSTRI OTOMOTIF
Pembimbing :
Dr. Imron Khasim, MKK, SpOK
Oleh :
Dr. Fita Rahmasari
NPM 1606927116
Alhamdulillah. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah “Hazard dan Pengelolaan Hazard Di Industri
Otomotif” tepat waktu. Tugas makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah
“Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan”.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Imron Khasim, MKK, SpOK selaku dosen pembimbing.
2. Keluarga yang telah memberikan dukungan material dan moral selama menyelesaikan
tugas makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik yang
membangun demi kemajuan keilmuan penulis di masa depan. Semoga makalah ini, selain untuk
memenuhi syarat mata kuliah, juga dapat menjadi sumber bacaan yang bermanfaat bagi orang
lain.
Penulis
DAFTAR ISI
3.4.1.1 Bahaya Fisik ......................................................................................... 8
3.4.1.2 Bahaya Kimia ....................................................................................... 8
3.4.1.3 Bahaya Biologi ..................................................................................... 9
3.4.1.4 Bahaya Ergonomi ................................................................................. 9
3.4.1.5 Faktor Psikososial ................................................................................. 9
3.4.1.6 Bahaya Kecelakaan Kerja ..................................................................... 9
3.5 Kegiatan Perbaikan di Tepi Jalan .............................................................................. 10
3.5.1 Kaca Otomotif/Automotive Glazing ................................................................. 10
3.5.2 Perbaikan Bis dan Bis Wisata ........................................................................... 11
BAB IV PENGELOLAAN POTENSI BAHAYA DI INDUSTRI OTOMOTIF ..... 12
4.1 Bahan Kimia Berbahaya ............................................................................................ 12
4.2 Jatuh Dari Ketinggian ................................................................................................ 12
4.3 Kebakaran dan Ledakan ............................................................................................ 13
4.4 Listrik ........................................................................................................................ 14
4.5 Manual Handling/Penanganan Manual ..................................................................... 14
4.6 Terpukul atau Terkena Objek .................................................................................... 16
4.7 Terjebak di Antara Benda .......................................................................................... 16
4.8 Sayatan, Luka dan Laserasi ....................................................................................... 17
4.9 Penggunaan Alat Perkakas ........................................................................................ 17
4.10 Slips and Trips/Tergelincir dan Tersandung ........................................................... 18
4.11 Kebisingan ............................................................................................................... 18
4.12 Getaran .................................................................................................................... 19
4.13 Kondisi Cuaca Ekstrim (Panas/Hujan) .................................................................... 19
4.14 Bekerja Melampaui Kepala dan di Atas Bahu ......................................................... 19
4.15 Cat Isosianat-2K ...................................................................................................... 19
4.16 Radiasi ..................................................................................................................... 20
4.17 Intimidasi dan Pelecehan di Tempat Kerja .............................................................. 20
BAB V KESIMPULAN ................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 22
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
1. Apa saja hazard yang ada di industri otomotif.
2. Bagaimana pengelolaan hazard di industri otomotif.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui macam-macam hazard di industri otomotif.
2. Untuk mengetahui pengelolaan hazard di industri otomotif.
BAB II
HAZARD
Ide di balik hirarki ini adalah bahwa metode pengendalian di bagian atas grafik berpotensi
lebih efektif dan lebih melindungi daripada bagian bawah. Berikut hirarki ini biasanya mengarah
ke pelaksanaan sistem inheren yang lebih aman, di mana risiko kejadian penyakit atau cedera telah
jauh berkurang (6).
BAB III
POTENSI BAHAYA DI INDUSTRI OTOMOTIF
3.1 Pendahuluan
Kendaraan bermotor dapat berarti luas, mulai dari mobil penumpang biasa, sepeda motor,
bus, mobil van, kendaraan komersial, hingga kendaraan konstruksi dan tambang. Jenis kegiatan
yang berkaitan dengan kendaraan bermotor ini tidak hanya dilakukan di dalam garasi tetapi dapat
juga ditemukan di hampir semua industri yang beroperasi dengan transportasi sebagai bagian dari
kegiatannya.
Perbaikan kendaraan bermotor dan industri otomotif terkait mencakup aktivitas seperti
pemeliharaan dan perbaikan; termasuk ban, knalpot, kaca depan dan penggantian lainnya;
perbaikan badan mobil, refinishing dan valeting; serta perbaikan kendaraan bermotor di pinggir
jalan. Sebagian besar kegiatan tersebut dilakukan di bengkel, akan tetapi tidak menutup
kemungkinan kegiatan tersebut dilakukan di tempat pelanggan maupun di pinggir jalan.
Health and Safety Executive (HSE), United Kingdom membagi empat kegiatan besar di
industri otomotif, yaitu:
1) Kegiatan otomotif di industri pada umumnya.
2) Kegiatan di bagian pengecatan/bodyshops.
3) Kegiatan perbaikan kendaraan/mechanical repair.
4) Perbaikan khusus dipinggir jalan.
Potensi bahaya yang ada di industri otomotif akan dijabarkan berdasarkan empat kategori kegiatan
di atas (3).
3.2.1 Benzena
Benzena merupakan salah satu potensi bahaya kimia yang ada pada industri otomotif.
Benzena adalah komponen alami dari minyak mentah dan bensin. Benzena dapat diserap ke dalam
tubuh melalui kulit atau melalui inhalasi jalan napas. Apabila terhirup dalam jangka waktu yang
lama benzena dapat menyebabkan gangguan darah yang cukup serius seperti anemia dan leukemia
(kanker darah). Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan ketika kontak dengan bensin; yang
mana tidak hanya berisiko terjadi kebakaran dan ledakan, namun juga dapat menyebabkan
kerusakan kulit yang mengarah ke risiko dermatitis; harus meliputi perlindungan terhadap efek
buruk benzena (3).
3.2.2 Zat Pembersih, Pelumas dan Valeting
Banyak zat pembersihan dan zat pelumas (bahaya kimia), termasuk zat yang digunakan
pada valeting, berbahaya jika tidak digunakan dengan benar, baik akibat kontak kulit secara
langsung, percikan ke dalam mata atau melalui pernapasan akibat kabut atau uap yang
dilepaskan. Zat tersebut dapat menyebabkan iritasi kulit (dermatitis) dan/atau memiliki efek
narkotik. Beberapa pembersih mengeluarkan uap yang mudah terbakar dan mudah menyala(3).
3.2.5 Listrik
Penggunaan sumber listrik untuk kegiatan industri otomotif sangat luas. Risiko yang
mungkin dihadapi adalah:
1) Sengatan listrik, yang dapat bersifat fatal.
2) Penyimpanan energi listrik yang dapat berpotensi menyebabkan ledakan atau kebakaran.
3) Motor listrik atau kendaraan listrik yang mungkin bergerak tiba-tiba karena kekuatan
magnet dalam motor.
4) Potensi terlepasnya gas yang mudah meledak dan cairan berbahaya jika baterai rusak atau
salah modifikasi.
5) Sistem listrik pada kendaraan dapat mempengaruhi peralatan medis seperti alat pacu
jantung (3).
3.2.6 Vibrasi
Vibrasi pada lengan dan tangan dapat menyebabkan Vibration White Finger Syndrome,
yaitu keadaan permanen berupa rasa nyeri, mati rasa dan kesemutan pada tangan dan lengan, juga
nyeri pada sendi dan melemahnya otot. Selain itu vibrasi juga dapat menyebabkan Carpal Tunnel
Syndrome/CTS (Sindrom Terowongan Karpal).
Peralatan listrik portabel seperti mesin grinda dan amplas yang banyak digunakan dalam
kegiatan otomotif menghasilkan getaran yang diteruskan pada lengan dan tangan pekerja. Paparan
teratur dan sering dari vibrasi dapat menyebabkan gangguan kesehatan permanen (3).
3.2.8 Bising
Paparan bising yang berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama dapat membahayakan
fungsi pendengaran. Hal tersebut bersifat irreversible. Sumber bising biasanya berasal dari
peralatan listrik, seperti alat gerinda, pemotong besi dan alat pengamplasan eletrik (3).
• Alat dan bagian kendaraan terjatuh ketika proses pemindahan/penempatan.
• Kendaraan terjatuh ketika melakukan inspeksi angkat (3).
3.2.12 Debu
Sebagian besar debu yang dihasilkan pada kegiatan di industri otomotif merupakan debu
berbahaya (karena mengandung silika dan logam berat seperti timbal, kromium, dan kadmium)
yang apabila terhirup dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan apabila terkena kulit dapat
menyebabkan iritasi (dermatitis).
dari tangga, ketinggian, atau platform/pijakan tinggi, jatuh ke dalam lubang inspeksi, terpeleset
atau jatuh di lantai yang basah, licin atau berminyak. Mekanik mobil juga berpotensi cedera akibat
kelalaian/kesalahan penggunaan peralatan seperti dongkrak atau pengangkat, kendaraan yang
bergerak, benda berat yang jatuh di atas kaki atau ledakan ban. Selain itu, tempat kerja mekanik
juga memiliki bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja seperti luka bakar, luka tusukan,
dan tersengat arus listrik.
Mekanik mobil sering menangani bagian kendaraan yang berat dan bekerja dalam postur
janggal yang dapat menyebabkan trauma seperti pecah diskus vertebra (hernia) dan nyeri
punggung yang dapat mengakibatkan kelumpuhan (8).
keton isobutil/MIK) dll.
3) Asbestosis dan mesothelioma yang disebabkan oleh debu asbes ketika pembersihan rem dan
proses pengoperasian.
4) Keracunan kronis akibat paparan timbal serta debu dan asap yang dihasilkan, terutama ketika
memperbaiki radiator, penanganan penyimpanan baterai, pengelasan, penggunaan cat dan
pelumas dll.
5) Perubahan kondisi hematologi sebagai akibat dari paparan pelarut seperti benzena dan
homolognya, toluena, xilena dll.
6) Peningkatan risiko kanker akibat menghirup asap knalpot diesel atau kontak dengan logam
berat tertentu dan senyawanya, asbestos, benzena dll.
7) Peningkatan risiko kerusakan otak organik karena menghirup asap knalpot diesel.
8) Iritasi mata dan selaput lendir akut, sakit kepala, kesulitan bernapas, sesak dada dan lain
sebagainya, yang disebabkan inhalasi gas NOx dan partikulat terhirup lainnya.
9) Gangguan pencernaan akibat tidak sengaja menelan zat perekat terus menerus.
10) Gangguan akibat aroma tidak sedap ketika bekerja dengan perekat berbasis pelarut tertentu.
11) Percikan bahan kimia korosif dan reaktif yang dapat menyebabkan mata dan kulit luka (8).
4) Jari kaki hancur akibat tertimpa benda berat.
5) Cedera mata akibat serpihan dan benda terbang hasil penggilingan/pengasahan,
pengoperasian mesin, ketika pengoperasian peralatan kompresi udara dan selama
pembersihan serta kegiatan serupa.
6) Cedera akibat terperangkap di dalam atau di antara objek bergerak dan stasioner.
7) Luka yang disebabkan oleh peralatan mesin berputar.
8) Cedera muskuloskeletal akut (seperti pecah diskus intervertebralis dan hernia) akibat
kelelahan ketika mengangkat atau menangani bagian kendaraan yang berat, dan akibat postur
kerja janggal (misalnya di bawah kendaraan).
9) Luka bakar akibat kontak dengan permukaan panas, pipa knalpot atau bahan kimia panas
meleleh; pelepasan tiba-tiba air dan uap panas, radiator dan pipa sistem pendingin; solder,
pengoperasian alat patri dan pengelasan dll.
10) Tersengat listrik akibat terdapat bagian kabel yang rusak, sirkuit pendek atau penggunaan
peralatan elektromekanik yang tidak tepat, atau kontak dengan kabel listrik, misalnya
sengatan listrik dari alat-alat listrik portabel.
11) Keracunan karbon monoksida.
12) Kebakaran dan ledakan dari tumpahan atau kebocoran bahan yang mudah terbakar/meledak,
atau akibat pembakaran hidrogen yang terlepas dari baterai, atau selama pemotongan api dan
kegiatan pengelasan.
13) Peningkatan risiko kecelakaan di jalan raya selama tes mengemudi.
14) Luka tusuk dan luka sayat yang disebabkan oleh perkakas bertepi tajam, bagian kendaraan
dan bahan/material berbentuk lembaran.
15) Ledakan kompresor udara.
16) Ledakan ban.
17) Kecelakaan akibat pemasangan dan pemeliharaan yang tidak benar pembersih tekanan uap/air
(8).
Potensi bahaya yang dapat timbul adalah:
1) Sayatan dari kaca yang pecah atau peralatan untuk memotong. Pisau panjang berperan besar
menyebabkan cedera yang serius.
2) Cedera penanganan manual (kaca kendaraan komersial dan kendaraan umum dapat mencapai
100 kg serta akses ke area kaca depan kendaraan cukup sulit).
3) Bekerja di ketinggian.
4) Kontak dengan bahan kimia berbahaya (misalnya sealant).
5) Bahaya lingkungan (bekerja di tepi jalan, cuaca ekstrim dll.) (3).
BAB IV
PENGELOLAAN POTENSI BAHAYA DI INDUSTRI OTOMOTIF
Bila memungkinkan, sediakan akses permanen. Jika tidak tangga harus selalu dalam keadaan
aman. Menyediakan rel di sekitar tepi terbuka.
3) Menyediakan akses yang tepat untuk pekerjaan di ketinggian dan juga untuk mencegah orang
jatuh.
4) Lubang pemeriksaan kendaraan atau jalan bergulir.
Tandai tepi semua lantai yang terbuka, pasang pagar pembatas atau papan jika tidak digunakan.
Pastikan tingkat pencahayaan baik. Kontrol juga akses yang dapat dicapai oleh pelanggan (3).
3) Menyediakan peta evakuasi dan prosedur evakuasi (terpasang di tempat yang mudah dilihat
banyak orang).
4) Staf yang ditugaskan ketika terjadi proses evakuasi memahami prosedur dengan benar (7).
5) Selalu gunakan alat penyedot bahan bakar ketika menguras tangki dan salurannya, khususnya
ketika terjadi kesalahan pengisian bahan bakar diesel dengan bensin, atau sebaliknya dan
jangan mencampur sisa bahan bakar ke dalam tempat penyimpanan limbah minyak.
6) Pada perbaikan tangki diesel, sebaiknya menggunakan teknik perbaikan dingin atau
pemotongan dingin dan lebih baik mengganti tangki daripada memperbaiki untuk menghindari
risiko kebakaran dan ledakan.
7) Letakkan kontainer penyimpan cairan yang mudah terbakar di tempat yang aman.
8) Jangan merokok ketika mengelas atau melaksanakan ‘pekerjaan panas’ lainnya dan ketika
menangani bensin atau bahan mudah terbakar seperti cat dan pengencer.
9) Jangan gunakan bensin maupun pengencer untuk membakar sampah atau bahan lain yang tidak
diinginkan (3).
4.4 Listrik
1) Gunakan teknisi listrik berlisensi untuk melakukan setiap pekerjaan yang berhubungan dengan
listrik.
2) Stopkontak listrik dilindungi oleh tombol pengaman.
3) Peralatan mesin dikunci ketika sedang dilakukan perbaikan/perawatan.
4) Memasang tombol stop darurat pada peralatan yang memerlukan penghentian cepat.
5) Adaptor ganda atau steker piggyback tidak digunakan.
6) Peralatan listrik harus dihindari dari air dan cairan lain.
7) Mengetes dan menandai arus listrik.
8) Kabel timah dilindungi dan dijaga dari kerusakan.
9) Sistem pelaporan dan penandaan peralatan listrik yang rusak di tempat.
10) Semua peralatan listrik dalam kondisi yang baik dan tidak ada kerusakan.
11) Kabel timah dijaga agar tidak kontak dengan air, panas, kendaraan, troli dll. (7)
5) Gunakan alat pengangkat beban mekanik (seperti derek, kerekan material, forklift, truk
tangan) untuk memindahkan bahan-bahan di sekitar lokasi kerja.
6) Menggunakan alat bantu mekanis dan/atau dengan bantuan tim.
7) Gunakan kerekan, dongkrak digunakan untuk menyesuaikan ketinggian kendaraan agar posisi
tubuh membungkuk nyaman ketika harus memeriksa bagian bawah mesin kendaraan.
8) Kurangi pekerjaan yang mencapai di atas bahu untuk waktu yang lama.
9) Rotasi pekerja melalui berbagai tugas.
10) Istirahat dengan postur bervariasi.
11) Gunakan tambahan pegangan atau alat bantu untuk meminimalkan kekuatan ekstremitas atas.
12) Menggunakan APD yang sesuai (misalnya sarung tangan, celana panjang, sepatu, kacamata,
bantalan pelindung).
13) Latihan: pemanasan/peregangan sebelum mulai bekerja, dan pendinginan/peregangan pada
akhir jam kerja.
14) Alat P3K selalu tersedia dan terisi penuh.
15) Alat P3K secara rutin dicek.
16) Pekerja mengetahui dan mudah menjangkau orang-orang yang telah dilatih untuk
memberikan pertolongan pertama/fisrt aid (7).
Gambar 6. Kerekan/Hoist Gambar 7. Troli
4.6 Terpukul atau Terkena Objek
1) Posisikan petugas penjaga pada aktivitas pengasahan dan di sekitar mesin-mesin serupa.
2) Selalu menggunakan pelindung mata di tempat kerja.
3) Buat jargon khusus seperti “Gunakan Selalu Pelindung Mata”.
4) Gunakan alat bantu berupa tiang, dongkrak, atau rantai blok untuk menahan beban berat.
5) Posisikan barang-barang berat dengan tinggi setara antara tinggi lutut dan bahu (7).
10) Bekerja dengan kendaraan bersuspensi udara.
§ Selalu ganjal/topang terlebih dahulu sebelum bekerja di bawahnya.
§ Jangan pernah merangkak ke bawah kendaraan apabila tidak tertopang dengan baik
walaupun hanya sedikit.
§ Jangan pernah mencoba menyesuaikan tinggi kendaraan untuk tujuan perbaikan (3).
4.10 Slips and Trips/Tergelincir dan Tersandung
1) Permukaan lantai harus tahan selip.
2) Gunakan tangga untuk menjangkau kendaraan yang tinggi.
3) Pastikan semua area kerja dan akses jalan bersih, datar, pencahayaan baik, dalam kondisi
yang baik dan benar-benar bebas dari potensi tergelincir.
4) Gunakan alas kaki anti selip.
5) Pastikan alat, peralatan dan bagian-bagian kendaraan diposisi yang baik untuk menghindari
penyebab potensi tergelincir.
6) Gunakan selalu penanda “lantai licin”.
7) Pasang palang anti slip pada tangga.
8) Pasang keset pada pintu masuk terutama ketika sedang hujan.
9) Pencahayaan yang baik di seluruh area kerja.
10) Semua lantai harus bersih dan bebas dari minyak, lemak/pelumas, tumpahan, peralatan dan
bagian kendaraan sesuai dengan keadaan pekerjaan harian dan apabila terdapat hal-hal
tersebut hendaknya segera sadar dan dibersihkan kembali.
11) Ganti tangga dengan bidang landai yang lebih praktis.
12) Alat P3K harus selalu tersedia dan terisi penuh.
13) Alat P3K harus dicek dengan rutin.
14) Pekerja memiliki akses ke pekerja yang sudah di latih Pertolongan Pertama (3, 7).
4.11 Kebisingan
1) Pekerja tidak boleh terpapar bising yang melebihi NAB/Nilai Ambang Batas (>85 dB).
2) Sumber bising yang berlebihan di eliminasi jika memungkinkan.
3) Posisikan peralatan yang membuat bising jauh dari area kerja yang lain.
4) Menyediakan dan memakai alat pelindung telinga dengan benar.
5) Menyediakan alat pelindung telinga dan menggunakannya ketika bekerja dengan atau dekat
peralatan listrik atau peralatan listrik bergerak.
6) Peralatan listrik dijaga dan dipelihara untuk mengurangi getaran dan kebisingannya.
7) Batasi paparan kebisingan yang berlebihan pada pekerja.
8) Gunakan peralatan yang meredam bising.
9) Pekerja dilatih cara menggunakan alat perlindungan dengan benar.
10) Tes audiometri dilakukan sesuai kebutuhan.
11) Berikan tanda-tanda yang menunjukkan area yang bising dan bahwa alat pelindung telinga
dibutuhkan (7).
4.12 Getaran
1) Gunakan metode kerja lain yang memilik daya getar lebih sedikit.
2) Pertimbangkan untuk membeli perkakas yang memiliki daya getar rendah.
3) Jaga perkakas selalu dalam keadaan baik, secara rutin dan teratur di lakukan pengecekan dan
servis.
4) Mengadakan pelatihan untuk menghilangkan penggunaan peralatan yang buruk.
5) Memotivasi pekerja untuk segera melapor jika terdapat gejala atau keluhan pada tangan dan
lengan (3).
masuk dan pastikan setiap pekerja yang akan masuk ruang tersebut mengetahuinya.
6) Pastikan ruangan penyemprotan sedikit bertekanan negatif sehingga apabila terjadi kebocoran,
udara tertarik ke dalam ruang penyemprotan daripada kabut cat lolos keluar ruangan.
7) Buat daftar cek harian/mingguan sederhana untuk ruang penyemprotan tersebut, catat temuan
yang tidak sesuai (3).
4.16 Radiasi
Radiasi infrared dan refleksi sinar UV biasanya dihasilkan pada proses pengelasan. Oleh
karena itu, dibutuhkan penggunaan helm las dengan kaca anti sinar UV (7) dan baju pelindung
yang menutupi lengan dan kaki. Jika memungkinkan gunakan cat warna gelap pada kaca helm las
yang bertujuan untuk mengurangi pantulan refleksi sinar. Pelindung mata khusus yang
mengandung filter (untuk mencegah mata busur) untuk proses pengelasan harus memenuhi
standar Inggris dan Eropa. Standar tersebut mencakup daya tahan, auto-darkening filter dan fixed
filter (3).
BAB V
KESIMPULAN
2) Pengelolaan potensi bahaya dilakukan untuk mengontrol atau mengendalikan potensi bahaya
yang ada di tempat kerja sehingga tidak membuat efek buruk; baik untuk kesehatan maupun
keselamatan; bagi pekerja. Pelaksanaan pengelolaan dan tindakan pengendalian potensi bahaya
di laksanakan sesuai dengan hirarki pengendalian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Automotive Workshop Safety: A Guide To Automotive Workshop Safety, Fix the Risks. Work
Safe Victoria: April, 2004. Dikutip dari:
https://www.worksafe.vic.gov.au/__data/assets/pdf_file/0015/10293/automotive_workshop_s
afety.pdf. Diunduh pada 26 Maret 2017.
2. Morgan, Leigh Ann. Health Hazards in the Auto Body Shop Industry. Hearst Newspapers:
2017. Dikuti dari: http://work.chron.com/health-hazards-auto-body-shop-industry-11938.html
Diunduh pada 27 Maret 2017.
3. Health and Safety Executive (HSE). Introduction to Motor Vehicle Repair (MVR). United
Kingdom. Dikutip dari: http://www.hse.gov.uk/mvr/introduction.htm. Diunduh pada 27 Maret
2017.
4. Center for Dairy Farm Safety. Hazard Identification and Risk Assessment. Module 3. River
Falls & Wisconsin Extension: University of Wisconsin. Dikutip dari:
https://www.osha.gov/dte/grant_materials/fy11/sh-
2231811/Mod_3_HazardIDInstructorNotes.pdf. Di unduh pada 26 Maret 2017.
5. Suma’mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Edisi 2. Jakarta: Sagung
Seto; 2013. h. 122.
6. National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). Hierarchy Of Controls. Last
update 2016. Dikutip dari: https://www.cdc.gov/niosh/topics/hierarchy/. Di unduh pada 26
Maret 2017.
7. Possible Workplace Hazard and Controls in Automotive Industry. Support Material-
Automotive Industry. Australia: 2015. Dikutip dari: https://www.cvgt.com.au/wp-
content/uploads/2015/11/Possible-workplace-hazards-and-controls-in-Automotive-
Industry.pdf. Diunduh pada 27 Maret 2017.
8. International Labor Organization (ILO). International Hazard Datasheet on Occupation:
Mechanic, Automobile. 1999. Dikutip dari: http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---
ed_protect/---protrav/---safework/documents/publication/wcms_193167.pdf. Diunduh pada
26 Maret 2017.