Anda di halaman 1dari 21

 tidak.

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda
kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat
timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung
dan peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea
mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot.Setelah beberapa waktu timbul perubahan
pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.
Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung.Konsep baru sekarang ini
mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan otak.Dimana
saat kematian ditentukan berdasarkan saat otak berhenti berfungsi.Pada saat itulah jika
diperiksa dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar.
Tanda yang segera dikenali setelah kematian;

 Berhentinya sirkulasi darah

 Berhentinya pernafasan
Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:

 Perubahan pada mata

 Perubahan pada kulit

 Perubahan temperatur tubuh

 Lebam mayat

 Kaku mayat

Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama:

 Proses pembusukan

 Saponifikasi atau adiposera

 Mumifikasi
Tanda kematian dibagi menjadi dua:
1. Tanda kematian tidak pasti:
a. Berhentinya sistim pernafasan dan sistim sirkulasi.
Secara teoritis, diagnosis kematian sudah dapat ditegakkan jika jantung dan paru berhenti selama
10 menit, namun dalam prakteknya seringkali terjadi kesalahan diagnosis sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan dengan cara mengamati selama waktu tertentu. Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan mendengarkannya melalui stetoscope pada daerah precordial dan
larynx dimana denyut jantung dan suara nafas dapat dengan mudah terdengar.
Kadang-kadang jantung tidak segera berhenti berdenyut setelah nafas terhenti, selain disebabkan
ketahanan hidup sel tanpa oksigen yang berbeda-beda dapat juga disebabkan depresi
pusat sirkulasi darah yang tidak adekwat, denyut nadi yang menghilang merupakan
indikasi bahwa pada otak terjadi hipoksia. Sebagai contoh pada kasus judicial hanging
dimana jantung masih berdenyut selama 15 menit walaupun korban sudah diturunkan
dari tiang gantungan.
b. Kulit yang pucat
Kulit muka menjadi pucat ,ini terjadi sebagai akibat berhentinya sirkulasi darah sehingga darah
yang berada di kapiler dan venula dibawah kulit muka akan mengalir ke bagian yang
lebih rendah sehingga warna kulit muka tampak menjadi lebih pucat. Akan tetapi ini
bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya. Kadang-kadang kematian dihubungkan
dengan spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.
Pada mayat yang mati akibat kekurangan oksigen atau keracunan zat-zat tertentu (misalnya
karbon monoksida) warna semula dari raut muka akan bertahan lama dan tidak cepat
menjadi pucat.
c. Relaksasi otot
Pada saat kematian sampai beberapa saat sesudah kematian , otot-otot polos akan mengalami
relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Relaksasi pada stadium ini disebut relaksasi
primer. Akibatnya rahang turun kebawah yang menyebabkan mulut terbuka, dada
menjadi kolap dan bila tidak ada penyangga anggota gerakpun akan jatuh kebawah.
Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul sehingga orang mati tampak
lebih muda dari umur sebenarnya, sedangkan relaksasi pada otot polos akan
mengakibatkan iris dan sfincter ani akan mengalami dilatasi. Oleh karena itu bila
menemukan anus yang mengalami dilatasi harus hati-hati menyimpulkan sebagai akibat
hubungan seksual perani/anus corong.
d. Perubahan pada mata
Perubahan pada mata meliputi hilangnya reflek kornea dan reflek cahaya yang menyebabkan
kornea menjadi tidak sensitif dan reaksi pupil yang negatif. Hilangnya reflek cahaya pada
kornea ini disebabkan karena kegagalan kelenjar lakrimal untuk membasahi bola mata.
Kekeruhan pada kornea akan timbul beberapa jam setelah kematian tergantung dari posisi
kelopak mata.Walaupun sering ditemui kelopak mata tertutup secara tidak komplit, ini
terjadi oleh karena kekakuan otot-otot kelopak mata. Kekeruhan pada lapisan dalam
kornea ini tidak dapat dihilangkan atau diubah kembali walaupun digunakan air untuk
membasahinya.
Bila kelopak mata tetap terbuka sclera yang ada disekitar kornea akan mengalami kekeringan
dan berubah menjadi kuning dalam beberapa jam yang kemudian berubah menjadi coklat
kehitaman. Area yang berubah warna ini berbentuk trianguler dengan basis pada perifer
kornea dan puncaknya di epikantus. Area ini disebut’taches noires de la sclerotiques’.
Iris masih bereaksi dengan stimulasi kimia sampai 4 jam sesudah kematian somatik, tetapi reflek
cahaya segera hilang bersamaan dengan iskemik pada batang otak. Pupil biasanya pada
posisi mid midriasis yang disebabkan oleh karena relaksasi dari muskulus pupilaris
walaupun ada sebagian ahli yang menganggap ini sebagai proses rigor mortis. Diameter
pupil sering dihubungkan dengan sebab kematian seperti lesi di otak atau intoksikasi obat
seperti keracunan morphin dimana sewaktu hidup pupil menunjukan kontraksi.
Setelah kematian tekanan intra okuler akan turun, tekanan intra okuler yang turun ini mudah
menyebabkan kelainan bentuk pupil sehingga pupil kehilangan bentuk sirkuler setelah
mati dan ukurannya pun menjadi tidak sama ,pupil dapat berkontraksi dengan diameter 2
mm atau berdilatasi sampai 9 mm dengan rata-rata 4-5 mm oleh karena pupil mempunyai
sifat tidak tergantung dengan pupil lainnya maka sering terdapat perbedaan sampai 3 mm.
2. Tanda kematian pasti:
a. Penurunan suhu mayat (Algor Mortis)
Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu
lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun.
Proses pemindahan panas ini berlangsung secara : Konduksi, Radiasi, dan evaporasi.
Kecepatan penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu
mayat tu sendiri. Pada iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat.
Menurut Sympson (Inggris), menyatakan bahwa dalam keadaan biasa tubuh yang tertutup
pakaian mengalami penurunan temperatur 2,50 F setiap jam pada enam jam pertama dan
1,6-2,0 F pada enam jam berikutnya, maka dalam 12 jam suhu tubuh akan sama dengan
suhu sekitarnya.
Maka itu penurunan suhu mayat dipengaruhi oleh faktor sbb:
o Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungan
o Suhu tubuh mayat saat mati
o Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat
o Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat
o Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan suhu tubuh
mayat
o Aktivitas sebelum meninggal
o Sebab kematian
o Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat
o Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaaan tubuh yang
terpapar
Cara melakukan penilaian algor mortis:
o Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting
o Dahi dingin setelah 4 jam post mortem
o Badan dingin setelah 12 jam post mortem
o Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem
o Bila mayat mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari suhu, aliran dan
keadaan airnya
o Perkiraan saat kematian dapat dihitung dari pengukuran suhu jenazah perrektal
(Rectal Temperature/RT). Saat kematian (dalam jam) dapat dihitung rumus PMI (Post
Mortem Interval) berikut.
Formula untuk suhu dalam Celcius
PMI = 37C – Suhu Rektal C + 3
Formula untuk suhu dalam Fahrenheit
PMI = 98,6F – Suhu Rektal F
(1,5)

b. Lebam mayat (Livor Mortis)


Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan subkutan disertai
pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah atau bagian tubuh
yang tergantung.Keadaan ini memberi gambaran berupa warna ungu kemerahan.
Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga darah akan
berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat pada awalnya berupa bercak
yang biasanya muncul seperti lebam keunguan yang terlihat kurang dari 1 jam setelah
kematian. Lebam ini akan semakin jelas dalam beberapa jam berikutnya. Fenomena ini
biasanya menjadi lengkap dalam 6-12 jam dan dikatakan menetap (lebam tidak hilang
pada penekanan dengan jari dan tidak akan hilang bila mayat dipindahkan).
Pembekuan darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian. Lebam mayat ini bisa berubah
baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan posisi mayat. Karena itu penting
sekali untuk memastikan bahwa mayat belum disentuh oleh orang lain. Posisi mayat ini
juga penting untuk menentukan apakah kematian disebabkan karena pembunuhan atau
bunuh diri.
Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab kematian :
o Merah kebiruan merupakan warna normal lebam
o Merah terang menandakan keracunan CO(cherry red), keracunan CN (bright scarlet) atau
suhu dingin (bright pink)
o Merah gelap menunjukkan asfiksia
o Perunggu pucat bergaris-garis menandakan kematian akibat abortus septic
o Coklat (chocolate brown) menandakan keracunan potassium chlorate nitrate

Kepentingan medikolegal dari lebam mayat


o Merupakan tanda dari kematian
o Bisa membantu menentukan posisi dari mayat dan penyebab kematian
o Jika mayat terletak pada posisi punggung dibawah, maka lebam mayat pertama sekali
terlihat pada bagian leher dan bahu, baru kemudian menyebar ke punggung.
o Pada mayat dengan posisi tergantung, lebam mayat tampak pada bagian tungkai dan
lengan.
o Pada beberapa kasus, warna dari lebam mayat ini bisa lain daripada normal.
o Dapat juga digunakan memperkirakan saat kematian.

Lebam mayat menyerupai luka memar, maka harus dibedakan. Perbedaannya adalah:

Sifat Lebam mayat Memar

Epidermal, karena pelebaran pembuluh Ruptur pembuluh darah yang


darah letaknya bisa superfisial atau
Letak lebih dalam
yang tampak sampai ke permukaan kulit

Kutikula Tidak rusak Kulit ari rusak

Terdapat pada daerah yang luas, terutama Terdapat di sekitar bisa tampak di
Lokasi luka pada bagian tubuh yang mana di mana saja pada
letaknya rendah. bagian tubuh dan tidak
meluas
Gambaran Pada lebam mayat tidak ada evalasi dari Biasanya membengkak
kulit

Pinggiran Jelas Tidak jelas

Memar yang lama warnanya


bervariasi. Memar yang baru
Warna Warnyanya sama berwarna lebih tegas daripada
warna lebam mayat
. disekitarnya

Darah ke jaringan sekitar, susah


Pada pemotongan, darah tampak dalam dibersihkan jaringan sekitar,
Pada susah dibersihkan jika hanya
pembuluh, dan mudah dibersihkan. dengan air mengalir. Jaringan
pemotongan
Jaringan subkutan tampak pucat. subkutan berwarna merah
kehitaman.

Dampak Akan hilang walaupun hanya diberi


setel penekanan yang ringan. Maksimal 8 Warnanya berubah sedikit saja jika
ah jam lebam mayat tidak hilang dalam diberi penekanan.
penekanan penekanan

c. Kaku mayat (Rigor Mortis)


Rigor mortis atau kaku jenazah terjadi akibat hilangnya ATP.ATP digunakan untuk memisahkan
ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi otot. Namun karena pada saat kematian
terjadi penurunan cadangan ATP maka ikatan antara aktin dan myosin akan menetap
(menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam
postmortem semakin bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam postmortem.
Kemudian setelah itu akan berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya.
Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam postmortem) kaku jenazah sudah tidak
ada lagi.
Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap :
o Periode relaksasi primer (flaksiditas primer)
Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama 2-3 jam. Seluruh otot tubuh
mengalami relaksasi,dan bisa digerakkan ke segala arah. Iritabilitas otot masih ada tetapi
tonus otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring rahang bawah akan
jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan lemas.
o Kaku mayat (rigor mortis)
Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung setelah
terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot menjadi
kaku. Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata, bagian
belakang leher, rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada, abdomen bagian atas dan
terakhir pada otot tungkai. Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot
memendek dan persendian pada mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi. Keadaan
ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada musim dingin dan 18 - 36 jam pada musim
panas.
o Periode relaksasi sekunder
Otot menjadi relaks (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan protein,
dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses pembusukan juga mulai
terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit
membedakan antara relaksasi primer dengan relaksasi sekunder.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kaku Mayat
o Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat
terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan
lembab. Pada kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan
cepat terjadi dan berlangsung lebih lama.
o Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak
lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru tampat pada
bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur)
o Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat
terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat
terjadi dan berlangsung lebih lama.
o Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus di
mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum
meninggal keadaan otot sudah lemah.
Diagnosis Banding Kaku Mayat
o Kekakuan karena panas (heat stiffening). Keadaan ini terjadi jika mayat terpapar pada
suhu yang lebih tinggi dari 750 C, atau jika mayat terkena arus listrik tegangan
tinggi. Kedua keadaan diatas akan menyebabkan koagulasi protein otot sehingga otot
menjadi kaku. Pada kasus terbakar, keadaan mayat menunjukkan postur tertentu
yang disebut dengan sikap pugilistik, yaitu suatu posisi di mana semua sendi
berada dalam keadaan fleksi dan tangan terkepal. Sikap yang demikian disebut juga
sikap defensif.
Perbedaan antara kaku mayat dengan kaku karena panas adalah :
 Adanya tanda kekakuan bekas terbakar pada permukaan mayat pada kaku karena panas.
 Pada kasus kekakuan karena panas, otot akan mengalami laserasi jika dipaksa
diregangkan.
 Pada kaku karena panas, kekakuan tersebut akan berlanjut akan melanjut terus sampai
terjadinya pembusukan.

o Kekakuan karena dingin (cold stiffening). Jika mayat terpapar suhu yang sangat
dingin, maka akan terjadi pembekuan jaringan lemak dan otot. Jika mayat
dipindahkan ke tempat yang suhunya lebih tinggi maka kekakuan tersebut akan
hilang. Kaku karena dingin cepat terjadi dan cepat juga hilang.

o Spasme kadaver (Cadaveric spasm). Otot yang berkontraksi sewaktu masih


hidup akan lebih cepat mengalami kekakuan setelah meninggal. Pada
kekakuan ini tidak ada tahap pertama yaitu tahapan relaksasi. Keadaan ini
biasanya terjadi jika sebelum meninggal korban melakukan aktivitas berlebihan.
Bentuk kekakuan akan menunjukkan saat saat terakhir kehidupan korban.
Fenomena ini sangat jarang ditemukan.

Perbedaan antara Kaku Mayat dengan Spasme Kadaver

Sifat Kaku Mayat Spasme Kadaver

Mulai timbul 1-2 jam setelah meninggal Segera setelah meninggal


Faktor - Kematian mendadak,aktivitas
berlebih, ketakutan,
predisposisi terlalu lelah, perasaan
tegang, dll.

Otot yang Semua otot, termasuk otot Biasanya terbatas pada satu
terkena volunter dan involunter kelompok otot volunter

Kaku otot Tidak jelas, dapat dilawan Sangat jelas, perlu tenaga yang
kuat untuk melawan
dengan sedikit tenaga. kekakuannya.

Kepentingan Untuk perkiraan saat kematian Menunjukkan cara kematian


dari yaitu bunuh
segi diri,pembunuhan atau
kecelakaan
Medikolegal

Suhu mayat Dingin Hangat

Kematian sel Ada Tidak ada

Rangsangan Tidak ada respon otot Ada respon otot


listrik

Kepentingan Kaku Mayat dari segi medikolegal :


o Pada kasus bunuh diri, mungkin alat yang digunakan untuk tujuan bunuh diri masih
berada dalam genggaman.
o Pada kasus kematian karena tenggelam, mungkin pada tangan korban bisa terdapat daun
atau rumput.
o Pada kasus pembunuhan, pada gemgaman korban mungkin bisa diperoleh sesuatu yang
memberi petunjuk untuk mencari pembunuhnya.

d. Proses pembusukan (Dekomposisi)


Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan kerja bakteri.
Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan dimulai dari daerah sekum
menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena terbentuk gas seperti HCN,
H2S dan lain-lain. Gas yang terjadi menyebabkan pembengkakan. Akibat proses
pembusukan rambut mudah dicabut, wajah membengkak, bola mata melotot, kelopak
mata membengkak dan lidah terjulur. Pembusukan lebih mudah terjadi pada udara
terbuka suhu lingkungan yang hangat/panas dan kelembaban tinggi.Bila penyebab
kematiannya adalah penyakit infeksi maka pembusukan berlangsung lebih cepat.
Tanda-tanda pembusukan:
o Warna kehijauan pada dinding perut daerah caecum, yang disebabkan reaksi
hemoglobin dengan H2S menjadi sulfmethemolobin
o Wajah dan bibir membengkak
o Scrotum dan vulva membengkak
o Abdomen membengkak, akibat adanya gas pembusukan dalam usus sehingga
mengakibatkan keluarnya fese dari anus dan isi lambung dari mulut dan lubang
hidung
o Vena-vena superfisialis pada kulit berwarna kehijauan disebut Marbling
o Pembentukan gas-gas pembusukan di bawah lapisan epidermis sehingga timbul
bulla
o Akibat tekanan gas-gas pembusukkan, gas dalam paru terdesak, sehingga darah
keluar dari mulut dan hidung
o Bola mata menonjol keluar akibat gas pembusukkan dalam orbita
o Kuku dan rambut dapat terlepas, serta dinding perut dapat pecah

Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan menarik lalat untuk
hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di mana dalam waktu 8-24
jam telur akan menetas menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu
4-5 hari, belatung ini lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi
lalat dewasa. Pada tahap ini bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan
uterus juga tampak dan uterus gravid juga bisa mengeluarkan isinya
Proses-proses spesifik pada jenazah karena kondisi khusus:
o Mummifikasi
Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan terdehidrasi dengan cepat.
Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan akan berubah menjadi keras, kering,
warna coklat gelap, berkeriput dan tidak membusuk.
o Adipocere
Adipocere adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak dan berminyak
yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan terhidrolisis menjadi
asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim bakteri.
Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan suhu
panas.Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberap
bulan.Adipocere relatif resisten terhadap pembusukan.

Pemeriksaan Kedokteran Forensik


Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang diduga kasus
pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan di dalam hal sebagai berikut:

 Apakah anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati?

 Apakah terdapat tanda-tanda perawatan?

 Apakah ada luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab kematian?

Oleh karena Visum et Repertum itu juga mengandung makna sebagai pengganti barang bukti,
maka segala apa yang terdapat dalam barang bukti dalam hal ini yaitu tubuh anak, harus dicatat
dan dilaporkan. Dengan demikian selain ketiga kejelasan tersebut di atas, masih ada dua hal lagi
yang harus diutarakan dalam VR yaitu:

 Apakah anak yang dilahirkan itu cukup bulan dalam kandungan?

 Apakah pada anak tersebut didapatkan kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup bagi si anak?

Sehingga lebih jelas bahwa permasalahan tentang maturitas seperti cukup bulan atau prematur
merupakan hal yang penting, sama halnya dengan kemampuan anak untuk hidup dengan wajar
(viabilitas) tanpa kelainan bawaan yang diderita oleh anak (Idries, 1997).

Sebelum melangkah lebih jauh, perlu ditinjau lebih dahulu pengertian lahir hidup dan lahir
mati.Perlu diketahui bahwa seorang dokter tidak dibenarkan membuat kesimpulan lahir hidup
atau lahir mati dari hasil pemeriksaan terhadap korban kasus yang diduga akibat pembunuhan
anak (Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007).
A. Lahir hidup atau lahir mati

Lahir hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap, yang
setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain tanpa mempersoalkan usia
gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan uri dilahirkan.

Lahir mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan oleh
ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun setelah kehamilan berumur
28 minggu dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang tidak bernapas atau tidak
menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat atau gerakan
otot rangka (Budiyanto et al.,1997).

Adapun tanda-tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan yaitu :

 Pernapasan

o Paru mengembang

o Udara dalam lambung atau usus

 Menangis

 Pergerakan otot

 Sirkulasi darah dan denyut jantung serta perubahan hemoglobin

 Isi usus

 Keadaan tali pusat

(Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007)

1. Pernapasan

Pernapasan spontan terjadi akibat rangsangan atmosfer dan adanya gangguan sirkulasi plasenta,
dan ini menimbulkan perubahan penting yang permanen pada paru.

a. Uji Apung Paru

Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique), paru-paru tidak
disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan histopatologik
jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.

Lidah dikeluarkan seperti biasa di bawah rahang bawah, ujung lidah dijepit dengan pinset atau
klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga tampak palatum mole.Dengan scalpel
yang tajam, palatum mole disayat sepanjang perbatasannya dengan palatum durum.Faring,
laring, esophagus bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang belakang.Esofagus bersama
dengan trakea diikat di bawah kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini dimaksudkan
agar pada manipulasi berikutnya cairan ketuban, mekonium atau benda asing lain tidak mengalir
ke luar melalui trakea; bukan untuk mencegah masuknya udara ke dalam paru.

Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau pinset bedah dan scalpel,
tidak boleh dipegang dengan tangan.Kemudian esophagus diikat di atas diafragma dan dipotong
di atas ikatan.Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak masuk ke dalam lambung dan uji
apung lambung-usus (uji Breslau) tidak memberikan hasil meragukan.

Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan ke dalam air dan
dilihat apakah mengapung atau tenggelam.Kemudian paru-paru kiri dan kanan dilepaskan dan
dimasukkan kembali ke dalam air, dilihat apakah mengapung atau tenggelam.Setelah itu tiap
lobus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau
tenggelam.Lima potong kecil dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke dalam air,
diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam.

Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan
adanya pembusukan.Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan di antara dua karton dan
ditekan dengan arah penekanan tegak lurus jangan digeser untuk mengeluarkan gas pembusukan
yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu masukkan kembali ke dalam air dan diamati
apakah masih mengapung atau tenggelam. Bila masih mengapung berarti paru terisi udara residu
yang tidak akan keluar. Namun, terkadang dengan penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi
yang telah membusuk lanjut akan pecah dan udara residu keluar dan memperlihatkan hasil uji
apung paru negatif.

Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru mengingat
kemungkinan adanya pernapasan sebagian (parsial respiration) yang dapat bersifat buatan atau
alamiah (vagitus uternus atau vagitus vaginalis) yaitu bayi sudah bernapas walaupun kepala
masih dalam uterus atau dalam vagina).

Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi dilahirkan hidup
tapi kemudian berhenti bernapas meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara dalam
alveoli diresorpsi.Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan histopatologik paru harus dilakukan
untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup.

Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat dipercaya, sehingga
tidak dianjurkan untuk dilakukan.

b. Mikroskopik paru-paru
Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan larutan
formalin 10 %. Sesudah 12 jam, dibuat irisan melintang untuk memungkinkan cairan fiksatif
meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi selama 48 jam, kemudian dibuat sediaan
histopatologik.Biasanya digunakan perwarnaan HE dan bila paru telah membusuk digunakan
pewarnaan Gomori atau Ladewig.

Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum bernapas, tetapi merupakan
ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda khas untuk paru janin belum
bernapas adalah adanya tonjolan (projection) yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang
kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga akan tampak seperti gada (club
like). Pada permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak darah.Pada paru
bayi belum bernapas yang sudah membusuk dengan perwarnaan Gomori atau Ladewig, tampak
serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelok-kelok seperti rambut yang
keriting, sedangkan pada projection berjalan di bawah kapiler sejajar dengan permukaan
projection dan membentuk gelung-gelung terbuka (open loops).

Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi cairan amnion yang luas
karena asfiksia intrauterin, misalnya akibat tertekannya tali pusat atau solusio plasenta sehingga
terjadi pernapasan janin prematur (intrauterine submersion).Tampak sel-sel verniks akibat
deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi panjang dengan inti piknotik berbentuk
huruf “S”, bila dilihat dari atas samping terlihat seperti bawang.Juga tampak sel-sel amnion
bersifat asidofilik dengan batas tidak jelas dan inti terletak eksentrik dengan batas yang juga
tidak jelas.

Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin terlihat dalam
bronkioli dan alveoli.kadang-kadang ditemukan deskuamasi sel-sel epitel bronkus yang
merupakan tanda maserasi dini, atau fagositosis mekonium oleh sel-sel dinding alveoli.

Lahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya kehidupaan seperti
trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang hebat, dengan atau tanpa robekan tentorium
serebeli, pneumonia intrauterin, kelainan kongenitasl yang fatal seperti anensefalus (Budiyanto et
al.,1997).

Adapun ringkasan perbedaan dari pemeriksaan paru yaitu (Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007):

N Paru belum bernapas Paru sudah bernapas

11. Volume kecil, kolaps, menempel Volume 4-6x lebih besar, sebagian menutupi
pada vertebra, konsistensi padat, jantung, konsistensi seperti karet busa (ada
tidak ada krepitasi krepitasi)

22. Tepi paru tajam Tepi paru tumpul


33. Warna homogen, merah Warna merah muda
kebiruan/ungu

54. Kalau diperas di bawah permukaan Gelembung gas yang keluar halus dan rata
air tidak keluar gelembung gas atau ukurannya.
bila sudah ada pembusukan
gelembungnya besar dan tidak rata.

65. Tidak tampak alveoli yang Tampak alveoli, kadang-kadang terpisah


berkembang pada permukaan sendiri

66. Kalau diperas hanya keluar darah Bila diperas keluar banyak darah berbuih
sedikit dan tidak berbuih (kecuali walaupun belum ada pembusukan (volume
bila sudah ada pembusukan) darah dua kali volume sebelum napas.

87. Berat paru kurang lebih 1/70 BB Berat paru kurang lebih 1/35 BB

88. Seluruh bagian paru tenggelam Bagian-bagian paru yang mengembang


dalam air terapung dalam air.

2. Menangis

Bernapas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi tanpa bernapas.Suara
tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir hidup karena suara tangisan dapat terjadi
dalam uterus atau dalam vagina. Yang merangsang bayi menangis dalam uterus adalah
masuknya udara dalam uterus dan kadar oksigen dalam darah menurun dan atau kadar CO2
dalam darah meningkat.

3. Pergerakan Otot

Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak dapat dibuktikan. Kaku
mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup kemudian mati maupun yang lahir mati.

4. Peredaran Darah, Denyut Jantung, dan Perubahan pada Hemoglobin

Meliputi bukti fungsional yaitu denyut tali pusat dan detak jantung (harus ada saksi mata) dan
bukti anatomis yaitu perubahan-perubahan pada Hb serta perubahan dalam duktus arteriosus,
foramen ovale dan dalam duktus venosus (cabang vena umbilicalis yang langsung masuk vena
cava inferior).
Bila ada yang menyaksikan denyut nadi tali pusat/detak jantung pada bayi yang sudah terlahir
lengkap, maka ini merupakan bukti suatu kelahiran hidup. Foramen ovale tertutup bila telah
terjadi pernapasan dan sirkulasi (satu hari sampai beberapa minggu). Duktus arteriosus perlahan-
lahan menjadi jaringan ikat (paling cepat dalam 24 jam) Duktus venosus menutup dalam 2-3 hari
sampai beberapa minggu.

5. Isi Usus dan Lambung

Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat masuk akibat reflek menelan,
maka ini merupakan bukti kehidupan (lahir hidup). Udara dalam lambung dan usus dapat terjadi
akibat pernapasan wajar, pernapasan buatan, atau tertelan. Keadaan-keadaan tersebut tidak dapat
dibedakan. Cara pemeriksaan yaitu esophagus diikat, dikeluarkan bersama lambung yang diikat
pada jejunum lekuk pertama, kemudian dimasukkan ke dalam air. makin jauh udara usus masuk
dalam usus, makin kuat dugaan adanya pernapasan 24-48 jam post mortem, mekonium sudah
keluar semua seluruhnya dari usus besar.

6. Keadaan Tali Pusat

Yang harus diperhatikan pada tali pusat adalah pertama ada atau tidaknya denyut tali pusat
setelah kelahiran. Ini hanya dapat dibuktikan dengan saksi mata. Kedua, pengeringan tali pusat,
letak dan sifat ikatan, bagaimana tali pusat itu di putus (secara tajam atau tumpul).

7. Keadaan Kulit

Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan setelah bayi lahir,
sebaliknya ada satu keadaan yang dapat memastikan bahwa bayi tersebut tidak lahir hidup yaitu
maceration, yang dapat terjadi bila bayi sudah mati in utero beberapa hari (8-10 hari). Hal ini
harus dibedakan dengan proses pembusukan yaitu pada maserasi tidak terbentuk gas karena
terjadi secara steril. Kematian pada bayi dapat terjadi waktu dilahirkan, sebelum dilahirkan atau
setelah terpisah sama sekali dari ibu.

Bukti kematian dalam kandungan:

 Ante partum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu melahirkan

 Meceration, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri:

o Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau)

o Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan


o Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak

o Tidak ada gas, baunya khas

o Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam kandungan

Ivestigasi tentang kasus permekosaan


1. Kronologis Pemeriksaan
1. Informed consent
2. Anamnesa Pasien :
a. Umum :

 Umur, tempat/tanggal lahir, status perkawinan, siklus haid

 Penyakit kelamin/penyakit kandungan/penyakit lain

 Apa pernah bersetubuh

 Kapan persetubuhan terakhir

 Apakah memakai kondom


b. Khusus:

 Waktu kejadian, tanggal, jam, tempat kejadian

 Apakah korban melawan

 Apakah korban pingsan

 Apa ada penetrasi dan ejakulasi

 Apa setelah kejadian korban mencuci, mandi, atau ganti pakaian


3. Memeriksa pakaian

 Robekan

 Kancing putus

 Bercak darah

 Air mani

 Lumpur
 Rapi atau tidak
4. Memeriksa tubuh korban
 Umum
-Penampilan
-Keadaan emosional
-Tanda bekas hilang kesadaran
-Tanda needle mark
-Tanda kekerasan
-Tanda perkembangan alat kelamin sekunder, pupil, reflex cahaya, TB, BB, TD, keadaan
jantung, paru, abdomen
-Adakah trace evidence pada tubuh korban
 Khusus
*Rambut kemaluan yang saling melekat karena air mani mongering gunting
*Bercak air mani kerok/swab
*Vulva tanda kekerasan
*Introitus vagina
*Selaput daratentukan orifisiumperawan= 2,5cm ; persetubuhan= 9cm
*Frenulum labiorum pudenda
*Vagina dan cervix
5. Pemeriksaan Laboratorium
 Tes Penyaring cairan mani  Tes fosfatase asam, visual/taktil, UV
 Tes Penentu cairan mani  Berberio, Florence, Puranen
 Tes Penentu spermatozoa  Sediaan langsung, Malascheet Green,
Baechii
 Tes toksikologi (urin,darah)
 Tes kehamilan
 Tes kuman Gonorrhea
2. Pemeriksaan laboratoriun
Pemeriksaan cairan mani
Semen merupakan cairan agak kental, berwarna putih kekuningan, keruh dan berbau khas. Dapat
mengandung/ tidak mengandung spermatozoa (pada azospermia). Mengandung
spermatozoa, sel-sel epitel, dan sel-sel lain yang tersuspensi dalam cairan yang disebut
plasma seminal yang mengandung spermin dan beberapa enzim seperti fosfatase asam.
Karena kekhasan kandungan zat ini, zat ini dapat digunakan untuk menentukan apakah
suatu cairan atau bercak adalah sperma atua bukan.
Bahan yang diambil dari tubuh korban:
Cairan mani dalam vagina untuk membuktikan adanya persetubuhan. Swab dilakukan dengan
bantuan spekulum. Dengan cotton but dilakukan swab pada forniks posterior vagina dan
permukaan mulut rahim.
Penentuan ada/ tidaknya spermatozoa
Tanpa pewarnaan

 Untuk melihat apakah ada spermatozoa yang masih bergerak

 Umumnya, dalam 2-3 jam setelah persetubuhan masih dapat ditemukan spermatozoa
yang bergerak dalam vagina. Haid akan memperpanjang sampai 3-4 jam.

 Cara pemeriksaan: satu tetes lendir vagina diletakan pada kaca obyek, dilihat dengan
pembesaran 500 x serta kondensor diturunkan. Perhatikan gerakan sperma.
Spermatozoa dapat ditemukan 3-6 hari pasca persetubuhan

Dengan pewarnaan

 Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada
nyala api. Pulas dengan HE, methy lene blue atau malachite green

 Malachite green adalalh cara yang mudah dan baik digunakan.


 Warnai dengan larutan malachite green 1% selama 10-15 menit, lalu cuci dengan
air mengalir dan setelah itu lakukakn counterstain dengan Eosin Yellowish 1%
selama 1 menit, terakir cuci lagi dengan air
 Terlihat gambaran sperma: kepala (merah), leher( merah muda), ekor (hijau)
Penentuan cairan mani (kimiawi)
Reaksi fosfatase asam

 Mendeteksi adanya enzim Fosfatase asam dalam bercak/ cairan


 Merupakan reaksi penyaring ada/ tidaknya mani, sehingga kharus dikonfirmasi
ulang lagi dengan menggunakan tes penentu

 Cara pemeriksaan : Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring ang
telah terlebih dahulu dibasahi dengan akuades selama beberapa menit. Kemudian
kertas saring diangkat dan disemprotkan dengan reagens.
(+) timbul warna ungu dalam waktu ± 30 detik
+ palsu dapat ditemukan pada feses, air teh, kontraseptik, sari buah dan tumbuh-tumbuhan.
Reaksi Berberio

 Dasar reaksi: menentukan adanya spermin dalam semen

 Merupakan reaksi penentu ada/ tidaknya mani

 Reagen yang digunakan larutan asam pikrat jenuh


(+) kristal spermin pikrat yang kekuning-kuningan berbentuk jarum dengan ujung tumpul,
kadang-kadang terdapat garis refraksi yang terletak longitudinal
Reakssi florence

 Dasar reaksi adalah untuk menentukan ada/ tidaknya kholin.

 Cara pemeriksaan: Ekstrak diletakan pada kaca obyek, biarkan mengering, tutup dengan
kaca penutup. Reagen dialirkan dengan pipet dibawah kaca penutup.
(+) kristal kholin-periodida berwarna cokelat, berbentuk jarum dengan ujung sering terbelah.
+ palsu ekstrak jaringan berbagai organ (putih telur, ekstrak seranggga) akan memberikan
warna serupa.
Pemeriksa bercak mani pada pakaian
Visual
Bercak manu berbatas tegas, dan lebih gelap dari sekitarnya, bercak yang sudah agak tua
berwarna agak kekuning-kuningan. Pada bahan tekstil yang tidak menyerap, bercak yang
segar akan menunjukkan permukaan mengkilap dan translusen, kemudian akan
mengering.

 Dengan bantuan sinar Ultraviolet bercak semen akan menunjukkan warna putih

 Dengan bantuan lampu wood: dapat ditemukan bercak putih pada kulit/ tubuh

 Taktil

 Bercak mani terasa memberi kesan kaku seperti kanji


Pewarnaan baecchi
 Untuk mengetahui adanya spermatozoa pada bercak kain

 Dengan jarum diambil 1-2 helai benang, leyakkan pada gelas obyek dan diuraikan sampai
serabut-serabut saling terpisah. Tutup dengan gelas tutup dan balsem kanada, periksa
dengan mikroskop pembesaran 400 kali. Serabut pakaian tidak mengambil warna,
spermatozoa dengan kepala berwarna merah dan ekor merah muda terlihat banyak
menempel pada selaput benang.
Pemeriksaan pria tersangka
Cara lugol

 Kaca obyek ditempelkan dan ditekankan pada glans penis, terutama pada bagian kolom,
korona serta frenulum

 Kemudian letakkan dengan spesimen menghadap ke bawah dengan spesimen menghadap


ke bawah dia atas tempat yang berisi larutan lugol dengan tujuan agar uap iodium akan
mewarnai sediaan tersebut. Hasik + menunjukan sel-sel epitel vagina dengan sitoplasma
berwarna cokelat karena mengandung banyak glikogen.

 Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita, perlu ditentukan adanya
kromatin seks (barr body).

Anda mungkin juga menyukai