TINJAUAN PUSTAKA
To “err” is human
Dalam istilah sederhana, error adalah kegagalan untuk melaksanakan suatu hal
yang telah direncanakan untuk mencapai luaran yang diinginkan.Error dapat terjadi
karena melakukan sesuatu yang salah, atau gagal melakukan sesuatu dengan
benar.Pelanggaran berbeda dengan error.Pelanggaran adalah suatu tindakan
menyimpang dari aturan atau standar yang berlaku, Error dapat terjadi karena adanya
situasi tertentu dan adanya faktor individual yang menjadi predisposisi terjadinya error.
Situasi yang dimaksud antara lain kurangnya pengalaman, waktu yang sempit,
pengecekan yang tidak adekuat, buruknya prosedur, dan kurang informasi.
Adapun faktor individual meliputi keterbatasan kapasitas memori manusia,
kelelahan, stress, kelaparan dan sakit tertentu, bahasa atau faktor budaya, dan sikap
berbahaya. Kurang pengalaman, sikap berbahaya, buruknya konsentrasi seseorang.
Bahasa dan budaya berpotensi menjadi penyebab error komunikasi dan interaksi antara
pasien dan tenaga kesehatan.yang bersifat disengaja.
IM SAFE
Akronim IM SAFE dibentuk di lingkungan industri penerbangan sebagai teknik
menilai diri sendiri apakah seseorang aman untuk bekerja ketika mereka masuk ke
tempat kerja. IM SAFE sendiri terdiri dari:
I Illness - Sakit
M Medication– Obat-obatan (mengonsumsi obat tertentu dari dokter, alkohol atau
lainnya)
S Stress – Stres, beban pikiran, tekanan
A Alcohol – Konsumsi Alkohol
F Fatigue – Kelelahan
E Emotion – Emosi
Mengumpulkan data
Dalam proses pengumpulan data, digunakan berbagai metode:
Observasi langsung, ini berupa kujungan langsung ke lokasi kejadian dan
lokasilokasi lain yang terkait dengan kejadian. Saat observasi sebaiknya
difoto, dibuat gambaran tempat kejadian, bila perlu bisa dilakukan
rekonstruksi kejadian.
Dokumentasi, ini berarti kita mencari dokumen-dokumen yang terkait
dengan suatu kejadian. Misalnya rekam medik, hasil lab, dokumen
kebijakan, hasil rapat, dsb.
Wawancara, ini berupa pertemuan langsung tim investigasi untuk menggali
informasi dari pihak-pihak yang terlibat dalam kejadian.
Identifikasi masalah
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi masalah. Masalah-masalah
yang adadalam pelayanan kesehatan bisa berupa tindakan yang seharusnya
dilakukan tapi tidak dilakukan, atau sebaliknya, seharusnya tidak dilakukan
malah dilakukan, atau bisa juga melakukan dengan cara yang salah. Jika pada
proses pemetaan kronologi kita menggunakan tabular timeline, kita tinggal
mengumpulkan daftar masalah yang ada dalam tabel tersebut.
Analisis informasi
Selanjutnya masalah-masalah yang sudah terkumpul tersebut perlu
dianalisa untukmencari akar masalah maupun faktor-faktor kontribusinya.
Adapun perbedaan antaraakar masalah dan faktor kontribusi ialah:
Five why
Teknik ini cukup sederhana, yaitu dengan bertanya MENGAPA masalah
tersebut terjadi. Setelah ketemu penyebabnya, pertanyaan diajukan lagi dan lagi secara
berulang-ulang untuk mencari faktor penyebab yang lebih mendalam hingga
ketemuakar permasalahan dan problem sebenarnya. Akar masalah cirinya: akan sulit
dijawabjika ditanyakan lagi pertanyaan “mengapa”. Dengan kata lain, bila sudah sulit
dijawabkalau ditanyakan “mengapa” berarti itulah akar masalahnya. Umumnya
denganbertanya “mengapa?” sekitar 5 (lima) kali sudah ketemu akar masalahnya.
Itulahmengapa dinamakan teknik “five why”. Diharapkan dengan teknik ini penyebab
yanglebih mengakar dapat teridentifikasi.
Change analysis
Analisis perubahan digunakan jika suatu sistem yang awalnya berjalan baik
kemudianterjadi suatu masalah atau kejadian yang tidak diharapkan, atau bila dicurigai
ada suatu perubahan yang menyebabkan ketidaksesuaian tindakan atau kerusakan alat.
Cara melakukannya pada intinya adalah membandingkan antara kenyataan yang terjadi
dengan idealnya. Bila kita mendapati ada suatu masalah yang terjadi pada
suatutindakan, maka kita dapat membandingkan antara prosedur-prosedur yang nyata.
Dilakukan saat tindakan tersebut dengan yang seharusnya terjadi di lapangan.
Barrier analysis
Tiap kejadian yang tidak diharapkan seharusnya ada suatu penghalang/ barrier
supaya tidak terjadi kejadian tersebut. Misalnya kejadian pasien jatuh, semestinya ada
penghalang terjadinya kejadian tersebut, misalnya: skrining pasien yang beresiko jatuh,
penghalang pada tempat tidur pasien, monitor rutin untuk pasien yang beresiko
jatuh,alarm yang berbunyi jika ada anggota tubuh pasien keluar dari area tempat tidur,
dan sebagainya. Jika ada suatu kejadian yang tidak diharapkan, kita dapat mencari
penghalang/ barrier yang seharusnya ada untuk mencegah kejadian tersebut, dan
melihat kenyataan apakah penghalang-penghalang tersebut dilakukan. Bila penghalang
sudah dilakukan dan ternyata gagal mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien,
dicari sebab mengapa penghalang tersebut gagal.
Fish bone
Teknik ini dilakukan terutama pada kejadian-kejadian yang penyebabnya/ factor
kontribusinya kompleks. Kita mencari faktor kontribusi terjadinya kejadian tersebut
dengan melihat berbagai faktor yang berkaitan.
Mitigasi
Mitigasi berarti mengurangi keparahan dampak jika suatu saat risiko tersebut
benarterjadi. Misalnya instalasi sistem pemadam kebakaran. Instalasi sistem pemadam
kebakaran memang tidak akan mencegah kebakaran, tetapi diharapkan jika suatu saat
terjadi kebakaran bisa dipadamkan ketika api masih kecil sehingga tidak menimbulkan
kerugian serius.
Menerima masalah berarti kita tidak melakukan tindakan apapun untuk masalah
tersebut. Kita membiarkan saja masalah tersebut terjadi. Misalnya menerima resiko
komputer RS terkena virus, berarti kita membiarkan saja dan tidak melakukan apapun
untuk mengurangi resiko komputer terkena virus. Hal ini bisa saja terjadi misalnya
memang sama sekali tidak punya dana perawatan komputer, atau pada kasus dimana
komputer yang terkena virus memang tidak akan dipakai lagi. Dalam hal ini menerima
resiko masalah akan dilakukan.
BAB III
PEMBAHASAN
Masalah 2
Di ruangan imunisasi juga kekurangan tenaga kerja. Saat petugas ingin
menyuntikan vaksin, terdapat bayi yang rewel dan merontah-rontah. Di saat itu tidak
ada petugas lain yang membantu memegang bayi tersebut. Sehingga konsentrasi
petugas terganggu saat penyuntikan vaksin dan hampir salah area penyuntikan. Selain
itu, akibat dari kekurangan tenaga kerja di ruangan imunisasi, terdapat beberapa bayi
yang hampir terlupa untuk diberikan imunisasi polio.
Solusi
Sebaiknya perlu di lakukan penambahan tenaga kerja untuk menghindari human error
karena faktor kelelahan
Topik 5 Belajar dari kesalahan
Masalah
Sekitar enam bulan yang lalu terdapat kelalaian petugas pada saat pelayanan di
apotek, dimana petugas salah dalam memberikan obat kepada pasien yang
membutuhkan obat tetes mata tetapi justru di berikan obat tetes telinga, kondisi tersebut
baru disadari petugas dan pihak psukesmas ketika pasien datang kembali esok harinya
dengan keluhan matanya menjadi merah dan meradang setelah diteteskan obat tersebut
lalu pasien memperlihatkan obat yang diberikan kepada petugas. Setelah itu dilakukan
pengecekan resep untuk mengidentifikasi apakah hal tersebut karena salah penulisan
resep atau kelalaian petugas apotek. Setelah dilakukan crosscheck ternyata tidak ada
masalah pada penulisan resep, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kejadian ini
diakibatkan oleh kelalaian petugas apotek.
Solusi
Kejadian tersebut dapat dijadikan bahan koreksi diri pada pihak petugas dan
puskesmas agar lebih teliti dalam menjalankan pelayanan, karena hal tersebut bisa
merugikan pasien dan berakibat fatal. Untuk ke depannya seharusnya obat dengan
sediaan atau label yang sama. ditempatkan pada tempat yang berjauhan dilengkapi
dengan label tempat yang jelas sehingga tidak menimbulkan kejadian yang tidak
diinginkan segaimana yang telah dijelaskan tersebut.
Semenjak kejadian tersebut prosedur pengambilan obat di apotek menjadi lebih
teliti dengan menanyakan nama lengkap pasien dan usia serta pada kertas resep ditulis
asal poli berobat. Hingga saat ini karena proses perbaikan pelayanan tersebut, belum ada
kejadian serupa yang terulang kembali.
Topik 6 Memahami dan Mengelola Risiko Klinis
Masalah
Seorang anak usia 3 bulan datang bersama orang tuanya ke poli imunisasi
karena terdapat benjolan di di tempat bekas suntikan imunisasi yaitu, pada paha kanan
yang timbul sejak dilakukannya imunisasi 5 hari yang lalu. Selain itu anak juga
mengalami demam sehingga orang tuanya datang untuk menayakan mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Solusi
Petugas menjelaskan kepada orang tua anak tersebut bahwa hal ini memang
dapat terjadi paska imunisasi jika orang tua tidak melakukan perawatan yang baik pada
bekas imunisasi seperti yang sudah dijelaskan oleh petugas setelah imunisasi.
Topik 7 Peningkatan Kualitas
Aspek Sarana Prasarana
Masalah 1
Lantai didepan teras IGD dan pintu masuk/keluar puskesmas sudah lama tidak
diperbarui sehingga fungsinya mencegah lantai licin berkurang drastis, terlebih lagi ini
terletak di depan IGD dimana jika sedang ada pasien yang membutuhkan pertolongan,
akan banyak orang terutama pasien dan keluarga pasien yang berlalu lalang dalam
kondisi panik dan kurang berhati hati sehingga dapat menyebabkan terpeleset dan jatuh.
Solusi 1
Sebaiknya segera dipasang karpet anti licin yang baru, atau jika memang
anggaran belum tersedia maka hendaknya dipasang peringatan agar orang yang melintas
berhati hati
Masalah 2
Keberadaan atau kualitas westafel di ruangan ruangan poli kurang baik.
Terutama tidak terdapatnya wastafel di ruang Kesehatan Lingkungan dan fungsi
wastafel yang terdapat di ruang Anak/Imunisasi tidak baik dikernakan airnya yang tidak
mengalir. Sebagaimana kita ketahui bahwa saran mencuci tangan adalah salah satu yang
sangat penting dalam sarana kesehatan guna mencegah terjadinya komplikasi berupa
infeksi sekunder ataupun nosokomial
Solusi 2
Seharusnya segera dilakukan perbaikan fungsi wetafel dengan memperbaiki
saluran air di ruang anak/imunisasi sehingga dipastikan petugas dapat mencuci tangan
dengan standar yang ditetapkan setiap akan atau sesudah melakukan tindakan. Bagi
ruangan yang belum memiliki westafel agar segera dibuat, tentunya diiringi dengan
kualitas wetafel dan air yang baik. Perlu juga ditambahkan tata cara mencuci tangan
yang benar di dekat setiap westafel agar memudahkan petugas mencuci tangan sesuai
standar.
Masalah 3
Tidak dipisahkannya tong sampah medis dan non medis. Hal ini sangat penting,
karena dengan dipisahkannya tong sampah tersebut, akan membantu pencegahan
penyebaran infeksi dan tentunya akan memudahkan pengolahan limbah medis pada
tahap berikutnya.
Solusi 3
Pihak puskesmas harus segera melengkapi kekurangan tong sampah yang ada
dan menerapkan pemisahan tempat sampah medis dan non medis di setiap poli tanpa
terkecuali, karena hal ini sangat penting untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi.
Masalah 4
Kondisi gudang (Tempat penyimpanan) cukup memperihatinkan dimana antara
barang dan makanan digabung, tidak memiliki penerangan, tidak rapid an bersih serta
tidak memiliki pintu sebagai penutup. Pada kondisi gudang seperti ini berakibat akan
menjadi tempat penumpukan kuman, kualitas barang yang disimpan jauh berkurang,
terutama makanan MP ASI yang disimpan disini.
Solusi Seharusnya dipisahkan penyimpanan antara barang dan makanan, diatur dan
ditata dengan rapi, disediakan penerangan sehingga kondisi tidak lembab seta dibuatkan
pintu untuk penutup. Jika terpaksa digabung, maka harus dalam kondisi yang rapih dan
bersih guna menjamin kualitas makanan serta rutin untuk dibersihkan.
Masalah 5
Area ramah anak relatif masih kurang aman. Di area ramah anak di Puskesmas
terdapat perosotan yang digunakan oleh anak-anak untuk bermain, namun perosotan ini
tidak memiliki bantalan atau sejenis pelindung lainnya terutama dibawah, sehingga hal
ini dapat menyebabkan risiko jatuh langsung ke lantai dan menyebabkan cedera pada
anak
Solusi 5
Pihak puskesmas harus segera melengkapi fitur keamanan pada area ramah anak
guna mengantisipasi cedera atau hal tidak diinginkan lainnya serta dapat juga
ditambahkan papan peringatan berisi pesan untuk orang tua agar tetap memperhatikan
anak-anak saat bermain.
Aspek Kualitas SDM
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dalam pengamatan yang kami lakukan, bahwa masih banyak terdapat hal-hal
kecil yang dapat mempengaruhi keselamatan pasien seperti Human error, resiko klinis
yang dapat terjadi, kualitas sarana yang kurang seperti tangga yang licin, tidak terdapat
wastafel di ruang kesling dan imunisasi, tong sampah yang tidak dibedakan antara
medis dan non medis serta perosotan pada permainan anak-anak yang tidak disertai
bantalan.
4.2 Saran
Guna kelancaran dalam pelaksanaan keselamatan kerja di wilayah kerja
Puskesmas Kenali Besar serta untuk mengatasi permasalahan yang ada, maka:
1. Untuk menghindari human error sebaiknya dilakukan pembagian tugas yang
merata serta perlu di lakukan penambahan tenaga kerja
2. Petugas menjelaskan kepada orang tua anak bahwa dapat terjadi Kejadian Ikutan
Paska Imunisasi (KIPI)
3. Perlu dilakukan perbaikan pada sistem pengairan atau pipa, agar setiap keran di
Poli dapat berfungsi dengan baik.
4. Pada tangga yang licin, sebaiknya diberi karpet anti licin
5. Perlu ada perbaikan susunan barang-barang di gudang agar menjadi lebih rapi
dan bersih, serta memiliki sistem penerangan yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA