LAHAT – Pria tanpa identitas yang diperkirakan berusia sekitar 30 hingga 40 tahun
ditemukan sudah membusuk Senin (5/7) malam sekitar pukul 19.00 oleh warga Desa
Muara Lawai Kecamatan Merapi Timur. Mayat itu sendiri ditemukan warga di dalam
semak belukar yang sempat membuat warga sekitar geger.
Kapolres Lahat AKBP Drs. Iwan Yusuf Chairudin didampingi Kasat Reskrim, AKP
Yoga Bagaskara SIk, melalui KSPK Polres Lahat Ipda Mira membenarkan adanya
penemuan mayat itu. Menurut Mira, mayat tersebut pertama kali ditemukan warga yang
melintas di TKP. Sayangnya, warga yang menemukan mayat itu langsung menghilang
setelah melapor. Akibatnya, petugas kesulitan meminta keterengan lebih lanjut.
“Kita menemukan mayat itu sekitar 100 meter dari terowongan Kereta Api (KA) Muara
Lawai dengan posisi terlentang dan sudah membusuk dipenuhi ulat belatung. Kondisinya
sudah menghitam. Sayangnya, tidak ditemukan identitas saat dilakukan pemeriksaan”
ungkap Mira menerangkan. Menurut Kapolsek, korban diperkirakan sudah tergeletak di
lokasi sejak 4 hingga 5 hari sebelumnya. Dibuktikan dengan sudah membusuknya
jenazah itu.
“Korban bisa saja meninggal akibat dibunuh melihat luka di beberapa bagian tubuhnya.
Namun kita akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan melakukan autopsi,” sambung
Kanit Identifikasi Polres Lahat, Bripka L Dias usai memeriksa kondisi jenazah di RSUD
Lahat
2
SASARAN BELAJAR:
3
I. MEMPELAJARI TENTANG PERUBAHAN – PERUBAHAN SETELAH MATI
Ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi
setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi disebut Tanatologi. Tanatologi ini
berguna dalam :
• Menentukan apakah korban sudah mati atau belum
• Menentukan lama korban telah mati, dan
• Menentukan apakah korban tersebut mati wajar atau tidak.
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan
tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya
kerja jantung dan peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan
refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul
perubahan pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.
Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep baru
sekarang ini mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan
otak. Dimana saat kematian ditentukan berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada
saat itulah jika diperiksa dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar.
4
a. Berhentinya sistim pernafasan dan sistim sirkulasi.
Kulit muka menjadi pucat ,ini terjadi sebagai akibat berhentinya sirkulasi
darah sehingga darah yang berada di kapiler dan venula dibawah kulit muka
akan mengalir ke bagian yang lebih rendah sehingga warna kulit muka tampak
menjadi lebih pucat.
Akan tetapi ini bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya. Kadang-
kadang kematian dihubungkan dengan spasme agonal sehingga wajah tampak
kebiruan.
Pada mayat yang mati akibat kekurangan oksigen atau keracunan zat-zat
tertentu (misalnya karbon monoksida) warna semula dari raut muka akan
bertahan lama dan tidak cepat menjadi pucat.
c. Relaksasi otot
5
Perubahan pada mata meliputi hilangnya reflek kornea dan reflek cahaya
yang menyebabkan kornea menjadi tidak sensitif dan reaksi pupil yang
negatif. Hilangnya reflek cahaya pada kornea ini disebabkan karena kegagalan
kelenjar lakrimal untuk membasahi bola mata.
Bila kelopak mata tetap terbuka sclera yang ada disekitar kornea akan
mengalami kekeringan dan berubah menjadi kuning dalam beberapa jam yang
kemudian berubah menjadi coklat kehitaman. Area yang berubah warna ini
berbentuk trianguler dengan basis pada perifer kornea dan puncaknya di
epikantus. Area ini disebut’taches noires de la sclerotiques’.
Iris masih bereaksi dengan stimulasi kimia sampai 4 jam sesudah kematian
somatik, tetapi reflek cahaya segera hilang bersamaan dengan iskemik pada
batang otak. Pupil biasanya pada posisi mid midriasis yang disebabkan oleh
karena relaksasi dari muskulus pupilaris walaupun ada sebagian ahli yang
menganggap ini sebagai proses rigor mortis. Diameter pupil sering
dihubungkan dengan sebab kematian seperti lesi di otak atau intoksikasi obat
seperti keracunan morphin dimana sewaktu hidup pupil menunjukan
kontraksi.
Setelah kematian tekanan intra okuler akan turun, tekanan intra okuler
yang turun ini mudah menyebabkan kelainan bentuk pupil sehingga pupil
kehilangan bentuk sirkuler setelah mati dan ukurannya pun menjadi tidak
sama ,pupil dapat berkontraksi dengan diameter 2 mm atau berdilatasi sampai
9 mm dengan rata-rata 4-5 mm oleh karena pupil mempunyai sifat tidak
tergantung dengan pupil lainnya maka sering terdapat perbedaan sampai 3
mm.
Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama
dengan suhu lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan
suhunya menurun. Proses pemindahan panas ini berlangsung secara : Konduksi,
Radiasi, dan evaporasi. Kecepatan penurunan suhu pada mayat bergantung
kepada suhu lingkungan dan suhu mayat tu sendiri. Pada iklim yang dingin maka
penurunan suhu mayat berlangsung cepat. Menurut Sympson (Inggris),
menyatakan bahwa dalam keadaan biasa tubuh yang tertutup pakaian mengalami
6
penurunan temperatur 2,50 F setiap jam pada enam jam pertama dan 1,6-2,0 F
pada enam jam berikutnya, maka dalam 12 jam suhu tubuh akan sama dengan
suhu sekitarnya.
(1,5)
Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan
subkutan disertai pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya
rendah atau bagian tubuh yang tergantung. Keadaan ini memberi gambaran
berupa warna ungu kemerahan.
7
Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati
sehingga darah akan berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat
pada awalnya berupa bercak yang biasanya muncul seperti lebam keunguan yang
terlihat kurang dari 1 jam setelah kematian. Lebam ini akan semakin jelas dalam
beberapa jam berikutnya. Fenomena ini biasanya menjadi lengkap dalam 6-12
jam dan dikatakan menetap (lebam tidak hilang pada penekanan dengan jari dan
tidak akan hilang bila mayat dipindahkan).
Pembekuan darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian. Lebam
mayat ini bisa berubah baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan
posisi mayat. Karena itu penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum
disentuh oleh orang lain. Posisi mayat ini juga penting untuk menentukan apakah
kematian disebabkan karena pembunuhan atau bunuh diri.
Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan
penyebab kematian :
o Merah kebiruan merupakan warna normal lebam
o Merah terang menandakan keracunan CO(cherry red), keracunan
CN (bright scarlet) atau suhu dingin (bright pink)
o Merah gelap menunjukkan asfiksia
o Perunggu pucat bergaris-garis menandakan kematian akibat
abortus septic
o Coklat (chocolate brown) menandakan keracunan potassium
chlorate nitrate
8
Epidermal, karena pelebaran pembuluh Ruptur pembuluh darah yang
darah letaknya bisa superfisial atau lebih
Letak
yang tampak sampai ke permukaan kulit dalam
Terdapat pada daerah yang luas, terutama Terdapat di sekitar bisa tampak di
Lokasi luka pada bagian tubuh yang letaknya mana di mana saja pada bagian tubuh
rendah. dan tidak meluas
Gambaran Pada lebam mayat tidak ada evalasi dari Biasanya membengkak
kulit
Pinggiran Jelas Tidak jelas
Memar yang lama warnanya
bervariasi. Memar yang baru
Warna Warnyanya sama
berwarna lebih tegas daripada warna
.
lebam mayat disekitarnya
Darah ke jaringan sekitar, susah
Pada pemotongan, darah tampak dalam dibersihkan jaringan sekitar, susah
Pada
pembuluh, dan mudah dibersihkan. dibersihkan jika hanya dengan air
pemotongan
Jaringan subkutan tampak pucat. mengalir. Jaringan subkutan
berwarna merah kehitaman.
Rigor mortis atau kaku jenazah terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan
untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi otot.
Namun karena pada saat kematian terjadi penurunan cadangan ATP maka ikatan
antara aktin dan myosin akan menetap (menggumpal) dan terjadilah kekakuan
jenazah. Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin bertambah
hingga mencapai maksimal pada 12 jam postmortem. Kemudian setelah itu akan
berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya. Pada 12 jam setelah
kekakuan maksimal (24 jam postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada lagi.
Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap :
9
Iritabilitas otot masih ada tetapi tonus otot menghilang. Pada kasus di mana
mayat letaknya berbaring rahang bawah akan jatuh dan kelopak mata juga
akan turun dan lemas.
o Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat
lebih lambat terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada
lingkungan yang panas dan lembab. Pada kasus di mana mayat dimasukkan ke
dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan berlangsung lebih lama.
o Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan
berlangsung tidak lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat.
Kaku mayat baru tampat pada bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak
prematur)
o Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus,
kaku mayat cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati
mendadak, kaku mayat lambat terjadi dan berlangsung lebih lama.
o Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama
pada kasus di mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal,
dibandingkan jika sebelum meninggal keadaan otot sudah lemah.
o Kekakuan karena panas (heat stiffening). Keadaan ini terjadi jika mayat terpapar
pada suhu yang lebih tinggi dari 750 C, atau jika mayat terkena arus listrik
tegangan tinggi. Kedua keadaan diatas akan menyebabkan koagulasi protein
otot sehingga otot menjadi kaku. Pada kasus terbakar, keadaan mayat
menunjukkan postur tertentu yang disebut dengan sikap pugilistik, yaitu suatu
10
posisi di mana semua sendi berada dalam keadaan fleksi dan tangan terkepal.
Sikap yang demikian disebut juga sikap defensif.
Perbedaan antara kaku mayat dengan kaku karena panas adalah :
Adanya tanda kekakuan bekas terbakar pada permukaan mayat
pada kaku karena panas.
Pada kasus kekakuan karena panas, otot akan mengalami laserasi
jika dipaksa diregangkan.
Pada kaku karena panas, kekakuan tersebut akan berlanjut akan
melanjut terus sampai terjadinya pembusukan.
Otot yang Semua otot, termasuk otot Biasanya terbatas pada satu
terkena volunter dan involunter kelompok otot volunter
Kaku otot Tidak jelas, dapat dilawan Sangat jelas, perlu tenaga yang
dengan sedikit tenaga. kuat untuk melawan
kekakuannya.
11
Kepentingan Kaku Mayat dari segi medikolegal :
o Pada kasus bunuh diri, mungkin alat yang digunakan untuk tujuan
bunuh diri masih berada dalam genggaman.
o Pada kasus kematian karena tenggelam, mungkin pada tangan
korban bisa terdapat daun atau rumput.
o Pada kasus pembunuhan, pada gemgaman korban mungkin bisa
diperoleh sesuatu yang memberi petunjuk untuk mencari pembunuhnya.
Tanda-tanda pembusukan:
o Warna kehijauan pada dinding perut daerah caecum, yang disebabkan
reaksi hemoglobin dengan H2S menjadi sulfmethemolobin
o Wajah dan bibir membengkak
o Scrotum dan vulva membengkak
o Abdomen membengkak, akibat adanya gas pembusukan dalam usus
sehingga mengakibatkan keluarnya fese dari anus dan isi lambung dari
mulut dan lubang hidung
o Vena-vena superfisialis pada kulit berwarna kehijauan disebut Marbling
o Pembentukan gas-gas pembusukan di bawah lapisan epidermis sehingga
timbul bulla
o Akibat tekanan gas-gas pembusukkan, gas dalam paru terdesak, sehingga
darah keluar dari mulut dan hidung
o Bola mata menonjol keluar akibat gas pembusukkan dalam orbita
o Kuku dan rambut dapat terlepas, serta dinding perut dapat pecah
Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan
menarik lalat untuk hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada
mayat, di mana dalam waktu 8-24 jam telur akan menetas menghasilkan larva-
yang sering disebut belatung. Dalam waktu 4-5 hari, belatung ini lalu menjadi
pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi lalat dewasa. Pada tahap ini
bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan uterus juga tampak dan
uterus gravid juga bisa mengeluarkan isinya
12
Proses-proses spesifik pada jenazah karena kondisi khusus:
o Mummifikasi
Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan
terdehidrasi dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu.
Jaringan akan berubah menjadi keras, kering, warna coklat gelap,
berkeriput dan tidak membusuk.
o Adipocere
Adipocere adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan,
lunak dan berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh
postmortem. Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena
kerja lipase endogen dan enzim bakteri.
Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban
dan suhu panas. Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa
minggu sampai beberap bulan. Adipocere relatif resisten terhadap
pembusukan.
Visum et repertum disingkat VeR adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh
dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik
terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh
manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.
13
Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik
pembantu sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP :
Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik sesuai dengan pasal 6(1) butir a,
yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara RI. Penyidik ini adalah penyidik tunggal
bagi pidana umum, termasuk pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa
manusia. Oleh karena visum et repertum adalah keterangan ahli mengenai pidana
yang berkaitan dengan kesehatan jiwa manusia, maka penyidik pegawai negeri sipil
tidak berwenang meminta visum et repertum, karena mereka hanya mempunyai
wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-
masing (Pasal 7(2) KUHAP).
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan
(2) Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya
Sanksi hukum bila siapa saja yang menolak permintaan penyidik, dapat dikenakan
sanksi pidana :
Pasal 216 KUHP :
Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasar- kan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau mengga-galkan tindakan guna menjalankan ketentuan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda
paling banyak sembilan ribu rupiah.
Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus
dipenuhinya, diancam : dalam perkara pidana, dengan penjara paling lama sembilan
bulan.
14
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam
pasal 184 KUHP:
Alat bukti yang sah adalah :
(a) Keterangan saksi, (b) Keterangan ahli, ( c ) Surat, (d) Petunjuk, (e) Keterangan
terdakwa
Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana
terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana VeR menguraikan segala sesuatu tentang
hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya
dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat
keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang
tertuang di dalam bagian kesimpulan. Dengan demikian visum et repertum secara utuh
telah menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan membaca
visum et repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang,
dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana
yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia. Apabila visum et repertum belum dapat
menjernihkan duduk persoalan di sidang pengadilan, maka hakim dapat meminta
keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam KUHAP,
yang memungkinkan dilakukannya pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti,
apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat hukumnya
terhadap suatu hasil pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan pasal 180 KUHAP.
Setiap visum et repertum harus dibuat memenuhi ketentuan umum sebagai berikut:
o Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa
15
o Bernomor dan bertanggal
o Mencantumkan kata ”Pro Justitia” di bagian atas kiri (kiri atau tengah)
o Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
o Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu mendeskripsikan
temuan pemeriksaan
o Tidak menggunakan istilah asing
o Ditandatangani dan diberi nama jelas
o Berstempel instansi pemeriksa tersebut
o Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan
o Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum. Apabila ada
lebih dari satu instansi peminta, misalnya penyidik POLRI dan penyidik POM,
dan keduanya berwenang untuk itu, maka kedua instansi tersebut dapat diberi
visum et repertum masing-masing asli
o Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya,
dan disimpan sebaiknya hingga 20 tahun
1. PRO JUSTISIA.
Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et repertum
tidak perlu bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP.
2. PENDAHULUAN.
Bagian ini memuat antara lain :
o Identitas pemohon visum et repertum.
o Identitas dokter yang memeriksa /membuat visum et repertum.
o Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit X Surabaya).
o Tanggal dan jam dilakukannya
o Identitas korban.
o Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana korban
dirawat, waktu korban meninggal.
o Keteranganmengenai orang yang menyerahkan / mengantar korban pada
dokter dan waktu saat korban diterima dirumah sakit.
3. PEMBERITAAN.
o Identitas korban menurut pemeriksaan dokter,
(umur, jenis kel,TB/BB), serta keadaan umum.
o Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan
pada korban.
o Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.
o Hasil pemeriksaan tambahan
o Syarat-syarat :
- Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang awam.
- Angka harus ditulis dengan huruf, (4cm ditulis empat
sentimeter).
- Tidak dibenarkan menulis diagnosa luka, (luka bacok, luka
tembak dll).
16
- Luka harus dilukiskan dengan kata-kata
- Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat
dan ditemukan).
4. KESIMPULAN.
o Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa,
mengenai hasil pemeriksaan sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
o Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca indera
(pengelihatan, pendengaran, perasa, penciuman dan perabaan).
o Sifatnya subjektif.
5. PENUTUP.
o Memuat kata “Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan
mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan”.
o Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter.
Pada kesimpulan visum et repertum untuk orang/korban hidup, yaitu pada visum
et repertum lanjutan, harus dilengkapi dengan kualifikasi luka. Kualifikasi luka akan
memudahkan hakim untuk menjatuhkan pidana.
o Derajat 1 Luka yang tergolong luka yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian penganiayaan
ringan (Psl.352)
o Derajat 2 Luka yg tergolong luka yg menimbulkan penyakit atau halangan utk
menjalankan pekerjaan atau pencaharian penganiayaan (Psl.351 [1]).
o Derajat 3 Luka yang tergolong luka berat penganiayaan berat (Psl.351 [2]).
o Luka yang menyebabkan mati Penganiayaan yang à mati (ps. 351(3) KUHP),
pembunuhan (338 jo 340 KUHP)
17
o Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali atau yang menimbulkan bahaya maut.
o Tidak mampu secara terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencaharian.
o Kehilangan salah satu panca indera.
o Mendapat cacat berat.
o Menderita sakit lumpuh.
o Terganggu daya pikirnya selama 4 minggu lebih.
o Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Berikut ini adalah contoh format Visum et Repertum yang sudah diisi.
------------------------------------------------------------------------------------------------
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKO LEGAL
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KEDIRI
------------------------------------------------------------------------------------------------
VISUM ET REPERTUM
( JENAZAH )
Th.2008
PRO JUSTITIA.
Yang kami terima pada tanggal ; 2 Agustus 2008, maka kami, Dr. Hj. Andati Tyagita
SpF. Dokter Spesialis Forensik, Dokter pemerintah pada Instalasi Kedokteran Forensik
dan Mediko Legal RSUD Kediri, telah melakukan pemeriksaan luar pada tanggal: 2
Agustus 2008, pukul: 16.00 WIB dan pemeriksaan dalam pada tanggal: 2 Agustus 2008,
pukul: 16.30 WIB di rumah sakit tersebut di atas, atas jenazah yang menurut surat
Saudara tersebut,---------------------------------------------------------------------------------------
-Bernama: Supadno, -Jenis kelamin: Laki-laki, -Umur: 50 Tahun.-----------------------------
-Alamat : Jalan Adityawarman 50 Kediri,-------------------------------------------------------
-Bangsa : Indonesia ----------------------------------------------------------------------------
Dengan dugaan meninggal karena : Pembunuhan. ----------------------------------------------
Korban ditemukan/ meninggal : di Ruang tamu rumahnya dalam keadaan mengeluarkan
busa dari dalam mulutnya---------------------------------------------------------------------------
- Pada tanggal : 2 Agustus 2008, - Pukul : 07.00 WIB.------------------------------------------
18
Korban dibawa ke kamar jenazah RSU. Dr.Soedomo Kediri,-----------------------------------
-Oleh : AGUK NUGROHO, -Pangkat : AIPTU. Nrp. 030610088 , Dengan kendaraan
No.Pol.: AG 1234 UA --------------------------------------------------------------------------------
-Pada tanggal: 2 Agustus 2008,----------------------------Pukul : 11-30-----------------------
HASIL PEMERIKSAAN------------------------------------------------------------------------
1. Korban seorang Laki-laki, Usia Lima puluh tahun , Tinggi badan kurang lebih seratus
enam puluh lima centimeter, Berat badan lima puluh kilogram, keadaan gizi baik, warna
kulit sawo matang. -----------------------------------------------------------------------------------
2. Lebam mayat dan kaku mayat negatif. ------------------------------------------------------
3. Korban berlabel dan tidak bersegel, keadaan gizi baik. ---------------------------------------
4. Pakaian sarung, celana dalam putih dan memakai kaos singlet. ---------------------------
5. Kepala / leher : baik rambut hitam lurus.-----------------------------------------------------
- di samping bibir masih terdapat sedikit busa putih------------------------------------------
- kedua pupil mata melebar --------------------------------------------------------------------
- bibir atas dan bawah membiru ---------------------------------------------------------------
- mulut berisi busa warna putih. ----------------------------------------------------------------
- di bawah leher ada bekas cengkeraman kuku-------------------------------------------------
6. Dada : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.----------------------------
7. Perut : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.----------------------------
8. Punggung : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.----------------------
9. Alat kelamin luar : --------------- ----------------------------------------------------------
- dari lubang alat kelamin keluar cairan putih--------------------------------------------------
10. Anggota gerak atas : --tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam--------
11. Anggota gerak bawah : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam-----
KESIMPULAN :-------------------------------------------------------------------------------
1. Korban seorang Laki-laki, Usia Lima puluh tahun , Tinggi badan kurang lebih seratus
enam puluh lima centimeter, Berat badan lima puluh kilogram, keadaan gizi baik, warna
19
kulit sawo matang, rambut lurus hitam, panjang kurang lebih lima centimeter.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Pemeriksaan Luar :
---------------------------------------------------------------------------------
tidak ditemukan luka memar, luka lubang, luka robek di sekitar mulut, serta mulut
berbusa---------------------
3. Pemeriksaan Dalam: -------------------------------------------------------------------------------
tidak ditemukan memar di bawah kulit kepala, memar di bawah kulit leher dan memar di
bawah kulit dada serta ditemukan cairan warna merah di rongga dada.
------------------------------------------
4. Pada alat kelamin ditemukan keluar cairan warna putih dari lubang kelamin. ------------
5. Jadi korban meninggal dunia oleh karena keracunan. ----------------------------------------
Demikian Visum Et Repertum ini kami buat dengan mengingat sumpah waktu menerima
jabatan.
Tanda tangan,
20
DAFTAR PUSTAKA
DiMaio, Vincent & Dominick. 2001. Forensic Pathology second edition. Florida: CRC
press
Idries, Abdul M. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan.
Jakarta: sagung seto
http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/VetR.pdf
www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/TANATOLOGI.pdf
ocw.usu.ac.id/course/download/1110000120.../gis156_slide_tanatologi.pdf
21