Anda di halaman 1dari 8

REVIEW JURNAL

AKHLAK TERHADAP ALLAH DAN RASULULLAH SAW


Dosen pengampu M. Baihaqi Fadhlil Wafi, M.Ag.

Disusun Oleh:
1. Faatih Rizkiyah Assyukru 2200029279
2. Fitriani 2200029250
3. Firdho Aksa 2200029267
4. Hanum Sasmaiya Putri 2200029251
5. Siti Balqis 2200029245
6. Ryeke Putri Hidayah 2200029244
7. Allya Regita Ananti 2200029262
8. Gadistara Tantri Wijaya 2200029249
9. Annisa Fitriani 2200029242

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2023
REVIEW JURNAL

Nama : 1. Faatih Rizkiyah Assyukru 2200029279


2. Fitriani 2200029250
3. Firdho Aksa 2200029267
4. Hanum Sasmaiya Putri 2200029251
5. Siti Balqis 2200029245
6. Ryeke Putri Hidayah 2200029244
7. Allya Regita Ananti 2200029262
8. Gadistara Tantri Wijaya 2200029249
9. Annisa Fitriani 2200029242

Kelas : D

Judul Akhlak Terhadap Allah dan Rasulullah Saw


Nama Jurnal Jurnal Sulesana
Volume 11
Tahun 2017
Penulis Akilah Mahmud
Abstrak Ajaran Islam universal harus diamalkan dalam
kehidupan kepentingan individu, masyarakat, bangsa
dan negara. Berkaitan dengan penegakan hak dan
kewajiban seseorang terhadap Tuhan, rasul-Nya,
manusia dan lingkungannya. Khususnya pemenuhan
moralitas (hak dan kewajiban) dari segi pengetahuan,
sikap, tingkah laku, dan gaya hidup dengan kesadaran
tauhid kepada Allah SWT, bisa terbukti dengan berbagai
amal saleh, taqwa, ketaatan dan ibadah kepada Allah
SWT. Oleh karena itu, dalam mengatur kehidupan itu
perlu norma dan nilai, standar dan ukuran diperlukan
untuk menentukan secara objektif perilaku dan tindakan
yang dipilih adalah baik atau buruk, benar atau salah.
Mari kita lihat tidak hanya kepentingan pribadi, tetapi
juga kepentingan orang lain, kebaikan bersama,
kebaikan seluruh umat manusia
Pendahuluan Kata "khalaq" berarti menyelesaikan, membuat
atau mengambil keputusan tindakan. Secara
terminologi, akhlak tercermin dalam akhlak Allah SWT
yang salah satunya disebut pencipta manusia segumpal
darah; Allah SWT. Sebagai sumber ilmu yang
melahirkan kebijaksanaan kemanusiaan, pembebasan
dari ketidaktahuan, dan meletakkan fondasi terpenting
mendidik.
Selain itu, kata akhlak sangat akrab dalam
kehidupan kita, mungkin hampir semua orang
mengetahui arti kata “Akhlak” karena kata akhlak
Selalu dikaitkan dengan perilaku manusia. Namun,
untuk kejelasan dan
Secara meyakinkan, kata “Akhlak” masih perlu
dijelaskan secara bahasa dan terminologi. Oleh karena
itu, pengertian kata “Akhlak” tidak terbatas pada
kebiasaan praktis kita mendengarnya setiap hari, tetapi
sekaligus memahaminya secara filosofis, terutama
maknanya besar.
Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, yaitu
jama’ berasal dari kata “khuluqun”, yang secara bahasa
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau budi
pekerti, budi pekerti, budi pekerti, budi pekerti, tingkah
laku. Kata “akhlak” juga berasal dari kata “khlaqa” atau
“khalqun” yang berarti peristiwa, dan erat kaitannya
dengan “Khaliq” yang berarti ciptaan, perbuatan atau
tingkah laku, karena kata “al-Khaliq” berarti pencipta
atau dan “Makhluq”, artinya mencipta.
Dengan demikian, secara terminologi, pengertian
akhlak adalah perbuatan berhungan dengan tiga unsur
yang sangat penting yang terlibat, yaitu:
1. Kognitif yaitu pengetahuan dasar manusia yang
diperoleh melalui potensi intelektualnya.
2. Afektif yaitu pengembangan potensi berpikir
manusia melalui upaya analitis berbagai
peristiwa yang merupakan bagian dari
perkembangan ilmu pengetahuan.
3. Psikomotorik yaitu bentuk menerjemahkan
pemahaman rasional ke dalam tindakan nyata.
Konsep moral dalam Al-Qur'an salah satunya dapat
diturunkan dari pemahaman Al-Alaq 1-5 ayat Allah
SWT menciptakan manusia dan membebaskan manusia
dari kebodohan Perilaku (' alamal insana malam ya'lam).
Banyak sekali konsep akhlak dalam Al-Quran, salah
satunya dapat diambil dari surat Al-Alaq ayat 1-5 yang
secara tekstual menyatakan perbuatan Allah SWT dalam
menciptakan manusia sekaligus menciptakan manusia
dari kebodohan.
Mengutip perkataan Ibnu Miskawih (421 H/1030
M) yang dikenal sebagai pakar akhlak adalah sifat
didalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Sementara kutipan lain dari Imam Al-
Ghazali (1015-1111 M) yang dikenal sebagai hujjatul
islam (pembela Islam) mengatakan bahwa akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah,
tanpa perlu memikirkan pemikiran dan pertimbangan.
Kutipan selanjutnya yaitu mengutipn dari Barmawi
Umari, bahwa:
1. Akhlak berfungsi untuk mengetahui batas
antara baik dan buruk, dapat pula
menempatkan sesuatu pada tempatnya.
2. Berakhlak dapat memperoleh irsyad,taufik
dan hidayah, sedemikian sehingga kita akan
berbahagia di dunia dan akhirat.
Dalam setiap ajaran agama, terutama agama islam,
terdapat tokoh-tokoh penting bersejarah yang akhirnya
berdampak baik atau buruk pada kehidupan manusia.
Diantaranya adalah akhlaknya orang-orang yang dicatat
dalam kitab Al-Quran, yaitu sebagai berikut :
1. Nabi Ibrahim a.s.
2. Nabi Nuh a.s
3. Nabi Luth a.s.
4. Nabi Ayyub a.s.
5. Nabi Musa a.s.
6. Nabi Isa a.s.
7. Nabi Muhammad Saw.
Pembahasan Dalam ajaran Islam yang bersifat universal harus
bisa diaktualisasikan dalam kehidupan individu,
masyarakat, berbangsa dan bernegara secara maksimal.
Aktualisasi tersebut tentu terkait dengan pelaksanaan
hak dan kewajibannya kepada Tuhan, Rasul-Nya,
sesame manusia dan lingkungannya. Khusus pada
aktualisasi akhlak (hak dan kewjiban) seorang hamba
kepada Tuhannya terlihat dari pengetahuan, sikap,
perilaku dan gaya hidup yang dipenuhi dengan
kesadaran tauhid kepada Allah SWT, Hal itu bisa
dibuktikan dengan berbagai perbuatan amal shaleh,
ketaqwaan, ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT
secara ikhlas.
Menurut Abuddin Nata, minimal ada empat
alasan kenapa manusia harus berakhlak kepada Allah.
Pertama, karena Allah yang telah menciptakan manusia
(Q.S. At-Thariq ayat 4-7). Kedua, Karena Allah yang
telah memberikan perlengkapan pancaindra, berupa
pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati
sanubari, di samping anggota badan yang kokoh dan
sempurna kepada manusia.
Karena Allah yang telah menyediakan berbagai
bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan
hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan
sebagainya (Q.S. Al- Jatsiyah: 12- 13). Karena Allah
yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya
akan kemampuan menguasai daratan dan lautan, Q.S.
Al-Isra’: 70
Terjemahnya: “dan Sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di
lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan”.
Dari kesadaran terhadap hal tersebut lahirlah tingkah
laku dan sikap dari manusia kepada Allah SWT, akan di
kemukakan beberapa akhlak kepada Allah SWT, secara
lebih rinci yaitu:
1. Mensucikan Allah dan memuji-Nya, Q.S.Al-
Isra’: 44.
2. Bertawaakkal, berserah diri, kepada Allah. Dalam
Al-Qur’an perintah tawakkal kepada Allah
terulang dalam bentuk tunggal sebanyak sembilan
kali dan bentuk jamak sebanyak dua kali. Semua
didahului oleh perintah untuk melakukan sesuatu.
Dalam konteks tawakkal kepada Allah, manusia
harus mempercayakan diri kepada-Nya dalam
melaksanakan sesuatu pekerjan yang telah
direncanakan secara matang dan mantap. (Q.S
Al-Anfal ayat 61).
3. Berbaik sangka kepada Allah, bahwa yang datang
dari Allah kepada makhluknya hanya kebaikan,
Q.S. An-Nisa’: 79.
4. Beribadah hanya kepada Allah, Q.S. Al-An’am:
162.
5. Berdo’a khusus kepada Allah, Berdo’a artinya
meminta sesuatu kepada Sang Pencipta, agar apa
yang diupayakan atau sesuatu yang diinginkan
tercapai. Adapun diantara syarat-syarat
diijabahnya do’a seseorang oleh Allah sebagai
berikut; bersungguh dalam memanjatkan do’a;
penuh keyakinan do’anya diterima; berdo’a
khusyuk, memohon yang masuk akal, dilakukan
secara ikhlas, menjauhkan diri dari segala hal
yang dilarang oleh Allah.
6. Zikrullah, yaitu ingat kepada Allah. Dalam Islam,
manusia diperintahkan untuk selalu ingat kepada
Allah baik waktu lapang maupun waktu sempit,
baik waktu sendirian maupun waktu bersama-
sama, baik waktu sehat maupun waktu sakit, Zikir
yang disuruh dalam Islam tidak terbatas
jumlahnya atau zikir yang sebanyak-banyaknya.
Menurut Ibn Atha’, zikir itu dapat dibagi kepada
tiga bagian/bentuk, yaitu zikir jail, mengingat
Allah dalam bentuk ucapan lisan yang
mengandung arti pujian, syukur dan do’a kepada
Allah.yang lebih menampakkan suara jelas untuk
menuntun gerak hati, misalnya dengan membaca
kalimat tahlil, tahmid, takbir dan tasybih. Kedua,
zikir Kafi, zikir yang dilakukan secara khusyuk,
oleh ingatan hati, baik lisan maupun tidak.
Ketiga, zikir haqiqi, yaitu tingkatan zikir yang
paling tinggi yang dilakukan oleh seluruh jiwa
dan raga, lahiriah dan batiniah, kapan dan dimana
saja, dengan memperketat upaya untuk
memelihara seluruh jiwa raga dari larangan Allah
dan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.
7. Bersyukur kepada Allah, yaitu menyadari bahwa
segala nikmat yang ada merupakan karunia Allah
dan anugerah dari Allah semata. Sehingga, kalau
manusia mendapatkan nikmat, maka pergunakan
sesuai dengan yang diperintahkan Allah. Adapun
syukur itu dapat dikategorikan ke dalam tiga
bentuk. Pertama, syukur dengan hati, yaitu
manusia harus menyadari dengan kesadaran
mendalam bahwa seluruh nikmat datangnya dari
Allah, seraya memuji kebesaran Allah dengan
hatinya. Kedua, syukur dengan lisan, yaitu
dengan cara beramal shaleh, sesuai dengan
Firman-Nya, Q.S. An-Nahl: 53.
Kritik Isi Jurnal Kekurangan :
(Kelebihan/Kekuran Masih terdapat kesalahan penulisan (typo) dan
gan) penggunaan tanda baca yang kurang tepat. Beberapa
penjelasan mengenai akhlak kepada Allah Swt. tidak
diterangkan secara lengkap seperti memberikan contoh
gambaran perilaku akhlak kepada Allah Swt. pada
kehidupan sehari-hari.
Kelebihan :
Sistematika penulisan sudah cukup tersusun
dengan baik dan jelas, mulai dari judul artikel, nama
penulis, abstrak, pendahuluan, penjelasan, terdapat kata
kunci (keyword), footnote, kesimpulan serta daftar
pustaka. Pada bagian abstrak dipaparkan secara jelas,
bahwa jurnal ini membahas tentang akhlak kita sebagai
manusia kepada Allah Swt. dan Rasullullah SAW.
Penulis sudah menggunakan bahasa yang jelas sehingga
dapat mudah dipahami oleh pembaca awam dan juga
jurnal yang dibuat sudah mengikuti langkah-langkah
dan struktur jurnal yang baik dan benar.
Kesimpulan Terdapat kesimpulan dari jurnal yang berjudul
Akhlak Kepada Allah swt. Sebagai umat manusia yang
berakhlak kepada Allah swt. harus memiliki sikap
mensucikan Allah dan memuji-Nya, bertawakal,
berserah diri kepada Allah, berbaik sangka kepada
Allah, beribadah hanya kepada Allah, zikrullah atau
ingat kepada Allah, dan bersyukur kepada Allah.

Anda mungkin juga menyukai