Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BASIC CAUSES DAN LACK OF CONTROL KECELAKAAN KERJA

Disusun oleh:
dr. Dina Tri Amalia
NPM: 1606840115

Dosen Pembimbing :

dr. Imron Khazim, MS., Sp.Ok

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KERJA

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

2017
DAFTAR ISI

Daftar Isi …….....................……………………………………………............…………i


Daftar Gambar ……............……………………………………………............………...ii
Kata Pengantar ……............……………………………………………............……..…iii
Bab I : Pendahuluan ……...………………………………………………........………....1
Bab II : Tinjauan Pustaka ………………………………….……………….........…...….3
2.1.Teori Loss Causation Model …......…..........……...................................................…3
2.2.Basic Causes (Penyebab Dasar) ……..........……....................................................…5
2.3.Lack of Control (Kekurangan Kendali) ......…………………………………….....…8
Bab III : Kesimpulan ................................………………………………….……...........13
Daftar Pustaka …......................……………………………………………………...….14
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Teori Loss Causation Model……...………………………………........……….…5


Gambar 2. Basic Causes……...........................………………………………........……….…6
Gambar 1. Lack of Control…….......................………………………………........……….…9
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-Nya maka
saya dapat menyelesaikan makalah Basic Causes dan Lack of Control Kecelakaan Kerja
ini dengan tepat waktu. Makalah ini saya susun untuk memenuhi salah satu kewajiban
dalam mata kuliah Pencegahan Kecelakaan Kerja di Program Studi Magister Kedokteran
Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penyusunan makalah ini bertujuan
untuk memberikan informasi mengenai penyebab terjadinya kecelakaan kerja khususnya
mengenai penyebab dasar (basic causes) terjadinya kecelakaan kerja.

Dalam kesempatan ini saya juga ingin menyampaikan terima kasih atas segala
bimbingan dan bantuan yang telah diberikan oleh dr. Imron, MKK, Sp.Ok, selaku dosen
pengajar mata kuliah Pencegahan Kecelakaan Kerja serta semua pihak yang telah
membantu dalam pengerjaan makalah ini. Penulis masih menyadari masih terdapat banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun sehingga di masa mendatang dapat meningkatkan diri lebih baik
lagi.

Jakarta, Maret 2017

dr. Dina Tri Amalia


BAB I
PENDAHULUAN

Kerugian yang dialami perusahaan atau tempat kerja bukan hanya karena faktor efisiensi,
kualitas produk yang dihasilkan atau terkait strategi pemasaran saja namun ada juga faktor
lain yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan yakni terjadinya kecelakan kerja.
Kerugian yang ditimbulkan oleh faktor ini bahkan bukan hanya kerugian dalam bentuk materi
saja namun juga menghasilkan kerugian korban jiwa yang tak ternilai harganya. Kerugian
perusahaan akibat kecelakaan kerja dapat terjadi kapan dan dimana saja serta melibatkan
unsur manusia, mesin (material) dan lingkungan kerja.

Kecelakaan merupakan kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dikarenakan peristiwa
tersebut terjadi tanpa unsur kesengajaan1. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor 3 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kejadian
yang tidak dikehendaki dan tidak diduga yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau
harta benda. Meskipun terjadi tanpa unsur kesengajaan namun kecelakaan juga tidak terjadi
secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya baik karena kelemahan dari sisi pengusaha
atau dari sisi pekerja maupun kombinasi keduanya2.

Tiap kejadian tentu ada penyebabnya termasuk juga kejadian kecelakaan kerja. Ada banyak
teori yang menjelaskan tentang penyebab kecelakaan kerja, salah satu teori penyebab
kecelakaan kerja yang berkembang adalah Loss Causation Model. Teori ini merupakan
pengembangan teori Domino yang telah dikemukakan oleh Heinrich. Pada dasarnya teori
Domino cukup sederhana dan mampu menjelaskan bagaimana terjadinya kecelakaan sesuai
tahapan kejadian yang diuraikan, namun memang belum sepenuhnya memberikan banyak
informasi mengapa kecelakan itu bisa terjadi. Dalam teori Loss Causation Model dijelaskan
pentingnya peran manajemen untuk mencegah dan mengendalikan terjadinya kecelakaan
yang menjadi semakin kompleks karena adanya kemajuan teknologi. Dalam teori ini
dijelaskan bahwa kecelakaan terjadi karena kekurangan dalam sistem pengendalian
manajemen3,4.

1
Tidak seperti teori penyebab kecelakaan lainnya, teori Loss Causation Model yang
dikembangkan oleh Frank E. Bird ini lebih sederhana sehingga lebih mudah dipahami oleh
pengguna. Selain itu, model teori ini juga dapat membantu dalam mengungkapkan fakta –
fakta penting untuk mengendalikan kecelakaan sehingga kerugian yang timbul pada manusia,
properti dan proses kerja bisa dihindarkan. Berdasarkan teori Loss Causation Model diketahui
bahwa terjadinya kecelakaan terdiri atas beberapa tahapan yakni kurangnya pengendalian
(lack of control), penyebab dasar (basic causes), penyebab langsung (immediate causes),
insiden dan loss (kerugian)3,4.

Adanya teori mengenai penyebab kecelakaan kerja khususnya teori Loss Causation Model ini
sangat membantu dalam melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab kecelakaan.
Apalagi seringkali untuk mengetahui penyebab kecelakaan butuh waktu yang cukup lama dan
perlu investigasi yang mendalam. Hal inilah yang menjadi latar belakang dibuatnya tulisan
ini yang akan membicarakan mengenai konsep-konsep yang ada mengenai penyebab
kecelakaan kerja, khususnya pada tahapan basic causes dan lack of control dari teori Loss
Causatin Model.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Loss Causation Model

Teori Loss Causation Model merupakan pengembangan dari teori domino yang dikemukakan
Heinrich. Teori yang dikembangkan oleh Frank E. Bird ini lebih sederhana daripada teori –
teori penyebab kecelakaan kerja lainnya sehingga lebih mudah dipahami pengguna. Pada
teori ini terjadinya kejadian yang menimbulkan kerugian bukan semata – mata karena
kesalahan pada manusia atau pekerja saja, melainkan lebih melihat pada bagaimana
kemampuan manajemen dalam mengambil peran untuk melakukan pengendalian agar tidak
terjadi kecelakaan. Dengan kata lain teori Loss Causation Model berisi petunjuk yang
memudahkan penggunanya untuk memahami bagaimana menemukan faktor penting dalam
rangka mengendalikan semakin meluasnya kecelakaan dan kerugian termasuk persoalan
manajemen. Pada teori ini, diketahui beberapa tahapan kecelakaan kerja yaitu antara lain3,4,5:
1. Lack of Control (Kurang Pengendalian) - Manajemen
Kata kontrol dalam faktor ini berdasarkan pada empat fungsi utama dari manajemen yang
terdiri dari planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), leading
(kepemimpinan) dan controlling (pengendalian). Kontrol menjadi salah satu fungsi utama
yang penting. Tanpa manajemen pengendalian yang memadai, maka dapat menjadi awal
terjadinya rangkaian kecelakaan.

2. Basic Causes (Penyebab Dasar) - Etiologi


Basic causes merupakan penyebab sebenarnya dari gejala yang timbul dan merupakan
alasan mengapa tindakan dan kondisi berbahaya terjadi. Faktor individu (personal) dan
faktor yang terkait dengan pekerjaan merupakan penyebab dasar dari kecelakaan atau
pemicu insiden. Faktor individu meliputi kurangnya pengetahuan dan pelatihan, motivasi
yang kurang, dan masalah fisik atau mental sedangkan faktor pekerjaan meliputi standar
kerja yang tidak sesuai dan penggunaan yang tidak normal. Identifikasi faktor - faktor
yang menjadi penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja memiliki peranan yang sangat

3
penting untuk mencapai pengendalian yang lebih efektif daripada hanya mencegah gejala
dari masalah.

3. Immediate Cause (Penyebab Langsung) - Gejala


Penyebab langsung kecelakaan merupakan suatu kejadian yang terjadi sebelum kontak
terjadi dan biasanya dapat dilihat. Hal – hal yang termasuk dalam faktor ini adalah
tindakan dan kondisi yang tidak standar atau tidak aman. Pada kenyataannya, penyebab
langsung biasanya hanya merupakan gejala dari masalah yang sebenarnya. Ketika kita
tidak memecahkan gejala dan tidak mengidentifikasi masalah yang menjadi penyebab
dasar maka kita tidak akan bisa mengoptimalkan pengendalian secara permanen
(menetap).

4. Insiden – Kontak
Insiden disebabkan adanya suatu kontak dengan sumber energi (elektrik, kimia, kinetik,
suhu, ion, radiasi dan lain – lain) yang berada di atas nilai ambang batas yang seharusnya
diterima oleh tubuh atau benda sehingga menyebabkan kerugian atau kerusakan.

5. Loss (Kerugian)
Loss merupkaan dampak yang ditimbulkan kecelakaan yang mempengaruhi pekerja,
properti ataupun proses kerja. Dalam kaitannya dengan proses produksi, kerugian yang
timbul dapat pula berupa gangguan produksi dan penurunan profit. Sementara itu,
kerugian yang dapat timbul pada manusia dapat berupa injury maupun kesakitan seperti
gangguan mental, saraf, atau sistemik akibat pajanan. Kerugian yang timbul sebagai akibat
kecelakaan bervariasi mulai dari kerugian yang tidak signifikan hingga kerugian besar
yang menimbulkan kematian pekerja. Jenis dan derajat kerugian tergantung dari hal – hal
yang dilakukan untuk mengurangi atau memperkecil risiko kerugian. Dalam hal ini, upaya
meminimalisasi kerugian yang dapat dilakukan diantaranya berupa:
 Pertolongan pertama yang memadai dan medical care
 Upaya pemadaman kebakaran yang cepat dan efektif
 Perbaikan perlengkapan dan fasilitas yang rusak
 Penanganan keadaan darurat yang efisien
 Rehabilitasi yang efektif agar pekerja dapat kembali bekerja dalam kondisi baik

4
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan meminimalisasi kerugian yang muncul perlu
untuk memperhatikan aspek manusia sebagai pelaku kegiatan produksi di tempat kerja.

KEKURANGAN PENYEBAB DASAR PENYEBAB


KONTROL LANGSUNG
1. Faktor manusia
1. Program kurang 1. Tindakan yang
2. Faktor tidak standar
2. Standar pekerjaan
Program kurang 2. Kondisi yang
tidak standar
3. Kepatuhan
terhadap
standar kurang

KERUGIAN INSIDEN

1. Manusia Kontak dengan


energi atau bahan.
2. Properti (Harta
Benda)

3. Proses

Gambar 1. Teori Loss Caution Model

2.2. Penyebab Dasar (Basic Causes) Kecelakaan Kerja

Basic causes merupakan penyebab – penyebab nyata dibalik gejala yang terjadi dan menjadi
alasan terjadinya tindakan dan kondisi yang tidak aman.

5
Gambar 2. Basic Causes

Basic causes membantu menjelaskan mengapa orang – orang melakukan tindakan yang tidak
aman. Penyebab dasar (basic causes) terdiri dari 2 faktor yaitu faktor manusia/ pribadi
(personal factor) dan faktor pekerjaan (job factor yaitu3,6,7:
a. Faktor manusia/pribadi, antara lain karena :
1. Kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi. Lemahnya kondisi fisik seseorang
berpengaruh pada penurunan tingkat konsentrasi dan motivasi dalam bekerja,
sedangkan konsentrasi dan motivasi sangat dibutuhkan ketika seseorang bekerja.
Apabila sudah terganggu maka kecelakaan kerja bisa terjadi pada pekerja.

2. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan/keahlian


Pengetahuan merupakan hasil dari sebuah proses belajar yang membentuk tindakan
seseorang menjadi lebih baik. Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor dari
proses adopsi perilaku dan tingkat pengetahuan dalam hasil dari tahu dan terjadi setelah
seseorang melakukan proses pengindraan terhadap objek yang tertentu. Pengetahuan
merupakan suatu keinginan untuk mengungkap fakta dengan keinginan seseorang
secara bijaksana. Pengalaman seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya
melakukan start atau stop pada sebuah peralatan dan memakai alat-alat keselamatan.
Pengalaman sangat dibutuhkan ketika melakukan pekerjaan untuk menghindari
kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan kecelakaan kerja. Semakin baik keterampilan

6
seorang karyawan, maka persepsi karyawan terhadap risiko kecelakaan kerja semakin
memburuk.

3. Stress
Stress kerja sering kali dialami oleh pekerja. Stress dapat disebabkan oleh berbagai hal
seperti kelelahan kerja dan lingkungan kerja yang tidak aman sehingga dapat
mempengaruhi tingkat konsentrasi dan menyebabkan turunnya produktifitas kerja dan
kecelakaan kerja.

4. Motivasi yang kurang


Motivasi kerja adalah motivasi sebagai daya pendorong yang mengakibatkan seseorang
yang mau menggerakkan kemampuannya untuk melakukan tanggung jawabnya untuk
mencapai tujuan. Kurangnya motivasi dapat berpengaruh pada semangat kerja, jika
semangat kerja turun maka produktifitas kerja akan menurun.

b. Faktor pekerjaan antara lain karena :


1. Tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan
Kurangnya personil dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini
disebabkan karena pengawasan terhadap pekerja menjadi berkurang sehingga pekerja
dapat memanfaatkan waktu untuk melakukan pelanggaran seperti melepaskan alat
pelindung diri (APD) pada saat tidak ada pengawasan dari bagian OHS (Occupational
Safety and Health).

2. Tidak cukup rekayasa (engineering)


Rekayasa/engineering adalah salah satu upaya untuk menurunkan resiko kecelakaan
kerja. Jika rekayasa yang dilakukan tidak cukup maksimal maka resiko kecelakaan
kerja juga tidak dapat turun dengan maksimal sehingga harus dilakukan cara lainnya
seperti eliminasi, subtitusi, administrasi, dan penggunaan APD.

3. Pembelian/pengadaan barang kurang memadai


Pembelian/pengadaan barang yang tidak cukup dapat menyebabkan kecemburuan
sosial antara karyawan yang satu dengan yang lainnya.

7
4. Perawatan (maintenance) kurang memadai
Perawatan yang kurang baik akan berpengaruh pada keausan alat, usia alat dan dapat
menyebabkan kerusakan pada alat yang digunakan setiap harinya, sehingga dapat
menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja.

5. Peralatan/ perlengkapan kurang memadai


Alat-alat yang kurang mencukupi dapat berpengaruh terhadap proses produksi
perusahaan, sehingga dapat menghambat pekerja dan upaya terjadinya kecelakaan
kerja.

6. Standar kerja kurang memadai


Standar kerja digunakan untuk melakukan penilaian kinerja. Apabila standar kerjanya
kurang maka penilaian kinerja karyawan tidak maksimal.

7. Penyalahgunaan peralatan
Penyalahgunaan peralatan adalah penggunaan alat yang tidak sesuai dengan
kegunaan/fungsi alat tersebut.
Dari penyebab dasar akan timbul keadaan yang disebut substandar (unsafe) yang berupa
gejala gejala dan kondisi serta perbuatan sub standar.

2.3. Kekurangan Kendali (Lack of Control)

Berdasarkan teori Loss Causation Model yang diperkenalkan oleh Bird dan Germain
dikemukakan bahwa kontrol (pengendalian) merupakan salah satu dari empat fungsi utama
dari manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian. Pengendalian kecelakaan dan kerugian dapat berjalan efektif apabila
manajemen telah memahami beberapa hal yaitu program pengendalian yang dibutuhkan,
standar – standar yang digunakan, kemampuan untuk mengajak pekerja memenuhi standar
tersebut, pengukuran terhadap performa kerja, serta tindakan apa saja yang dapat dilakukan
untuk memperbaiki performa tersebut3.

8
Gambar 3. Lack of Control

Terdapat tiga alasan umum di dalam sebuah organisasi yang tidak memiliki pengendalian
terhadap kerugian akibat insiden yang terjadi yaitu3,5,7,8:
1. Program yang kurang memadai.
Suatu sistem dianggap tidak memadai apabila aktivitas atau program dari sistem tersebut
terlalu sedikit dan kurang tepat. Kurangnya pengendalian terjadi salah satunya akibat
program yang terlalu sedikit sedangkan program yang dibutuhkan bermacam – macam
sesuai dengan lingkup organisasi.

Berikut ini adalah beberapa program yang menjadi kunci kesuksesan yang harus
dilaksanakan yakni terkait:
 Kepemimpinan dan pengawasan
 Alat pelindung diri
 Pelatihan manajemen
 Pengendalian kesehatan
 Inspeksi terencana
 Sistem evaluasi program
 Prosedur dan analisis pekerjaan
9
 Pengendalian teknik
 Investigasi kecelakaan
 Komunikasi personal
 Observasi pekerjaan
 Rapat grup
 Persiapan tanggap darurat
 Promosi umum
 Peraturan organisasi
 Pengendalian kebisingan
 Analisis kecelakaan
 Pengendalian pengadaan
 Pelatihan kerja
 Keselamatan di luar pekerjaan

2. Standar program yang kurang memadai


Standar program dapat dikatakan kurang memadai apabila kinerjanya kurang spesifik,
kurang jelas, ataupun kurang tinggi. Standar yang baik harus mampu menunjukkan siapa
yang bertanggung jawab, apa yang dipertanggungjawabkan serta kapan mereka perlu
melakukan tanggung jawab tersebut. Standar yang tidak cukup dapat menimbulkan
kebingungan dan kegagalan. Berikut ini adalah 10 standar yang umum diadopsi
perusahaan yakni:
 Peninjauan peraturan
 Melaporkan setiap bentuk tindakan dan kondisi yang tidak aman
 Membuat rencana kerja yang baik
 Membekali pekerja baru dengan pengetahuan mengenai cara kerja yang baik dan
lingkungan kerjanya
 Mengadakan safety meeting dan menghadirkan seluruh anggota organisasi
 Menegakkan prinsip “good housekeeping” di perusahaan
 Menyediakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai
 Melakukan investigasi kecelakaan
 Mensosialisasikan pentingnya cara kerja aman
10
 Setiap organisasi harus membuat peraturan yang memungkinkan untuk diikuti
Standar – standar ini memberikan pengetahuan kepada seluruh pekerja dan menjadi tolak
ukur kinerja yang berkaitan dengan standar. Standar kerja yang baik sangat berhubungan
dengan pengendalian yang baik pula..

3. Kepatuhan terhadap standar yang kurang.


Kurangnya kepatuhan terhadap standar menjadi alasan umum yang mencerminkan
kurangnya pengendalian. Upaya pengendalian dari pihak manajemen dapat terlaksana
apabila standar yang digunakan telah terpenuhi. Dengan demikian sangat percuma
apabila standar yang digunakan sudah memadai tetapi pemenuhannya tidak tercapai
akibat kepatuhan yang kurang untuk melaksanakan standar tersebut.

Tahapan Pengendalian Kecelakaan

Ada tiga tahap pengendalian kecelakaan yakni9:


1. Pre-contact control (pengendali sebelum kontak)
2. Contact control (pengendali saat kontak)
3. Post-contact control (pengendali setelah kontak)

Pre-contact control ditujukan untuk mencegah kecelakaan. Perusahaan manufaktur


terkemuka di Inggris melakukan serangkaian studi HAZOP (Hazard and Operability) untuk
mengidentifikasi bahaya potensial baik sebelum dan sesudah instalasi proses manufaktur.
Contact control dilakukan untuk meminimalisasi jumlah pertukaran energi atau kontak yang
membahayakan. Guidelines dari The International Loss Control Institue (ILCI) untuk
pengendalian saat kontak meliputi:
1. Mengganti ke bentuk energi alternatif (misalnya motor listrik untuk mengganti shaft
dan butts).
2. Mengurangi jumlah energi yang digunakan (misalnya peralatan bertegangan rendah,
atau menggunakan transformer).
3. Menempatkan barrier (penghalang) di antara sumber energi dan orang (misalnya
dinding kawat, guards dan peralatan penghalau api/ fire-fighting equipment).
4. Memodifikasi permukaan kontak (misalnya padding point dari kontak).

11
Post-contact control digunakan untuk melakukan aksi pasca kecelakaan misalnya
implementasi emergency action plan (rencana tanggap darurat). Pengendali ini tidak
mencegah kecelakaan namun mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Fire-fighting equipment, sistem dan prosedur menjadi tiga tahap yang saling terkait untuk
melakukan pencegahan kecelakaan. Tergantung dari ukuran dan tipe operasi yang dilakukan,
kunci dari fire-fighting features adalah harus meliputi:
 Peralatan
 Hydrant system
 Penyimpanan air
 Alat pemadam kebaran
 Sistem
 Sprinkles
 Detektor asap
 Alarm api (fire alarm)
 Prosedur
 Fire-fighting organization
 Fire escape markings
 Fire-fighting drill

12
III. KESIMPULAN

1. Teori Loss Causation Model merupakan pengembangan dari teori domino yang
dikemukakan Heinrich yang menjelaskan bahwa terjadinya kejadian yang
menimbulkan kerugian bukan semata – mata karena kesalahan pada manusia atau
pekerja saja, melainkan lebih melihat pada bagaimana kemampuan manajemen dalam
mengambil peran untuk melakukan pengendalian agar tidak terjadi kecelakaan.
2. Berdasarkan teori Loss Causation Model diketahui beberapa tahapan kecelakaan kerja
yaitu lack of control, basic causes, immediate causes, insidens dan loss.
3. Basic causes (penyebab dasar) merupakan penyebab penyebab sebenarnya dari gejala
yang timbul dan merupakan alasan mengapa tindakan dan kondisi berbahaya terjadi.
4. Penyebab dasar (basic causes) kecelakaan kerja terdiri dari 2 faktor yaitu faktor
manusiadan faktor pekerjaan.
5. Kekurangan kontrol menjadi menjadi awal terjadinya rangkaian kecelakaan.
6. Tiga alasan utama yang menjadi penyebab terjadinya lack of control (kekurangan
kontrol) dalam kecelakaan kerja berdasarkan teori Loss Causation Model antara lain
program yang kurang, standar program yang kurang, dan juga kepatuhan terhadap
standar yang kurang diterapkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Suma’mur. 2013. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja Edisi 2. Gunung Agung,
Jakarta.
2. Ridley, J. 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Erlangga. Jakarta.
3. Bird Jr., E.Frank dan Germain L. George. 1990. Practical Loss Control Leadership.
Georgia: Loganville.
4. HaSPA (Health and Safety Professionals Alliance). 2012. The Core Body of
Knowledge for Generalist OHS Professionals. Safety Insititute of Australia Ltd.
Australia
5. Katia. Analisis Kecelakaan Kerja pada Proyek Penambangan Batu Bara ADMO PT.
Sapta Indrasejati Berdasarkan Laporan Kecelakan Tahun 2006-2008. FKM UI.
Jakarta
6. Januarko, Awan, dkk. 2015. Hubungan Pengetahuan Tentang Pencegahan Kecelakaan
Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Kecelakaan Kerja di PT.
Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Tegal Kota Tegal Tahun 2015. FKM
Unimus. Semarang.
7. Stranks, Jeremy. 2007. Human Factors and Behavioural Safety. Elsevier Ltd. Oxford.
UK.
8. Zumrotun. 2012. Gambaran Faktor – Faktor Penyebab Kejadian Kecelakaan Bus
Tranjakarta Koridor III (Kalideres-Harmoni) Tahun 2012. FKIK UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta
9. Basu, R and JN Wright. 2005. Total Operations Solutions. Butterworth-Heinemann.
London. 99-100

14

Anda mungkin juga menyukai