PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Kelainan Kromosom
i. Sindrom Down
Sindrom down adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya kelebihan
kromosom pada pasangan ke-21 dan ditandai dengan retardasi mental serta
anomali fisik yang beragam. Untuk seorang ibu usia pertengahan (> 32 tahun),
resiko memiliki anak dengan sindroma Down adalah kira-kira 1 dalam 100
kelahiran. Retardasi mental adalah ciri yang ada pada sindrom Down. Sebagian
besar pasien berada dalam kelompok retardasi sedang sampai berat., hanya
sebagian kecil yang memiliki IQ di atas 50. Diagnosis sindrom Down relatif
mudah pada anak yang lebih besar tetapi seringkali sukar pada neonatus. Tanda
yang paling penting pada neonatus adalah hipotonia umum, fisura palpebra yang
oblik, kulit leher yang berlebihan, tengkorak yang kecil dan datar, tulang pipi
yang tinggi, dan lidah yang menonjol. Dapat dilihat juga tangan tebal dan lebar,
dengan garis transversal tunggal pada telapak tangan, dan jari kelingking pendek
dan melengkung ke dalam.
(PKU)
merupakan
gangguan
yang
menghambat
Gambar 3. Phenylketouria
c. Faktor Prenatal
Beberapa kasus retardasi mental disebabkan oleh infeksi dan penyalah
gunaan obat selama ibu mengandung. Infeksi yang biasanya terjadi adalah
Rubella, yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Penyakit ibu juga dapat
menyebabkan retardasi mental, seperti sifilis, cytomegalovirus, dan herpes genital.
Obat-obatan yang digunakan ibu selama kehamilan dapat mempengaruhi bayi
melalui plasenta. Sebagian dapat menyebabkan cacat fisik dan retardasi mental
yang parah. Anak-anak yang ibunya minum alkohol selama kehamilan sering lahir
dengan sindrom fetal dan merupakan kasus paling nyata sebagai penyebab
retardasi mental. Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan oksigen atau cedera
kepala, infeksi otak, seperti encephalitis dan meningitis, terkena racun, seperti cat
yang mengandung timah sangat berpotensi menyebabkan retardasi mental.
d. Faktor Perinatal
Beberapa bukti menunjukkan bahwa bayi prematur dan bayi dengan berat
badan lahir rendah berada dalam resiko tinggi mengalami gangguan neurologis
dan intelektual yang bermanifestasi selama dalam tahun-tahun sekolahnya. Bayi
6
kekerasan dari orang tua, dapat menjadi penyebab atau memberi kontribusi dalam
perkembangan retardasi mental pada anak-anak. TIdak ada penyebab biologis
yang telah dikenali pada kasus tersebut.
Anak-anak dalam keluarga yag miskin dan kekurangan secara
sosiokultural adalah sasaran dari kondisi merugikan perkembangan dan secara
potensial patogenik. Lingkungan prenatal diganggu oleh perawatan medis yang
buruk dan gizi maternal yang buruk. Kehamilan remaja sering disertai dengan
penyulit obstetri, prematuritas, dan berat badan lahir rendah. Perawatan medis
setelah kelahiran buruk, malnutrisi, pemaparan dengan zat toksin tertentu seperti
timbale dan trauma fisik adalah serig terjadi. Ketidakstabilan keluarga, sering
pindah, dan pengasuh yang berganti-ganti tetapi tidak adekuat sering terjadi.
Selain itu, ibu dalam keluarga tersebut sering berpendidikan rendah dan tidak siap
memberikan stimulasi yang sesuai bagi anak-anaknya.
Masalah lain yang tidak terpecahkan adalah pengaruh ganguan mental
yang parah. Gangguan tersebut dapat menganggu pengasuhan dan stimulasi anak
dan aspek lain dari lingkungan mereka, dengan demikian menempatkan anak pada
resiko perkembangan. Anak-anak dari orang tua dengan gagguan mood dan
skizofrenia diketahui berada dalam resiko mengalami gangguan tersebut dan
gangguan yang berhubungan.
II.1.3. Klasifikasi4
a. F70 Retardasi Mental Ringan
Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat, maka IQ berkisar antara 50 69
menunjukkan retardasi mental ringan. Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung
terlambat pada berbagai tingkat, dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi
perkembangan kemandirian dapat menetap sampai dewasa. Walaupun mengalami
keterlambatan dalam kemampuan bahasa, tapi sebagian besar dapat mencapai kemampuan
bicara untuk keperluan sehari hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam merawat
diri sendiri dan mencapai ketrampilan praktis dan ketrampilan rumah tangga, walaupun
tingkat perkembangannya lebih lambat dari pada normal.
8
Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat akademis
dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis. Etiologi organik hanya dapat
diidentifikasikan pada sebagian kecil penderita. Keadaan lain yang menyertai, seperti
autisme, gangguan perkembangan lain, epilepsi, gangguan tingkah laku, atau disabilitas fisik
dapat ditemukan dalam berbagai proporsi. Bila terdapat gangguan demikian, maka harus
diberi kode diagnosis tersendiri.
b. F71 Retardasi Mental Sedang
Biasanya IQ berada dalam rentang 35 49. Umumnya ada profil kesenjangan dari
kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam ketrampilan visuospasial dari pada tugas tugas yang tergantung pada bahasa, sedangkan yang lainnya sangat
kurang namun dapat mengadakan interaksi sosial dan percakapan sederhana. Tingkat
perkembangan bahasa bervariasi, ada yang dapat mengikuti percakapan sederhana,
sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya untuk kebutuhan dasar mereka.
Suatu etiologi organik dapat diidentifikasikan pada kebanyakan penyandang retardasi
mental sedang. Autisme masa kanak atau gangguan perkembangan pervasif lainnya terdapat
pada sebagian kecil kasus, dan mempunyai pengaruh besar pada gambaran klinis dan tipe
penatalaksanaan yang dibutuhkan. Epilepsi, disabilitas neurologik dan fisik juga lazim
ditemukan meskipun kebanyakan penyandang retardasi mental sedang mampu berjalan tanpa
bantuan. Kadang kadang didapatkan gangguan jiwa lain, tetapi karena tingkat
perkembangan bahasanya yang terbatas sehingga sulit menegakkan diagnosis dan harus
tergantung dari informasi yang diperoleh dari orang lain yang mengenalnya. Setiap gangguan
penyerta harus diberi kode diagnosis tersendiri.
c. F72 Retardasi Mental Berat
Biasanya IQ berada dalam rentang 20 34. Pada umumnya mirip dengan retardasi
mental sedang dalam hal :
-
Gambaran klinis
Usia Prasekolah
Maturasi & Perkembangan
Retardasi jelas; kapasitas
berfungsi
Sangat
10
berat
Dapat mengembangkan
keterampilan sosial dan
komunikasi;
Ringan
II.1.4. Diagnosis
Menurut pedoman diagnostik PPDGJ III intelegensia bukan merupakan karakteristik
yang berdiri sendiri, melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar ketrampilan khusus
yang berbeda. Meskipun ada kecenderungan umum bahwa semua ketrampilan ini akan
berkembang ke tingkat yang serupa pada setiap individu, tetapi ada ketimpangan (discrepancy)
yang luas, terutama pada penyandang RM. Orang yang demikian mungkin memperlihatkan
hendaya berat dalam satu bidang tertentu (misalnya bahasa) atau mungkin mempunyai suatu area
11
keterampilan tertentu yang lebih tinggi (misalnya tugas visuospasial sederhana) pada RM berat.
Keadaan ini akan menimbulkan kesluitan dalam menentukan kriteria diagnostik dimana seorang
penyandang RM harus diklasifikasikan.3
Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk
temuan klinis, perilaku adaptif (yang dinilai dalam kaitan dengan latar belakang budayanya), dan
hasil tes psikometrik. Untuk diagnosis pasti, harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang
meningkatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari lingkungan sosial biasa
sehari hari. Gangguan jiwa dan fisik yang menyertai retardasi mental mempunyai pengaruh
besar pada gambaran klinis dan penggunaan dari semua keterampilannya. Oleh karena itu
kategori diagnostik yang dipilih harus berdasarkan penilaian kemampuan global dan bukan atas
suatu hendaya atau ketrampilan khusus. Tingkat IQ yang ditetapkan hanya merupakan petunjuk
dan seharusnya tidak ditetapkan secara kaku dalam memandang keabsahan permasalahan lintas
budaya.
Kriteria diagnostik untuk RM menurut DSM IV TR adalah sebagai berikut :3
1. Fungsi intelektual dibawah rata rata (IQ 70 atau kurang) yang telah diperiksa secara
individual.
2. Kekurangan atau gangguan dalam perilaku adaptif (sama dengan kekurangan individu
untuk memenuhi tuntutan standar perilaku sesuai dengan usianya dari lingkungan
budayanya) dalam sedikitnya 2 hal, yaitu komunikasi, self-care, kehidupan rumahtangga,
ketrampilan
sosial/interpersonal,
menggunakan
sarana
komunitas,
318
12
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan
sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ. Dapat dihitung dengan :
IQ = MA/CA x 100%
MA = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil tes
CA = Chronological Age, umur yang didapat berdasarkan perhitungan tanggal lahir
Diagnosis retardasi mental dapat dibuat setelah riwayat penyakit, pemeriksaan intelektual
yang baku, dan pengukuran fungsi adaptif menyatakan bahwa perilaku anak sekarang adalah
secara bermakna di bawah tingkat yang diharapakan. Diagnosis sendiri tidak menyebutkan
penyebab ataupun prognosisnya. Suatu riwayat psikiatrik adalah berguna untuk mendapatkan
gambaran longitudinal perkembangan fungsi anak, dan pemeriksaan stigma fisik, kelainan
neurologis, dan tes laboratorium dapat digunakan untuk memastikan penyebab dan prognosis.3
a. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh, dengan
perhatian khusus pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran. Terdapat riwayat keluarga
retardasi mental, hubungan darah pada orangtua, dan gangguan herediter. Juga dapat menilai
latar belakang sosiokultural pasien, iklim emosional di rumah, dan fungsi intelektual pasien.2
b. Wawancara Psikiatrik
Dua faktor yang sangat penting saat jika mewawancarai pasien adalah sikap
pewawancara dan cara berkomunikasi dengan pasien. Kemampuan verbal pasien, termasuk
bahasa reseptif dan ekspresif, harus dinilai sesegera mungkin dengan mengobservasi
komunikasi verbal dan nonverbal antara pengasuh dan pasien dan dari riwayat penyakit.
Sangat membantu jika memeriksa pasien dan pengasuhnya bersama-sama. Jika pasien
menggunakan bahasa isyarat, pengasuh dapat sebagai penerjemah.
Orang terertardasi mengalami kegagalan seumur hidup dalam berbagai bidang, dan
mereka mungkin mengalami kecemasan sebelum menjumpai pewawancara. Pewawancara
dan pengasuh harus berusaha untuk memberikan pasien suatu penjelasan yang jelas, suportif,
13
dan konkret tentang proses diagnostik, terutama pasein dengan bahasa reseptif yang
memadai. Dukungan dan pujian harus diberikan dalam bahasa yang sesuai dengan usia dan
pengertian pasien.
Pengendalian pasien terhadap pola motilitas harus dipastikan, dan bukti klinis adanya
distraktibilitas dan distorsi dalam persepsi dan daya ingat harus diperiksa. Pemakaian bahasa,
tes realitas, dan kemampuan menggali dan pengalaman penting untuk dicatat. Sifat dan
maturitas pertahanan pasien (menundukkan diri sendiri menggunakan penghindaran, represi,
penyangkalan, introyeksi, da isolasi) harus diamati. Potensi sublimasi, toleransi frustasi, dan
pengendalian impuls (terutama terhadap dorongan motorik, agresif, dan seksual) harus
dinilai. Juga penting adalah citra diri dan peranannya dalam perkembangan keyakinan diri,
dan juga penilaian keuletan, ketetapan hati, keingintahuan, dan kemauan menggali hal yang
tidak diketahui.2
c. Pemeriksaan Fisik
Berbagai bagian tubuh memiliki karakteristik tertentu yang sering ditemukan pada orang
retardasi mental dan memiliki penyebab prenatal. Sebagai contoh, konfigurasi dan ukuran
kepala memberikan petunjuk terhadap berbagai kondisi seperti mikrosefali, hidrosefalus, dan
sindroma Down. Wajah pasien mungkin memiliki beberapa stigmata retardasi mental yang
sangat mempermudah diagnosis. Tanda fasial tersebut adalah hipertelorisme, tulang hidung
yang datar, alis mata yang menonjol, lipatan epikantus, opasitas kornea, perubahan retina yag
letaknya rendah atau bentuknya aneh, lidah yang menonjol, dan gangguan gigi geligi.
Lingkaran kepala harus diukur sebagai bagian dari pemeriksaan klinis. Warna dan tekstur
kulit dan rambut, palatum dengan lengkung yang tinggi, ukuran kelenjar tiroid, dan ukuran
anak dan batang tubuh dan ekstremitasnya adalah bidang lain yang digali.2
d. Pemeriksaan Neurologis
Gangguan sensorik sering terjadi pada orang retardasi mental, sebagai contoh sampai
10% orang retardasi mental mengalami gangguan pendengaran empat kali lebih tinggi
dibandingkan orang normal. Gangguan sensorik dapat berupa gangguan pendengaran dan
gangguan visual. Gangguan pendengaran terentang dari ketulian kortikal sampai deficit
14
pendengaran yang ringan. Gangguan visual dapat terentang dari kebutaan sampai gangguan
konsep ruang, pengenalan rancangan, dan konsep citra tubuh.
Gangguan dalam bidang motorik dimanifestasikan oleh kelainan pada tonus otot
(spastisitas atau hipotonia), refleks (hiperefleksia), dan gerakan involunter (koreoatetosis).
Derajat kecacatan lebih kecil ditemukan dalam kelambanan dan koordinasi yang buruk.1
e. Tes Laboratorium1,2
Tes laboratorium yang digunakan pada kasus retardasi mental adalah pemeriksaan urin
dan darah untuk mencari gangguan metabolik. Penentuan kariotipe dalam laboratorium
genetic diindikasikan bila dicurigai adanya gangguan kromosom. Amniosintesis, di mana
sejumlah kecil cairan amniotic diambil dari ruang amnion secara transabdominal antara usia
kehamilan 14 dan 16 minggu, telah berguna dalam diagnosis berbagai kelainan kromosom
bayi, terutama Sindroma Down. Amniosintesis dianjukan untuk semua wanita hamil berusia
di atas 35 tahun. Pengambilan sampel vili korionik (CVS; chorionic villi sampling) adalah
teknik skrining yang baru untuk menentukan kelainan janin. Cara ini dilakukan pada usia
kehamilan 8 dan 10 minggu. Hasilnya tersedia dalam waktu singkat (beberapa jam atau hari),
dan jika kehamilan adalah abnormal, keputusan untuk mengakhiri kehamilan dapat dilakukan
dalam trimester pertama. Prosedur memiliki resiko keguguran antara 2 dan 5 %.
f. Pemeriksaan Psikologis1,2
Tes psikologis, dilakukan oleh ahli psikologis yang berpengalaman, adalah bagian standar
dari pemeriksaan untuk retardasi mental. Pemeriksaan psikologis dilakukan untuk menilai
kemampuan perseptual, motorik, linguistik, dan kognititf. Informasi tentang faktor
motivasional, emosional, dan interpersonal juga penting.
II.1.5. Penatalaksanaan
Retardasi mental berhubungan dengan beberapa gangguan heterogen dan berbagai faktor
psikososial. Terapi yang terbaik untuk retardasi mental adalah pencegahan primer, sekunder, dan
tersier.
A. Pencegahan Primer
15
Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal.
Eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf pusat.
Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi retardasi mental dalam
keluarga dengan riwayat gangguan genetic yang berhubungan dengan retardasi mental.
Untuk anak-anak dan ibu dengan sosioekonomi rendah, pelayanan medis prenatal dan
perinatal yang sesuai dan berbagai program pelengakap dan bantuan pelayanan social dapat
menolong menekan komplikasi medis dan psikososial.
B. Pencegahan Sekunder dan Tersier
Jika suatu gangguan yang disertai dengan retardasi mental telah dikenali, gangguan harus
diobati untuk mempersingkat perjalanan penyakit (pencegahan sekunder) dan untuk menekan
sekuele atau kecacatan yang terjadi setelahnya (pencegahan tersier). Gangguan metabolik
dan endokrin herediter, seperti PKU dan hipotiroidisme, dapat diobati dalam stadium awal
dengan control diet atau dengan terapi penggantian hormon.
Anak retardasi mental seringkali memiliki kesulitan emosional dan perilaku yang
memerlukan terapi psikiatrik. Kemampuan kognitif dan sosial yang terbatas yang dimiliki
anak tersebut memerlukan modalitas terapi psikiatrik yang dimodifikasi berdasarkan tingkat
kecerdasan anak.
a. Pendidikan untuk anak
Lingkungan pendidikan untuk anak-anak dengan retardasi mental harus termasuk
program yang lengkap yang menjawab latihan keterampilan adaptif, latihan keterampilan
sosial, dan latihan kejujuran. Perhatian khusus harus dipusatkan pada komunikasi dan
16
usaha untuk meningkatkan kualitas hidup. Terapi kelompok seringkali merupakan format
yang berhasil dimana anak-anak dengan retardasi mental dapat belajar dan
mempraktekkan situasi hidup nyata dan mendapatkan umpan balik yang mendukung.
b. Terapi perilaku, kognitif, dan psikodinamika
Kesulitan dalam beradaptasi di antara orang retardasi mental adalah luas dan sangat
bervariasi sehingga sejumlah intervensi sendiri atau dalam kombinasi mungkin berguna.
Terapi perilaku telah digunakan selama bertahun-tahun untuk membentuk dan
meningkatkan perilaku sosial dan untuk mengendalikan dan menekan perilaku agresif
dan destruksi pasien. Dorongan positif untuk perilaku yang diharapkan dan memulai
hukuman (seperti mencabut hak istimewa) untuk perilaku yang tidak diinginkan telah
banyak menolong.
Terapi kognitif seperti menghilangkan keyakinan palsu dan latihan relaksasi dengan
instruksi dari diri sendiri, juga telah dianjurkan untuk pasien retardasi mental yang
mampu mengikuti instruksi pasien. Terapi psikodinamika telah digunakan pada pasien
retardasi mental dan keluarganya untuk menurunkan konflik tentang harapan yang
menyebabkan kecemasan, kekerasan, dan depresi yang menetap.
c. Pendidikan keluarga
Satu bidang yang penting dalam pendidikan keluarga dari pasien dengan retardasi
mental adalah tentang cara meningkatkan kompetensi dan harga diri sambil
mempertahnkan harapan yang realistic untuk pasien. Keluarga seringkali merasa sulit
untuk menyeimbangkan antara mendorong kemandirian dan memberikan lingkungan
yang mengasuh dan suportif bagi anak retardasi mental, yang kemungkinan mengalami
suatu tingkat penolakan dan kegagalan di luar konteks keluarga.
Orang tua mungkin mendapatkan manfaat dari konseling yang terus-menerus datau
terpai keluarga. Orang tua harus diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan
bersalah, putus asa, kesedihan, penyangkalan yang terus-menerus timbul, dan kemarahan
tentang gangguan dan masa depan anak. Dokter psikiatrik harus siap untuk memberikan
semua informasi medis dasar dan terakhir tentang penyebab, terapi, dan bidang lain yang
berhubungan (seperti latihan khusus dan perbaikna defek sensorik).
17
d. Intervensi farmakologis
Pendekatan farmakologis dalam terapi gangguan mental komorbid pada pasien
retardasi mental adalah banyak kesamaannya seperti untuk pasien yang tidak mengalami
retardasi mental. Semakin banyak data yang mendukung pemakaian berbagai medikasi
untuk pasien dengan gangguan mental yang tidak retardasi mental. Beberapa penelitian
telah memusatkan perhatian pada pemakaian medikasi untuk sindrom perilaku berikut
ini yang sering terjadi di antara retardasi mental:
-
antipsikotik,
seperti
haloperidol
(Haldol)
dan
chlorpromazine
19
VISUAL
UMUR
20
Fiksasi pandangan
Lahir
2 bulan
5 bulan
MOTORIK HALUS
UMUR
3 bulan
4 bulan
5 bulan
6 bulan
9 bulan
11 bulan
12 bulan
PEMECAHAN MASALAH
UMUR
Memeriksa benda
7 -8 bulan
Melemparkan benda
9 bulan
10 bulan
11 bulan
MENGGAMBAR
UMUR
Mencoret
12 bulan
15 bulan
21
18 bulan
25 27 bulan
30 bulan
3 tahun
MELAKSANAKAN TUGAS
UMUR
12 bulan
14 bulan
16 bulan
UMUR
Menyusun 2 kubus
15 bulan
Menyusun 3 kubus
16 bulan
2 tahun
2.5 tahun
3 tahun
4 tahun
6 tahun
contoh
MAKAN
UMUR
9 bulan
22
12 bulan
BERPAKAIAN
UMUR
24 bulan
Memakai baju
36 bulan
Membuka kancing
36 bulan
Memasang kancing
48 bulan
60 bulan
UMUR
Lahir
Tersenyum sosial
5 minggu
4 bulan
8 bulan
14 bulan
8 bulan
Fase 1 (5 bulan),
23
fase 2 (7 bulan),
fase 3 (9 bulan)
11 bulan
EKSPRESIF
UMUR
Ooo-ooo
6 minggu
Guu, guuu
3 bulan
a-guuu, a-guuu
4 bulan
Mengoceh
4-6 bulan
Dadadada (menggumam)
Da-da tanpa arti, Ma-ma tanpa arti
Dada
6 bulan
8 bulan
10 bulan
11 bulan
12 bulan
13 bulan
15 bulan
17 bulan
21 bulan
3 tahun
4 tahun
24
Secara umum ada beberapa gejala autisme yang akan tampak semakin jelas saat anak telah
mencapai usia 3 tahun, yaitu:
A. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun non verbal seperti terlambat bicara,
mengeluarkan kata-kata dalam bahasanya sendiri yang tidak dapat dimengerti, echolalia,
sering meniru dan mengulang kata tanpa dimengerti maknanya, dan seterusnya.
B. Gangguan dalam bidang interaksi sosial, seperti menghindari kontak mata, tidak melihat
jika dipanggil, menolak untuk dipeluk, lebih suka bermain sendiri, dan seterusnya.
C. Gangguan pada bidang perilaku yang terlihat dari adanya perilaku yang berlebih
(excessive) dan kekurangan (deficient) seperti impulsif, hiperaktif, repetitif namun dilain
waktu terkesan pandangan mata kosong, melakukan permainan yang sama dan
monoton .Kadang-kadang ada kelekatan pada benda tertentu seperti gambar, karet,
boneka dan lain-lain yang dibawanya kemana-mana.
D. Gangguan pada bidang perasaan atau emosi, seperti kurangnya empati, simpati, dan
toleransi; kadang-kadang tertawa dan marah sendiri tanpa sebab yang nyata dan sering
mengamuk tanpa kendali bila tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.
E. Gangguan dalam persepsi sensoris seperti mencium-cium dan menggigit mainan atau
benda, bila mendengar suara tertentu langsung menutup telinga, tidak menyukai rabaan
dan pelukan, dan sebagainya.
F. Gejala-gejala tersebut di atas tidak harus ada semuanya pada setiap anak autisme,
tergantung dari berat-ringannya gangguan yang diderita anak.
II.2.1.1 Kriteria Diagnosis
Secara detail, menurut DSM IV, kriteria gangguan autistik adalah sebagai berikut:
A. Harus ada total 6 gejala dari (1), (2) dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1) dan
masing-masing 1 gejala dari (2) dan (3):
1. Kelemahan kwalitatif dalam interaksi sosial, yang termanifestasi dalam sedikitnya 2
dari beberapa gejala berikut ini:
a. Kelemahan dalam penggunaan perilaku non-verbal, seperti kontak mata, ekspresi
wajah, sikap tubuh, gerak tangan dalam interaksi sosial.
25
26
Ada beberapa gejala yang harus diperhatikan sebagai pedoman dalam melakukan diagnosis,
sebagai berikut:
A. Kemungkinan simptom atau gejala diusia 3-5 tahun
1. Tidak melakukan kontak mata dengan baik.
2. Tidak tertarik dengan orang lain dan lebih suka bermain sendirian.
3. Menunjukka respon yang tidak biasa yang mengganggu orang lain.
4. Menggunakan bahasa yang berbeda dengan anak-anak lain (sangat sedikit berbahasa,
berbahasa dengan baik tapi diulang-ulang, mengulangi kata-kata dari film, video atau
program TV, ekolalia, sulit mengerti perkataan orang lain.
5. Punya sedikit atau tidak tertarik dengan permainan imajinasi.
6. Tidak tertarik bergabung dalam permainan kelompok.
7. Sangat terpaku pada beberapa permainan atau permainan tertentu.
8. Perilaku sangat rutinitas.
9. Membuat gerakan tidak biasa seperti berputar atau berayun.
10. Sangat senditif dengan suara
11. Sangat sensitif dengan bau-bauan.
12. Sangat sensitif dengan sentuhan.
B. Kemungkinan simptom atau gejala diusia 6 11 tahun
1. Melakukan kontak mata yang buruk.
2. Tidak suka menggunakan sikap seperti menunjuk, memberi tanda, melambai.
3. Tidak punya teman sebaya.
4. Tidak menunjukkan pekerjaannya kepada guru meskipun diminta.
5. Lebih sulit berbagi dengan anak-anak lain.
6. Sulit untuk saling bergantian, dan selalu ingin menjadi yang pertama.
7. Tampak tidak peduli dengan perasaan anak-anak lain.
8. Mengatakan hal yang sama berulang-ulang.
9. Tidak ingin dan tidak menikmati permainan berpura-pura.
10. Tidak mudah berbicara dengannya, tentang apa yang ingin anda bicarakan.
27
28
D. Teori Biologi, Menurut teori ini, Autis disebabkan oleh Faktor genetik.
E. Teori Imunologi, Menurut teori ini, Autis disebabkan oleh infeksi virus.
Gangguan yang menyertai autisme :
A. Gangguan sulit tidur dan makan.
B. Gangguan afek dan mood.
C. Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.
D. Gangguan kejang (10 25 %).
E. Kondisi fisik yang khas (anak autis 2 -7 tahun lebih pendek dibanding anak seusianya).
II.2.1.3. Penggolongan Autisme
A. Autism (autisme masa anak-anak).
B. Autisme atipikal atau Pervasive Develompmental Disorder-Not Otherwise Specified atau
PDD-NOS (Diagnosis ini dibuat jika anak tidak memenuhi semua kriteria untuk
diagnosis autis dan asperger, tapi ada kecacatan parah dan menetap di area yang
dipengaruhi ASD.
C. High Functioning Autism (Autisme dengan IQ tinggi).
D. Low Functioning Autism (Autisme dengan IQ rendah).
II.2.1.4. Penanganan Autisme
Keberhasilan terapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
A. Berat ringannya gejala atau berat ringannya kelainan otak.
B. Usia, diagnosis dini sangat penting oleh karena semakin muda umur anak saat dimulainya
terapi semakin besar kemungkinan untuk berhasil.
C. Kecerdasan, makin cerdas anak tersebut makin baik prognosisnya
D. Bicara dan bahasa, 20 % penyandang autis tidak mampu berbicara seumur hidup,
sedangkan sisanya mempunyai kemampuan bicara dengan kefasihan yang berbeda-beda.
Mereka dengan kemampuan bicara yang baik mempunyai prognosis yang lebih baik.
29
30
31
32
disfungsi
sirkuit
neuron
diotak
yang
dipengaruhi
dopamin
sebagai
33
BAB III
KESIMPULAN
Retardasi mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang seorang
anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri merupakan proses utama, hakiki, dan khas
pada anak serta merupakan sesuatu yang terpenting pada anak tersebut. Terjadinya retardasi
mental dapat disebabkan adanya gangguan pada fase pranatal, perinatal maupun postnatal.
Mengingat beratnya beban keluarga maupun masyarakat yang harus ditanggung dalam
penatalaksanaan retardasi mental, maka pencegahan yang efektif merupakan pilihan terbaik.
Kode diagnostik dan derajat RM menurut DSM IV TR adalah sebagai berikut :
317
318
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Sularyo, T. Retardasi Mental. Sari Pediatri, Vol. 2, No, 3. Desember 2000: 170-177
2. Sadock BJ, Sadock VA. Retardasi Mental. Buku Ajar Psikiatri Klinis. 2 nd. Muttaqin, H
et all, editor. Jakarta: EGC; 2014. h. 561-588
3. Elvira SD, Hadisukanto G. Retardasi Mental. Buku Ajar Psikiatri. 2 nd . Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2013. h. 446-483
4. Maslim R. F70-F79 Retardasi Mental. Buku Saku PPDGJ-III, Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, Jakarta, 2013
5. Adriadi, A. Diagnosis Gangguan Perkembangan Pervasif. Quantum Spesial Need
35