Anda di halaman 1dari 22

Memahami dan Menjelaskan Perubahan-Perubahan Setelah Mati Definisi Kematian manusia berdasarkan dua dimensi yaitu kematian seluler

( seluler death) akibat ketiadaan oksigen dan kematian manusia sebagai individu ( somatic death). Kematian individu dapat didefinisikan secara sederhana sebagai terhentinya kehidupan secara permanen (permanent cessation of life) atau dapat diperjelas lagi menjadi berhentinya secara permanen fungsi berbagai organ vital yaitu paru-paru, jantung dan otak sebagai kesatuan yang utuh yang ditandai oleh berhentinya konsumsi oksigen. Sebagai akibat berhentinya konsumsi oksigen ke seluruh jaringan tubuh maka selsel sebagai elemen terkecil pembentuk manusia akan mengalami kematian, dimulai dari sel-sel paling rendah daya tahannya terhadap ketiadaan oksigen. Mati suri adalah penurunan fungsi organ vital sampai taraf minimal untuk mempertahankan kehidupan, sehingga tanda-tanda kliniknya seperti sudah mati yang sifatnya reversibel. Sedangkan mati somatik adalah keadaan dimana ketika fungsi ketiga organ vital sistem saraf pusat, sistem kardiovaskuler, dan sistem pernafasan berhenti secara menetap. Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible kecuali batang otak dan serebelum, kedua sistem lain masih berfungsi dengan bantuan alat. Sedangkan mati batang otak adalah kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Kriteria diagnostik penentuan kematian !. "ilangnya semua respon terhadap sekitarnya (respon terhadap komando atau perintah, dan sebagainya) #. $idak ada gerakan otot serta postur, dengan catatan pasien tidak sedang berada diba%ah pengaruh obat-obatan curare. &. $idak ada reflek pupil '. $idak ada reflek kornea (. $idak ada respon motorik dari saraf kranial terhadap rangsangan ). $idak ada reflek menelan atau batuk ketika tuba endotracheal didorong ke dalam *. $idak ada reflek vestibulo-okularis terhadap rangsangan air es yang dimasukkan ke dalam lubang telinga +. $idak ada napas spontan ketika respirator dilepas untuk %aktu yang cukup lama %alaupun p,- # sudah melampaui %ilayah ambang rangsangan napas ((. torr) $es klinik ini baru boleh dilakukan paling cepat ) jam setelah onset koma serta apneu dan harus diulangi lagi paling cepat sesudah # jam dari tes yang pertama. Sedangkan tes konfirmasi dengan //0 dan angiografi hanya dilakukan jika tes klinik memberikan hasil yang meragukan atau jika ada kekha%atiran akan adanya tuntutan di kemudian hari. Tanda dan Patofisiologi 1. Tanda kematian tidak pasti Berhentinya sistem pernafasan dan sistem sirkulasi.

Secara teoritis, diagnosis kematian sudah dapat ditegakkan jika jantung dan paru berhenti selama !. menit, namun dalam prakteknya seringkali terjadi kesalahan diagnosis sehingga perlu dilakukan pemeriksaan dengan cara mengamati selama %aktu tertentu. 1emeriksaan dapat dilakukan dengan mendengarkannya melalui stetoscope pada daerah precordial dan laryn2 dimana denyut jantung dan suara nafas dapat dengan mudah terdengar. Kadang-kadang jantung tidak segera berhenti berdenyut setelah nafas terhenti, selain disebabkan ketahanan hidup sel tanpa oksigen yang berbeda-beda dapat juga disebabkan depresi pusat sirkulasi

darah yang tidak adekuat, denyut nadi yang menghilang merupakan indikasi bah%a pada otak terjadi hipoksia. Sebagai contoh pada kasus judicial hanging dimana jantung masih berdenyut selama !( menit %alaupun korban sudah diturunkan dari tiang gantungan. 2. ulit yang pu!at Kulit muka menjadi pucat ,ini terjadi sebagai akibat berhentinya sirkulasi darah sehingga darah yang berada di kapiler dan venula diba%ah kulit muka akan mengalir ke bagian yang lebih rendah sehingga %arna kulit muka tampak menjadi lebih pucat. 3kan tetapi ini bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya. Kadang-kadang kematian dihubungkan dengan spasme agonal sehingga %ajah tampak kebiruan. 1ada mayat yang mati akibat kekurangan oksigen atau keracunan 4at-4at tertentu (misalnya karbon monoksida) %arna semula dari raut muka akan bertahan lama dan tidak cepat menjadi pucat. ". #elaksasi otot 1ada saat kematian sampai beberapa saat sesudah kematian , otot-otot polos akan mengalami relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. 5elaksasi pada stadium ini disebut relaksasi primer. 3kibatnya rahang turun keba%ah yang menyebabkan mulut terbuka, dada menjadi kolaps dan bila tidak ada penyangga anggota gerakpun akan jatuh keba%ah. 5elaksasi dari otot-otot %ajah menyebabkan kulit menimbul sehingga orang mati tampak lebih muda dari umur sebenarnya, sedangkan relaksasi pada otot polos akan mengakibatkan iris dan sfincter ani akan mengalami dilatasi. -leh karena itu bila menemukan anus yang mengalami dilatasi harus hati-hati menyimpulkan sebagai akibat hubungan seksual perani6anus corong. $. Perubahan pada mata 1erubahan pada mata meliputi hilangnya reflek kornea dan reflek cahaya yang menyebabkan kornea menjadi tidak sensitif dan reaksi pupil yang negatif. Knight mengatakan hilangnya reflek cahaya pada kornea ini disebabkan karena kegagalan kelenjar lakrimal untuk membasahi bola mata. Kekeruhan pada kornea akan timbul beberapa jam setelah kematian tergantung dari posisi kelopak mata. 3kan tetapi Marshall mengatakan kornea akan tetap menjadi keruh tanpa dipengaruhi apakah kelopak mata terbuka atau tertutup. 7alaupun sering ditemui kelopak mata tertutup secara tidak komplit, ini terjadi oleh karena kekakuan otot-otot kelopak mata. Kekeruhan pada lapisan dalam kornea ini tidak dapat dihilangkan atau diubah kembali %alaupun digunakan air untuk membasahinya. 8ila kelopak mata tetap terbuka sclera yang ada disekitar kornea akan mengalami kekeringan dan berubah menjadi kuning dalam beberapa jam yang kemudian berubah menjadi coklat kehitaman. 3rea yang berubah %arna ini berbentuk trianguler dengan basis pada perifer kornea dan puncaknya di epikantus. 3rea ini disebut taches noires de la sclerotiques yang pertama kali digambarkan oleh Somner pada tahun !+&&. Knight mengatakan iris masih bereaksi dengan stimulasi kimia sampai ' jam sesudah kematian somatik, tetapi reflek cahaya segera hilang bersamaan dengan iskemik pada batang otak. 1upil biasanya pada posisi mid midriasis yang disebabkan oleh karena relaksasi dari muskulus pupilaris %alaupun ada sebagian ahli yang menganggap ini sebagai proses rigor mortis. 9iameter pupil sering dihubungkan dengan sebab kematian seperti lesi di otak atau intoksikasi obat seperti keracunan morphin dimana se%aktu hidup pupil menunjukan kontraksi. 3kan tetapi 1rice (!:)&) memeriksa mata dari !... mayat dan menyimpulkan bah%a keadaan pupil tidak berhubungan dengan sebab kematian, dan kematian menyebabkan pupil menjadi dilatasi atau cadaveric position . Setelah kematian tekanan intra okuler akan turun, tekanan intra okuler yang turun ini mudah menyebabkan kelainan bentuk pupil sehingga pupil kehilangan bentuk sirkuler setelah mati dan ukurannya pun menjadi tidak sama ,pupil dapat berkontraksi dengan diameter # mm atau berdilatasi sampai : mm dengan rata-rata '-( mm oleh karena pupil mempunyai sifat tidak tergantung dengan pupil lainnya maka sering terdapat perbedaan sampai & mm. ;icati (!+:') telah melakukan pengukuran terhadap tekanan bola mata posmortem dimana tekanan normal pada bola mata pada %aktu hidup adalah !' g -#(g akan tetapi begitu sirkulasi terhenti maka

penurunan tekanan bola mata menjadi sangat rendah (tidak sampai mencapai !#g) dan dalam %aktu &. menit akan berkurang menjadi &g yang kemudian menjadi nol setelah # jam kematian. 1enurunan tekanan bola mata ini pernah dicoba untuk menentukan perkiraan saat kematian. Kervokian (!:)!) berusaha menerangkan perubahan-perubahan yang terjadi pada retina !( jam pertama setelah kematian dimana kornea dapat dipertahankan dalam keadaan baik dengan menggunakan air atau larutan garam fisiologis yang kemudian dilakukan pemeriksaan dengan optalmoskop. 1emeriksaan ini tidaklah mudah, ternyata pemeriksaan retina pada mayat jauh lebih sulit bila dibandingkan dengan orang hidup. 9an perubahan %arna yang terjadi pada retina dicoba dihubungkan dengan perkiraan saat kematian. 9engan berhentinya aliran darah maka pembuluh darah retina akan mengalami perubahan yang disebut segmentasi atau <trucking= dan ini terjadi dalam !( menit pertama setelah kematian. 1ada pemeriksaan dalam # jam pertama setelah kematian, dapat dilihat retina tampak pucat dan daerah sekitar fundus tampak kuning, demikian pula daerah sekitar makula. Sekitar ) jam batas fundus menjadi tidak jelas, dan tampak gambaran segmentasi pada pembuluh darah, dengan latar belakang yang ber%arna kelabu kekuningan. 0ambaran ini mencapai seluruh perifer retina sekitar *-!. jam. Setelah !# jam diskus hanya dapat dilihat sebagai titik yang terlokalisasi dengan sisa-sisa pembuluh darah yang bersegmentasi hingga pada akhirnya diskus dan pembuluh darah retina menghilang yang ada hanya makula yang ber%arna coklat gelap. 8eberapa pengamat menggambarkan perubahan dini posmortem yang terjadi pada retina mempunyai arti yang kecil untuk dihubungkan dengan perkiraan saat mati. Sedangkan $omlin (!:)*) beranggapan bah%a segmentasi pada retina lebih berindikasi pada kematian serebral daripada penghentian sirkulasi. 7roble%ski dan /llis (!:*.) mempelajari perubahan mata pada &.. mayat dimana tidak hanya perubahan yang terjadi pada retina tetapi juga perubahan yang terjadi pada kornea juga dicatat. Mereka telah memeriksa #.' fundus dari subjek dan !!( diantaranya terdapat segmentasi atau <trucking= pada satu atau kedua mata setelah satu jam posmortem dan negatif pada +: lainnya. 8agian yang paling sulit pada pemeriksaan ini adalah kekeruhan kornea yang terjadi dalam *(> pasien dalam # jam setelah kematian. 3khirnya mereka menyimpulkan bah%a segmentasi merupakan perubahan posmortem yang alami daripada menghubungkannya dengan perkiraan saat kematian. !. Tanda ematian Pasti %ebam Mayat

?ebam Mayat disebut juga Post Mortem Lividity, Post Mortem Suggilation, Hypostasis, Livor Mortis, Stainning. ?ebam mayat terbentuk bila terjadi kegagalan sirkulasi darah dalam mempertahankan tekanan hidrostatik yang menggerakan darah mencapai capillary bed dimana pembuluh@pembuluh darah kecil afferent dan efferent saling berhubungan. Maka secara bertahap darah yang mengalami stagnasi di dalam pembuluh vena besar dan cabang-cabangnya akan dipengaruhi gravitasi dan mengalir ke ba%ah, ke tempat@tempat yang terendah yang dapat dicapai. 9ikatakan bah%a gravitasi lebih banyak mempengaruhi sel darah merah tetapi plasma akhirnya juga mengalir ke bagian terendah yang memberikan kontribusi pada pembentukan gelembung@gelembung di kulit pada a%al proses pembusukan. 3danya eritrosit di daerah yang lebih rendah akan terlihat di kulit sebagai perubahan %arna biru kemerahan. -leh karena pengumpulan darah terjadi secara pasif maka tempat@tempat di mana mendapat tekanan lokal akan menyebabkan tertekannya pembuluh darah di daerah tersebut sehingga meniadakan terjadinya lebam mayat yang mengakibatkan kulit di daerah tersebut ber%arna lebih pucat. ?ebam mayat ini biasanya timbul setengah jam sampai dua jam setelah kematian, 9imana setelah terbentuk hypostasis yang menetap dalam %aktu !.@!# jam ternyata akan memberikan lebam mayat pada sisi yang berla%anan setelah dilakukan reposisi pada tubuh dari pronasi ke supinasi (interpostmorchange). ?ebam mayat ini biasanya berkembang secara bertahap dan dimulai dengan timbulnya bercak-bercak yang ber%arna keunguan dalam %aktu kurang dari setengah jam sesudah kematian dimana bercakbercak ini intensitasnya menjadi meningkat dan kemudian bergabung menjadi satu dalam beberapa jam kemudian, dimana fenomena ini menjadi komplet dalam %aktu kurang lebih +@!# jam, pada

%aktu ini dapat dikatakan lebam mayat terjadi secara menetap. Menetapnya lebam mayat ini disebabkan oleh karena terjadinya perembesan darah kedalam jaringan sekitar akibat rusaknya pembuluh darah akibat tertimbunnya sel@sel darah dalam jumlah yang banyak, adanya proses hemolisa sel-sel darah dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah. 9engan demikian penekanan pada daerah lebam yang dilakukan setelah +-!# jam tidak akan menghilang. "ilangnya lebam pada penekanan dengan ibu jari dapat memberi indikasi bah%a suatu lebam belum terfiksasi secara sempurna. Setelah empat jam, kapiler-kapiler akan mengalami kerusakan dan butir-butir darah merah juga akan rusak. 1igmen-pigmen dari pecahan darah merah akan keluar dari kapiler yang rusak dan me%arnai jaringan di sekitarnya sehingga menyebabkan %arna lebam mayat akan menetap serta tidak hilang jika ditekan dengan ujung jari atau jika posisi mayat dibalik. Aika pembalikan posisi dilakukan setelah !# jam dari kematiannya maka lebam mayat baru tidak akan timbul pada posisi terendah, karena darah sudah mengalami koagulasi. Benomena lebam mayat yang menetap ini sifatnya lebih bersifat relatif. 1erubahan lebam ini lebih mudah terjadi pada ) jam pertama sesudah kematian, bila telah terbentuk lebam primer kemudian dilakukan perubahan posisi maka akan terjadi lebam sekunder pada posisi yang berla%anan. 9istribusi dari lebam mayat yang ganda ini adalah penting untuk menunjukan telah terjadi manipulasi posisi pada tubuh. 3kan tetapi %aktu yang pasti untuk terjadinya pergeseran lebam ini adalah tidak pasti, 1olson mengatakan Cuntuk menunjukan tubuh sudah diubah dalam %aktu + sampai !# jamD, sedangkan ,amps memberi patokan kurang lebih !. jam. 3kan tetapi pada kematian %ajarpun darah dapat menjadi permanent incoagulable oleh karena adanya aktifitas fibrinolisin yang dilepas kedalam aliran darah selama proses kematian. Sumber dari fibrinolisin ini tidak diketahui tetapi kemungkinan berasal dari endothelium pembuluh darah, dan permukaan serosa dari pleura. 3ktifitas fibrinolisin ini nyata sekali pada kapiler-kapiler yang berisi darah. 9arah selalu ditemukan cair dalam venule dan kapiler, dan ini yang bertanggung ja%ab terhadap lebam mayat. 3kumulasi darah pada daerah yang tidak tertekan akan menyebabkan pengendapan darah pada pembuluh darah kecil yang dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah kecil tersebut dan berkembang menjadi petechie (tardieu`s spot) dan purpura yang kadang-kadang ber%arna gelap yang mempunyai diameter dari satu sampai beberapa milimeter, biasanya memerlukan %aktu !+ sampai #' jam untuk terbentuknya dan sering diartikan bah%a pembusukan sudah mulai terjadi. Benomena ini sering terjadi pada asphy2ia atau kematian yang terjadinya lambat. 2. aku Mayat &#'()# M)#T'S*

Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot, yang terjadi setelah periode pelemasan6 relaksasi primer. "al ini disebabkan karena terjadinya perubahan kimia%i pada protein yang terdapat pada serabut-serabut otot. Menurut S4en-0yorgyi di dalam pembentukan kaku mayat peranan 3$1 adalah sangat penting. Seperti diketahui bah%a serabut otot dibentuk oleh dua jenis protein, yaitu aktin dan myosin, dimana kedua jenis protein ini bersama dengan 3$1 membentuk suatu masa yang lentur dan dapat berkontraksi (gambar EE.&). 8ila kadar 3$1 menurun, maka akan terjadi pada perubahan pada aktomiosin, diamana sifat lentur dan kemampuan untuk berkontraksi menghilang sehingga otot yang bersangkutan akan menjadi kaku dan tidak dapat berkontraksi.

0ambar EE.&. Kontraksi otot -leh karena kadar glikogen yang terdapat pada setiap otot itu berbeda-beda, sehingga se%aktu terjadinya pemecahan glikogen menjadi asam laktat dan energi pada saat terjadinya kematian somatic, dimana energi tersebut digunakan untuk resintesa 3$1, akan menyebabkan adanya perbedaan kadar 3$1 dalam setiap otot. Keadaan tersebut dapat menerangkan mengapa kaku mayat akan mulai nampak pada jaringan otot yang jumlah serabut ototnya sedikit. 3tas dasar itulah mengapa pada kematian karena infeksi, konvulsi kelelahan fisik serta keadaan suhu keliling yang tinggi akan dapat mempercepat terbentuknya kaku mayat, demikian pula pada mereka yang keadaan gi4inya jelek akan lebih cepat terjadi kaku mayat bila dibandingkan dengan korban yang mempunyai tubuh yang baik. Secara biokimia%i saat relaksasi primer, p" protoplasma sel otot masih alkalis. 1erubahan alkalis menjadi asam terjadi #-) jam kemudian karena adanya perubahan biokimia, yaitu glikogen menjadi asam sarkolaktik 6 fosfor. 1erubahan protoplasma menjadi asam menyebabkan otot menjadi kaku (rigor). 5elaksasi sekunder terjadi setelah ada perubahan biokimia, yaitu asam berubah menjadi alkalis kembali saat terjadi pembusukan. Kaku mayat akan terjadi pada seluruh otot (gambar EE.'), baik otot lurik maupun otot polos. 9an bila terjadi pada otot rangka, maka akan didapatkan suatu kekakuan yang mirip atau menyerupai papan sehingga dibutuhkan cukup tenaga untuk dapat mela%an kekakuan tersebut , bila hal ini terjadi otot dapat putus sehingga daerah tersebut tidak mungkin lagi terjadi kaku mayat.

0ambar EE.'. Kaku mayat pada lengan dan leher Kaku mayat mulai terdapat sekitar # jam post mortem dan mencapai puncaknya setelah !.-!# jam pos mortem, keadaan ini akan menetap selama #' jam dan setelah #' jam kaku mayat mulai menghilang

sesuai dengan urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot-otot %ajah, leher, lengan, dada, perut, dan tungkai. 3danya kejanggalan dari postur pada mayat dimana kaku mayat telah terbentuk dengan posisi se%aktu mayat ditemukan, dapat menjadi petunjuk bah%a pada tubuh korban telah dipindahkan setelah mati. Eni mungkin dimaksudkan untuk menutupi sebab kematian atau cara kematian yang sebenarnya. Baktor-Baktor yang mempengaruhi kaku mayat a. Kondisi otot 1ersediaan glikogen ,epat lambat kaku mayat tergantung persediaan glikogen otot. 1ada kondisi tubuh sehat sebelum meninggal, kaku mayat akan lambat dan lama, juga pada orang yang sebelum mati banyak makan karbohidrat, maka kaku mayat akan lambat. 0i4i 1ada mayat dengan kondisi gi4i jelek saat mati, kaku mayat akan cepat terjadi. Kegiatan -tot 1ada orang yang melakukan kegiatan otot sebelum meninggal maka kaku mayat akan terjadi lebih cepat. b. Fsia 1ada orang tua dan anak-anak lebih cepat dan tidak berlangsung lama. 1ada bayi premature tidak terjadi kaku mayat, kaku mayat terjadi pada bayi cukup bulan. Keadaan kering lebih lambat dari pada panas dan lembab 1ada mayat dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan berlangsung lama. 1ada udara suhu tinggi, kaku mayat terjadi lebih cepat dan singkat, tetapi pada suhu rendah kaku mayat lebih lambat dan lama. Kaku mayat tidak terjadi pada suhu diba%ah !. o,, kekakuan yang terjadi pembekuan atau cold stiffening. 1ada mayat dengan penyakit kronis dan kurus, kuku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. 1ada mati mendadak, kaku mayat terjadi lebih lambat dan berlangsung lebih lama.

c. Keadaan ?ingkungan

d. ,ara Kematian -

7aktu terjadinya rigor mortis (kaku mayat) Kurang dari & @ ' jam post mortem belum terjadi rigor mortis ?ebih dari & @ ' jam post mortem mulai terjadi rigor mortis 5igor mortis maksimal terjadi !# jam setelah kematian 5igor mortis dipertahankan selama !# jam 5igor mortis menghilang #' @ &) jam post mortem

$erdapat kekakuan pada pada mayat yang menyerupai kaku mayat

adaveric spasme (instantaneous rigor) , adalah bentuk kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap. ,adaveric spasme sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. 1enyebabnya adalah akibat habisnya cadangan glikogen dan 3$1 yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal.

Kepentingan medikolegalnya adalah menunjukkan sikap terakhir masa hidupnya. Misalnya, tangan yang menggenggam erat benda yang diraihnya pada kasus tenggelam, tangan yang menggenggam pada kasus bunuh diri. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas. -tot-otot ber%arna merah muda, kaku, tepi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat dijumpai pada korban mati terbakar. 1ada saat stiffening serabut-serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan fleksi leher, siku, paha, dan lutut, membentuk sikap petinju (pugilistic attitude). 1erubahan sikap ini tidak memberikan arti tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas, penyebab atau cara kematian. old stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin (diba%ah &,( o, atau '.oB), sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot, bila cairan sendi yang membeku menyebabkan sendi tidak dapat digerakan. 8ila sendi di bengkokkan secara paksa maka akan terdengar suara es pecah. 9an mayat yang kaku ini akan menjadi lemas kembali bila diletakkan ditempat yang hangat, kemudian rigor mortis akan terjadi dalam %aktu yang sangat singkat. Pembusukan +tau De!ompositio

".

1embusukan mayat nama lainnya dekomposisi dan putrefection. 1embusukan adalah proses degradasi jaringan pada tubuh mayat yang terjadi sebagai akibat proses autolisis dan aktivitas mikroorganisme, terutama lostridium !elchii" 3utolisis adalah perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril melalui proses kimia yang disebabkan oleh en4im-en4im intraseluler, sehingga organ-organ yang kaya dengan en4im-en4im akan mengalami proses autolisis lebih cepat daripada organ-organ yang tidak memiliki en4im, dengan demikian pankreas akan mengalami autolisis lebih cepat dari pada jantung. 1roses autolisis ini tidak dipengaruhi oleh mikroorganisme oleh karena itu pada mayat yang steril misalnya mayat bayi dalam kandungan proses autolisis ini tetap terjadi. 1roses autolisis terjadi sebagai akibat dari pengaruh en4im yang dilepaskan pasca mati. Mula-mula yang terkena adalah nukleoprotein yang terdapat pada kromatin dan sesudah itu sitoplasmanya, kemudian dinding sel akan mengalami kehancuran sebagai akibatnya jaringan akan menjadi lunak dan mencair. 1ada mayat yang dibekukan pelepasan en4im akan terhambat oleh pengaruh suhu yang rendah maka proses autolisis ini akan dihambat demikian juga pada suhu tinggi en4im-en4im yang terdapat pada sel akan mengalami kerusakan sehingga proses ini akan terhambat. Setelah seseorang meninggal, maka semua sistem pertahanan tubuh akan hilang, bakteri yang secara normal dihambat oleh jaringan tubuh akan segera masuk ke jaringan tubuh melalui pembuluh darah, dimana darah merupakan media yang terbaik bagi bakteri untuk berkembang biak. 8akteri ini menyebabkan hemolisa, pencairan bekuan darah yang terjadi sebelum dan sesudah mati, pencairan trombus atau emboli, perusakan jaringan-jaringan dan pembentukan gas pembusukan. 8akteri yang sering menyebabkan destruktif ini sebagian besar berasal dari usus dan yang paling utama adalah l" !elchii. 8akteri ini berkembang biak dengan cepat sekali menuju ke jaringan ikat dinding perut yang menyebabkan perubahan %arna. 1erubahan %arna ini terjadi oleh karena reaksi antara " #S (gas pembusukan yang terjadi dalam usus besar) dengan "b menjadi Sulf-Meth-"b. $anda pertama pembusukan baru dapat dilihat kira-kira #' jam - '+ jam pasca mati berupa %arna kehijauan pada dinding abdomen bagian ba%ah, lebih sering pada fosa iliaka kanan dimana isinya lebih cair, mengandung lebih banyak bakteri dan letaknya yang lebih superfisial. 1erubahan %arna ini secara bertahap akan meluas keseluruh dinding abdomen sampai ke dada dan bau busukpun mulai tercium.

1erubahan %arna ini juga dapat dilihat pada permukaan organ dalam seperti hepar, dimana hepar merupakan organ yang langsung kontak dengan kolon transversum. 1ada saat l"!elchii mulai tumbuh pada satu organ parenchim, maka sitoplasma dari organ sel itu akan mengalami disintegrasi dan nukleusnya akan dirusak sehingga sel menjadi lisis atau rhe2is. Kemudian sel-sel menjadi lepas sehingga jaringan kehilangan strukturnya. 8akteri ini kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan berkembang biak didalamnya yang menyebabkan hemolisa yang kemudian me%arnai dinding pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. 8akteri ini memproduksi gas-gas pembusukan yang mengisi pembuluh darah yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah superfisial tanpa merusak dinding pembuluh darahnya sehingga pembuluh darah beserta cabang-cabangnya tampak lebih jelas seperti pohon gundul ( arborescent pattern atau arborescent mar#) yang sering disebut marbling. 8akteri pembusukan ini banyak terdapat dalam intestinal dan paru, maka gambaran marbling ini jelas terlihat pada bahu,dada bagian atas, abdomen bagian ba%ah dan paha. Secara mikroskopis bakteri dapat dilihat menggumpal pada rongga-rongga jaringan dimana bakteri tersebut banyak memproduksi gelembung gas. Fkuran gelembung gas yang tadinya kecil dapat cepat membesar menyerupai honey combed appearance. ?esi ini dapat dilihat pertama kali pada hati . Kemudian permukaan lapisan atas epidermis dapat dengan mudah dilepaskan dengan jaringan yang ada diba%ahnya dan ini disebut $s#in slippage. S#in slippage ini menyebabkan identifikasi melalui sidik jari sulit dilakukan. 1embentukan gas yang terjadi antara epidermis dan dermis mengakibatkan timbulnya bula-bula yang bening, fragil, yang dapat berisi cairan coklat kemerahan yang berbau busuk. ,airan ini kadang-kadang tidak mengisi secara penuh di dalam bula. 8ula dapat menjadi sedemikian besarnya menyerupai pendulum yang berukuran ( @ *,( cm dan bila pecah meninggalkan daerah yang berminyak, berkilat dan ber%arna kemerahan, ini disebabkan oleh karena pecahnya selsel lemak subkutan sehingga cairan lemak keluar ke lapisan dermis oleh karena tekanan gas pembusukan dari dalam. Selain itu epitel kulit, kuku, rambut kepala, aksila dan pubis mudah dicabut dan dilepaskan oleh karena adanya desintegrasi pada akar rambut. Selama terjadi pembentukan gas-gas pembusukan, gelembung-gelembung udara mengisi hampir seluruh jaringan subkutan. 0as yang terdapat di dalam jaringan dinding tubuh akan menyebabkan terabanya krepitasi udara. 0as ini menyebabkan pembengkakan tubuh yang menyeluruh, dan tubuh berada dalam sikap pugilistic attitude. Scrotum dan penis dapat membesar dan membengkak, leher dan muka dapat menggembung, bibir menonjol seperti Cfrog%li#e%fashionD, Kedua bola mata keluar, lidah terjulur diantara dua gigi, ini menyebabkan mayat sulit dikenali kembali oleh keluarganya. 1embengkakan yang terjadi pada seluruh tubuh mengakibatkan berat badan mayat yang tadinya (* - )& kg sebelum mati menjadi :( !!' kg sesudah mati. $ekanan yang meningkat didalam rongga dada oleh karena gas pembusukan yang terjadi didalam cavum abdominal menyebabkan pengeluaran udara dan cairan pembusukan yang berasal dari trakea dan bronkus terdorong keluar, bersama-sama dengan cairan darah yang keluar melalui mulut dan hidung. ,airan pembusukan dapat ditemukan di dalam rongga dada, ini harus dibedakan dengan hematotorak dan biasanya cairan pembusukan ini tidak lebih dari #.. cc. 1engeluaran urine dan feses dapat terjadi oleh karena tekanan intra abdominal yang meningkat. 1ada %anita uterus dapat menjadi prolaps dan fetus dapat lahir dari uterus yang pregnan. 1ada anak-anak adanya gas pembusukan dalam tengkorak dan otak menyebabkan sutura-sutura kepala menjadi mudah terlepas. -rgan-organ dalam mempunyai kecepatan pembusukan yang berbeda-beda. Aaringan intestinal,medula adrenal dan pancreas akan mengalami autolisis dalam beberapa jam setelah kematian. -rgan-organ dalam lain seperti hati, ginjal dan limpa merupakan organ yang cepat mengalami pembusukan. 1erubahan %arna pada dinding lambung terutama di fundus dapat dilihat dalam #' jam pertama setelah kematian. 9ifusi cairan dari kandung empedu kejaringan sekitarnya menyebabkan perubahan %arna pada jaringan sekitarnya menjadi coklat kehijauan. 1ada hati dapat

dilihat gambaran honey combs appearance, limpa menjadi sangat lunak dan mudah robek, dan otak menjadi lunak. 1embusukan lanjut dari organ dalam ini adalah pembentukan granula-granula milliary atau < milliary plaques yang berukuran kecil dengan diameter !-& mm yang terdapat pada permukaan serosa yang terletak pada endotelial dari tubuh seperti pleura, peritoneum, pericardium dan endocardium. 0olongan organ berdasarkan kecepatan pembusukannya, yaitu !. /arly -rgan dalam yang cepat membusuk antara lain jaringan intestinal, medula adrenal, pankreas, otak, lien, usus, uterus gravid, uterus post partum, dan darah #. Moderate -rgan dalam yang lambat membusuk antara lain paru-paru, jantung, ginjal, diafragma, lambung, otot polos dan otot lurik. &. ?ate Fterus non gravid dan prostat merupakan organ yang lebih tahan terhadap pembusukan karena memiliki struktur yang berbeda dengan jaringan yang lain yaitu jaringan fibrousa. 1ada orang yang mengalami obesitas, lemak-lemak tubuh terutama perirenal, omentum dan mesenterium dapat mencair menjadi cairan kuning yang transluscent yang mengisi rongga badan diantara organ yang dapat menyebabkan autopsi lebih sulit dilakukan. 9isamping bakteri pembusukan insekta juga memegang peranan penting dalam proses pembusukan sesudah mati. 8eberapa jam setelah kematian lalat akan hinggap di badan dan meletakkan telurtelurnya pada lubang-lubang mata, hidung, mulut dan telinga. 8iasanya jarang pada daerah genitoanal. 8ila ada luka ditubuh mayat lalat lebih sering meletakkan telur-telurnya pada luka tersebut, sehingga bila ada telur atau larva lalat didaerah genitoanal ini maka dapat dicurigai adanya kekerasan seksual sebelum kematian. $elur-telur lalat ini akan berubah menjadi larva dalam %aktu #' jam. ?arva ini mengeluarkan en4im proteolitik yang dapat mempercepat penghancuran jaringan pada tubuh. ?arva lalat dapat kita temukan pada mayat kira-kira &)-'+ jam pasca kematian. 8erguna untuk memperkirakan saat kematian dan penyebab kematian karena keracunan. Saat kematian dapat kita perkirakan dengan cara mengukur panjang larva lalat. 1enyebab kematian karena racun dapat kita ketahui dengan cara mengidentifikasi racun dalam larva lalat. Ensekta tidak hanya penting dalam proses pembusukan tetapi meraka juga memberi informasi penting yang berhubungan dengan kematian. Ensekta dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian, memberi petunjuk bah%a tubuh mayat telah dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lainnya, memberi tanda pada badan bagian mana yang mengalami trauma, dan dapat dipergunakan dalam pemeriksaan toksikologi bila jaringan untuk specimen standart juga sudah mengalami pembusukan. 3ktifitas pembusukan sangat optimal pada temperatur berkisar antara *.G-!..GB (#!,!-&*,+G,) aktifitas ini dihambat bila suhu berada diba%ah (.GB(!.G,) atau pada suhu diatas !..GB (lebih dari &*,+G,). 8ila mayat diletakkan pada suhu hangat dan lembab maka proses pembusukan akan berlangsung lebih cepat. Sebaliknya bila mayat diletakkan pada suhu dingin maka proses pembusukan akan berlangsung lebih lambat. 1ada mayat yang gemuk proses pembusukan berlangsung lebih cepat dari pada mayat yang kurus. 1embusukan berlangsung lebih cepat karena kelebihan lemak akan menghambat hilangnya panas tubuh dan pada mayat yang gemuk memiliki darah yang lebih banyak, yang merupakan media yang baik untuk perkembangbiakkan organisme pembusukan. 1ada bayi yang baru lahir hilangnya panas tubuh yang cepat menghambat pertumbuhan bakteri disamping pada tubuh bayi yang baru lahir memang terdapat sedikit bakteri sehingga proses pembusukan berlangsung lebih lambat. 1roses pembusukan juga dapat dipercepat dengan adanya septikemia yang terjadi sebelum kematian seperti peritonitis fekalis, aborsi septik, dan infeksi paru. 9isini gas pembusukan dapat terjadi %alaupun kulit masih terasa hangat. Secara garis besar terdapat !* tanda pembusukan pada jena4ah, yaitu !. 7ajah membengkak. #. 8ibir membengkak.

&. Mata menonjol. '. ?idah terjulur. (. ?ubang hidung keluar darah. ). ?ubang mulut keluar darah. *. ?ubang lainnya keluar isinya seperti feses (usus), isi lambung, dan partus (gravid). +. 8adan gembung. :. 8ulla atau kulit ari terkelupas. !.. 3borescent pattern 6 morbling yaitu vena superfisialis kulit ber%arna kehijauan. !!. 1embuluh darah ba%ah kulit melebar. !#. 9inding perut pecah. !&. Skrotum atau vulva membengkak. !'. Kuku terlepas. !(. 5ambut terlepas. !). -rgan dalam membusuk. !*. ?arva lalat. 1embusukan dipengaruhi oleh beberapa faktor interinsik diatas, selain itu juga dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik antara lain kelembaban udara dan medium di mana mayat berada. Semakin lembab udara di sekeliling mayat maka pembusukan lebih cepat berlangsung, sedangkan pembusukan pada medium udara lebih cepat dibandingkan medium air dan pembusukan pada medium air lebih cepat dibandingkan pada medium tanah. 1ada keadaan tertentu tanda-tanda pembusukan tersebut tidak dijumpai, namun yang ditemui adalah modifikasi pembusukan. Aenis-jenis modifikasi pembusukan antara lain. a. Mumifikasi Mumifikasi dapat terjadi karena proses dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan. 1roses mumufikasi terjadi bila keadaan disekitar mayat kering, kelembaban rendah, suhunya tinggi dan tidak ada kontaminasi dengan bakteri. $erjadinya beberapa bulan sesudah mati dengan tanda-tanda sebagai berikut mayat menjadi kecil, kering, mengkerut atau melisut, %arna coklat kehitaman, kulit melekat erat dengan tulang di ba%ahnya, tidak berbau, dan keadaan anatominya masih utuh. b. Saponifikasi Saponifikasi dapat terjadi pada mayat yang berada di dalamsuasana hangat, lembab atau basah. $erjadi karena proses hidrolisis dari lemak menjadi asam lemak. Selanjutnya asam lemak yang tak jenuh akan mengalami dehidrogenisasi menjadi asam lemak jenuh dan kemudian bereaksi dengan alkali menjadi sabun yang tak larut. $erbentuk pertama kali pada lemak superfisial bentuk bercak, di pipi, di payudara, bokong bagian tubuh atau ekstremitas. $erjadinya saponikasi memerlukan %aktu beberapa bulan dan dapat terjadi pada setiap jaringan tubuh yang berlemak dengan tanda-tanda ber%arna keputihan dan berbau tengik seperti minyak kelapa. $. Penurunan suhu tubuh mayat,algor mortis

1ada saat sel masih hidup ia akan selalu menghasilkan kalor dan energi. Kalor dan energi ini terbentuk melalui proses pembakaran sumber energi seperti glukosa, lemak, dan protein. Sumber energi utama yang digunakan adalah glukosa. Satu molekul glukosa dapat menghasilkan energi

sebanyak &) 3$1 yang nantinya digunakan sebagai sumber energi dalam berbagai hal seperti transport ion, kontraksi otot dan lain-lain. /nergi sebanyak &) 3$1 hanya menyusun sekitar &+> dari total energi yang dihasilkan dari satu molekul glukosa (gambar EE.!). Sisanya sebesar )#> energi yang dihasilkan inilah yang dilepaskan sebagai kalor atau panas.

0ambar EE.!. Metabolisme 0lukosa Sesudah mati, metabolisme yang menghasilkan panas akan terhenti sehingga suhu tubuh akan turun menuju suhu udara atau medium di sekitarnya. 1enurunan ini disebabkan oleh adanya proses radiasi, konduksi, dan pancaran panas. 1roses penurunan suhu pada mayat ini biasa disebut algor mortis. 3lgor mortis merupakan salah satu perubahan yang dapat kita temukan pada mayat yang sudah berada pada fase lanjut post mortem. 1ada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk sigmoid. "al ini disebabkan ada # faktor, yaitu !. #. Masih adanya sisa metabolisme dalam tubuh mayat, yakni karena masih adanya proses glikogenolisis dari cadangan glikogen yang disimpan di otot dan hepar (gambar EE.#). 1erbedaan koefisien hantar sehingga butuh %aktu mencapai tangga suhu.

0ambar EE.&. 0likogenolisis 1ada jam-jam pertama penurunannya sangat lambat tetapi sesudah itu penurunan menjadi lebih cepat dan pada akhirnya menjadi lebih lambat kembali. Aika dirata-rata maka penurunan suhu tersebut antara .,: sampai ! derajat celcius atau sekitar !,( derajat Bahrenheit setiap jam, dengan catatan penurunan suhu dimulai dari &* derajat ,elcius atau :+,' derajat Bahrenheit sehingga dengan dapat dirumuskan cara untuk memperkirakan berapa jam mayat telah mati dengan rumus (:+,' oB - suhu rectal oB) !,(oB. 1engukuran dilakukan per rectal dengan menggunakan thermometer kimia (long chemical thermometer). $erdapat dua hal yang mempengaruhi cepatnya penurunan suhu mayat ini yakni !. Baktor internal a. Suhu tubuh saat mati Sebab kematian, misalnya perdarahan otak dan septikemia, mati dengan suhu tubuh tinggi. Suhu tubuh yang tinggi pada saat mati ini akan mengakibatkan penurunan suhu tubuh menjadi lebih cepat. Sedangkan, pada hypothermia tingkat penurunannya menjadi sebaliknya. b. Keadaan tubuh mayat Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat. 1ada mayat yang tubuhnya kurus, tingkat penurunannya menjadi lebih cepat. #. Baktor /ksternal a. Suhu medium

Semakin besar selisih suhu antara medium dengan mayat maka semakin cepat terjadinya penurunan suhu. "al ini dikarenakan kalor yang ada di tubuh mayat dilepaskan lebih cepat ke medium yang lebih dingin. b. Keadaan udara di sekitarnya 1ada udara yang lembab, tingkat penurunan suhu menjadi lebih besar. "al ini disebabkan karena udara yang lembab merupakan konduktor yang baik. Selain itu, 3liran udara juga makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat c. Aenis medium 1ada medium air, tingkat penurunan suhu menjadi lebih cepat sebab air merupakan konduktor panas yang baik sehingga mampu menyerap banyak panas dari tubuh mayat. d. 1akaian mayat Semakin tipis pakaian yang dipakai maka penurunan suhu mayat semakin cepat. "al ini dikarenakan kontak antara tubuh mayat dengan suhu medium atau lingkungan lebih mudah. -.T)M)%)(' /)#-.S' /ntomologi forensik merupakan salah satu cabang dari sains forensik yang memberikan informasi mengenai serangga yang digunakan untuk menarik kesimpulan ketika melakukan investigasi yang berhubungan dengan kasus-kasus hukum yang berkaitan dengan dengan manusia atau sat%a (0aensslen, #..:H 0ennard, #..*). 9alam kasus entomologi forensik, 0omes et al. (#..)) menyatakan bah%a lalat merupakan invertebrata primer yang mendekomposisi komponen organik pada he%an termasuk juga mayat manusia. 1ada saat lalat mengambil materi organik yang ada di dalam tubuh mayat, maka lalat tersebut akan memindahkan telur yang akan berkembang menjadi larva dan pupa (Sukontason et al., #..*). 3danya berbagai perubahan dari berbagai jenis lalat dan serangga lain akan menimbulkan suatu komunitas dalam mayat yang secara ekologi dan evolusi akan terjadi proses kompetisi, predasi, seleksi, penyebaran dan kepunahan lokal dalam tubuh mayat tersebut ("angeveld, !:+:). 3mendt et al. (#..'a) menyebutkan bah%a ada empat kategori secara ekologi untuk mengidentifikasi suatu komunitas pada bangkai6mayat, antara lain !. #. 3danya spesies necrophagous yang memakan bangkai6mayat. 3danya predator dan parasit pada terhadap spesies necrophagous yang memakan serangga atau golongan 3rthropoda yang lain. $erkadang juga ditemukan spesies Schi&ophagous, yakni spesies yang hadir untuk memakan pada saat pertama kali, namun akan menjadi predator pada tahap larva. 3danya spesies omnivora seperti semut, lebah, dan beberapa jenis kumbang yang memakan baik pada bangkai maupun pada koloni serangga yang ada. 3danya spesies lain seperti laba-laba yang menggunakan bangkai6mayat untuk tempat tinggalnya.

&. '.

Tahapan Dekomposisi 1eristi%a dekomposisi melibatkan berbagai aspek selain faktor biotik, yakni faktor abiotik yang meliputi parameter fisik seperti temperatur, kelembaban, dan lain-lain. Menurut 0ennard (#..*) dan 0off (#..&), tahapan dekomposisi terdiri dari lima tahap antara lain Tahap1 fresh stage, tahapan dimulai pada saat kematian dan ditandai adanya tanda penggelembungan pada tubuh. Serangga yang pertama kali datang adalah lalat dari famili ,alliphoridae dan Sarcophagidae. ?alat betina akan meletakkan telurnya di daerah yang terbuka seperti daerah kepala (mata, hidung, mulut, dan telinga).

Tahap 2 bloated stage, merupakan tahapan pembusukan yang sedang dimulai. 0as yang dihasilkan oleh aktivitas metabolisme bakteri anaerob menyebabkan penggelembungan pada pada perut mayat. Selanjutnya suhu internal naik selama tahapan ini sebagai akibat dari aktivitas bakteri pembusuk dan aktivitas metabolime dari larva lalat. ?alat dari famili ,alliphoridae sangat tertarik pada mayat selama tahapan ini. Kemudian selama mengembang akibat adanya gas, cairan dalam tubuh terdorong keluar dari lubang-lubang tubuh dan meresap ke dalam tanah. ,airan tersebut tersusun oleh senya%a seperti amonia yang dihasilkan oleh aktivitas metabolisme dari larva lalat sehingga akan menyebabkan tanah di ba%ah mayat itu untuk menjadi alkali (basa) dan fauna tanah menjadi tertarik untuk menuju ke mayat. Tahap " decay stage, tahapan ini ditandai adanya kerusakan kulit dan mengakibatkan gas keluar dari tubuh. ?arva lalat membentuk gerombolan yang besar pada mayat. Meskipun beberapa serangga predator, seperti kumbang, ta%on, dan semut, pada tahap bloated stage, serangga necrophagous dan predator dapat diamati dalam jumlah besar menjelang tahapan ini berakhir. 1ada akhir tahap ini, lalat dari famili ,alliphoridae dan Sarcophagidae telah menyelesaikan perkembangan siklusnya dan meninggalkan mayat untuk menjadi pupa. 1ada akhir tahap ini, larva lalat akan menghilang dari jaringan tubuh pada mayat. Tahap $ postdecay stage, pada tahap ini sisa-sisa tubuh seperti kulit, kartilago dan usus sudah mengalami pembusukan. Selanjutnya sisa jaringan tubuh yang masih ada akan mengering. Endikator pada tahap ini adalah hadirnya kumbang dan berkurangnya dominansi lalat di dalam tubuh mayat. Tahap 0 s#eletal stage, pada tahap ini hanya tersisa tulang belulang dan rambut. $ahapan ini tidak jelas serangga apa saja yang hadir. 1ada kasus tertentu, kumbang dari famili ;itidulidae terkadang ditemukan. $ubuh mayat sudah mengalami akhir dari dekomposisi. -stimasi 1aktu ematian

3hli entomologi forensik sering memeriksa bukti serangga pada mayat manusia dan menetukan berapa lama serangga tersebut berada di mayat. 1eriode %aktu tersebut di interpretasikan dalam postmortem interval (1ME) atau %aktu sejak kematian. 3nalsis 1ME terbagi menjadi dua, yakni precoloni4ation interval (pre-,E) dan postcoloni4ation interval (post-,E). 3dapun penjelasan masingmasing interval tertera pada 0ambar ' ($omberlin et al., #.!!).

0ambar '. Base entomologikal pada proses dekomposisi vertebrata ($omberlin et al., #.!!). 1ada 0ambar ' tersebut menggambarkan periode kolonisasi dan aktivitas serangga pada mayat. 3dapun perubahan-perubahan pada mayat manusia setelah mengalami kematian disajikan pada $abel !. 1ola-pola peruabahan pada $abel ! dapat digunakan untuk mengetahui estimasi %aktu kematian pada manusia. Selain itu, untuk %aktu kematian berdasarkan perkembangan serangga disajikan pada 0ambar (. ,ontoh pada 0ambar ( tersebut adalah menentukan %aktu kematian berdasarkan siklus hidup serangga Protophormia terraenovae. $abel !. 1erubahan postmortem pada tubuh manusia (pada suhu #!G, dan kelembaban &.>) (3mendt et al., #..'a).

0ambar (. Kurva pertumbuhan 1rotophormia terraenovae mulai dari larva, pupa, dan de%asa (adult) pada suhu !(, #., #(, &. and &(G, (3mendt et al., #..'a).

Fntuk mengukur %aktu kematian dapat digunakan suhu yang dibutuhkan oleh serangga untuk hidup. Serangga merupakan he%an poikilotermik atau he%an yang suhu tubuh dan aktivitas metabolismenya dipengaruhi oleh lingkungan. Serangga menggunakan energi panas (thermal unit) untuk pertumbuhan dan perkembangnya. Sehingga kebutuhan energi selama masa hidupnya dapat dikalkulasi. $hermal unit disebut juga hari derajat (degree days @ 9 ) yang mana nilai 9 dapat ditambahkan bersamaan yang akan menghasilkan nilai accumulated degree days (399). Aika periode thermal unit pendek maka bisa digunakan accumulated degree hours (39"). 9ari peristi%a tersebut, maka %aktu kematian dpat dihitung dengan menggunakan rumus ADH= Waktu(hours) (temperatur - temperatur basal) ADD= Waktu(days) (temperatur - temperatur basal) 7aktu yang digunakan adalah %aktu tahapan perkembangan serangga yang dapat diketahui dari literatur yang sudah ada. Sementara temperatur yang digunakan adalah temperatur lingkungan yang bisa diperoleh melalui stasium badan meteorologi. Sementara temperatur basal adalah temperatur fisiologi terendah yang setiap serangga memiliki nilai temperatur yang berbeda-beda ($abel #).

Sebagai contoh ditemukan larva instar EEE dari spesies ,alliphora vicina yang periode %aktunya selama )+ jam. Kemudian suhu lingkungan adalah #),*G, dan tempertur basalnya adalah #G,. Sehingga akan diperoleh nilai 39" I )+ J (#),* @ #) I !)*:,) 399 I !)*:,)6#' I * 9ari perhitungan tersebut dapat diperkirakan %aktu kematiannya adalah * hari (0ennard, #..*).

Memahami dan Menjelaskan 'n2estigasi Sudden 'nfant Death Syndrome

asus Pembunuhan

Sudden Enfant 9eath Syndrome (SE9S), atau crib death, dikarakteristikkan sebagai suatu keadaan yang terjadi secara mendadak, kematian yang tidak diduga pada seorang bayi yang tampak sehat yang berusia kurang dari ! tahun, dimana dalam suatu pemeriksaan dari adegan kematian, pengulangan dari ri%ayat klinik dan pemeriksaan postmortem yang lengkap gagal untuk mengungkapkan penyebab kematian. /tiologi SE9S /tiologi SE9S barangkali multifocal dan termasuk tidak hanya penyebab %ajar, tetapi kecelakaan dan, lebih jarang, pembunuhan. $eori baru sebagai etiologi berkembang dalam beberapa tahun, kemudian menghilang hanya untuk digunakan pada beberapa tahun yang akan datang. $eori termasuk perpanjangan interval K$H immunopatogenesisH control homeostatic tidak stabil, dll. 9ua hipotesis akan disebutkan. $eori pertama bah%a kematian SE9S dapat dihasilkan oleh penyuntikan 91$ (diphtheria @ pertussis @ tetanus). Suatu penelitian oleh ;ational Enstitute of ,hild "ealt and "uman 9evelopment menunjukkan bah%a dari *!) kasus SE9S, '.> telah menerima vaksin 91$.!! 9alam suatu kelompok control yang sesuai berdasarkan umur, ras, dan berat badan lahir, (&> anak telah diberikan imunisasi. Aadi, tidak ada hubungan yang ditemukan antara penyuntikan 91$ dan SE9S. $eori kedua bah%a SE9S disebabkan oleh apneu idiopatik herediter. 1ada tahun !:*#, Steinschneider menjelaskan lima bayi yang menderita sianosis multiple dan episode apneu dengan etiologi yang tidak diketahui selama tidur. 9ua anak, saudara kandung, setelah itu meninggal. Steinschneider berhipotesa bah%a sleep apneu yang berlangsung sangat lama dapat menyebabkan SE9S. Kemudian berkembang literature yang luas tentang topic ini. Menyebabkan penonjolan kasus SE9S Champir @ hilangD. "al ini dikarakteristikkan oleh bayi yang berhasil diresusitasi setelah diba%a ke ruang ga%at darurat dengan adanya episode apneu dan sianosis. 1ada beberapa anak, terdapat pengakuan berulang selama keadaan ini. "al ini harus disadari bah%a observasi utama pada apneu dan sianosis di rumah oleh orang observer nonmedis dan kebenaran dari observasi ini terbuka pada setiap pertanyaan. 9alam contoh lain, tidak diragukan dengan mutlak bah%a episode Champir @ hilangD ini muncul kembali dalam episode yang multiple sebagai ancaman pada bayi oleh karena pencekikan, jadi beberapa disebut Munchausen Syndrome oleh 1ro2y.!&-!( 1ada tahun !::(, kematian dijelaskan dalam makalah oleh Steinderschneider yang menemukan pembunuhan oleh karena pencekikan. Setelah penelitian yang lama, masih tidak ada bukti yang pasti bah%a apneu yang singkat yang umumnya tampak pada bayi premature dan SE9S mempunyai hubungan.!*,!+ Southall dkk. Meneliti pola pernapasan pada ):!' bayi lahir cukup bulan dan #&&* bayi premature setelah periode #' jam lebih dahulu ke rumah sakit dalam suatu usaha untuk melihat apabila mereka dapat mendeteksi kasus SE9S. Kematian mendadak terjadi pada #: bayi yang diteliti. $idak ada yang mempunyai episode apneic yang berlangsung sangat lama se%aktu diteliti. $idak ada bayi yang mengalami apneu yang berlangsung sangat lama selama pemeriksaan periode kematian. -leh karena SE9S dipikirkan oleh beberapa ahli disebabkan apneu sekunder pada perkembangan immature dari batang otak, dan bersifat herediter, menggunakan kembali monitor apneu menjadi suatu kebiasaan. $idak ada bukti bah%a monitor dapat mencegah setiap kematian dari SE9S. 9iagnosis SE9S -leh karena SE9S merupakan suatu diagnosis dari pengecualian, diagnosis tidak dapat dibuat apabila tidak dilakukan pemeriksaan autopsy secara lengkap, dan tidak ada dokter akan memberikan tanda suatu bukti kematian sebagai SE9S tanpa adanya pemeriksaan tersebut. 3pabila dokter bekerja pada pengadilan dimana keluarga dapat mencegah pemeriksaan autopsy pada suatu kasus yang dicurigai sebagai kasus SE9S, mereka akan memberikan label penyebab dan cara kematian sebagai Ctidak dapat ditentukanD, bukan sebagai SE9S, dan bukan juga C%ajarD.

1emeriksaan autopsy harus meliputi, tidak hanya pemeriksaan organ secara garis besar, tetapi juga mikroskopik dan toksikologi. 1enulis memperlihatkan kasus yang jelas SE9S yang dilakukan screening toksikologi rutin menunjukkan kematian yang disebabkan oleh suatu obat. 8agian pemeriksaan screening toksikologi terdiri dari pemeriksaan elektrolit yang diambil dari cairan vitreous. 1ada pemeriksaan ini menunjukkan elektrolit yang abnormal atau dehidrasi. 9iagnosis SE9S dibuat ketika suatu investigasi pada keadaan terpaksa sekitar kematian ditambah pemeriksaan autopsy gagal untuk menunjukkan penyebab kematian atau beberapa proses penyakit yang berhubungan dengan 4at. 9ari luar, gambaran tubuh anak tidak ada yang istime%a. Mungkin terdapat beberapa darah dicampur dengan cairan edema dalam lubang hidung atau mulut. Sering, feses terdapat pada popok. 1ada bagian dalam, sering terdapat adanya kongesti paru dengan edema. Sering terdapat adanya petekie pada timus, epikardium, dan permukaan pleura pada paru. Keadaan ini, seperti edema dan kongesti, merupakan suatu keadaan yang tidak spesifik dan mungkin ada pada kasus yang jelas SE9S dan ada pada kasus yang bukan SE9S. 1etekie disebabkan oleh anoksia agonal yang tidak spesifik. Sisa pemeriksaan autopsy akan bernilai negative. $erdapat adanya laporan hipertrofi dan hyperplasia otot dari arteri pulmonal kecil, hipertrofi ventrikel kanan, dan gliosis batang otak. 1enemuan tersebut, bagaimanapun, telah dibuktikan atau memberikan dugaan yang tinggi. 9alam beberapa pemeriksaan autopsy, akumulasi kecil dari sel inflamasi kronik mungkin tampak pada laring dan trakea, dengan beberapa endapan yang tersebar disekeliling bronki atau alveoli. 9alam setiap kasus, selalu terdapat adanya suatu kemungkinan bah%a keadaan tersebut dihubungkan dengan kematian oleh karena bronchiolitis. Mereka akan memutuskan apakah besarnya inflamasi disekitar bronki atau di alveoli cukup untuk menjelaskan kematian. 1enyelidikan Kematian 1ada setiap kematian SE9S, ketika dalam setiap kematian yang diselidiki oleh kantor penguji medis, terdapat tiga komponen untuk penyelidikan penyelidikan tempat kejadian, autopsy, dan pemeriksaan laboratorium. 3pabila tubuh tidak dapat digerakkan, penyelidik harus pergi ke tempat kejadian dan melakukan dokumentasi. -rang tua atau orang yang mera%at anak tersebut harus ditanya sebagai petunjuk dalam keadaan terpaksa dan seputar kematian saat terakhir anak masih tampak hidup, saat terakhir anak diberi susu, dan saat terakhir anak diletakkan di atas tempat tidur. "al tersebut harus ditentukan posisi bayi pada saat ditemukan, muka diba%ah atau muka diatas. 3pakah kepala bayi ditutup oleh selimut atau mengganjal antara kasur dan plastic yang tipis dan panjangL 3pabila tubuh telah digerakkan sebelum dilakukan penyelidikan, orang yang menggerakkan tubuh bayi tersebut harus ditanyakan untuk memperoleh informasi tersebut. 1ertanyaan pada orang tua harus dilakukan dengan sensitive, rasa simpatik, dan pedekatan dengan rasa iba. -rang tua yang kehilangan bayi merupakan seorang yang mempunyai trauma psikologi yang berat dengan, tidak jarang, merasa bersalah bah%a mereka melakukan sesuatu yang menyebabkan kematian bayi. 8anyak orang yang tidak mengetahui apa yang dikenal sebagai SE9S atau crib death. Fsahakan untuk membuat keadaan dukacita agar menjadi lebih tenang dan mencegah adanya reaksi yang oenuh dengan rasa bersalah. 1enyelidik, sebagai tambahan dalam menyelidiki tempat kejadian, harus melakukan yang terbaik untuk meyakinkan orang tua bah%a mereka sama sekali tidak bersalah atau tidak bersalah dalam kematian anaknya dan bah%a mereka sama sekali tidak mempunyai cara untuk mencegah kejadian tersebut. 3pabila, sesudah itu, kasus tidak dihubungkan dengan SE9S, atau ada sesuatu bah%a orang tua dapat melakukan pencegahan terhadap kematian, tidak ada kesalahan yang dilakukan oleh pendekatan ini. Kadang-kadang, lebam mayat (postmortem lividity) dianggap keliru sebagai luka memar oleh polisi atau dokter. Kemudian mereka menjadi curiga bah%a orang tua telah membunuh anaknya. 8uh bercampur darah dari mulut dan hidung kadang-kadang dianggap keliru sebagai darah dan trauma yang dicurigai. 9iaper rash juga kadang-kadang dianggap salah sebagai trauma. 9i tempat kejadian, penyelidik akan mendekati orang tua dengan sensitive, tanpa sikap menuduh dan melakukan %a%ancara, bukan interogasi. -rang tua harus diberikan kesempatan untuk menceritakan tentang ri%ayat kejadian tanpa melakukan interupsi. Mereka harus diberikan sebanyak-banyaknya

%aktu yang mereka perlukan untuk menjelaskan keadaan seputar kematian bayinya. Sering, bagian utama dari informasi yang diperlukan akan dipastikan oleh pendengaran yang sederhana pada orang tua yang sedih. 3pabila memerlukan klarifikasi pada keadaan yang sebelumnya atau seputar kematian bayi, pertanyaan pemeriksa harus tidak berkobar-kobar juga tidak menuduh. Selain itu, mereka akan memperkuat perasaan bersalah yang sering muncul pada orang tua dan menyebabkan mereka menjadi jengkel dan tidak kooperatif. 1ertanyaan berikutnya yang harus ditanyakan oleh penyelidik Fmur, tanggal lahir, berat badan lahir apabila diketahui, ras, dan jenis kelamin. Siapa orang terakhir yang melihat bayi masih hidup (tanggal dan %aktu)L Siapa yang menemukan bayi meninggal (tanggal dan %aktu)L $empat bayi meninggal (tempat tidur atau ranjang bayi, tempat tidur orang tua, atau yang lainnya)L 8agaimana posisi bayi ketika ditemukan meninggalL 3pakah posisi sebenarnya bayi telah diubah (mengapa dan siapa)L 3pabila dilakukan resusitasi, berikan metode dan nama orang yang melakukan resusitasi tersebut. 3pakah bayi sedang sakit akhir-akhir iniL 3pakah sakit demam atau pilekL 3tau penyakit kecil lainnyaL 3pakah dikonsultasikan ke dokterL SiapaL 3pa terapi yang diberikanL 3pakah anak sedang menjalani pera%atanL 3pa jenisnyaL Kapan anak terakhir bertemu dengan dokterL Mengapa dan oleh siapaL 3pakah bayi ditularkan penyakit belum lama iniL 3pakah ada penyakit dalam keluarga belum lama iniL 3pakah anak minum 3SE atau susu botolL Kapan anak terakhir makanL 3pa yang dimakanL 3pakah ada perbedaan dalam penampilan atau tingkal laku anak dalam beberapa hari terakhirL 3pakah ada kematian SE9S yang lain dalam keluargaL 3pabila ada orang lain selain orang tua yang mera%at bayi, apakah ada anak lain yang meninggal dalam penga%asan orang tersebutL

Pembunuhan Bayi Baru %ahir &.eonati!ide* Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai pembunuhan pada anak dalam %aktu #' jan setelah kelahiran. 1elaku pada umumnya merupakan ibu. Ea melahirkan anak dan membunuhnya. Kadang-kadang, pelaku dibantu oleh seorang teman, tetapi pembunuhan bayi baru lahir selalu merupakan suatu perbuatan yang dilakuakn oleh seorang %anita yang belum menikah dengan tidak ada saksi. Kebanyak palaku merupakan %anita yang masih muda dan belum menikah. 8eberapa tuntutan tidak didapatkan mereka pada saat hamil sampai mereka melahirkan. $ujuannya adalah untuk merahasiakan kenyataan bah%a mereka telah melahirkan bayi atau membuang anak yang tidak diinginkan. 1enemuan bayi yang telah meninggal pada tukang jahit, tempat samaph, dan kamar mandi umum merupakan tempat yang umum ditemukan pada daerah metropolitan. 8ayi ini merupakan korban pembunuhan bayi baru lahir atau lahir mati. Ebu tersebut selalu merupakan seseorang yang

menelantarkan anak. 3pabila dilihat, pembelaannya selalu bah%a bayi lahir matiH ia panic dan cenderung pada tubuh. Aadi, dalam kasus yang dicurigai pembunuhan bayi baru lahir, fakta pertama apakah bayi hidup pada saat dilahirkan. "al ini merupakan salah satu hal yang paling susah dilakukan. 3danya susu atau sedikit makanan dalam lambung akan menunjukkan bah%a bayi lahir hidup. Sayangnya, dalam kasus pembunuhan bayi baru lahir, pembunuhan selalu terjadi segera setelah bayi dilahirkan dan tidak ditemukan adanya susu atau bahan makanan dalam lambung. 9asar pemeriksaan untuk menentukan apabila anak telah bernapas biasanya menggunakan tes hidrostatik. $es ini terdiri dari penentuan apakah paru-paru terapung di air. 3pabila paru-paru tenggelam, bayi tersebut dianggap lahir mati, dan apabila paru-paru terapung, bayi tersebut dianggap lahir hidup. $erdapat permasalahan dengan pemeriksaan ini. 3pabila telah terjadi pembusukkan, kemudian, meskipun lahir mati, paru-paru mungkin akan terapung. Kedua, beberapa anak yang dilahirkan hidup hanya sedikit bernapas dan tidak dicampuri dengan gas di paru-paru cukup untuk terapung. -leh karena kedua hal tersebut, dokter memilih untuk melakukan pemeriksaan mikroskopik pada paru-paru. 3pabila alveoli mengalami colaps, kemudian hal ini dianggap bah%a anak tidak dicampuri dengan gas. 3pabila adanya penekanan yang sempurna dan seragam (kemungkinan oleh udara), dimana anak dengan nyata telah bernapas. Sayangnya, pemeriksaan mikroskopik lebih tidak akurat dibandingkan dengan tes hidrostatik. 3pabila telah diberikan resusitasi, kemungkinan terdapatnya distensi pada jalan napas dan alveoli oleh udara dan hal ini tidak mungkin untuk menentukan apakah anak tersebut lahir hidup atau lahir mati. Satu dari beberapa penulis mempunyai suatu kasus seorang anak yang meninggal !. jam intrauterine, pada pemeriksaan mikroskopik paruparu, ditunjukkan distensi yang seragam pada semua alveoli, yang mana sesuai dengan anak yang bernapas selama berapa lama. Meskipun paru-paru tidak terapung. 1ada saat sekarang, penulis lebih percaya pada pemeriksaan hidrostatik. Kita tentukan apabila kedua paru terapung in toto dan kemudian kita mencoba bagian terapung dari paru-paru. 3pabila semuanya terapung, berdasarkan pendapat kami, anak bernapas dan oleh karena itu lahir hidup. "al ini, tentunya, asumsikan bah%a tidak ada percobaan resusitasi dan bah%a tidak ada pembusukan. 1enemuan lain digunakan untuk menentukan apakah anak yang hidup mempunyai petekie pada paruparu atau jantung dan udara dalam lambung pada pemeriksaan radiologi. $idak ada dari criteria ini bernilai valid. 1etekie tidak spesifik dan dapat terjadi dari stress intrauterin, dan udara dalam lambung dapat terjadi karena usaha pernapasan seperti pada bayi yang lahir melalui jalan lahir. Saat telah ditentukan bah%a bayi lahir hidup, kemudian setelah itu tentukan bagaimana bayi tersebut dibunuh. Metode pembunuhan yang paling sederhana, paling tepat, dan paling umum pada usia ini adalah dengan cara mati lemas (suffocation). $indakan ini dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan tangan pada seluruh %ajah, oleh karena sumbatan pada hidung dan mulut dengan suatu benda seperti bantal, atau memasukkan anak ke dalam kantong plastik. Metode yang paling jarang dilakukan adalah dengan cara pencekikan, memasukkan tissue toilet ke dalam mulut, menenggelamkan anak ke dalam toilet, melemparkan anak dari suatu bangunan, dan dengan bebas, dengan kematian disebabkan oleh kurangnya perhatian. Kematian yang mungkin tidak disengaja yang mana ibu menempatkan anak pada daerah dimana ia mengahrapkan untuk ditemukan, tetapi tidak untuk beberapa alasan, atau perubahan yang radikal dari kondisi lingkungan (seperti suhu). 1ada suhu yang sedang, bayi baru lahir dapat bertahan hidup selama * @ !. hari tanpa makanan atau minuman. "al ini diilustrasikan pada saat gempa bumi di Me2ico ,ity pada bulan September !:+( dimana '' bayi baru lahir terkubur dalam puing-puing ketika rumah sakit runtuh. Metode pembunuhan yang lebih kejam dilakukan pada anak yang lebih tua yang jarang digunakan pada bayi baru lahir. -rang-orang umumnya tidak memukul kepala kearah dinding atau menghentakkan kaki bayi. Sayangnya, suffocation pada bayi baru lahir selalu tidak meninggalkan tanda fisik. Aadi, ahli patologi dapat membuat diagnosis ini hanya apabila ibu meninggalkan bayi di dalam kantong plastic, meninggalkan tissue toilet di dalam mulut, atau adanya pengakuan. 3pabila hal ini tidak terjadi, maka seseorang hanya dapat memikirkan sebagai penyebab kematian. 3pabila tubuh bayi baru lahir ditempatkan pada atmsofer kering hangat, hal ini sering menyebabkan terjadinya mumifikasi. Keadaan ini ditambah oleh kondisi bebas bakteri pada bayi baru lahir. 8ayi

yang mengalami mumifikasi kadang-kadang ditemukan di peti di atas loteng dan diba%ah lantai pada sebuah rumah tua. Pembunuhan Bayi dan Pembunuhan +nak 1ada masa yang lalu pada beberapa hari pertama kehidupan, metode yang digunakan untuk melakukan pembunuhan berubah secara radikal. Sebagai tambahan, ibu yang diikutsertakan oleh suami, teman laki-laki, atau babysitter kemungkinan sebagai pelaku. Kebanyakan pembunuhan anak terjadi pada dua tahun pertama kehidupan, terutama pada tahun pertama, dengan penurunan secara bertahap pada tahun kedua. 1ada tahun !:::, sebanyak #+. anak antara umur ! @ ' tahun dibunuh di 3merika Serikat. Senjata yang paling sering digunakan adalah tangan, kaki, dan kepalan, sebanyak !#& kasusH senjata api, sebanyak &: kasusH benda tajam, sebanyak && kasusH asfiksia dan pencekikan, sebanyak !) kasus dan pisau, sebanyak !. kasusH benda yang lain dan tidak disebutkan, sebanyak (: kasus. 1embunuhan pada anak yang muda dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori. $erdapat kategori klasik anak dibenturkan berulang-ulang, dengan variasinya anak dibuang atau dibuat kelaparanH kategori pembunuhan CimpulseD atau CangryD, dengan variasinya anak CpunishedD (sering anak-anak dengan luka bakar)H dan pembunuhan CgentleD, pembekapan, dengan variasi lain berbentuk Munchausen=s Syndrome oleh 1ro2y. $erdapat juga bermacam-macam kategori untuk kematian yang tidak cocok dengan kategori apapun. 8erla%anan pada apa yang telah disimpulkan dari bacaan literatur medical klinik dan pers terkenal, kematian anak tidak selalu melibatkan sindrom bayi dengan kategori klasik yang dibenturkan berulang-ulang, tetapi lebih sesuai dengan pembunuhan kategori CimpulseD atau CangryD. 8erdasarkan pengalaman penulis, pembunuhan anak paling tinggi pada kategori ini. 1ada !+' kasus pembunuhan yang berurutan pada anak berusia ( tahun atau yang lebih muda yang dibunuh karena perlukaan akibat kekerasan tumpul, dalam !.> kasus, anak tersebut menunjukkan secara pasti tidak adanya bukti perlukaan eksternal. Sisanya, perlukaan eksternal terdapat relative ringan dan diikuti hingga kepala dan leher. 1ada !+' anak, sebanyak '#,'> berusia !# bulan atau kurang, sebanyak *+,&> berusia #' bulan kurang. 1erlukaan kraniocerebral dihitung sebanyak )',!>, perlukaan perut sebanyak #&,'>, perlukaan perut dan kepala sebanyak ','>, dan pelukaan pada dada, perut dan kepala sebanyak #,#> ($abel !#.#). 3pabila menghubungkan umur dengan penyebab kematian 1ada anak usia !# bulan atau kurang, dimana perlukaan terbatas pada kepala dijumlahkan sebanyak +(,+> dari kematian, masing-masing sebanyak #,)> pada setiap perlukaan dada dan perut, dan sebayak #,)> untuk perlukaan pada kepala, dada dan perut. 8erbeda, pada anak usia !& @ #' bulan yang perlukaan berat yang terbatas pada kepala berjumlah (&> dari kematian dan perlukaan perut saja sebanyak &',:>.

Aadi, semakin meningkatnya usia anak, perlukaan di perut menjadi lebih umum sebagai penyebab kematian. 1ada anak yang meninggal karena perlukaan kepala, penemuan yang paling sering adalah hematom subarachnoid atau hematom subdural dengan atau tanpa fraktur tulang tengkorak. 1enulis memperlihatkan rangkaian kematian anak yang muda dimana terdapat perdarahan epidural, subdural, atau subarachnoid atau kombinasi dari semuanya. lima kasus hematom epidural semua menunjukkan adanya fraktur. 1ada empat anak yang hanya dengan perdarahan subarachnoid, satu anak tidak menunjukkan adanya fraktur. 1ada &: anak yang meninggal dengan hematom subdural, (pada empat kasus bilateral), !* kasus ('&,)>) tidak menunjukkan adanya fraktur tulang tengkorak. 1ada empat kasus dengan hematom subdural bilateral terdapat adanya fraktur tulang tengkorak. Braktur pada tulang tengkorak tampak lebih sering dihubungkan dengan hematom subdural bilateral dan perdarahan subarachnoid dibandingkan dengan hematom subdural pada satu sisi.

1ada anak yang meninggal dengan adanya perlukaan di perut, sebanyak '&> tidak menunjukkan adanya bukti perlukaan eksternal pada dinding perut, meskipun demikian semua menunjukkan adanya bukti trauma eksternal. 9ari semua anak-anak ini, sekitar +.> meninggal sebagai akibat laserasi pada hati dengan atau tanpa dihubungkan dengan laserasi pada mesenterium, usus, limpa dan pancreas. #.> sisanya menunjukkan laserasi pada mesenterium, duodenum, pancreas dan limpa.

1ada anak yang meninggal akibat perlukaan kekerasan tumpul, selalu terdapat adanya luka memar dan luka lecet yang banyak pada tubuh, yang baru dan mengalami penyembuhan, paling sering di kepala. ?uka robek, luka bakar dan bentuk perlukaan disebabkan oleh ikat pinggang, gantungan jas, dan tongkat mungkin juga ada. 0aris parallel pada luka memar garis yang mempunyai batas yang mirip dengan ikat pinggang atau tongkatH $anda bentuk loop member kesan sebagai suatu gantungan jas atau ka%at listrik (0ambar !#.!). ?uka memar mungkin sangat susah dilihat, khususnya pada anak-anak dengan kulit yang gelap. -leh sebab itu, keadaan ini memberikan kesan bah%a potongan panjang terbentuk di bagian punggung, bokong, dan ekstremitas menunjukkan adanya perdarahan pada jaringan lunak (0ambar !#.#). 8agian dalam dari mulut akan selalu diperiksa adanya luka robek dan luka memar pada bagian frenulum, gusi dan bibir, seperti pada gigi yang dicabut yang mungkin disebabkan oleh pukulan kearah mulut (0ambar !#.&). 1ada suatu percobaan, pembelaan pengacara mungkin dianggap perlukaan %ajah, bibir, dan gusi percobaan resusitasi. Sementara beberapa perlukaan kecil pada bibir dapat terjadi dengan resusitasi, luka lecet multiple dan luka memar pada %ajah tidak terjadi. Satu dari penulis (9A9) diperiksa !#& tubuh anak yang telah dilakukan resusitasi kardiopulmonal. $idak ditunjukkan luka lecet dan luka memar multiple disekitar %ajah dan leher yang tampak pada anak disekitar muka.

Anda mungkin juga menyukai