PENDAHULUAN
yang
terjadi
setelah
seseorang
mati
serta
faktor
yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tanda tanda kematian dan
perubahan yang terjadi setelah seseorang mati serta faktor yang
mempengaruhinya. Tanatologi merupakan ilmu paling dasar dan paling
penting dalam ilmu kedokteran kehakiman terutama dalam hal pemeriksaan
jenazah (visum et repertum).
2.2 Jenis-Jenis Kematian
Jenis kematian ada 5 yaitu :
a. Mati klinis / somatis
- Proses kematian yang hanya dapat dilihat secara mikroskopis
karena terjadi gangguan pada sistem pernafasan, kardiovaskuler,
-
paru-paru.
Organ organ belum tentu mati, masih bisa dimanfaatkan untuk
transplantasi.
Definisi ini yang sering dianut oleh orang awam.
organ.
c. Mati cerebral
- Yaitu proses kematian yang ditandai dengan tidak berfungsinya
otak dan susunan saraf pusat. Definisi ini adalah definisi yang
-
menjadi merah.
Diaphonos test.
Caranya dengan menyinari ibu jari korban dengan lampu senter dan
3.
4.
darah.
Tes lilin.
Bagian tubuh korban ditetesi lilin cair maka tidak akan terjadi
vasodilatasi (hiperemi) sebagai reaksi terhadap rangsang panas
mulut korban.
Bulu-bulu halus.
4.
Stetoskop.
c. Tes Saraf
1. Memeriksa reflex : reflex kornea
2. EEG
lividity).
Lebam mayat.
cepat terjadi).
Faktor faktor penyebab kematian lainnya seperti :
Apoplaxia (perdarahan karena hipertensi) akan tampak kornea
kematian.
Kadar kalium yang tinggi karena cairan bola mata keluar (jumlah kalium
keracunan HCN atau CO biasanya tetap ada selama beberapa saat setelah
-
kematian.
Elastisitas (turgor) kulit menurun sampai menghilang.
Sehingga bisa menetapkan apakah luka pada tubuh korban didapat
intravital atau post mortem, yaitu :
Luka pada intravital akan berbekas dengan ukuran lebih kecil
daripada ukuran senjata, dermis berwarna merah, antara epidermis
mudah mengelupas.
Pada kasus tenggelam, kulit tangan keriput (washer woman hand).
Jika terjadi pada ujung jari saja maka kematian 4 jam yang lalu.
Jika terjadi pada telapak tangan dan seluruh jari maka kematian 24
Kini penentuan suhu rektal kerap kali sangat berguna dalam investigasi
kematian yang mencurigakan, kecuali dimana tampak luar mengindikasikan
bahwa tubuh sudah didinginkan oleh suhu sekitarnya.
Hal ini juga harus dititikberatkan bahwa kegunaan dari perkiraan temperatur
ini menetap pada iklim dengan suhu dingin dan menengah dimana tubuh
kehilangan panasnya secara lama sebagaimana halnya keseimbangan pada
temperatur lingkungan, sedangkan pada daerah tropis, penurunan suhu tubuh
post mortem dapat minimal atau bahkan tidak ada pada iklim yang sangat
panas sekali, mayat mungkin dapat menghangat setelah mati.
Saat mati, setelah waktu yang tidak lama, tubuh mulai kehilangan panasnya.
Temperatur lazim pada tubuh dewasa sehat adalah antara 98,4 derajat
Fahrenheit, atau saat dipastikan melalui mulut adalah sekitar 99 derajat
Fahrenheit, dan pada axilla sekitar 97 derajat fahrenheit. Temperatur juga
dapat menunjukkan variasi waktu yang berbeda selama tiap harinya.
Temperatur akan lebih rendah pada pagi hari dan akan lebih tinggi pada sore
hari. Latihan akan meningkatkan temperatur tubuh namun ini akan menurun
menjadi normal dalam setengah jam kemudian.
10
yang kurus akan lebih cepat mendingin karena luas permukaan tubuhnya
yang kecil dan kurangnya lemak.
- Aliran udara dan kelembapan.
Udara disekitar tubuh bertindak sebagai medium pemindah suhu. Dalam
beberapa kondisi, udara hangat biasanya menyelimuti permukaan tubuh
dengan demikian akan memblok perubahan temperatur. Pergerakan udara
pada permukaan tubuh membawa udara dingin yang mempunyai kontak
langsung pada tubuh yang mendorong hilangnya panas. Udara yang
lembab akan mengalirkan panas lebih cepat dibanding yang kering.
- Post mortem caloricity.
Adalah kondisi dimana terjadi peningkatan temperatur tubuh sesudah mati
sebagai pengganti akibat pendinginan tubuh tersebut. Walaupun proses
glikogenolisis post mortem yang berlangsung pada kebanyakan tubuh
sesudah mati, dapat memproduksi kira kira 140 kalori yang akan
meningkatkan suhu tubuh temperatur 2 derajat celcius.
11
12
bagian belakang leher, permukaan ekstensor dari anggota tubuh atas, dan
permukaan fleksor dari anggota tubuh bawah. Area area ini disebut juga
areas of contact flattening. Dalam kasus gantung diri, lebam akan terjadi pada
daerah tungkai bawah, genitalia, bagian distal tangan dan lengan. Jika
penggantungan ini lama, akumulasi dari darah akan membentuk tekanan yang
cukup untuk menyebabkan ruptur kapiler subkutan dan membentuk
perdarahan petekiae pada kulit. Dalam kasus tenggelam, lebam biasa
ditemukan pada wajah, bagian atas dada, tangan, lengan bawah, kaki dan
tungkai bawah karena pada saat tubuh mengambang, bagian perut lebih
ringan karena akumulasi gas yang cukup banyak kuat dibanding melawan
kepala atau bahu yang lebih berat. Ekstremitas badan akan menggantung
secara pasif. Jika tubuh mengalami perubahan posisi karena adanya
perubahan aliran air, maka lebam tidak akan terbentuk.
Lebam mayat lama kelamaan akan terfiksasi oleh karena adanya kaku mayat.
Pertama tama karena ketidakmampuan darah untuk mengalir pada
pembuluh darah menyebabkan darah berada dalam posisi tubuh terendah
dalam beberapa jam setelah kematian. Kemudian saat darah sudah mulai
terkumpul pada bagian bagian tubuh, seiring terjadi kaku mayat. Sehingga
hal ini menghambat darah kembali atau melalui pembuluh darahnya karena
terfiksasi akibat adanya kontraksi otot yang menekan pembuluh darah. Selain
itu dikarenakan bertimbunnya sel sel darah dalam jumlah cukupbanyak
sehingga sulit berpindah lagi.
13
Biasanya lebam mayat berwarna merah keunguan. Warna ini bergantung pada
tingkat oksigenisasi sekitar beberapa saat setelah kematian. Perubahan warna
lainnya dapat mencakup:
- Cherry pink atau merah bata (cherry red) terdapat pada keracunan oleh
carbonmonoksida atau hydrocyanic acid.
- Coklat kebiruan atau coklat kehitaman terdapat pada keracunan kalium
chlorate, potassium bichromate atau nitrobenzen, aniline, dan lain lain.
- Coklat tua terdapat pada keracunan fosfor.
- Tubuh mayat yang sudah didinginkan atau tenggelam maka lebam akan
berada didekat tempat yang bersuhu rendah, akan menunjukkan bercak
pink muda kemungkinan terjadi karena adanya retensi dari oxyhemoglobin
pada jaringan.
- Keracunan sianida akan memberikan warna lebam merah terang, karena
kadar oksi hemoglobin (HbO2) yang tinggi.
Lokasi
Permukaan
Batas
Warna
Lebam Mayat
Bagian tubuh terbawah
Tidak menimbul
Tegas
Kebiru biruan atau
Memar
Dimana saja
Bisa menimbul
Tidak tegas
Diawali dengan
lama
merah
kelamaan
seiring
14
Penyebab
bertambahnya waktu
Ekstravasasi darah dari
kapiler
akan Tidak ada efek penekanan
Efek penekanan
Bila
ditekan
Bila dipotong
memucat
Akan terlihat darah yang Terlihat perdarahan pada
terjebak antara pembuluh jaringan dengan adanya
darah,
tetesan
perlahan lahan
yang
berasal
dari
Mikroskopis
pembuluh
darah
dan
tampak
bukti
tidak
terdapat dan
peradangan
Tidak ada perubahan
Enzimatik
peradangan
Perubahan
level
dari
Kepentingan
Memperkirakan
cedera,
medicolegal
15
Lebam mayat
Kongesti
Hanya pada organ organ Bisa seluruh atau beberapa
Lokasi
tertentu
Penyebab
penyakitnya
Tidak ada
Dapat bermakna
Darah mengalir pelan pelan Keluar
cairan,
Hollow viscus
akan
dengan
tampak direntangkan
perubahan perubahan
usus
saat
akan
tampak
warna
yang
tercampur
16
17
terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat
terbentuk akan terjadi pemendekan otot.
Proses terjadinya kaku mayat dapat melalui beberapa fase :
- Fase pertama
Sesudah kematian somatik, otot masih dalam bentuk yang normal. Tubuh
yang mati akan mampu menggunakan ATP yang sudah tersedia dan ATP
tersebut diresintesa dari cadangan glikogen. Terbentuknya kaku mayat
yang cepat adalah saat dimana cadangan glikogen dihabiskan oleh latihan
yang kuat sebelum mati, seperti mati saat terjadi serangan epilepsi atau
spasme akibat tetanus, tersengat listrik, atau keracunan strychnine.
- Fase kedua
Saat ATP dalam otot berada dibawah ambang normal, kaku akan dibentuk
saat konsentrasi ATP turun menjadi 85%, dan kaku mayat akan lengkap
jika berada dibawah 15%.
- Fase ketiga
Kekakuan menjadi lengkap dan irreversible.
- Fase keempat
Disebut juga fase resolusi. Saat dimana kekakuan hilang dan otot menjadi
lemas. Salah satu pendapat terjadinya hal ini dikarenakan proses denaturasi
dari enzim pada otot.
Metode yang sering digunakan untuk mengetahui ada tidaknya rigor mortis
adalah dengan melakukan fleksi atau ekstensi pada persendian tersebut.
Beberapa subyek, biasanya bayi, orang sakit, atau orang tua, dapat
memberikan kekakuan yang kurang dapat dinilai, kebanyakan dikarenakan
lemahnya otot mereka.
Kaku menyebar ke seluruh otot dalam beberapa kondisi dapat mencapai nilai
maksimum antara 6 12 jam. Kondisi ini tidak berubah sampai massa otot
mulai menjalani autolisis, dimana akan melemas berangsur angsur kembali
18
19
20
kekakuan.
Sebaliknya,
cuaca
panas
atau
tropis
dapat
21
22
Kaku biasanya tidak terjadi pada janin yang tidak lebih dari 7 bulan, tapi
masih bisa ditemukan pada bayi yang cukup bulan. Kaku bisa timbul dan
menghilang dengan sangat dini.
23
mayat akan lemas dan kemudian terjadi rigor mortis (kaku mayat).
Bila orang yang mati duluan, kemudian dibuang ditempat yang
dingin -> tubuh mayat yang dibuang akan tetap kaku karena udara
dingin, tetapi setelah dihangatkan tubuh mayat akan tetap lemas.
24
dipahami. Hal ini harus diawali dengan aktifitas saraf motorik, tetapi
beberapa alasan mengatakan terdapat kegagalan relaksasi normal.
Fenomena biasanya terjadi hanya pada 1 daerah otot, contohnya otot
fleksor tangan, dibanding seluruh tubuh. sesungguhnya merupakan kaku
mayat yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh
relaksasi primer. Penyebabnya adakah akibat habisnya cadangan
glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena
kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal.
Keuntungannya, kebanyakan penyidik dapat mengetahui saat seseorang
diduga mati dibunuh atau bunuh diri saat melihat tangannya yang
menggenggam senjata. Jika menemukan korban yang tenggelam, atau
jatuh dari ketinggian, hal ini memiliki nilai yang memastikan bahwa
orang tersebut masih hidup saat dia jatuh, dengan demikian hal ini
membedakan pada korban post mortem yang dibuang.
Onset
Rigor Mortis
Dikarenakan perubahan
Cadaveric Spasm
Keadaan lanjut dari
primary flaccidity
Semua otot dalam tubuh
Intensity
Durasi
Moderate
12 24 jam
mati
Sangat kuat
Beberapa jam, sampai
25
rigor mortis
Rangsangan, ketakutan,
Mekanisme pembentukan
kelelahan
Tidak diketahui
Hubungan medikolegal
level kritis
Mengetahui waktu
Mengetahui cara
kematian
Faktor predisposisi
Autolisis.
Merupakan proses melunaknya jaringan bahkan pada keadaan steril yang
diakibatkan oleh kerja enzim digestif yang dikeluarkan sel setelah
kematian dan dapat dihindari dengan membekukan jaringan. Perubahan
autolisis awal dapat diketahui pada organ parenkim dan kelenjar.
Pelunakan dan ruptur perut dan ujung akhir esofagus dapat terjadi karena
adanya asam lambung pada bayi baru lahir setelah kematian. Pada
26
27
iliaca,
dimana
daerah
tersebut
merupakan
daerah
colon
yang
28
Skeletonisasi.
Skeletonisasi berlangsung tergantung faktor intrinsik dan ekstrinsik dan
lingkungan dari mayat tersebut, apakah terdapat di udara, air, atau
terkubur. Pada umumnya tubuh yang terkena udara mengalami
skeletonisasi sekitar 2 4 minggu tetapi dapat berlangsung lebih cepat
29
bila terdapat binatang seperti semut dan lalat, dapat pula lebih lama bila
tubuh terlindungi contohnya terlindung daun dan disimpan dalam semak.
Dekomposisi berbeda pada setiap tubuh, lingkungan dan dari bagian
tubuh yang satu dengan yang lain. Terkadang, satu bagian tubuh telah
mengalami mumifikasi sedangkan bagian tubuh lainnya menunjukkan
pembusukan. Adanya binatang akan menghancurkan jaringan luna dalam
f.
waktu yang singkat dan dalam waktu 24 jam akan terjadi skeletonisasi.
Pembusukan Organ Dalam.
Perubahan warna muncul pada jaringan dan organ dalam tubuh walaupun
prosesnya lebih lama dari yang dipermukaan. Jika organ lebih lunak dan
banyak vascular maka akan membusuk lebih cepat. Warna merah
kecoklatan pada bagian dalam aorta dan pembuluh darah lain muncul
pada perubahan awal. Adanya hemolisis dan difusi darah akan mewarnai
sekeliling jaringan atau organ dan merubah warna organ tersebut menjadi
hitam. Organ menjadi lunak ,berminyak, empuk dan kemudian menjadi
masa semiliquid.
Awal
Akhir
Laring dan trakhea
Paru paru
Lambung dan usus
Jantung
Limpa
Ginjal
Omentum dan mesenterium
Oesofagus dan diafragma
Hati
Kandung kencing
Otak
Pembuluh darah
Uterus gravid
Prostat dan uterus
Tabel 4. Susunan perubahan pembusukan pada organ dalam
2.12 Mumifikasi
Perubahan perubahan yang terjadi pada tubuh akibat dekomposisi dapat
dihambat dan digantikan dengan mumifkasi. Mumifikasi secara harafiah
30
31
32
33
34
KESIMPULAN
35
4. Pembusukan
5. Mummifikasi
6. Adiposere
Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal suatu metode yakni tri klasik atau the
classic triad yang meliputi :
1. Livor mortis (lebam mayat)
2. Rigor mortis (kaku mayat)
3. Algor mortis (suhu mayat)
36
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Munim Idries. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama.
Binarupa Aksara. Hal. 54-77
Saukko, P; Knight, B . 2004. The Pathophysiology of Death in Knights Forensic
Pathology. 3th edition. Hodder Arnold. Page 52-90
Shepherd, R. 2003. Changes After Death in Simpsons Forensic Medicine. 12 th
edition. Arnold. Page 37-48
Vij,K . 2008. Death and Its Medicolegal Aspects (Forensic Thanatology) in
Textbook of Forensic Medicine and Toxicology Principles and Practice. 4 th editon.
Elsivier. Page 101-133
Vass AA. Decomposition. Microbiology Today 2001 Nov (28):190-2. Available
from : http://www.socgenmicrobiol.org.uk/pubs/micro_today/pdf/110108.pdf.
37