Tes klinik ini baru boleh dilakukan paling cepat 6 jam setelah onset koma serta
apneu dan harus diulangi lagi paling cepat sesudah 2 jam dari tes yang pertama.
Sedangkan tes konfirmasi dengan EEG dan angiografi hanya dilakukan jika tes klinik
memberikan hasil yang meragukan atau jika ada kekhawatiran akan adanya tuntutan
di kemudian hari.
1.2 Tanda dan Patofisiologi
kegagalan
kelenjar
lakrimal
untuk
membasahi
bola
mata.
kornea akan tetap menjadi keruh tanpa dipengaruhi apakah kelopak mata
terbuka atau tertutup. Walaupun sering ditemui kelopak mata tertutup
secara tidak komplit, ini terjadi oleh karena kekakuan otot-otot kelopak
mata. Kekeruhan pada lapisan dalam kornea ini tidak dapat dihilangkan
atau diubah kembali walaupun digunakan air untuk membasahinya.
Bila kelopak mata tetap terbuka sclera yang ada disekitar kornea akan
mengalami kekeringan dan berubah menjadi kuning dalam beberapa jam
yang kemudian berubah menjadi coklat kehitaman. Area yang berubah
warna ini berbentuk trianguler dengan basis pada perifer kornea dan
puncaknya di epikantus. Area ini disebuttaches noires de la sclerotiques
yang pertama kali digambarkan oleh Somner pada tahun 1833.
Knight mengatakan iris masih bereaksi dengan stimulasi kimia sampai 4
jam sesudah kematian somatik, tetapi reflek cahaya segera hilang
bersamaan dengan iskemik pada batang otak. Pupil biasanya pada posisi
mid midriasis yang disebabkan oleh karena relaksasi dari muskulus
pupilaris walaupun ada sebagian ahli yang menganggap ini sebagai proses
fisiologis
yang
kemudian
dilakukan
pemeriksaan
dengan
darah
retina
akan
mengalami
perubahan
yang
disebut
segmentasi atau trucking dan ini terjadi dalam 15 menit pertama setelah
kematian. Pada pemeriksaan dalam 2 jam pertama setelah kematian,
dapat dilihat retina tampak pucat dan daerah sekitar fundus tampak
kuning, demikian pula daerah sekitar makula. Sekitar 6 jam batas fundus
menjadi tidak jelas, dan tampak gambaran segmentasi pada pembuluh
darah,
dengan
latar
belakang
yang
berwarna
kelabu
kekuningan.
Gambaran ini mencapai seluruh perifer retina sekitar 7-10 jam. Setelah 12
jam diskus hanya dapat dilihat sebagai titik yang terlokalisasi dengan sisa-
sisa pembuluh darah yang bersegmentasi hingga pada akhirnya diskus dan
pembuluh darah retina menghilang yang ada hanya makula yang berwarna
coklat
gelap.
Beberapa
pengamat
menggambarkan
perubahan
dini
posmortem yang terjadi pada retina mempunyai arti yang kecil untuk
dihubungkan dengan perkiraan saat mati. Sedangkan Tomlin ( 1967)
beranggapan bahwa segmentasi pada retina lebih berindikasi pada
kematian serebral daripada penghentian sirkulasi.
Wroblewski dan Ellis (1970) mempelajari perubahan mata pada 300 mayat
dimana tidak hanya
perubahan yang terjadi pada kornea juga dicatat. Mereka telah memeriksa
204 fundus dari subjek dan 115 diantaranya terdapat segmentasi atau
trucking pada satu atau kedua mata setelah satu jam posmortem dan
negatif pada 89 lainnya. Bagian yang paling sulit pada pemeriksaan ini
adalah kekeruhan kornea yang terjadi dalam 75% pasien dalam 2 jam
setelah kematian. Akhirnya mereka menyimpulkan bahwa segmentasi
merupakan
perubahan
posmortem
yang
alami
daripada
1. LEBAM MAYAT
Lebam Mayat disebut juga Post Mortem Lividity, Post Mortem Suggilation,
Hypostasis, Livor Mortis, Stainning. Lebam mayat terbentuk bila terjadi kegagalan
sirkulasi darah dalam mempertahankan tekanan hidrostatik yang menggerakan
darah mencapai capillary bed dimana pembuluhpembuluh darah kecil afferent
dan efferent saling berhubungan. Maka secara bertahap darah yang mengalami
stagnasi di dalam pembuluh vena besar dan cabang-cabangnya akan dipengaruhi
gravitasi dan mengalir ke bawah, ke tempattempat yang terendah yang dapat
dicapai. Dikatakan bahwa gravitasi lebih banyak mempengaruhi sel darah merah
tetapi plasma akhirnya juga mengalir ke bagian terendah yang memberikan
kontribusi pada pembentukan gelembunggelembung di kulit pada awal proses
pembusukan.
Adanya eritrosit di daerah yang lebih rendah akan terlihat di kulit sebagai
perubahan warna biru kemerahan. Oleh karena pengumpulan darah terjadi secara
pasif maka tempattempat di mana mendapat tekanan lokal akan menyebabkan
tertekannya pembuluh darah di daerah tersebut sehingga meniadakan terjadinya
lebam mayat yang mengakibatkan kulit di daerah tersebut berwarna lebih pucat.
Lebam mayat ini biasanya timbul setengah jam sampai dua jam setelah
kematian, Dimana setelah terbentuk hypostasis yang menetap dalam waktu 10
12 jam ternyata akan memberikan lebam mayat pada sisi yang berlawanan
setelah
dilakukan
reposisi
pada
tubuh
dari
pronasi
ke
supinasi
(interpostmorchange).
Lebam mayat ini biasanya berkembang secara bertahap dan dimulai
dengan timbulnya bercak-bercak yang berwarna keunguan dalam waktu kurang
dari setengah jam sesudah kematian dimana bercak-bercak ini intensitasnya
menjadi meningkat dan kemudian bergabung menjadi satu dalam beberapa jam
kemudian, dimana fenomena ini menjadi komplet dalam waktu kurang lebih 812
jam, pada waktu ini dapat dikatakan lebam mayat terjadi secara menetap.
Menetapnya lebam mayat ini disebabkan oleh karena terjadinya perembesan
darah
kedalam
jaringan
sekitar
akibat
rusaknya
pembuluh
darah
akibat
tertimbunnya selsel darah dalam jumlah yang banyak, adanya proses hemolisa
sel-sel darah dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah. Dengan demikian
penekanan pada daerah lebam yang dilakukan setelah 8-12 jam tidak akan
menghilang. Hilangnya lebam pada penekanan dengan ibu jari dapat memberi
indikasi bahwa suatu lebam belum terfiksasi secara sempurna. Setelah empat
jam, kapiler-kapiler akan mengalami kerusakan dan butir-butir darah merah juga
akan rusak. Pigmen-pigmen dari pecahan darah merah akan keluar dari kapiler
yang rusak dan mewarnai jaringan di sekitarnya sehingga menyebabkan warna
lebam mayat akan menetap serta tidak hilang jika ditekan dengan ujung jari atau
jika posisi mayat dibalik. Jika pembalikan posisi dilakukan setelah 12 jam dari
kematiannya maka lebam mayat baru tidak akan timbul pada posisi terendah,
karena darah sudah mengalami koagulasi.
Fenomena lebam mayat yang menetap ini sifatnya lebih bersifat relatif.
Perubahan lebam ini lebih mudah terjadi pada 6 jam pertama sesudah kematian,
bila telah terbentuk lebam primer kemudian dilakukan perubahan posisi maka
akan terjadi lebam sekunder pada posisi yang berlawanan. Distribusi dari lebam
mayat yang ganda ini adalah penting untuk menunjukan telah terjadi manipulasi
posisi pada tubuh. Akan tetapi waktu yang pasti untuk terjadinya pergeseran
lebam ini adalah tidak pasti, Polson mengatakan untuk menunjukan tubuh sudah
diubah dalam waktu 8 sampai 12 jam, sedangkan Camps memberi patokan
kurang lebih 10 jam.
Akan tetapi pada kematian wajarpun darah dapat menjadi permanent
incoagulable oleh karena adanya aktifitas fibrinolisin yang dilepas kedalam aliran
darah selama proses kematian. Sumber dari fibrinolisin ini tidak diketahui tetapi
kemungkinan berasal dari endothelium pembuluh darah, dan permukaan serosa
dari pleura. Aktifitas fibrinolisin ini nyata sekali pada kapiler-kapiler yang berisi
darah. Darah selalu ditemukan cair dalam venule dan kapiler, dan ini yang
bertanggung jawab terhadap lebam mayat.
Akumulasi darah pada daerah yang tidak tertekan akan menyebabkan
pengendapan darah pada pembuluh darah kecil yang dapat mengakibatkan
diameter
dari
satu
sampai
beberapa
milimeter,
biasanya
Lebam mayat
Epidermal,
karena
pembuluh darah
Memar
pelebaran
Letak
Kutikula
Tidak rusak
Lokasi
Terdapat
di
sekitar
bisa
tampak di mana di mana saja
pada bagian tubuh dan tidak
meluas
Gambaran
Biasanya membengkak
Pinggiran
Jelas
Tidak jelas
Warnyanya sama
Warna
.
Pada
pemotong
an
Dampak
setelah
penekana
n
mulai nampak pada jaringan otot yang jumlah serabut ototnya sedikit. Atas dasar
itulah mengapa pada kematian karena infeksi, konvulsi kelelahan fisik serta
keadaan suhu keliling yang tinggi akan dapat mempercepat terbentuknya kaku
mayat, demikian pula pada mereka yang keadaan gizinya jelek akan lebih cepat
terjadi kaku mayat bila dibandingkan dengan korban yang mempunyai tubuh
yang baik.
Secara biokimiawi saat relaksasi primer, pH protoplasma sel otot masih
alkalis. Perubahan alkalis menjadi asam terjadi 2-6 jam kemudian karena adanya
perubahan biokimia, yaitu glikogen menjadi asam sarkolaktik / fosfor. Perubahan
protoplasma menjadi asam menyebabkan otot menjadi kaku (rigor). Relaksasi
sekunder terjadi setelah ada perubahan biokimia, yaitu asam berubah menjadi
alkalis kembali saat terjadi pembusukan.
Kaku mayat akan terjadi pada seluruh otot (gambar II.4), baik otot lurik
maupun otot polos. Dan bila terjadi pada otot rangka, maka akan didapatkan
suatu kekakuan yang mirip atau menyerupai papan sehingga dibutuhkan cukup
tenaga untuk dapat melawan kekakuan tersebut , bila hal ini terjadi otot dapat
putus sehingga daerah tersebut tidak mungkin lagi terjadi kaku mayat.
terjadinya, yaitu dimulai dari otot-otot wajah, leher, lengan, dada, perut, dan
tungkai.
Adanya kejanggalan dari postur pada mayat dimana kaku mayat telah
terbentuk dengan posisi sewaktu mayat ditemukan, dapat menjadi petunjuk
bahwa pada tubuh korban telah dipindahkan setelah mati. Ini mungkin
dimaksudkan untuk menutupi sebab kematian atau cara kematian yang
sebenarnya.
Persediaan glikogen
Cepat lambat kaku mayat tergantung persediaan glikogen otot. Pada
kondisi tubuh sehat sebelum meninggal, kaku mayat akan lambat dan
lama, juga pada orang yang sebelum mati banyak makan karbohidrat,
maka kaku mayat akan lambat.
Gizi
Pada mayat dengan kondisi gizi jelek saat mati, kaku mayat akan cepat
terjadi.
Kegiatan Otot
Pada orang yang melakukan kegiatan otot sebelum meninggal maka kaku
mayat akan terjadi lebih cepat.
b. Usia
-
Pada orang tua dan anak-anak lebih cepat dan tidak berlangsung lama.
Pada bayi premature tidak terjadi kaku mayat, kaku mayat terjadi pada
bayi cukup bulan.
c. Keadaan Lingkungan
-
Pada mayat dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan
berlangsung lama.
Pada udara suhu tinggi, kaku mayat terjadi lebih cepat dan singkat, tetapi
pada suhu rendah kaku mayat lebih lambat dan lama.
Kaku mayat tidak terjadi pada suhu dibawah 10 oC, kekakuan yang terjadi
pembekuan atau cold stiffening.
d. Cara Kematian
-
Pada mayat dengan penyakit kronis dan kurus, kuku mayat lebih cepat
terjadi dan berlangsung tidak lama.
Pada mati mendadak, kaku mayat terjadi lebih lambat dan berlangsung
lebih lama.
Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh
panas. Otot-otot berwarna merah muda, kaku, tepi rapuh (mudah robek).
Keadaan ini dapat dijumpai pada korban mati terbakar. Pada saat stiffening
serabut-serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan fleksi leher,
siku, paha, dan lutut, membentuk sikap petinju (pugilistic attitude).
Perubahan sikap ini tidak memberikan arti tertentu bagi sikap semasa
hidup, intravitalitas, penyebab atau cara kematian.
Sifat
Kaku Mayat
Spasme Kadaver
Mulai timbul
Faktor
Kematian mendadak,aktivitas
berlebih, ketakutan, terlalu
lelah, perasaan tegang, dll.
Otot yang
terkena
Kaku otot
predisposisi
kekakuannya.
Suhu mayat
Dingin
Hangat
Kematian sel
Ada
Tidak ada
Rangsangan
listrik
Kepentingan
dari segi
Medikolegal
nama
lainnya
dekomposisi
dan
putrefection.
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan pada tubuh mayat yang terjadi
sebagai akibat proses autolisis dan aktivitas mikroorganisme, terutama
Clostridium welchii.
Autolisis adalah perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam
keadaan steril melalui proses kimia yang disebabkan oleh enzim-enzim
intraseluler, sehingga organ-organ yang kaya dengan enzim-enzim akan
mengalami proses autolisis lebih cepat daripada organ-organ yang tidak
memiliki enzim, dengan demikian pankreas akan mengalami autolisis lebih
cepat
dari
pada
jantung.
Proses
autolisis
ini
tidak
dipengaruhi
oleh
mikroorganisme oleh karena itu pada mayat yang steril misalnya mayat bayi
dalam kandungan proses autolisis ini tetap terjadi. Proses auotolisis terjadi
sebagai akibat dari pengaruh enzim yang dilepaskan pasca mati. Mula-mula
yang terkena adalah nukleoprotein yang terdapat pada kromatin dan sesudah
itu sitoplasmanya, kemudian dinding sel akan mengalami kehancuran sebagai
akibatnya jaringan akan menjadi lunak dan mencair.
Pada mayat yang dibekukan pelepasan enzim akan terhambat oleh
pengaruh suhu yang rendah maka proses autolisis ini akan dihambat demikian
juga pada suhu tinggi enzim-enzim yang terdapat pada sel akan mengalami
kerusakan sehingga proses ini akan terhambat.
Setelah seseorang meninggal, maka semua sistem pertahanan tubuh
akan hilang, bakteri yang secara normal dihambat oleh jaringan tubuh akan
segera masuk ke jaringan tubuh melalui pembuluh darah, dimana darah
merupakan media yang terbaik bagi bakteri untuk berkembang biak. Bakteri ini
yang lebih superfisial. Perubahan warna ini secara bertahap akan meluas
keseluruh dinding abdomen sampai ke dada dan bau busukpun mulai tercium.
Perubahan warna ini juga dapat dilihat pada permukaan organ dalam seperti
hepar, dimana hepar merupakan organ yang langsung kontak dengan kolon
transversum. Pada saat Cl.welchii mulai tumbuh pada satu organ parenchim,
maka sitoplasma dari organ sel itu akan mengalami disintegrasi dan
nukleusnya akan dirusak sehingga sel menjadi lisis atau rhexis. Kemudian selsel menjadi lepas sehingga jaringan kehilangan strukturnya.
Bakteri ini kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan berkembang
biak didalamnya yang menyebabkan hemolisa yang kemudian mewarnai
dinding pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Bakteri ini memproduksi gasgas pembusukan yang mengisi pembuluh darah yang menyebabkan pelebaran
pembuluh darah superfisial tanpa merusak dinding pembuluh darahnya
sehingga pembuluh darah beserta cabang-cabangnya tampak lebih jelas
seperti pohon gundul (arborescent pattern atau arborescent mark) yang sering
disebut marbling. Bakteri pembusukan ini banyak terdapat dalam intestinal dan
paru, maka gambaran marbling ini jelas terlihat pada bahu,dada bagian atas,
abdomen bagian bawah dan paha.
Secara mikroskopis bakteri dapat dilihat menggumpal pada ronggarongga jaringan dimana bakteri tersebut banyak memproduksi gelembung gas.
Ukuran gelembung gas yang tadinya kecil dapat cepat membesar menyerupai
honey combed appearance. Lesi ini dapat dilihat pertama kali pada hati .
Kemudian permukaan lapisan atas epidermis dapat dengan mudah dilepaskan
dengan jaringan yang ada dibawahnya dan ini disebut skin slippage. Skin
slippage ini menyebabkan identifikasi melalui sidik jari sulit dilakukan.
Pembentukan gas yang terjadi antara epidermis dan dermis mengakibatkan
timbulnya bula-bula yang bening, fragil, yang dapat berisi cairan coklat
kemerahan yang berbau busuk. Cairan ini kadang-kadang tidak mengisi secara
penuh di dalam bula. Bula dapat menjadi sedemikian besarnya menyerupai
terjadi
pembentukan
gas-gas
pembusukan,
gelembung-
yang
terjadi
didalam
cavum
abdominal
menyebabkan
pengeluaran udara dan cairan pembusukan yang berasal dari trakea dan
bronkus terdorong keluar, bersama-sama dengan cairan darah yang keluar
melalui mulut dan hidung. Cairan pembusukan dapat ditemukan di dalam
rongga dada, ini harus dibedakan dengan hematotorak dan biasanya cairan
pembusukan ini tidak lebih dari 200 cc.
Pengeluaran urine dan feses dapat terjadi oleh karena tekanan intra
abdominal yang meningkat. Pada wanita uterus dapat menjadi prolaps dan
fetus dapat lahir dari uterus yang pregnan. Pada anak-anak adanya gas
pembusukan dalam tengkorak dan otak menyebabkan sutura-sutura kepala
menjadi mudah terlepas.
Organ-organ dalam mempunyai kecepatan pembusukan yang berbedabeda. Jaringan intestinal,medula adrenal dan pancreas akan mengalami
autolisis dalam beberapa jam setelah kematian. Organ-organ dalam lain seperti
hati, ginjal dan limpa merupakan organ yang cepat mengalami pembusukan.
Perubahan warna pada dinding lambung terutama di fundus dapat dilihat
dalam 24 jam pertama setelah kematian. Difusi cairan dari kandung empedu
kejaringan sekitarnya menyebabkan perubahan warna pada jaringan sekitarnya
menjadi coklat kehijauan. Pada hati dapat dilihat gambaran honey combs
appearance, limpa menjadi sangat lunak dan mudah robek, dan otak menjadi
lunak.
Pembusukan lanjut dari organ dalam ini adalah pembentukan granulagranula milliary atau milliary plaques yang berukuran kecil dengan diameter
1-3 mm yang terdapat pada permukaan serosa yang terletak pada endotelial
dari tubuh seperti pleura, peritoneum, pericardium dan endocardium.
Golongan organ berdasarkan kecepatan pembusukannya, yaitu:
1. Early : Organ dalam yang cepat membusuk antara lain jaringan intestinal,
medula adrenal, pankreas, otak, lien, usus, uterus gravid, uterus post
partum, dan darah
2. Moderate : Organ dalam yang lambat membusuk antara lain paru-paru,
jantung, ginjal, diafragma, lambung, otot polos dan otot lurik.
3. Late : Uterus non gravid dan prostat merupakan organ yang lebih tahan
terhadap pembusukan karena memiliki struktur yang berbeda dengan
jaringan yang lain yaitu jaringan fibrousa.
Pada orang yang mengalami obesitas, lemak-lemak tubuh terutama
perirenal, omentum dan mesenterium dapat mencair menjadi cairan kuning
yang transluscent yang mengisi rongga badan diantara organ yang dapat
menyebabkan autopsi lebih sulit dilakukan.
Disamping bakteri pembusukan insekta juga memegang peranan
penting dalam proses pembusukan sesudah mati. Beberapa jam setelah
kematian lalat akan hinggap di badan dan meletakkan telur-telurnya pada
lubang-lubang mata, hidung, mulut dan telinga. Biasanya jarang pada daerah
genitoanal. Bila ada luka ditubuh mayat lalat lebih sering meletakkan telurtelurnya pada luka tersebut, sehingga bila ada telur atau larva lalat didaerah
genitoanal ini maka dapat dicurigai adanya kekerasan seksual sebelum
kematian. Telur-telur lalat ini akan berubah menjadi larva dalam waktu 24 jam.
Larva
ini
mengeluarkan
enzim
proteolitik
yang
dapat
mempercepat
penghancuran jaringan pada tubuh. Larva lalat dapat kita temukan pada mayat
kira-kira 36-48 jam pasca kematian. Berguna untuk memperkirakan saat
kematian dan penyebab kematian karena keracunan. Saat kematian dapat kita
perkirakan dengan cara mengukur panjang larva lalat. Penyebab kematian
karena racun dapat kita ketahui dengan cara mengidentifikasi racun dalam
larva lalat.
Insekta tidak hanya penting dalam proses pembusukan tetapi meraka
juga memberi informasi penting yang berhubungan dengan kematian. Insekta
dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian, memberi petunjuk
bahwa tubuh mayat telah dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lainnya,
memberi tanda pada badan bagian mana yang mengalami trauma, dan dapat
dipergunakan dalam pemeriksaan toksikologi bila
standart juga sudah mengalami pembusukan.
yang
lebih
banyak,
yang
merupakan
media
yang
baik
untuk
keadaan
tertentu
tanda-tanda
pembusukan
tersebut
tidak
pembusukan.
Proses
mumufikasi
terjadi
bila
keadaan
disekitar mayat kering, kelembaban rendah, suhunya tinggi dan tidak ada
kontaminasi dengan bakteri. Terjadinya beberapa bulan sesudah mati
dengan tanda-tanda sebagai berikut mayat menjadi kecil, kering, mengkerut
atau melisut, warna coklat kehitaman, kulit melekat erat dengan tulang di
bawahnya, tidak berbau, dan keadaan anatominya masih utuh.
b. Saponifikasi
Saponifikasi dapat terjadi pada mayat yang berada di dalamsuasana
hangat, lembab atau basah. Terjadi karena proses hidrolisis dari lemak
menjadi asam lemak. Selanjutnya asam lemak yang tak jenuh akan
mengalami dehidrogenisasi menjadi asam lemak jenuh dan kemudian
bereaksi dengan alkali menjadi sabun yang tak larut. Terbentuk pertama kali
pada lemak superfisial bentuk bercak, di pipi, di payudara, bokong bagian
tubuh atau ekstremitas. Terjadinya saponikasi memerlukan waktu beberapa
bulan dan dapat terjadi pada setiap jaringan tubuh yang berlemak dengan
tanda-tanda berwarna keputihan dan berbau tengik seperti minyak kelapa.
4. Penurunan suhu tubuh mayat/algor mortis
Pada saat sel masih hidup ia akan selalu menghasilkan kalor dan energi.
Kalor dan energi ini terbentuk melalui proses pembakaran sumber energi seperti
glukosa, lemak, dan protein. Sumber energi utama yang digunakan adalah
glukosa. Satu molekul glukosa dapat menghasilkan energi sebanyak 36 ATP yang
nantinya digunakan sebagai sumber energi dalam berbagai hal seperti transport
ion, kontraksi otot dan lain-lain. Energi sebanyak 36 ATP hanya menyusun sekitar
38% dari total energi yang dihasilkan dari satu molekul glukosa (gambar II.1).
Sisanya sebesar 62% energi yang dihasilkan inilah yang dilepaskan sebagai kalor
atau panas.
Masih adanya sisa metabolisme dalam tubuh mayat, yakni karena masih
adanya proses glikogenolisis dari cadangan glikogen yang disimpan di otot
dan hepar (gambar II.2).
2.
Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan
suhu
tubuh
mayat.
Pada
mayat
yang
tubuhnya
kurus,
tingkat
2. Adanya predator dan parasit pada terhadap spesies necrophagous yang memakan
serangga atau golongan Arthropoda yang lain. Terkadang juga ditemukan spesies
Schizophagous, yakni spesies yang hadir untuk memakan pada saat pertama kali,
namun akan menjadi predator pada tahap larva.
3. Adanya spesies omnivora seperti semut, lebah, dan beberapa jenis kumbang yang
memakan baik pada bangkai maupun pada koloni serangga yang ada.
4. Adanya spesies lain seperti laba-laba yang menggunakan bangkai/mayat untuk
tempat tinggalnya.
Tahapan Dekomposisi
Peristiwa dekomposisi melibatkan berbagai aspek selain faktor biotik, yakni faktor abiotik
yang meliputi parameter fisik seperti temperatur, kelembaban, dan lain-lain. Menurut
Gennard (2007) dan Goff (2003), tahapan dekomposisi terdiri dari lima tahap antara lain:
Tahap1: fresh stage, tahapan dimulai pada saat kematian dan ditandai adanya tanda
penggelembungan pada tubuh. Serangga yang pertama kali datang adalah lalat dari
famili Calliphoridae dan Sarcophagidae. Lalat betina akan meletakkan telurnya di daerah
yang terbuka seperti daerah kepala (mata, hidung, mulut, dan telinga).
Tahap 2: bloated stage, merupakan tahapan pembusukan yang sedang dimulai. Gas
yang
dihasilkan
oleh
aktivitas
metabolisme
bakteri
anaerob
menyebabkan
penggelembungan pada pada perut mayat. Selanjutnya suhu internal naik selama
tahapan ini sebagai akibat dari aktivitas bakteri pembusuk dan aktivitas metabolime dari
larva lalat. Lalat dari famili Calliphoridae sangat tertarik pada mayat selama tahapan ini.
Kemudian selama mengembang akibat adanya gas, cairan dalam tubuh terdorong keluar
dari lubang-lubang tubuh dan meresap ke dalam tanah. Cairan tersebut tersusun oleh
senyawa seperti amonia yang dihasilkan oleh aktivitas metabolisme dari larva lalat
sehingga akan menyebabkan tanah di bawah mayat itu untuk menjadi alkali (basa) dan
fauna tanah menjadi tertarik untuk menuju ke mayat.
Tahap 3: decay stage, tahapan ini ditandai adanya kerusakan kulit dan mengakibatkan
gas keluar dari tubuh. Larva lalat membentuk gerombolan yang besar pada mayat.
Meskipun beberapa serangga predator, seperti kumbang, tawon, dan semut, pada tahap
bloated stage, serangga necrophagous dan predator dapat diamati dalam jumlah besar
menjelang tahapan ini berakhir. Pada akhir tahap ini, lalat dari famili Calliphoridae dan
Sarcophagidae telah menyelesaikan perkembangan siklusnya dan meninggalkan mayat
untuk menjadi pupa. Pada akhir tahap ini, larva lalat akan menghilang dari jaringan
tubuh pada mayat.
Tahap 4: postdecay stage, pada tahap ini sisa-sisa tubuh seperti kulit, kartilago dan usus
sudah mengalami pembusukan. Selanjutnya sisa jaringan tubuh yang masih ada akan
mengering. Indikator pada tahap ini adalah hadirnya kumbang dan berkurangnya
dominansi lalat di dalam tubuh mayat.
Tahap 5: skeletal stage, pada tahap ini hanya tersisa tulang belulang dan rambut.
Tahapan ini tidak jelas serangga apa saja yang hadir. Pada kasus tertentu, kumbang dari
famili Nitidulidae terkadang ditemukan. Tubuh mayat sudah mengalami akhir dari
dekomposisi.
Estimasi Waktu Kematian
Ahli entomologi forensik sering memeriksa bukti serangga pada mayat manusia dan
menetukan berapa lama serangga tersebut berada di mayat. Periode waktu tersebut di
interpretasikan dalam postmortem interval (PMI) atau waktu sejak kematian. Analsis PMI
terbagi menjadi dua, yakni precolonization interval (pre-CI) dan postcolonization interval
(post-CI). Adapun penjelasan masing-masing interval tertera pada Gambar 4 (Tomberlin
et al., 2011).
Gambar 5. Kurva pertumbuhan Protophormia terraenovae mulai dari larva, pupa, dan
dewasa (adult) pada suhu 15, 20, 25, 30 and 35C (Amendt et al., 2004a).
Untuk mengukur waktu kematian dapat digunakan suhu yang dibutuhkan oleh serangga
untuk hidup. Serangga merupakan hewan poikilotermik atau hewan yang suhu tubuh dan
aktivitas metabolismenya dipengaruhi oleh lingkungan. Serangga menggunakan energi
panas (thermal unit) untuk pertumbuhan dan perkembangnya. Sehingga kebutuhan
energi selama masa hidupnya dapat dikalkulasi. Thermal unit disebut juga hari derajat
(degree days D ) yang mana nilai D dapat ditambahkan bersamaan yang akan
menghasilkan nilai accumulated degree days (ADD). Jika periode thermal unit pendek
maka bisa digunakan accumulated degree hours (ADH). Dari peristiwa tersebut, maka
waktu kematian dpat dihitung dengan menggunakan rumus:
ADH= Waktu(hours) (temperatur - temperatur basal)
ADD= Waktu(days) (temperatur - temperatur basal)
Waktu yang digunakan adalah waktu tahapan perkembangan serangga yang dapat
diketahui dari literatur yang sudah ada. Sementara temperatur yang digunakan adalah
temperatur lingkungan yang bisa diperoleh melalui stasium badan meteorologi.
Sementara temperatur basal adalah temperatur fisiologi terendah yang setiap serangga
memiliki nilai temperatur yang berbeda-beda (Tabel 2).
Sebagai
contoh
ditemukan larva instar III dari spesies Calliphora vicina yang periode waktunya selama 68
jam. Kemudian suhu lingkungan adalah 26,7C dan tempertur basalnya adalah 2C.
Sehingga akan diperoleh nilai:
ADH = 68 (26,7 2) = 1679,6
ADD = 1679,6/24 = 7
Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus
dipenuhinya, diancam : dalam perkara pidana, dengan penjara paling lama sembilan
bulan.
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam
pasal 184 KUHP:
Alat bukti yang sah adalah :
(a) Keterangan saksi, (b) Keterangan ahli, ( c ) Surat, (d) Petunjuk, (e) Keterangan
terdakwa
Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana
terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana VeR menguraikan segala sesuatu tentang
hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya
dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat
keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang
tertuang di dalam bagian kesimpulan. Dengan demikian visum et repertum secara utuh
telah menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan membaca
visum et repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang,
dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana
yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia. Apabila visum et repertum belum dapat
menjernihkan duduk persoalan di sidang pengadilan, maka hakim dapat meminta
keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam KUHAP,
yang memungkinkan dilakukannya pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti,
apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat hukumnya
terhadap suatu hasil pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan pasal 180 KUHAP.
Bagi penyidik (Polisi/Polisi Militer) visum et repertum berguna untuk
mengungkapkan perkara. Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan itu berguna untuk
menentukan pasal yang akan didakwakan, sedangkan bagi Hakim sebagai alat bukti
formal untuk menjatuhkan pidana atau membebaskan seseorang dari tuntutan hukum.
Untuk itu perlu dibuat suatu Standar Prosedur Operasional Prosedur (SPO) pada suatu
Rumah Sakit tentang tata laksana pengadaan visum et repertum.
Macam-macam visum et repertum:
o
o
o
o
o
o
o
et
et
et
et
et
Repertum
Repertum
Repertum
Repertum
Repertum
pemeriksaan TKP.
penggalian mayat.
mengenai umur.
Psikiatrik.
mengenai BB
Setiap visum et repertum harus dibuat memenuhi ketentuan umum sebagai berikut:
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa, mengenai
hasil pemeriksaan sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca indera
(pengelihatan, pendengaran, perasa, penciuman dan perabaan).
Sifatnya subjektif.
5. PENUTUP.
Memuat kata Demikianlah visum et repertum ini
mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan.
Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter.
o
o
dibuat
dengan
terhadap
kesehatan
dan
jiwa
manusia,
dimana
VeR
menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam
bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti.
Visum
mengenai
et
repertum
juga
memuat
tersebut
keterangan
yang
atau
tertuang
pendapat
di
dalam
dokter
bagian
tercantum
dalam
KUHAP,
yang
memungkinkan
dilakukannya
pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang
beralasan dari terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan.
Hal ini sesuai dengan pasal 180 KUHAP.
Bagi
penyidik
(Polisi/Polisi
Militer)
visum
et
repertum
berguna
untuk
Derajat 1 Luka yang tergolong luka yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian
penganiayaan ringan (Psl.352)
Derajat 2 Luka yg tergolong luka yg menimbulkan penyakit atau halangan utk
menjalankan pekerjaan atau pencaharian penganiayaan (Psl.351 [1]).
Derajat 3 Luka yang tergolong luka berat penganiayaan berat (Psl.351 [2]).
Luka yang menyebabkan mati Penganiayaan yang mati (ps. 351(3) KUHP),
pembunuhan (338 jo 340 KUHP)
Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali atau yang menimbulkan bahaya maut.
Tidak mampu secara terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencaharian.
Kehilangan salah satu panca indera.
Mendapat cacat berat.
Menderita sakit lumpuh.
Terganggu daya pikirnya selama 4 minggu lebih.
Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Perbedaan VeR dengan Catatan Medis dan Surat Keterangan Medis Lain
Catatan medis adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medis beserta
tindakan pengobatan/perawatannya yang merupakan milik pasien, meskipun dipegang
oleh dokter/institusi kesehatan. Catatan medis ini terikat pada rahasia pekerjaan dokter
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1966 tentang rahasia kedokteran
dengan sanksi hukum seperti pasal 322 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
Karena Visum et repertum dibuat berdasarkan undang-undang yaitu pasal 120,
179, dan 133 ayat 1 KUHAP, maka dokter tidak dapat dituntut karena membuka rahasia
pekerjaan sebagaimana diatur dalam pasal 322 KUHP, meskipun dokter membuatnya
tanpa seizin pasien
Visum et Repertum pada Kasus Perlukaan, Umumnya, korban dengan luka ringan
datang ke dokter setelah melapor ke penyidik, sehingga membawa surat permintaan
visum et repertum. Sedangkan korban dengan luka sedang/berat akan datang ke dokter
sebelum melapor ke penyidik, sehingga surat permintaan datang terlamba
dengan
Visum et Repertum Psikiatrik, Visum et repertum psikiatrik perlu dibuat oleh karena
adanya pasal 44 (1) KUHP yang berbunyi Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam
tumbuhnya atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana
III.
Infanticide
Definisi
Infanticide atau pembunuhan anak adalah pembunuhan yang dilakukan oleh
seorang ibu dengan atau tanpa bantuan orang lain terhadap bayinya pada saat
dilahirkan atau beberapa saat sesudah dilahirkan, oleh karena takut diketahui
orang lain bahwa ia telah melahirkan anak.
Undang-Undang Yang Berhubungan Dengan Infanticide
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang
lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan
anak dengan rencana.
Dengan demikian, pada kasus pembunuhan anak terdapat tiga unsur yang
penting, yaitu:
1
Pelaku :
Motif :
melahirkan anak.
3
Waktu :
beberapa lama
tanda perawatan.
Berapa umur bayi dalam kandungan, apakah sudah cukup bulan untuk
dilahirkan.
Untuk menjawab kelima hal di atas, diperlukan pemeriksaan yang lengkap, yaitu
pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam (autopsi) pada tubuh bayi serta bila
perlu melakukan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan mikroskopis pada
jaringan paru (patologi anatomi) dan pemeriksaan test apung paru.
a. Umur janin dalam kandungan
Untuk mengetahui apakah anak tersebut cukup bulan dalam kandungan
(matur) atau belum cukup bulan dalam kandungan (prematur), dapat
diketahui dari pemeriksaan sebagai berikut:
1) Pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, panjang badan dan berat badan:
dimana yang mempunyai nilai tinggi adalah lingkar kepala dan tinggi atau
panjang badan. Panjang badan diukur dari tumit hingga vertex (puncak
kepala). Bayi dianggap cukup bulan jika:
Infanticide, bila umur janin 7 bulan dalam kandungan oleh karena pada
umur ini janin telah dapat hidup di luar kandungan secara alami tanpa
bantuan beralatan. Umur janin di bawah 7 bulan termasuk kasus abortus.
Untuk menentukan umur bayi dalam kandungan, ada rumus empiris yang
dikemukakan oleh De Haas, yaitu menentukan umur bayi dari panjang
badan bayi.
Untuk bayi (janin) yang berumur di bawah 5 bulan, umur sama dengan
akar pangkat dua dari panjang badan. Jadi bila dalam pemeriksaan
didapati panjang bayi 20 cm, maka taksiran umur bayi adalah 20
yaitu antara 4 sampai 5 bulan dalam kandungan atau lebih kurang 20
22 minggu kehamilan.
Untuk janin yang berumur di atas 5 bulan, umur sama dengan panjang
badan (dalam cm) dibagi 5 atau panjang badan (dalam inchi) dibagi 2.
Insisi akan melewati ketiga tulang ini. Lalu tulang tersebut diiris tipis-tipis
sampai terlihat pusat penulangannya. Pusat penulangan berbentuk oval,
warna merah dengan diameter + 0,5 cm.
Hubungan umur bayi dengan pusat penulangan:
b.
Penentuan apakah seorang anak itu dilahirkan dalam keadaan hidup atau
mati, dapat dilakukan dengan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam.
Pemeriksaan luar
Pada bayi yang lahir hidup, pada pemeriksaan luar tampak dada bulat
seperti tong . biasanya tali pusat masih melengket ke perut, berkilat dan
licin. Kadang-kadang placenta juga masih bersatu dengan tali pusat.
Warna kulit bayi kemerahan.
Pemeriksaan dalam
Insisi pada autopsi sedikit berbeda dengan orang dewasa. Insisi pada bayi
dimulai dari perut agar terlihat letak sekat rongga dada (diaphragma).
Penentuan apakah seorang anak itu dilahirkan dalam keadaan hidup atau
mati, pada dasarnya adalah sebagai berikut:
1
memenuhi
rongga
dada
sehingga
menutupi
sebagian
kandung
jantung,
pada perabaan teraba derik udara (krepitasi), yang bila perabaan ini
dilakukan atas sepotong kecil jaringan paru yang dibenamkan dalam
air akan tampak gelembung-gelembung udara,
menjadi
12
20
potongan-potongan
kecil.
Bagian-bagian
ini
diapungkan lagi. Bagian kecil paru ini ditekan dipencet dengan jari di bawah air.
Bila telah bernafas, gelembung udara akan terlihat dalam air. Bila masih
mengapung, bagian kecil paru-paru ditaruh di antara 2 lapis kertas dan dipijak
dengan berat badan. Bila masih mengapung, itu menunjukkan bayi telah
bernafas. Sedangkan udara pembusukan akan keluar dengan penekanan seperti
ini, jadi ia akan tenggelam.
Ada beberapa keadaan dimana test ini diragukan hasilnya.
1
Paru-paru
sudah
berkembang,
namun
dalam
pemeriksaan
ternyata
tenggelam.
Paru-paru
yang
belum
berfungsi
(bayi
belum
bernafas),
tetapi
pada
pemeriksaan mengapung:
Adanya udara dalam lambung dan usus merupakan petunjuk bahwa si-anak
menelan
udara
setelah
ia
dilahirkan
hidup,
dengan
demikian
nilai
dari
pemeriksaan udara di dalam lambung dan usus ini sekedar memperkuat saja.
Seperti halnya pada pemeriksaan untuk menentukan adanya udara dalam paruparu, maka pemeriksaan yang serupa terhadap lambung dan usus baru dapat
dilakukan bila keadaan si-anak masih segar dan belum mengalami proses
pembusukan serta tidak mengalami manipulasi seperti pemberian pernafasan
buatan. Caranya adalah dengan mengikat bagian bawah esofagus di bawah
thyroid proksimal dari cardia dan colon, kemudian dilepaskan dari organ lainnya.
Bila yang terapung adalah lambung, hal ini tidak berarti apa-apa. Bila usus yang
terapung berarti bayi telah pernah menelan udara dan ini berarti bayi telah
pernah bernafas.
Adanya udara di dalam liang telinga bagian tengah hanya dapat terjadi bila sianak menelan udara dan udara tersebut melalui tuba eustachii masuk ke dalam
liang bagian tengah. Untuk dapat mengetahui keadaan tersebut pembukaan liang
telinga bagian tengah harus dilakukan di dalam air; tentunya baru dilakukan pada
mayat yang masih segar.
Adanya makann di dalam lambung dari seorang anak yang baru dilahirkan
tentunya baru dapat terjadi pada anak yang dilahirkan hidup dan diberi makan
oleh orang lain, dan makanan tidak mungkin akan dapat masuk ke dalam
lambung bila tidak disertai dengan aktivitas atau gerakan menelan.
Adanya udara di dalam paru-paru, lambung dan usus serta di dalam liang telinga
bagian tengah merupakan petujuk pasti bahwa si-anak yang baru dilahirkan
tersebut memang dilahirkan dalam keadaan hidup. Sedangkan adanya makanan
di dalam lambung lebih mengarahkan kepada kenyataan bahwa si-anak sudah
cukup lama dalam keadaan hidup; hal mana bila keadaannya memang demikian
maka si-ibu yang menghilangkan nyawa anak tersebut dapat dikenakan hukuman
yang lebih berat dari ancaman hukuman seperti yang tertera pada pasal 341 dan
342.
Apabila bayi dilahirkan dalam keadaan mati, ada 2 kemungkinan yang harus
diperhatikan, yaitu:
Still birth, artinya dalam kandungan masih hidup, waktu dilahirkan sudah mati.
Ini
mungkin
disebabkan
perjalanan
kelahiran
yang
lama,
atau
terjadi accidental strangulasi dimana tali pusat melilit leher bayi waktu
dilahirkan.
2
Dead born child, di sini bayi memang sudah mati dalam kandungan. Bila
kematian
dalam
kandungan
telah
lebih
dari
hari
akan
Bila lebih lama didapati bulae berisi cairan serous encer dengan dasar
bullae berwarna kemerah-merahan.
Adanya tanda-tanda perawatan menunjukkan telah ada kasih sayang dari siibu dan bila dibunuhnya tidak lagi termasuk kasus infanticide, tetapi
termasuk kasus pembunuhan biasa.
Adapun anak yang baru dilahirkan dan belum mengalami perawatan dapat
diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut:
Ari-ari
(placenta),
masih
melekat
dengan
tali
pusat
dan
masih
Bila ari-ari tidak ada, maka ujung tali pusat tampak tidak beraturan, hal
ini dapat diketahui dengan meletakkan ujung tali pusat tersebut ke
permukaan air,
Adanya lemak bayi (vernix caseosa), pada daerah dahi serta di daerah
yang mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti daerah lipat ketiak, lipat
paha dan bagian belakang bokong.
Pada seorang
Prematuritas.
seperti:
penjeratan,
pencekikan
dan
pembekapan
serta
pembenaman ke dalam air. Adapun cara atau metode yang lain seperti
menusuk atau memotong serta melakukan kekerasan dengan benda tumpul
relatif lebih jarang dijumpai.
Dengan demikian pada kasus yang diduga merupakan kasus pembunuhan
anak, yang harus diperhatikan adalah:
-
Adanya tanda-tanda mati lemas: sianosis pada bibir dan ujung-ujung jari,
bintik-bintik perdarahan pada selaput biji mata dan selaput kelopak mata
serta jaringan longgar lainnya, lebam mayat yang lebih gelap dan luas,
busa halus berwarna putih atau putih kemerahan yang keluar dari lubang
hidung dan atau mulut serta tanda-tanda bendungan pada alat-alat
dalam.
Keadaan mulut dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan dibibir atau
sekitarnya yang tidak jarang berbentuk bulan sabit, memar pada bibir
bagian dalam yang berhadapan dengan gusi, serta adanya benda-benda
asing seperti gumpalan kertas koran atau kain yang mengisi rongga
mulut.
Keadaan di daerah leher dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan yang
melingkari sebagian atau seluruh bagian leher yang merupakan jejas jerat
sebagai akibat tekanan yang ditimbulkan oleh alat penjerat yang
dipergunakan, adanya luka-luka lecet kecil-kecil yang seringkali berbentuk
bulan sabit yang diakibatkan oleh tekanan dari ujung kuku si-pencekik,
adanya luka-luka lecet dan memar yang tidak beraturan yang dapat
terjadi akibat tekanan yang ditimbulkan oleh ujung-ujung jari si-pencekik.
-
Adanya luka-luka tusuk atau luka sayat pada daerah leher, mulut atau
bagian tubuh lainnya, dimana menurut literatur ada satu metode yang
dapat dikatakan khas yaitu tusukan benda tajam pada langit-langit
sampai
menembus
ke
rongga
tengkorak
yang
dikenal
dengan
Differensial Diagnosa
a
Partus presipitatus
Partus presipitatus adalah persalinan deras atau kebrojolan. Pada waktu
partus presipitatus dapat terjadi: (1) inversio uteri, (2) robekan tali pusat, (3)
luka-luka pada kepala bayi, (4) perdarahan di bawah kulit kepala, perdarahan
di dalam tengkorak. Partus presipitatus ini dapat terjadi dimana-mana, di
dalam rumah atau di luar lumah, di WC, sedang berjalan, dan sebagainya.
Pembuktian
partus
presipitatus
terkadang
sukar
untuk
dilakukan
dan
termasuk identifikasi
forensik dari
pelaku, jenis
perkosaan dan rincian lainnya. Sebagian besar perkosaan dilakukan oleh orangorang yang dikenal korban:. Hanya dua persen dari serangan yang dilakukan oleh
orang asing menurut satu survei
dilaporkan bukti
vagina sel
[1]
epitel dapat
diidentifikasi
genetik
diketik
vagina , air
liur ,
oleh laboratorium
kriminal .Informasi yang berasal dari analisis sering dapat membantu menentukan
apakah terjadi kontak seksual, memberikan informasi mengenai keadaan dari
insiden tersebut, dan dibandingkan dengan sampel referensi yang dikumpulkan
dari pasien dan tersangka. Personil medis di Amerika Serikat mengumpulkan
bukti untuk potensi kasus pemerkosaan dengan menggunakan kit perkosaan.
Identifikasi pelaku
DNA profiling
Informasi lebih lanjut: profil DNA
Profil DNA digunakan oleh laboratorium kriminal untuk pengujian bukti biologis,
paling sering dengan menggunakan reaksi berantai polimerase (PCR), yang
memungkinkan analisis sampel kualitas dan kuantitas yang terbatas dengan
membuat jutaan kopi. Sebuah bentuk lanjutan dari tes PCR disebut mengulangi
tandem pendek (STR) menghasilkan profil DNA yang dapat dibandingkan dengan
DNA dari tersangka atau TKP. Darah, bukal (pipi bagian dalam) swabbings atau air
liur juga harus dikumpulkan dari para korban untuk membedakan DNA mereka
dari yang dari tersangka. Penjahat mungkin tanaman sampel DNA palsu di
TKP. Dalam satu kasus Dr John Schneeberger , yang memperkosa salah satu
pasien dibius dan air mani yang tersisa di celana dalamnya, pembedahan
memasukkan Penrose mengalir ke lengannya dan mengisinya dengan darah asing
dan antikoagulan . Polisi menggambar apa yang mereka yakini sebagai darah dan
DNA Schneeberger dibandingkan pada tiga kesempatan tanpa pertandingan.
terakhir
dapat
ditentukan
dengan
melakukan basah-mount
vagina pemeriksaan mikroskop (atau oral / anal jika diindikasikan) untuk deteksi
sperma motil, yang terlihat pada slide jika kurang dari tiga jam telah berlalu sejak
ejakulasi. Namun hanya sepertiga hasil serangan seksual dalam ejakulasi ke
dalam
lubang
tubuh.
[3]
Selanjutnya,
penyerang
diduga
mungkin
memiliki
[3]
fosfatase tingkatan dalam konsentrasi tinggi adalah indikator yang baik dari
coitus terakhir. Asam fosfatase ditemukan dalam sekresi prostat dan mengurangi
aktivitas dengan waktu dan biasanya tidak ada setelah 24 jam.
[3]
antigen khusus
prostat ( PSA )
dapat
dideteksi
dalam
waktu
48-jam. Cairan
mani
pria
pemerkosaan.
Hasil
negatif
pada
orang
dewasa
didapatkan
jika
pemeriksaan dilakukan setelah lewat beberapa hari, wanita yang telah menikah
atau jika dia sudah terbiasa melakukan hubungan seksual.
Dokter akan mengambil kesempatan untuk memperhatikan gaya berjalan korban
ketika memasuki ruangan pemeriksaan atau dengan tes spesifik. Dokter akan
memperhatikan gerak-gerik secara umum dan kebiasaan tubuh. Apakah ketika
berjalan akan terasa sakit yang disebabkan oleh luka pada alat kelamin? Apakah
korban merasa gembira, menderita, atau jika merasa terganggu, sebagai
konsekwensi dari keadaan setelah baru saja diperkosa? Apakah dia adalah wanita
lemah atau sehat fisiknya, dan perlawanan macam apa yang bisa dia lakukan?
kejadian. Adalah sangat penting untuk mengetahui apakah pada saat kejadian
sang korban sedang mengalami masa haid.
Pengujian
Pakaian
Ketika sang korban dalam keadaan tanpa busana, pakaian yang dikenakan
juga harus diuji. Harus dapat dipastikan apakah pakaian yang terpakai
tersebut juga dipakai pada saat kejadian. Jika iya, apakah telah terkotori oleh
tanah atau rumput? Apakah terkena noda darah atau yang lainnya, apakah
telah rusak, dan apakah salah satu kancingnya telah hilang? Kondisi dari
sepatunya juga bisa menjadi bukti dari kebohongan cerita korban. Ketika
seorang gadis bernama nannie kembali ke tempat kerjanya pada suatu
malam, dia mengaku bahwa dia telah diperkosa dan pergi dengan berjalan
bermil-mil. Petugas kepolisian kemudian menguji sepatunya, dan tidak ada
tanda-tanda telah terpakai. Ahli bedah dari kepolisian kemudian tidak
menemukan tanda-tanda pemerkosaan, dia sedang mengalami menstruasi
pada sat itu. Kemudian, dari beberapa pemeriksaan yang lain dapat
diindikasikan bahwa dia adalah seorang yang pembohong dan pencuri.
Orang
Secara fisik, jika dalam kasus yang melibatkan anak kecil, ketika dalam masa
berkembang, terutama pada payudara dan alat kelamin, akan sangat terlihat.
Apakah sang korban menawarkan pembalasan? Apakah anak tersebut terlihat
lebih tua dari seharusnya, dan terlihat seperti anak berusia 16 tahun? Sangat
relevan saat ini untuk memperhatikan apakah sudah memakai kosmetik atau
dari cara berpakaian. Anak kecil berusia 14 atau seumurnya kadang-kadang,
atau sepertinya, sudah berpakaian dan menggunakan make-up dengan cara
yang seharusnya dia belum ketahui.
bersamaan
umurnya
dengan
tanggal
terjadinya
penyerangan?
Perhatian yang lebih mendalam akan diberikan kepada tangan, muka, leher,
dan aspek dalam pada selangkangan. Pemerkosaan pada anak muda yang
dibawah 13 tahun akan dengan mudah terpenuhi tanpa adanya luka pada
bagian luar karena korbannya tidak dapat melakukan perlawanan pada saat
diserang. Beberapa bahkan bersedia untuk berhubungan bahkan dia lah yang
mengundangnya. Kunjungan ketempat kejadian juga sangatlah diperlukan.
dilakukan,
tetapi
padda
bagian
vulva
dan
hymen
diperlukan
persetubuhan, tapi hal tersebut juga dapat disebabkan oleh masuknya benda
asing (seperti tampon). Memar, lecet atau terkikisnya kulit dapat terjadi
karena adanya paksaan dalam persetubuhan dan tidak menyatakan bahwa hal
tersebut sebagai tindakan perkosaan.
Terdapat kasus-kasus menarik tentang robeknya liang senggama yang tidak
disebabkan olen perkosaan. Seperti yang diilustrasikan pada kasus robeknya
liang senggama (vagina) dikarenakan koitus yang biasa, yang dilaporkan oleh
Victor Boney (1912). Seorang wanita dilarikan ke rumah sakit setelah
dilaporkan menderita perdarahan dan peritonitis. Robekan pada fornix
posterior
sampai
peritoneum.
Dia
sempat
disangka
melakukan
aborsi
kriminalis dengan menggunakan alat bantu (dia adalah seorang wanita yang
IDENTIFIKASI SPERMATOZOA
cara
yang
terbaik
untuk
mendapatkan
bukti
telah
PEMERIKSAAN DNA
Jaringan epidermis dan darah (bila ada) dari bawah kuku korban.
Terkadang bisa ditemukan adanya epitel jaringan kulit di bawah kuku si
korban atau bercak darah untuk mekanisme pertahanan.
V.
Hukum
dan
Sanksi
Hukum
terhadap
pelaku
pemerkosaan
dan
Pembunuhan sengaja
Pembunuh dapat dikatagorikan sebagai pembunuhan sengaja jika memenuhi
syaratnya, yaitu : ada aktivitas membunuh dan ada niat membunuh. Contoh
Syarat pembunuhan ini adalah ada aktivitas membunuh tapi tidak ada niat
membunuh, contoh : A dan B berkelahi di lantai 50, si B mendorong A sampai
3
Hukuman untuk tiga jenis pembunuhan ini tentu ada dan semuanya sudah diatur
oleh islam. Sanksi-sanksi itu adalah qisos, diyat mugholadoh, diyat mukhofafah
dan tentunya dalam tigs jenis ini berbeda hukumannya.
a Qisos (dengan cara dibunuh kembali) diberikan kepada pembunuh sengaja
tapi jika keluarga korban memaafkan diganti dengan diyat mugholadoh
b
Diyat bagi orang yang membuat kerusakan atau memotong anggota tubuh
orang lain mendapatkan sanksi berupa diyat mukhofafah, lihat rinciannya :
-
Wajib membayar diyat penuh jika yang dia potong anggota tubuh
berpasangan, seperti : dua tangan, dua kaki, dll.
Wajib membayar setengah diyat jika yang dia potong salah satu dari
pasangan anggota tubuh, seperti satu tangan, satu kaki, dll.
yang berpindah agama dari Islam ke agama lainnya, sesuai dengan hadis
Rasulullah saw: Man baddala diynuhu faqtuluwhu (barangsiapa yang menukar
agamanya maka bunuhlah dia). Ketentuan ini dilakukan setelah orang murtad
itu diajak kembali ke agama Islam selama batas waktu tiga hari, kalau selama
itu dia tidak juga sadar baru dihadapkan ke pengadilan.
Yang halal darah juga adalah pembunuh, bagi dia berlaku hukum qishash yakni
diberlakukan
hukuman
balik
oleh
yang
berhak
atau
negara
melalui
petugasnya.
Penzina muhshan (yang sudah kawin) adalah satu pihak yang halal darah juga
dalam Islam melalui eksekusi rajam, mengingat jelek dan bahayanya
perbuatan dia yang sudah kawin tetapi masih berzina juga. Semua pihak yang
halal darah tersebut harus dieksekusi mengikut prosedur yang telah ada dan
tidak boleh dilakukan oleh seseorang yang tidak punya otaritas baginya.
Selain dari tiga pihak tersebut dengan ketentuan dan prosedurnya masingmasing tidak boleh dibunuh, sebagaimana firman Allah swt: ...wala taqtulun
nafsal latiy harramallahu illa bilhaq... (...jangan membunuh nyawa yang
diharamkan Allah kecuali dengan kebenaran...) (QS. al-Anam: 151). Larangan
ini berlaku umum untuk semua nyawa baik manusia maupun hewan, kecuali
yang dihalalkan Allah sebagaimana terhadap tiga model manusia di atas tadi
atau hewan nakal yang mengganggu manusia dan hewan yang disembelih
dengan nama Allah.
Allah
memberi
perumpamaan
terhadap
seorang
pembunuh
adalah: