3. Relaksasi otot
Pada saat kematian sampai beberapa saat sesudah kematian , otot-otot
polos akan mengalami relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus.
Relaksasi pada stadium ini disebut relaksasi primer. Akibatnya rahang turun
kebawah yang menyebabkan mulut terbuka, dada menjadi kolap dan bila
tidak ada penyangga anggota gerakpun akan jatuh kebawah. Relaksasi dari
otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul sehingga orang mati tampak
lebih muda dari umur sebenarnya, sedangkan relaksasi pada otot polos akan
mengakibatkan iris dan sfincter ani akan mengalami dilatasi. Oleh karena itu
bila menemukan anus yang mengalami dilatasi harus hati-hati menyimpulkan
sebagai akibat hubungan seksual perani/anus corong.
Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab
kematian :
o Merah kebiruan merupakan warna normal lebam
o Merah terang menandakan keracunan CO (cherry red), keracunan CN (bright
scarlet) atau suhu dingin (bright pink)
o Merah gelap menunjukkan asfiksia
o Perunggu pucat bergaris-garis menandakan kematian akibat abortus septic
o Coklat (chocolate brown) menandakan keracunan potassium chlorate nitrate
Sifat Lebam Mayat Memar
Letak Epidermal, karena pelebaran Ruptur pembuluh darah yang letaknya
pembuluh darahyang tampak bisa superfisial atau lebih dalam
sampai ke permukaan kulit
Derajat dekomposisi
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan
kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam
keadaan steril. Autolisis timbul akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel
pasca mati dan hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan. Setelah seseorang
meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera masuk ke jaringan. Darah
merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk bertumbuh. Sebagian besar
bakteri berasal dari usus dan yang terutama adalah Clostridium welchii. Pada proses
pembusukan ini terbentuk gas-gas alkana, H2S dan HCN, serta asam amino dan asam
lemak.
Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada
perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan
bakteri serta terletak dekat dinding perut. Warna kehijauan ini disebabkan oleh
terbentuknya sulfmethemoglobin. Secara bertahap warna kehijauan ini akan menyebar
ke seluruh perut dan dada, dan bau busuk pun mulai tercium. Pembuluh darah bawah
kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau kehitaman. Selanjutnya kulit ari
akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan kemerahan berbau busuk.
Pembentukan gas di dalam tubuh, dimulai di dalam lambung dan usus, akan
mengakibatkan tegangnya perut dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut dan
hidung. Gas yang terdapat di dalam jaringan dinding tubuh akan mengakibatkan
terabanya derik (krepitasi). Gas ini menyebabkan pembengkakan tubuh yang
menyeluruh, tetapi ketegangan terbesar terdapat di daerah dengan jaringan longgar,
seperti skrotum dan payudara. Tubuh berada dalam sikap seperti petinju (pugilistic
attittude), yaitu kedua lengan dan tungkai dalam sikap setengah fleksi akibat
terkumpulnya gas pembusukan di dalam rongga sendi. Selanjutnya rambut menjadi
mudah dicabut dan kuku mudah terlepas, wajah menggembung dan berwarna ungu
kehijauan, kelopak mata membengkak, pipi tembem, bibir tebal, lidah membengkak
dan sering terjulur diantara gigi. Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan wajah asli
korban, sehingga tidak dapat lagi dikenali oleh keluarga.
Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata, yaitu
kira-kira 36-48 jam pasca mati. Kumpulan telur lalat telah dapat ditemukan beberapa
jam pasca mati, di alis mata, sudut mata, lubang hidung, dan diantara bibir. Telur lalat
tersebut kemudian akan menetas menjadi larva dalam waktu 24 jam. Dengan
identifikasi spesies lalat dan mengukur panjang larva, maka dapat diketahui usia larva
tersebut, yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat mati, dengan asumsi
bahwa lalat biasa secepatnya meletakkan telur setelah seseorang meninggal.
Alat dalam tubuh akan mengalami pembusukan dengan kecepatan yang
berbeda. Perubahan warna terjadi pada lambung terutama di daerah fundus, usus
menjadi ungu kecoklatan. Mukosa saluran napas menjadi kemerahan, endokardium
dan intima pembuluh darah juga kemerahan akibat hemolisis darah. Difusi empedu
dari kandung empedu mengakibatkan warna coklat kehijauan di jaringan sekitarnya.
Otak melunak, hati menjadi berongga seperti spons, limpa melunak dan mudah robek.
Kemudian alat dalam akan mengerut. Prostat dan uterus non gravid merupakan organ
padat yang paling lama bertahan terhadap perubahan pembusukan.
Pembusukan akan timbul lebih cepat bila suhu keliling optimal (26,5oC -suhu normal
tubuh), kelembaban dan udara yang cukup, banyak bateri pembusuk, tubuh gemuk
atau menderita penyakit infeksi dan sepsis. Media tempat mayat terdapat juga
berperan. Mayat yang terdapat di udara akan lebih cepat membusuk dibandingkan
dengan yang terdapat dalam air atau dalam tanah. Perbandingan kecepatan
pembusukan mayat yang berada dalam tanah: air: udara adalah 1 : 2 : 8. Bayi baru
lahir umumnya lebih lambat membusuk karena hanya memiliki sedikit bakteri dalam
tubuhnya dan hilangnya panas tubuh yang cepat pada bayi akan menghambat
pertumbuhan bakteri.
Golongan organ berdasarkan kecepatan pembusukannya, yaitu:
1. Early: Organ dalam yang cepat membusuk antara lain jaringan intestinal,
medula adrenal, pankreas, otak, lien, usus, uterus gravid, uterus post partum,
dan darah
2. Moderate: Organ dalam yang lambat membusuk antara lain paru-paru,
jantung, ginjal, diafragma, lambung, otot polos dan otot lurik.
3. Late: Uterus non gravid dan prostat merupakan organ yang lebih tahan
terhadap pembusukan karena memiliki struktur yang berbeda dengan jaringan
yang lain yaitu jaringan fibrousa.
Isi perut
Perubahan dalam lambung. Kecepatan pengosongan lambung sangat
bervariasi, sehingga tidak dapat digunakan untuk memberikan petunjuk pasti waktu
antara makan terakhir dan saat mati. Namun keadaan lambung dan isinya mungkin
membantu dalam membuat keputusan. Ditemukannya makanan tertentu dalam isi
lambung dapat digunakan untuk menyimpulkan bahwa korban sebelum meninggal
telah makan makanan tersebut.
Salah satu cara menentukan waktu kematian adalah dengan membuat jarak antara
waktu makan dan waktu kematian, lalu mengetahui waktu terakhir korban makan.
Spitz dan Fisher mengatakan makan porsi kecil (roti lapis) dapat dicerna dalam 1 jam,
sedangkan makanan porsi besar membutuhkan waktu 3-5 jam. Adelson mengatakan
pengosongan lambung tergantung dari ukuran dan isi makanan, makanan ringan
membutuhkan waktu ½ - 2 jam untuk dicerna, makanan sedang 3-4 jam, dan makanan
berat 4-6 jam.
Aliran sitometri
Analisis yang digunakan menggunakan jaringan limpa. Pada aliran sitometri, korelasi
derajat dari degradasi DNA di jaringan korban meniggal dengan orang lain yang
waktu kematiannya diketahui (kontrol).
E. Pemeriksaan Laboratorium
Tes Penyaring cairan mani Tes fosfatase asam, visual/taktil, UV
Tes Penentu cairan mani Berberio, Florence, Puranen
Tes Penentu spermatozoa Sediaan langsung, Malascheet Green,
Baechii Tes toksikologi (urin,darah)
Tes kehamilan
Tes kuman Gonorrhea
Setelah pemeriksaan, pasien dirawat cederanya, dilihat selama 2 minggu setelah
serangan, dan pemeriksaan follow-up, tes ulang untuk AIDS dilakukan setelah
beberapa bulan.
Tubuh
Pakaian boleh dilepas. Jika ditemukan bukti trauma, lalu dicatat dalam bentuk
catatan, diagram, x-rays, atau fotografi. Pemeriksa juga perlu menari apakah
ada memar, gigitan, atau robekan. Rambut biasanya ditemukan pada
genggaman tangan korban yang dicekik atau dipukul di kepala dengan benda
tumpul, terkadang rambut ini bisa berasa dari rambut korban, sehingga sampel
rambut korban perlu diambil sebagai kontrol. Rambut kemaluan korban disisir
untuk menemukan apakah ada rambut asing yang berasal dari penyerang.
Rambut
Pada analisis rambut, yang harus ditentukan adalah warna rambut, ras, asalnya
dari mana, dan hal yang spesifik bagi seseorang. Sekarang memunkinkan
untuk melakukan analisa DNA pada rambut. Pemeriksaan mikroskopis pada
rambut hanya digunakan sebagai skrining untuk menentukan apabila analisa
DNA terjamin dan tipe tes DNA yang akan dilakukan.
Dasar Hukum
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan Barangsiapa dibunuh secara zalim,
Maka Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi
janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah
orang yang mendapat pertolongan. (QS. Al Isra’:33)
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang
akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh
mereka adalah suatu dosa yang besar. (QS. Al Isra’: 31)
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa
yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,
atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah
membunuh manusia seluruhnya. (QS. Al Maa’idah:32)
Sanksi
Hukuman bagi pelaku pembunuhan sengaja. Ulama fikih mengemukakan bahwa ada
beberapa bentuk hukuman yang dikenakan kepada pelaku tindak pidana pembunuhan
dengan sengaja, yaitu hukuman pokok hukuman pengganti, dan hukuman tambahan.
Hukuman pokok dari tindak pembunuhan sengaja adalah kisas. Yang dimaksud
dengan kisas adalah memberikan perlakuan yang sama kepada pelaku pidana
sebagaimana ia melakukannya (terhadap korban). Hukuman kisas ini disyariatkan
berdasarkan firman Allah SWT dalam surat al- Baqarah (2) ayat 178 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba, dan wanita dengan wanita…”
Dalam surat al-Baqarah ayat 179 Allah SWT berfirman: “Dan dalam kisas itu ada
(jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu
bertakwa” kemudian dalam surat al-Maidah (5) ayat 45 artinya: “Dan kami telah
tetapkan kepada mereka didalamnya (Taurat) bahwasannya jiwa dibalas dengan
jiwa…” alasannya dalam sunah Rasulullah SAW di antaranya adalah “… Siapa yang
membunuh dengan sengaja, maka dibalas dengan membunuh (pelaku)nya…” (HR.
Abu Dawud).
Hukuman kisas untuk pembunuhan sengaja merupakan hukuman pokok, bila
hukuman tersebut tidak bisa dilaksanakan, karena sebab-sebab yang dibenarkan oleh
syara’ maka hukuman penggantinya adalah hukuman diat. Para ulama berbeda
pendapat dalam menentukan jenis diat. Menururt Imam Malik, Abu Hanifah dan
Syafii dalam qaul qosim, diat dapat dibayar dengan salah satu tiga jenis yaitu Onta,
Emas atau Perak alasannya: “Sesungguhnya barang siapa yang membunuh seorang
mukmintanpa alasan yang sah dan ada saksi, ia harus di kisas, kecuali apabila
keluarga korban merelakan (memaafkannya)) dan sesungguhnya dalam
menghilangkan nyawa harus membayar diat, berupa Seratus Ekor Onta (As Syou’ani
7: 212).
PEMERKOSAAN
Dalam kitab Fiqh Sunnah yang ditulis oleh Sayyid Sabiq mengklasifikasikan
pemerkosaan ke dalam zina yang dipaksa. Sedangkan Pemerkosaan dalam bahasa
Arab disebut dengan al wath’u (Al wath’u dalam bahasa Arab artinya bersetubuh atau
berhubungan seksual. Yunus, 1989: 501). bi al ikraah (hubungan seksual dengan
paksaan).
Jadi sanksi yang diberlakukan bagi pemerkosa adalah apabila seorang laki-laki
memperkosa seorang perempuan, seluruh fuqaha sepakat perempuan itu tak dijatuhi
hukuman zina (had az zina), baik hukuman cambuk 100 kali maupun hukuman rajam
(Audah: 294). Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al- Quran surat al-An’am (6)
ayat 145 yang berbunyi: Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang
diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak
memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau
daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih
atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S Al An’aam (6):145).
Sedangkan bagi pelaku pemerkosa, hukum pidana Islam membagi kepada dua
kelompok yaitu:
a) Pemerkosaan tanpa mengancam dengan senjata. Orang yang melakukan
pemerkosaan semacam ini dihukum sebagaimana hukuman orang yang
berzina. Jika dia sudah menikah maka hukumannya berupa dirajam, dan jika
pelakunya belum menikah maka dihukum cambuk seratus kali serta
diasingkan selama satu tahun. Sebagian ulama mewajibkan kepada pelaku
pemerkosa untuk memberikan mahar bagi wanita korban pemerkosaan
b) Pemerkosaan Dengan Menggunakan Senjata, pelaku pemerkosaan dengan
menggunakan senjata untuk mengancam, dihukum sebagaimana perampok.
Sementara hukuman bagi perampok telah disebutkan dalam firman Allah
dalam surat al-Maidah (5) ayat 33 yang berbunyi: “Sesungguhnya pembalasan
terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat
kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong
tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri
(tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk
mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar”. (Q.S Al
Maidah (5): 33)