Ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah
kematian serta faktor yang mempengaruhi disebut Tanatologi. Tanatologi ini berguna
dalam :
• Menentukan apakah korban sudah mati atau belum
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda
kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat
timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung
dan peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea
mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan
pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.
Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep baru sekarang ini
mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan otak. Dimana
saat kematian ditentukan berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah jika
diperiksa dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar.
Tanda yang segera dikenali setelah kematian;
• Berhentinya sirkulasi darah
• Berhentinya pernafasan
Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:
• Perubahan pada mata
• Lebam mayat
• Kaku mayat
Kulit muka menjadi pucat ,ini terjadi sebagai akibat berhentinya sirkulasi darah sehingga darah
yang berada di kapiler dan venula dibawah kulit muka akan mengalir ke bagian yang
lebih rendah sehingga warna kulit muka tampak menjadi lebih pucat. Akan tetapi ini
bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya. Kadang-kadang kematian dihubungkan
dengan spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.
Pada mayat yang mati akibat kekurangan oksigen atau keracunan zat-zat tertentu (misalnya
karbon monoksida) warna semula dari raut muka akan bertahan lama dan tidak cepat
menjadi pucat.
c. Relaksasi otot
Pada saat kematian sampai beberapa saat sesudah kematian , otot-otot polos akan mengalami
relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Relaksasi pada stadium ini disebut relaksasi
primer. Akibatnya rahang turun kebawah yang menyebabkan mulut terbuka, dada
menjadi kolap dan bila tidak ada penyangga anggota gerakpun akan jatuh kebawah.
Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul sehingga orang mati tampak
lebih muda dari umur sebenarnya, sedangkan relaksasi pada otot polos akan
mengakibatkan iris dan sfincter ani akan mengalami dilatasi. Oleh karena itu bila
menemukan anus yang mengalami dilatasi harus hati-hati menyimpulkan sebagai akibat
hubungan seksual perani/anus corong.
d. Perubahan pada mata
Perubahan pada mata meliputi hilangnya reflek kornea dan reflek cahaya yang menyebabkan
kornea menjadi tidak sensitif dan reaksi pupil yang negatif. Hilangnya reflek cahaya pada
kornea ini disebabkan karena kegagalan kelenjar lakrimal untuk membasahi bola mata.
Kekeruhan pada kornea akan timbul beberapa jam setelah kematian tergantung dari posisi
kelopak mata. Walaupun sering ditemui kelopak mata tertutup secara tidak komplit, ini
terjadi oleh karena kekakuan otot-otot kelopak mata. Kekeruhan pada lapisan dalam
kornea ini tidak dapat dihilangkan atau diubah kembali walaupun digunakan air untuk
membasahinya.
Bila kelopak mata tetap terbuka sclera yang ada disekitar kornea akan mengalami kekeringan
dan berubah menjadi kuning dalam beberapa jam yang kemudian berubah menjadi coklat
kehitaman. Area yang berubah warna ini berbentuk trianguler dengan basis pada perifer
kornea dan puncaknya di epikantus. Area ini disebut’taches noires de la sclerotiques’.
Iris masih bereaksi dengan stimulasi kimia sampai 4 jam sesudah kematian somatik, tetapi reflek
cahaya segera hilang bersamaan dengan iskemik pada batang otak. Pupil biasanya pada
posisi mid midriasis yang disebabkan oleh karena relaksasi dari muskulus pupilaris
walaupun ada sebagian ahli yang menganggap ini sebagai proses rigor mortis. Diameter
pupil sering dihubungkan dengan sebab kematian seperti lesi di otak atau intoksikasi obat
seperti keracunan morphin dimana sewaktu hidup pupil menunjukan kontraksi.
Setelah kematian tekanan intra okuler akan turun, tekanan intra okuler yang turun ini mudah
menyebabkan kelainan bentuk pupil sehingga pupil kehilangan bentuk sirkuler setelah
mati dan ukurannya pun menjadi tidak sama ,pupil dapat berkontraksi dengan diameter 2
mm atau berdilatasi sampai 9 mm dengan rata-rata 4-5 mm oleh karena pupil mempunyai
sifat tidak tergantung dengan pupil lainnya maka sering terdapat perbedaan sampai 3 mm.
2. Tanda kematian pasti:
a. Penurunan suhu mayat (Algor Mortis)
Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu
lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun.
Proses pemindahan panas ini berlangsung secara : Konduksi, Radiasi, dan evaporasi.
Kecepatan penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu
mayat tu sendiri. Pada iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat.
Menurut Sympson (Inggris), menyatakan bahwa dalam keadaan biasa tubuh yang tertutup
pakaian mengalami penurunan temperatur 2,50 F setiap jam pada enam jam pertama dan
1,6-2,0 F pada enam jam berikutnya, maka dalam 12 jam suhu tubuh akan sama dengan
suhu sekitarnya.
Maka itu penurunan suhu mayat dipengaruhi oleh faktor sbb:
o Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungan
o Suhu tubuh mayat saat mati
o Pada beberapa kasus, warna dari lebam mayat ini bisa lain daripada normal.
o Dapat juga digunakan memperkirakan saat kematian.
Lebam mayat menyerupai luka memar, maka harus dibedakan. Perbedaannya adalah:
Sifat Lebam mayat Memar
Epidermal, karena pelebaran pembuluh Ruptur pembuluh darah yang
darah letaknya bisa superfisial atau
Letak lebih dalam
yang tampak sampai ke permukaan kulit
Gambaran Pada lebam mayat tidak ada evalasi dari Biasanya membengkak
kulit
Pinggiran Jelas Tidak jelas
Otot menjadi relaks (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan protein,
dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses pembusukan juga mulai
terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit
membedakan antara relaksasi primer dengan relaksasi sekunder.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kaku Mayat
o Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat
terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan
lembab. Pada kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan
cepat terjadi dan berlangsung lebih lama.
o Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak
lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru tampat pada
bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur)
o Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat
terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat
terjadi dan berlangsung lebih lama.
o Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus di
mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum
meninggal keadaan otot sudah lemah.
Diagnosis Banding Kaku Mayat
o Kekakuan karena panas (heat stiffening). Keadaan ini terjadi jika mayat terpapar pada
suhu yang lebih tinggi dari 750 C, atau jika mayat terkena arus listrik tegangan
tinggi. Kedua keadaan diatas akan menyebabkan koagulasi protein otot sehingga otot
menjadi kaku. Pada kasus terbakar, keadaan mayat menunjukkan postur tertentu
yang disebut dengan sikap pugilistik, yaitu suatu posisi di mana semua sendi
berada dalam keadaan fleksi dan tangan terkepal. Sikap yang demikian disebut juga
sikap defensif.
Perbedaan antara kaku mayat dengan kaku karena panas adalah :
▪ Adanya tanda kekakuan bekas terbakar pada permukaan mayat pada kaku karena panas.
▪ Pada kasus kekakuan karena panas, otot akan mengalami laserasi jika dipaksa
diregangkan.
▪ Pada kaku karena panas, kekakuan tersebut akan berlanjut akan melanjut terus sampai
terjadinya pembusukan.
o Kekakuan karena dingin (cold stiffening). Jika mayat terpapar suhu yang sangat
dingin, maka akan terjadi pembekuan jaringan lemak dan otot. Jika mayat
dipindahkan ke tempat yang suhunya lebih tinggi maka kekakuan tersebut akan
hilang. Kaku karena dingin cepat terjadi dan cepat juga hilang.
Otot yang Semua otot, termasuk otot Biasanya terbatas pada satu
terkena volunter dan involunter kelompok otot volunter
Kaku otot Tidak jelas, dapat dilawan Sangat jelas, perlu tenaga yang
kuat untuk melawan
dengan sedikit tenaga. kekakuannya.
Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan menarik lalat untuk
hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di mana dalam waktu 8-24
jam telur akan menetas menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu
4-5 hari, belatung ini lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi
lalat dewasa. Pada tahap ini bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan
uterus juga tampak dan uterus gravid juga bisa mengeluarkan isinya
Proses-proses spesifik pada jenazah karena kondisi khusus:
o Mummifikasi
Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan terdehidrasi dengan cepat.
Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan akan berubah menjadi keras, kering,
warna coklat gelap, berkeriput dan tidak membusuk.
o Adipocere
Adipocere adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak dan berminyak
yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan terhidrolisis menjadi
asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim bakteri.
Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan suhu panas.
Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberap bulan.
Adipocere relatif resisten terhadap pembusukan.