Anda di halaman 1dari 7

HUMAN ERROR

Oleh Kelompok 3:

Auliah Rahmi 1806167232


Cahyo Khoirul Ardil 1806167301
Dian Surya Pratama 1806167301
Salsabila Liandra Putri 1806253513
Sarah Safira 1806253526
Triadi Sugiarto 1806167592

PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2018
HUMAN ERROR

Human Error adalah kesalahan manusia yang tidak sengaja di luar


kesadarannya yang dapat menyebabkan kecelakaan. Menurut Rasmussen (1926),
human error adalah tindakan manusia yang menyebabkan sistem berjalan kurang
memuaskan. Sebagai contoh di bidang aviasi, system adalah pesawat dan human
adalah manusia yang berperan dalam pengoperasian pesawat agar bisa terbang, jika
terjadi kecelakaan maka penyebabnya 70% adalah human error. Kecelakaan-
kecelakan besar seperti Bhopal Disaster (1984), Chernobyl Disaster (1986),
Zeebrugge Ferry Disaster (1987), dan Challanger Disaster (1986) mendukung
berkembangan teori human error. Jadi human error adalah suatu kegiatan/proses yang
dilakukan oleh manusia yang perlu kita kaji kembali. Oleh karena itu yang ditekankan
disini adalah kegiatan/proses sehingga membuat manusia itu gagal dalam
bertindak/berlaku/bersikap normal.

Teori human error pertama kali dicetuskan oleh Rasmussen, yang


melihat human error dari 3 hal yaitu skill-based mistake, rule-based mistake, dan
knowledge-based mistake. Ketiga hal tersebut dikenal dengan SRK Approach.
Kemudian di tahun 1990, teori human error dikembangan oleh James Reason menjadi
Generic Error Modelling System (GEMS).

Gambar 1. Generic Error Modelling System (GEMS)


Teori Human Error

Terdapat 4 pendekatan Human Error, yaitu:

A. Traditional Safety Engineering


Traditional safety engineering merupakan pendekatan yang paling sederhana.
Pendekatan ini menitikberatkan faktor individu sebagai penyebab terjadinya
error/kecelakaan. Oleh karena itu untuk mengurangi error pada individu
dilakukan hal-hal yang bersifat persuasi seperti menerapkan safety campaign,
punishment, memberikan motivasi, pelatihan, reward and punishment dll. Pada
pendekatan ini difokuskan pada keselamatan individu bukan pada proses kerja.
Pendekatan ini memiliki efektifitas yang cukup baik dalam jangka pendek, namun
kekurangannya pendekatan ini terlalu berfokus pada manusia sehingga
menjadikan manusia sebagai sumber kesalahan. Jenis pendekatan ini masih
diterapkan ditempat kerja (sebagai pendekatan yang paling dasar) namun untuk
perusahan yang sistem K3nya sudah baik, pendekatan jenis ini seringkali
diintegrasikan dengan jenis pendekatan lain guna mencegah terjadinya error.

B. Human Factors Engineering/Ergonomics


Human factors engineering/ergonomic merupakan pendekatan yang berfokus
pada human – machine interface. Pada pendekatan ini human error terjadi karena
ketidaksesuaian antara manusia (human) dan mesin (system). Sudut pandang
pendekatan ini, error merupakan konsekuensi dari ketidaksesuaian antara beban
kerja, kapabilitas fisik dan mental individu atau tim operator. Prinsip dasarnya
adalah untuk mengurangi kemungkinan terjadinya error dengan menyesuaikan
pekerjaan terhadap orang (fitting the job to the person). Hal ini tentu sangat
berbeda dengan menyesuaikan orang terhadap pekerjaan (fitting the person to the
job) yang hanya berfokus pada pelatihan ataupun seleksi pekerjaan. Dalam
mengurangi kecelakaan maka difokuskan pada optimalisasi desain sistem yang
menyesuaikan dengan karakteristik fisik dan mental manusia. Dengan desain
yang baik maka diharapkan tidak ada salah persepsi antara manusia dengan
sistem.
C. Cognitive System Engineering
Cognitive systems engineering merupakan pendekatan yang bersifat
komprehensif. Pendekatan ini berfokus pada manusia terhadap analisis,
perencanaan dan evaluasi dalam bentuk sistem kognitif. Konsep yang digunakan
dalam pendekatan ini ialah skill based, rule based dan knowledge based.
Sehingga dalam klasifikasi error dari perspektif kognitif meliputi slip and
mistake, rule-based mistake, knowledge-based mistake dan error recovery.
Pendekatan ini juga sangat efektif untuk meningkatkan produktifitas pekerja,
dapat digunakan dalam kondisi abnormal atau keadaan darurat dimana tiap
individu mengetahui perannya masing-masing. Namun dalam penerapannya
pendekatan ini membutuhkan biaya yang cukup besar dan biaya ini akan terus
bertambah seiring dengan berkembangnya teknologi yang perlu disesuaikan
dengan kemampuan kognitif tiap pekerja.

Gambar 2. Human Error berdasarkan Cognitive System Engineering


1. Slips/Skill-Based Error
Skill-Based Error terjadi pada pekerja yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang melakukan aktivitas rutin namun terdapat peluang
kesalahan pada keterampilan yang dimiliki pekerja. Kesalahan yang
disebabkan oleh keterampilan dapat membuat seseorang melakukan aktivitas
yang tidak sesuai dengan rencana awal atau sering disebut dengan "Slips of
Action" dan juga lupa melakukan sesuatu yang harus dilakukan dalam suatu
tugas/aktivitas yang sering disebut dengan "Memory Lapse".

2. Mistake
Mistake adalah kegagalan dalam perencanaan, dimana rencana yang
diharapkan tidak dapat mencapai hasil yang diinginkan dikarenakan
kurangnya pengalaman atau informasi yang dimiliki oleh manusia. Manusia
yang memiliki sedikit pengalaman dan sedikit informasi lebih
memungkinkan untuk mengalami kesalahan. Mistake biasanya terjadi karena
ketidaksengajaan dan bisa diminimalisasi dan dimitigasi melalui proses
jaminan kompetensi yang kuat, melalui pelatihan dan iklim kerja yang baik
antar rekan kerja. Kesalahan pada manusia dapat berdasarkan pengetahuan
(knowledge-based) atau berdasarkan aturan (rule-based).

a. Knowledge-Based
Kesalahan dalam knowledge-based karena pengetahuan manusia
yang tidak memadai tentang bagaimana ia melakukan tugas/pekerjaan
atau suatu hal.

b. Rule-Based
Kesalahan dalam rule-based karena adanya pengabaian oleh
manusia terhadap serangkaian aturan yang telah ditetapkan sehingga
menghasilkan hasil yang tidak diinginkan.

3. Violation
Pelanggaran merupakan kegagalan dalam menerapkan aturan yang baik.
Pelanggaran diklasifikasikan sebagai kesalahan manusia ketika tindakan
tersebut disengaja dan mencapai hasil yang tidak diinginkan atau
mengakibatkan konsekuensi yang tidak diharapkan. Ada tiga jenis
pelanggaran yang berkaitan dengan human error, antara lain adalah:
a. Routine
Pelanggaran terjadi ketika pekerja tidak mematuhi peraturan, pekerja
mengetahui dan memahami bahwa aturan ini ada, namun ia menolak
untuk menerapkannya.

b. Exceptional
Pelanggaran ini terjadi ketika ada sesuatu yang salah dan pekerja
percaya bahwa aturan tidak lagi berlaku atau bahwa jika menerapkan
aturan pun tidak dapat memperbaiki masalah. Maka dari itu mereka lebih
memilih untuk melanggar.

D. Sociotechnical System
Sociotechnical system merupakan pendekatan untuk memahami hubungan
antara teknologi, individu, organisasi dan sistem sosial (budaya) di tempat kerja.
Prinsip pendekatan ini menggunakan top-down dengan memperhatikan seluruh
program yang telah dibuat oleh manajemen yang bertujuan untuk membangun
budaya K3 dan mengurangi error yang terjadi. Berdasarkan sudut pandang
sociotechnical systems pendekatan ini menjelaskan sejauh ini mengatasi error
dalam tiga cara. Pertama dengan mendorong untuk berperilaku aman (traditional
safety engineering), kedua dengan mendesain sistem untuk memastikan
kecocokan antara kapabilitas manusia dengan beban kerja (human factors
engineering/ergonomic) dan yang ketiga dengan memahami penyebab dasar
terjadinya error. Jadi kondisi yang dapat menimbulkan error dapat dieliminasi
dari sumbernya (the cognitive systems engineering). Metode yang biasa
digunakan untuk melakukan pendekatan ini adalah wawancara, survei, dan audit
untuk mendesain ulang organisasi. Pendekatan jenis ini mulai banyak digunakan
karena dianggap paling komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

American Institute of Chemical Engineers. 1994. Guidelines for Preventing Human


Error in Process Safety. New York: Library of Congress Cataloging-in
Publication Data.

Price, D. 2010. Human Error Management. Ann Arbor: ProQuest LLC.

Rasmussen, J. 1926. Information Processing and Human-Machine Interaction an


Approach to Cognitive Engineering. Vol: 12. Amsterdam: Elsevier Science
Publishers B. V.

Anda mungkin juga menyukai