Anda di halaman 1dari 7

TEORI-TEORI

KECELAKAAN KERJA
“Disusun Untuk Memenuhu Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja”
Dosen Pengampun :
Machfudz Eko Arianto, S.KM.,M.Sc

Disusun oleh:

NAMA : Fitriani
NIM : 2200029250

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2023
A. TEORI-TEORI KECELAKAAN KERJA
1. THE DOMINO THEORY
Menurut buku Industrial Safety dalam (Pratiwi, 2012) kecelakaan kerja
adalah “Kejadian tak terkontrol atau tak direncanakan yang disebabkan oleh
faktor manusia, situasi atau lingkungan yang membuat terganggunya proses kerja
dengan atau tanpa berakibat pada cedera, sakit, kematian, atau kerusakan properti
kerja.” Menurut Teori Domino (1969). Domino teori dari Heinrich tentang model
penyebab, di mana suatu kecelakaan digambarkan salah satu dari lima faktor
dalam suatu urutan yang mengakibatkan suatu lukaluka/kerugian. Perilaku
tentang faktor-faktor yang terlibat adalah serupa dengan robohnya kartu domino
ketika diganggu. Jika yang satu jatuh, yang lainnya akan jatuh juga.
Heinrich mempunyai lima kartu domino di dalam modelnya yaitu: jalur
keluarga dan lingkungan sosial, kesalahan orang, tindakan tidak aman dan/atau
mekanik atau resiko fisik, kecelakaan, dan luka-luka/kerugian. Model domino ini
mengusulkan bahwa melalui pembawaan atau sifat buruk yang diperoleh, orang-
orang dapat melakukan tindakan tak aman atau menyebabkan timbulnya resiko
fisik atau mekanik, yang mana pada gilirannya menyebabkan kecelakaan yang
berbahaya. Teori Heinrich dapat diringkas di dalam dua poin yaitu:
 Orang-orang yang menjadi pokok kecelakaan.
 Manajemen yang mempunyai kemampuan dan yang
bertanggungjawab untuk pencegahan kecelakaan.
Sebagian pandangan Heinrich ini dikritik karena sangat menyederhanakan
kendali tingkah laku manusia di dalam menyebabkan kecelakaan, dan karena
beberapa statistik yang memberi kontribusi tentang tindakan tak aman. Meskipun
begitu, teorinya menjadi pondasi untuk banyak orang yang lain. Teori domino ini
kemudian diperbaharui dengan suatu penekanan pada manajemen sebagai suatu
penyebab utama dalam kecelakaan, dan menghasilkan model yang diberi label
sebagai model-manajemen atau model domino yang dibaharui. Dalam model
manajemen, manajemen bertanggungjawab terhadap penyebab kecelakaan, dan
model berusaha untuk mengidentifikasi kegagalan didalam sistem manajemen.
Contoh: model diperbaharui oleh Bird (1974), urutan diperbaharui oleh Adam
(1976), dan Weaver memperbarui kartu domino (Endroyo & Tugino, 2007).
Kelebihan :
 Cukup jelas dan praktis sebagai pendekatan control terhadap
kerugian.
 Jika salah satu faktor dapat teratasi, maka injury tidak akan terjadi.
 Simple dalam aplikasi di lapangan.
Kekurangan :
 Menyalahkan manusia sebagai penyebab uatama terjadinya
kecelakaan (Blame the people).
 Tidak memperhitungkan kegagalan manejemen.
 Kecelakaan hanya dapat dicegah dengan meminirmalisir terjadinya
unsafe act atau lusafe condition, pada kenyataannya tidak hanya
itu yang dapat dilakukan (Burnham, 2008).
2. FRANK E. BRIRD TEORY
Teori Frank E. Bird Petersen mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu
kejadian yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta
kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya kontak
dengan sumber energi yang melebihi ambang batas atau struktur. Pada penelitian
ini personal faktor yang diteliti hanya sistem pengawasan, sistem maintenance
alat dan instruksi kerja. Kemudian naik lagi satu tingkat yaitu faktor yang paling
utama dari serangkaian kecelakaan kerja adalah lemahnya kontrol dari
manajemen (Lack of control) termasuk di dalamnya pelaksanaan program yang
dibuat perusahaan guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja (Ekasari, 2017).
Teori ini memodifikasi teori Domino Heinrich dengan mengemukakan
teori manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan, antara
lain:
1. Manajemen kurang control.
2. Sumber penyebab utama.
3. Gejala penyebab langsung.
4. Kontak peristiwa.
5. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda).

Kelebihan : Teori ini adalah lebih menekankan pada kegagalan


menejemen sebagai faktor penyebab kecelakaan (75 % disebabkan
karena faktor menejemen bukan karena faktor manusia).

Kekurangan : Teori ini adalah masih menggunakan pendekatan


single causes.

3. SWISS CHEESE THEORY


Menurut James Reason (1990) dalam teori Swiss Cheese, Swiss Cheese
digunakan untuk menganalisis major accident dan kegagalan sistem yang
cenderung terjadi karena beberapa sebab atau kesalahan-kesalahan kecil yang
membawa ke arah bahaya bahkan kecelakaan. Dalam model swiss cheese, setiap
potongan keju merepresentasikan penghalang keselamatan atau tindakan preventif
atas bahaya. Namun, penghalang yang ada tidaklah bebas dari kesalahan atau
kegagalan. Masing-masing penghalang ini memiliki “Lubang”. Swiss cheese
model berhubungan dengan kegagalan aktif dan kegagalan laten. Kesalahan aktif
terjadi pada saat adanya kontak antara manusia dan beberapa aspek pada sistem
yang lebih luas, contohnya hubungan antara manusia dengan mesin. Sedangkan
kesalahan laten merupakan kondisi kesalahan yang lebih tidak terlihat ataupun
kurang terdeteksi pada organisasi maupun pada disain yang dapat menyebabkan
kerugian. penyebab kegagalan sistematis atau kecelakaan kerja yang terjadi
sebabkan oleh empat layer yaitu:
a. Perilaku Tidak Aman (Unsafe Act)
Unsafe act dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu errors
dan violations. Errors merupakan gambaran dari suatu kegiatan
fisik dan mental seseorang yang tidak berhasil melakukan sesuatu
yang diinginkan. Errors dibagi menjadi tiga yaitu decision errors,
skill-based errors, dan perceptual errors. Violations menunjukkan
adanya keinginan untuk mengabaikan petunjuk atau aturan yang
telah ditetapkan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu.
Violations dibagi menjadi dua jenis, yaitu rutin dan khusus.
Contoh menilai risiko, pekerja seringkali menganggap remeh
risiko yang dihadapi selama bekerja sehingga sering terjadi
kecelakaan akibat kelalaian tersebut.
b. Kondisi yang mendukung terjadinya perilaku tidak aman
(Precondition for Unsafe Act)
Unsafe acts merupakan penyebab utama terjadinya
kecelakaan. Dalam penyelidikan kecelakaan, perlu dicari dasar
atau penyebab terjadinya unsafe acts tersebut ataupun dapat
dikatakan preconditions of unsafe acts. Precondition of unsafe
acts dikategorikan menjadi dua, yaitu kondisi dari operator yang
tidak memenuhi standar dan pekerjaan yang dilakukan oleh
operator yang tidak memenuhi standar. Kondisi dari operator
dibagi lagi menjadi tiga, yaitu keadaan mental dan fisiologis yang
merugikan serta keterbatasan fisik dan mental. Sedangkan
pekerjaan yang tidak memenuhi standar dapat terjadi karena
terjadinya pengelolaan SDM yang tidak baik serta kesiapan
personal yang kurang.
c. Pengawasan yang tidak baik (Unsafe Supervision)
Rantai urutan suatu peristiwa dilandasi oleh urutan perintah
yang dikeluarkan oleh pengawas. Ada empat komponen dari
Unsafe supervision, yaitu pengawasan yang tidak cukup
(Inadequate supervision), perencanaan operasi yang tidak tepat
(Planned inappropriate operations), kegagalan untuk
memperbaiki masalah yang dikenal (Failure to correct a known
problem), dan pelanggaran pengawasan (Supervisory violation).
Unsafe supervision dibagi empat yaitu :
 Pengawasan yang tidak sesuai (Inadequate upervision)
akibat kegagalan dalam memberikan bimbingan, kegagalan
dalam menginformasikan prosedur operasional.
 Perencanaan operasi yang tidak tepat (Planned
inappropriate operations) perencanaan operasi yang tidak
sesuai dapat terjadi akibat kegagalan dalam menyediakan
data yang benar, tujuan yang tidak sesuai dengan
peraturan, dan tidak memberikan kesempatan kepada
pekerja untuk berisitirahat.
 Kegagalan untuk memperbaiki masalah yang dikenal
(Failed to correct a known problem) dapat terjadi akibat
kegagalan untuk memperbaiki kesalahan dalam dokumen,
kegagalan untuk mengidentifikasi risiko, dan kegagalan
dalam melaporkan hal-hal yang bersifat near miss.
 Pelanggaran pengawasan (Supervisory violation) terjadi
akibat mengesahkan bahaya yang tidak diperlukan,
kegagalan dalam menjalankan peraturan dan regulasi, dan
mengesahkan pekerja yang sebenarnya tidak memenuhi
syarat.
d. Pengaruh Organisasi (Organizational Influences).
Pengaruh organisasi yang berasal dari sumber manajemen,
iklim kerja, dan proses organisasi merupakan akar dari kegagalan
yang terjadi di tempat kerja. Hal tersebut menjadi penting karena
keputusan yang dikeluarkan oleh tingkat manajemen yang lebih
tinggi akan berpengaruh dalam melakukan praktek pengawasan.
Kelebihan :
 Teori inisifatnya yang general, sehingga dapat diterapkan di industri
manapun (Human factors guideline).
 Mencakup aspek individu dan organisasi, juga mudah dipelajari dan
outputnya mudah ditafsirkan sehingga memudahkan untuk menganalisa
kecelakaan yang terjadi.
Kekurangan :
 Sangat general.
 Pengguna dari teori ini wajib membuat interpretasi sendiri serta
menyesuaikan diri sendiri dengan resiko model tersebut mempunyai
khasiat yang kecil di kehidupan nyata (Ratriwardhani, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Burnham, J. C. (2008). The syndrome of accident proneness (Unfallneigung) : Why psichiatrists


did not adopt and medicalize it. History Psychiatry, 19 (3), 251-274.

Edoyo, B., & Tugino. (2007). Analisis faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja konstruksi.
Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan, 1(9), 21-31.

Ekasari, L. E. (2017). Analisis faktor yang memengaruhi kecelakaan kerja pada pengoperasian
container crane di PT X Surabaya Tahun 2013–2015. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health, 6 (1), 124–133.

Ratriwardhani, R. A. (2020). Analisis kecelakaan kerja dengan menggunakan Metode HFACS


pada PT. X. MTPH Journal, 4 (1), 79-90.

Anda mungkin juga menyukai