Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“Pengendalian Intern”

Disusun oleh:
Nama : YULINAR SAPSUHA
Npm : 02272011089
Kelas : 4B Akuntansi
Mata Kuliah : Pengauditan 1

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
“PENGENDALIAN INTERN” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada Ibu Yustiana Djaelani yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah
disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Ternate, 27 Maret 2022

Yulinar Sapsuha
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..3
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….3
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………...........8
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………………….....9
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………………...9
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………..10
2.1 Definisi Pengendalian Intern………………………………………………………10
2.2 Hubungan Pengendalian Intern Dengan Ruang Lingkup (Scope)
Pemeriksaan………………………………………………………………………...13
2.3 Unsur-unsur Pengendalian Intern………………………………………………...13
2.4 Tujuan Pengendalian Intern……………………………………………………….16
2.5 Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas……………………………………….17
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………..19
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….19
3.2 Saran………………………………………………………………………………...19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengendalian internal yang sering juga disebut sebagai pengendalian manajemen
dalam pengertian yang paling luas mencakup lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan. Pengendalian
internal berfungsi sebagai lini depan untuk menjaga aktiva dan mendeteksi terjadinya
kesalahan, kecurangan, penyimpangan dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundangan-undangan (Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, 2007:72). Sistem
pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan
data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
(S.P. Hariningsih, 2006:129). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem
pengendalian internal sangat penting dalam menjaga asset perusahaan dan mencegah
terjadinya kecurangan yang disengaja oleh pihak tertentu.
Dalam buku Auditing dan Jasa Assurance jilid I (Alvin A. Arens, 2008:370)
menyebutkan bahwa manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam merancang sistem
pengendalian internal yang efektif yaitu: (1) reliabilitas pelaporan keuangan; (2) efesiensi
dan efektivitas operasi. (3) ketaatan pada hukum dan peraturan.
Manajemen merancang sistem pengendalian internal untuk mencapai ketiga tujuan
ini. Fokus auditor, baik dalam audit atas laporan keuangan maupun audit atas
pengendalian internal, tertuju pada pengendalian atas reliabilitas pelaporan keuangan
ditambah pengendalian atas operasi dan ketaatan pada hukum serta peraturan yang dapat
secara material mempengaruhi pelaporan keuangan. Fungsi dari auditor internal adalah
memeriksa secara langsung pengendalianpengendalian internal (internal controls) yang
dijalankan oleh perusahaan dan memberikan rekomendasi serta perbaikan-perbaikan atas
pengendalian internal ke arah yang lebih baik, dengan harapan tercapainya tujuan-tujuan
dari pengendalian internal tersebut (R.Dian Marisa, 2007).
Tanggung jawab atas pengendalian internal berbeda antara manajemen dan auditor.
Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan dan menyelenggarakan pengendalian
internal entitas. Manajemen juga diharuskan untuk melaporkan secara terbuka tentang
keefektifan pelaksanaan pengendalian tersebut. Sebaliknya, tanggung jawab auditor
mencakup memahami dan menguji pengendalian internal atas pelaporan keuangan
Auditor juga diwajibkan untuk menerbitkan laporan audit tentang penilaian manajemen
atas pengendalian internalnya, termasuk pendapat auditor mengenai keefektifan
pelaksanaan pengendalian tersebut (Alvin A. Arens, 2008:371).
Dari penjabaran diatas, dapat dilihat bahwa manajemen dan auditor internal memiliki
perannya masing-masing dalam menjaga efektivitas pengendalian internal. Manajemen
dan auditor internal harus saling bekerjasama untuk melihat sistem pengendalian internal
yang ada dalam suatu perusahaan sudah berjalan dengan semestinya atau tidak berjalan
dengan semestinya.
Pelaksanaan audit menjadi penting guna mengurangi risiko informasi. Risiko
informasi mencerminkan kemungkinan bahwa informasi yang melandasi keputusan risiko
bisnis ternyata tidak akurat. Penyebab yang mungin bagi risiko informasi ini adalah
kemungkinan tidak akuratnya laporan keuangan. (Alvin A. Arens, 2008:7).
Peran auditor internal menjadi sangat penting untuk mengurangi segala bentuk risiko
yang dapat terjadi dalam sebuah perusahaan. Risiko adalah ketidaktentuan atau
uncertainty yang mungkin melahirkan kerugian (Abbas Salim, 2007:4). Risiko muncul
ketika terdapat lebih dari satu kemungkinan hasil (outcome), dan hasil yang paling akhir
ini tidak dapat diketahui. Meskipun semua bisnis mengandung ketidakpastian, lembaga
keuangan menghadapi jenis-jenis risiko yang secara alamai muncul dari aktivitas yang
mereka jalankan. Tujuan dari setiap lembaga keuangan adalah untuk memaksimalkan
profit dan nilai tambah bagi pemegang saham dengan menawarkan berbagai bentuk
layanan keuangan, terutama dengan mengelola risiko (Ikhwan Abidin Basri, 2008:9).
Risiko dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara. Di antaranya, risiko dapat
dibedakan menjadi risiko bisnis dan risiko finansial. Risiko bisnis muncul secara alami
dari aktivitas bisnis yang dijalankan. Risiko bisnis berhubungan dengan faktor-faktor
yang memengaruhi pasaran produk. Sedangkan risiko finansial muncul dari kemungkinan
kerugian dalam pasar keuangan, yaitu akibat adanya perubahan pada variable-variabel
keuangan (Ikhwan Abidin Basri, 2008:9)
Risiko juga dapat dibedakan menjadi risiko sistematik dan risiko nonsistematik.
Sementara risiko sistematik berhubungan dengan keseluruhan pasar atau perekonomian,
risiko nonsistematik berhubungan dengan asset atau perusahaan yang spesifik. Sementara
risiko sistematik dapat dimitigasi dalam diversifikasi portofolio yang sangat luas, risiko
nonsistematik tidak dapat didiversifikasi. Namun demikian, sebagian risiko sistematik
dapat direduksi melalui teknik mitigasi dan pengalihan (transfer) risiko (Ikhwan Abidin
Basri, 2008:10)
Dari pemaparan diatas dapat kita lihat bahwa salah satu komponen pengendalian
internal harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko. Selain itu, penilaian risiko juga
sangat penting bagi perusahaan. Perusahaan harus dapat memprediksi risiko yang akan
ditanggung. Dalam hal ini enterprise risk management sangat dibutuhkan oleh
perusahaan untuk mencegah terjadinya risiko yang akan ditanggung. Dalam hal ini
auditor internal mempunyai peran yang sangat penting untuk mencegah atau
meminimalisir terjadinya risiko-risiko tersebut. Hiro Tugiman (1997:53) menyebutkan
bahwa pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal haruslah ditujukan pada
berbagai risiko yang berhubungan dengan kegiatan yang akan diperiksa. Tujuan dari
pemeriksaan risiko ini adalah untuk menentukan area yang penting dalam kegiatan yang
akan diperiksa.
Pengendalian internal harus terus dikontrol untuk mencegah terjadinya kehilangan
asset perusahaan dan atau terjadinya pencurian dan penyalahgunaan wewenang yang
menyebabkan kerugian pada sebuah perusahaan. Selain itu auditor internal juga harus
cermat dalam mengawasi segala bentuk kecurangan yang akan terjadi. Alvin A. Arens
(2010:337) menyebutkan bahwa munculnya penyimpangan intern disebabkan oleh tiga
kondisi, yaitu pertama tekanan/insentif, yaitu keadaaan dimana seorang karyawan atau
satu unit fungsi mendapat tekanan untuk mencapai suatu kondisi (goals) tertentu dari
manajemen yang lebih tinggi, kedua adanya kesempatan, dan ketiga adalah
sikap/rasionalisasi, yang berhubungan dengan sejumlah nilai etika, oleh top-management.
Integritas dan nilai etika merupakan unsur pokok dalam lingkungan pengendalian, yang
memengaruhi pendesainan, pengurusan, dan pemantauan komponen lain. Integritas
sangat mempengaruhi terjaganya lingkungan pengendalian suatu perusahaan.
Lingkungan pengendalian internal haruslah berjalan dengan baik agar aset
perusahaan dapat dilindungi. Apabila pengendalian internal sebuah perusahaan tidak
baik, maka dapat dipastikan aset dalam sebuah perusahaan tersebut juga tidak akan
terlindungi dengan baik. Beberapa permasalahan terkait pengendalian internal yang
kurang efektif dapat kita lihat dari beberapa di Indonesia, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) harus memiliki sistem pengendalian internal. Hal ini tertuang pada framework
COSO (internal control COSO) dalam pasal 22 Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-
177/MMBU/2002 tentang penerapan good governance pada Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa manajemen BUMN harus
memelihara internal control bagi perusahaan.
Merujuk dari pemaparan di atas pada kenyataanya Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) masih belum mampu menjaga sistem pengendalian internal yang baik. Forum
Indonesia untuk Transportasi Anggaran (Fitra) telah memaparkan BUMN dinilai sebagai
sarang korupsi dan merugikan Negara dikarenakan beberapa hal, khususnya pengendalian
intern yang amburadul (www.sindonews.com, Juli 2012). Koordinator Investigasi dan
Advokasi Seknas Fitra Uchok Sky Khadafi dalam keterangan tertulis pada sindo.news
menyatakan bahwa:
“Kelemahan sistem pengendalian intern, terbagi menjadi tiga, sistem pengendalian
akuntansi dan pelaporan, dimana pencatatannya tidak akurat dan proses penyusunan
laporan tidak sesuai ketentuan. Perencanaan tidak memadai, penyimpangan terhadap
perundang-undangan bidang teknis tertentu, kebijakan yang tidak tepat dan penerapan
kebijakan yang tidak tepat. Selain itu, kelemahan struktur pengendalian intern juga
berpengaruh terhadap penyelenggaraan BUMN. Tidak memiliki SOP yang formal, tidak
ada pemisahan tugas dan fungsi yang memadai”
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa BUMN masih belum
mempunyai sistem pengendalian internal yang memadai. Hal ini dapat kita lihat dari
fenomena berikut ini yaitu PT. Telkom Indonesia, Tbk mengalami pencurian kabel
tembaga 485 meter yang terjadi di jalan pahlawan dan surapati bandung yang merugikan
perusahaan senilai 400 juta rupiah (www.nasional.tempo.co, januari 2015). Sebelumnya
PT. Telkom Indonesia, Tbk juga telah pernah mengalami hal serupa yaitu pencurian
kabel di Telkom Malang. Seperti yang dipaparkan oleh Deputy General Manager
Kandatel Telkom Malang, Gunawan Rismayadi, “jumlah kasus pencurian kabel telepon
tercatat sebanyak 45 kali. Lokasi pencurian sebagian besar berada di wilayah Malang
Selatan yang merupakan kawasan pegunungan. Akibat dari peristiwa ini Kantor Daerah
Telkom (Kandatel) Malang merugi hampir Rp 1 miliar akibat pencurian kabel telepon
yang terjadi dalam kurun waktu Januari-Juli 2007. Kalkulasi nilai kerugian tersebut
dihitung dari hilangnya biaya sambungan percakapan dan penggantian kabel”
(www.nasional.tempo.co, Agustus 2007).
PT Industri Telekomunikasi Indonesia (PT INTI) yang mana tanggal 25 biasanya
gaji dibayarkan namun pembayaran gaji kepada karyawan mengalami keterlambatan
sejak awal januari 2015 sehingga sampai pada akhir bulan Juni 2015 para karyawan
belum menerima hak nya padahal mereka telah melakukan kewajiban mereka sebagai
karyawan di PT INTI.
Hal itu menyebabkan sekitar 500 karyawan perusahaan tersebut menggelar aksi
demonstrasi yang berisi pemenuhan hak dasar berupa gaji, pembayaran THR, uang
pensiun, dan cuti guna mengingatkan dewan direksi atas keterlambatan penggajian yang
terjadi di PT INTI. di pelataran Gedung PT INTI, Kota Bandung, aksi demonstrasi
karyawan dari berbagai divisi ini dimotori oleh beberapa karyawan yang merangkap
aktivis Serikat Pekerja.(www.koran–sindo.com, 03 Juli 2015). Hal ini mencerminkan
bahwa sistem pengendalian internal pada perusahaan PT INTI masih kurang memadai,
karena masih terdapat permasalahan dalam hal pengendalian internal khusunya
pengendalian internal pada penggajian Selain permasalahan diatas, fenomena mengenai
sistem pengendalian internal yang kurang baik juga termuat dalam Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester II 2014 (IHSP BPK). Disebutkan bahwa pada Semester II Tahun
2014, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah melakukan pemeriksaan terhadap 651
objek pemeriksaan, yaitu 135 objek pemeriksaan pada pemerintah pusat, 479 objek
pemeriksaan pada pemerintah daerah dan BUMD, serta 37 objek pemeriksaan pada
BUMN dan badan lainnya. Berdasarkan jenis pemeriksaannya, sebanyak 73 merupakan
objek pemeriksaan keuangan, 233 objek pemeriksaan kinerja, dan 345 objek Pemeriksaan
dengan tujuan tertentu (PDTT).
Hasil pemeriksaan BPK tersebut dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) yang memuat temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. Setiap temuan dapat terdiri
dari satu atau lebih permasalahan, seperti kelemahan sistem pengendalian intern (SPI),
ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengakibatkan
kerugian negara/ daerah atau kerugian negara/ daerah yang terjadi pada perusahaan milik
negara/ daerah, potensi kerugian negara/ daerah atau potensi kerugian negara/ daerah
yang terjadi pada perusahaan milik negara/ daerah, kekurangan penerimaan,
penyimpangan administrasi, ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan.
Istilah ‘permasalahan’ yang merupakan pokok masalah dari temuan pemeriksaan di sini
tidak selalu berimplikasi hukum atau berdampak finansial.
Beberapa penelitian mengenai Auditor Internal, Enterprise Risk Management, dan
Efektifitas Pengendalian Internal telah banyak dilakukan. Arifin Nugroho (2009)
melakukan penelitian yang berjudul peranan audit internal dalam menunjang efektivitas
pengendalian intern penjualan ekspor (studi kasus pada PT. Trisula Garmindo
Manufacturing) menemukan hasil penelitian bahwa peranan auditor internal berpengaruh
signifikan terhadap efektivitas penjualan artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara
kualifikasi auditor internal terhadap efektivitas penjualan.
Sedangkan pengendalian internal penjualan berpengaruh signifikan terhadap
efektivitas penjualan artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara pengendalian
internal penjualan terhadap efektivitas penjualan. Synthia Dewi (2014) melakukan
penelitian mengenai efektivitas pengendalian internal pada bank perkreditan rakyat jawa
barat dan menemukan hasil bahwa terdapat pengaruh signifikan peran auditor internal
terhadap efektivitas pengendalian internal.
Fitrina Amalia (2007) melakukan penelitian mengenai efektivitas pengendalian
internal dalam skripsinya yang berjudul pengaruh penerapan manajemen risiko
operasional terhadap efektivitas pengendalian intern (penelitian deskriptif pada PT.
Pupuk Sriwidjaja) hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa pengelolaan manajemen
risiko operasional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas pengendalian
intern sedangkan faktor-faktor lain di luar pengelolaan manajemen risiko operasional
seperti risiko likuiditas, risiko pasar, risiko reputasi, kebijakan prosedur yang diterbitkan
manajemen, kepatuhan terhadap prosedur yang juga memiliki pengaruh terhadap
efektivitas pengendalian intern.
Hendra Nur Rahmatullah Kartiwa (2013) melakukan penelitian mengenai efektivitas
pengendalian internal dalam skripsinya yang berjudul pengaruh kesuksesan penerapan
sistem informasi akuntansi persediaan terhadap efektivitas pengendalian internal
persediaan (penelitian pada Distribution Store di Kota Bandung) hasil penelitian tersebut
mengatakan bahwa terdapat pengaruh positif dari kesuksesan penerapan Sistem Informasi
Akuntansi persediaan terhadap efektivitas pengendalian internal persediaan pada 36
Distribution Store yang telah memiliki hak cipta di Kota Bandung.
Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah dipaparkan diatas yang membedakan
dengan penelitian terdahulu adalah penelitian sebelumnya kebanyakan hanya meneliti
pada salah satu BUMN atau satu perusahaan saja. Sedangkan pada penelitian ini subjek
penelitiannya dibeberapa BUMN yang berkantor pusat di Bandung. Selain itu pada
penelitian sebelumnya tidak menggunakan variabel moderating yang memperkuat
pengaruh variabel X terhadap Y. Pada penelitian ini peneliti menggunakan variabel
moderating yaitu enterprise risk management.
Berdasarkan uraian dan fenomena di atas, maka alasan memilih topic penelitian ini
adalah karena peniliti tertarik dengan fenomena yang telah dipaparkan sehingga peneliti
bermaksud meneliti mengenai efektivitas pengendalian internal di BUMN yang berkantor
pusat di kota Bandung.

1.2 Rumusan Masalah


Mengacu pada latar belakang diatas, maka penelitian ini bermaksud menguji:
1. Apakah peran auditor internal berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian
internal?
2. Apakah enterprise risk management dapat memperkuat pengaruh peran auditor
internal terhadap efektivitas pengendalian internal?
1.3 Tujuan
Merujuk pada rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh peran auditor internal terhadap efektivitas
pengendalian internal.
2. Untuk mengetahui apakah enterprise risk management dapat memperkuat
pengaruh peran auditor internal terhadap efektivitas pengendalian internal.

1.4 Manfaat
Adapun dari penelitian ini diharapkan akan memiliki kegunaan bagi aspek dan pihak-
pihak yang terkait yaitu :
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti mengenai
pengendalian internal dan faktor-faktor yang memengaruhi efektifnya suatu
pengendalian internal.
2. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain misalnya sebagai
acuan ataupun pedoman untuk penelitian yang akan datang mengenai pengendalian
internal pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi pengendalian internal


Jika mendengar kata Pengendalian intern (internal)apa yang terlintas dalam pikiran
kita? secara sederhana pengertian pengendalian internal sering diartikan sebagai suatu
mekanisme pemeriksaan internaluntuk memastikan tercapainya suatu tujuan organisasi.
contoh jika pergi belajar ke sekolah atau perguruan tinggi, tentu tujuannya adalah sampai
di sekolah dengan tepat waktu sehingga tidak ketinggalan pelajaran. Kontrol apa yang
kita miliki agar mencapai tujuan tepat waktu disekolah? tentu bangun tepat waktu,
bagaimana caranya dengan memasang alarm, dan memeriksa apakah buku pelajaran yang
akan dibawa sesuai dengan mata pelajaran hari ini. dari contoh sederhana ini dapat
diambil kesimpulan bahwa pengendalian internalmerupakan hal yang kita lakukan untuk
memastikan bahwa apa yang kita inginkan benar-benar terjadi dan apa yang tidak kita
inginkan tidak terjadi.
Pengertian pengendalian internal (internal control)adalah merupakan semua
elemen dari sebuah organisasi yang diambil bersama-sama dalam mencapai tujuan
organisasi, atau tindakan yang dapat meningkatkan kemungkinan mencapai tujuan
perusahaan. Dalam teori akuntansi dan organisasi, pengendalian interndidefinisikan
sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi
informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau
objektif tertentu. Internal Control merupakan suatu cara untuk mengarahkan,
mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk
mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya atau
aset. dijelaskan bahwa manajemen harus melakukan proses Audit Pengendalian
internal,tujuannya untuk memastikan apakah bawahannya telah melaksanakan
tugasnya sesuai dengan sistem dan prosedur sehingga terhindar dari
kemungkinan adanya kecurangan.
Pengertian pengendalian yang dikemukakan oleh Bedford, dkk (1990:4) adalah
mengarahkan seperangkat variable (mesin, manusia, peralatan) kearah tercapainya suatu
tujuan. Gagasan untuk mengarahkan variable atau seperangkat variable menuju sasaran
merupakan hal yang mendasari semua proses pengendalian. Dalam organisasi, manusia
merupakan hal yang harus diarahkan, dituntun atau diarahkan untuk mencapai tujuan.
Pengertian system pengendalian intern menurut Bambang Hartadi (1999:2) adalah
sistem Pengendalian Intern mempunyai beberapa pengertian, yaitu Sistem Pengendalian
Intern dalam arti sempit dan dalam arti luas. Sistem pengendalian intern dalam arti
sempit, sama dengan pengertian internal check yang merupakan prosedur-prosedur
mekanisme untuk memeriksa ketelitian data-data administrasi. Sedangkan dalam arti
luas, Sistem pengendalian intern dapat dipandang sebagai sistem sosial (social system)
yang mempunyai wawasan/ makna khusus yang berada dalam organisasi bank.
Lebih lanjut AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) menurut
Bambang Hartadi (1999:5) memberi definisi sebagai berikut, sistem pengendalian Intern
meliputi struktur organisasi, semua metode dan ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi
yang dianut dalam bank untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian, dan
seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan
mendorong ditaatinya kebijakan bank yang telah ditetapkan.
Pengendalian internal merupakan salah satu alat bagi manajemen untuk memastikan
bahwa kegiatan perusahaan telah sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ada
sehingga operasi perusahaan dapat berjalan lancar, aktiva perusahaan dapat terjamin
keamanannya, dan kecurangan serta pemborosan dapat dicegah.
Agar pengendalian intern dapat berjalan dengan baik, maka harus meliputi prosedur
yang dapat menemukan atau memberi isyarat bahwa pengendalian bisa dilaksanakan.
Prosedur ini harus dijalankan oleh orang-orang yang bebas dari pertanggungjawaban atas
transaksi-transaksi atau kekayaan yang dipercayakan kepadanya.

Definisi internal control menurut COSO


Definisi atau pengertian internal control menurut COSO yang saya kutip dalam
bahasa inggris adalahsebagai berikut."Definition internal control is broadly defined as
a process, effected by an entity's board of directors, management, and other
personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of
objectives relating to operations, reporting, and compliance"jika diterjemahkan
menggunakan terjemahan bebas maka Definisiatau pengertianInternal Controlmenurut
cosoadalahsuatu proses, dipengaruhi oleh Dewan Direksi, manajemen, dan personil
lainnya, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian
tujuan Organisasi berupa efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan,
dan kepatuhan terhadap peraturan dan hukum yang berlaku. Manajemen
merencanakan, mengorganisasi, dan mengarahkan tindakan yang memadai untuk
memberikan kepastian yang dapat diterima mengenai pencapaian tujuan perusahaan.
Pengertian pengendalian internal menurut para ahli
Berikut ini adalah beberapa pengertian pengendalian internal (internal control)
menurut para ahlidari bahasa inggris yang telah diterjemahkan kedalam bahasa
indonesia menggunakan terjemahan bebas dan pendapat dari para ahlidi Indonesia,
diantaranya:
Menurut Warren Reeve Fess Controlmerupakan seluruh kegiatan untuk
mengarahkan operasi mereka, melindungi aktiva dan mencegah penyalahgunaan
sistem dalam perusahaan (Warren Reeve Fess, 2005:226).
Menurut Baridwan Definisi Sistem pengendalian interndalam arti yang luas adalah
meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan
yang digunakan didalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan
harta milik perusahaan, memajukan efisiensi di dalam operasi, dan membantu
menjaga dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu
(Baridwan, 2001:13).
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia Pengendalian internaladalah sistem yang
meliputi organisasi semua metode dan ketentuan yang terorganiasi yang dianut
dalam suatu perusahaan untuk melindungi harta miliknya, mencek kecermatan dan
keandalan data akuntansi serta meningkatkan efisiensi usaha (IAI, 2007:39).
Krismaji menyebutkan pengertian pengendalian internal (internal control)
adalahrencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga atau
melindungi aktiva, dan menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya
(Krismiaji, 2010:218).
Menurut Harahap, (2000:117) pengendalian intern adalahsebagai berikut:
”Pengendalian internmencakup struktur organisasi dan seluruh metode serta prosedur
yang terkoordinir yang ditetapkan oleh perusahaan untuk mengamankan hartanya,
mencek ketelitian dan kepercayaan terhadap data akuntansi, mendorong kegiatan
agar efisiensi dan mengajukan untuk mentaati kebijakan perusahaan (Harahap,
2000:117).
Menurut Valery G. Kumaat, “Pengendalian Internal adalah rencana, metoda,
prosedur, dan kebijakan yang didesain oleh manajemen untuk memberi jaminan yang
memadai atas tercapainya efisiensi dan efektivitas operasional, kehandalan pelaporan
keuangan, pengamanan terhadap aset, ketaatan/kepatuhan terhadap undang-undang,
kebijakan dan peraturan lain”.
Menurut Dasaratha V. Rama, “Pengendalian intern (internal control) adalah suatu
proses, yang dipengaruhi oleh dewan direksi entitas, manajemen, dan personel lainnya,
yang dirancang untuk memberikan kepastian yang beralasan terkait dengan pencapaian
sasaran kategori sebagai berikut: efektivitas dan efisiensi operasi; keandalan pelaporan
keuangan; dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”.

2.2 Hubungan Penendalian Intern Dengan Ruang Lingkup (Scope) Pemeriksaan


Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya
kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar. Bagi
akuntan publik, hal tersebut menimbulkan resiko yang besar, dalam arti resiko untuk
memberikan opini tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hatidalam
melakukan pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang
mendukung pendapat yang diberikannya.
Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman dan evaluasi atas
pengendalian intern perusahaan, auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak
berjalan efektif, maka auditor harus memperluas scope pemeriksaannya pada waktu
melakukan substantive test.
Misalnya:
1. Pada waktu mengirim konfirmasi piutang, jumlah konfirmasi yang dikirimkan
harus lebih banyak.
2. Pada waktu melakukan observasi atas stock opname, tes atas perhitungan fisik
persediaan harus lebih banyak.

2.3 Unsur –unsur pengendalian internal


1. Pengendalian LingkunganPembentukan suasana organisasi serta memberikan
kesadaran tentang perlunya pengendalian bagi suatu organisasi, yang
merupakan dasar bagi semua komponen pengendalian internal lain yang
melahirkan hierarki dalam membentuk struktur organisasi. Lingkungan
pengendalian memiliki tujuh komponen, antara lain:
a. Integritas dan nilai-nilai etis
b.Komitmen terhadap kompetensi
c.Filosofi dan gaya operasi manajemen
d.Partisipasi dewan komisaris dan komite pemeriksaan
e.Struktur organisasi
f. Kebijakan dan praktik SDM
g. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
2. Penilaian Resiko
Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dalam
mengidentifikasi dan menganalisis resiko yang menghambat perusahaan
dalam mencapai tujuannya. Berikut ini adalah lima hal kenapa penilaian resiko
sangat penting adalah:
a. Bidang baru bisnis yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum
pernah diterapkan sebelumnya
b. Perubahan standar akuntansi
c. Hukum dan peraturan baru
d. Perubahan yang terkait revisi sistem dan teknologi baru
e.Pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi tugas
3. Pengendalian AktivitasKebijakan dan prosedur yang dimiliki oleh manajemen
untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa manajemen telah
melakukan sebagai mana seharusnya. Pengendalian aktivitas meliputi lima
komponen sebagai berikut:
a.Pemisahan tugas yang memadai
b. Otorisasi yang sesuai atas transaksi dan aktivitas
c. Dokumen dan catatan yang memadai
d. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan
e. Pemeriksaan kinerja secara independen
4. Informasi dan KomunikasiDiperlukan untuk semua tingkatan manajemen
organisasi untuk mengambil keputusan, laporan keuangan dan mengetahui
kepatuhan terhadap kebijakan yang ditentukan oleh perusahaan sebelumnya.
Proses informasi dan komunikasi meliputi:
a. Memulai, mencatat, memproses dan melaporkan transaksi suatu entitas di
perusahaan.
b. Mempertahankan akuntabilitas aktiva terkait.
5. MonitoringMerupakan sebuah proses penilaian berkelanjutan dan periodik
pelaksanaan internal apakah sudah terlaksana dengan baik dan telah
dimodifikasi sesuai dengan perubahan kondisi terhadap kualitas kinerja sistem
pengendalian internal.Sedangkan dalam PP No. 60 tahun 2008 terdapat lima unsur
dari pengendalian internal pemerintahan yaitu:
1. Pengendalian Lingkungan
2. Penilaian Resiko
3. Kegiatan Pengendalian
4. Informasi dan Komunikasi
5. Pemantauan Pengendalian Internal
Penjelasan dari lima poin unsur pengendalian internal pemerintahan diatas
adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian LingkunganPimpinan instansi pemerintah wajib menciptakan
dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif
dan kondusif untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan
kerjanya melalui:
a. Penilaian integritas dan nilai etika
Penilaian integritas dan nilai etika meliputi:
b. Komitmen terhadap kompetensi
c. Kepemimpinan yang kondusif
d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat Pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab mencakup: wewenang diberikan kepada
pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggung jawabnya dalam
rangka pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.
f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber
daya manusia
g. Perwujudan peran aparat dalam pengawasan intern pemerintah yang efektif
h. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait Mencakup
diwujudkan dengan adanya mekanisme saling uji antar Instansi
Pemerintah terkait.
2. Penilaian Resiko
a. Identifikasi Resiko
b. Analisis Resiko
3. Kegiatan Pengendalian
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian
sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah yang bersangkutan. Kegiatan pengendalian mencakup:
a.Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan
b.Pembinaan sumber daya manusia
c.Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi
4.Informasi dan Komunikasi
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan
mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat.
5.Pemantauan Pengendalian Internal

2.4 Tujuan Pengendalian Internal


Menurut Haryono (2001: 4) mengemukakan tujuh prinsip pengendalian internal yang
pokok, yaitu:
1. Penetapan tanggungjawab secara jelas.
2. Penyelenggaraan pencatatan perusahaan.
3. Pengasuransian kekayaan dan karyawan perusahaan
4. Pemisahan peralatan dan penyimpanan aktiva.
5. Pemisahan tanggungjawab atas transaksi yang berkaitan.
6. Pelaksanaan pemeriksaan secara independen.
7. Pemakaian peralatan mekanis bila memungkinkan.
Dari pendapat tersebut di atas, maka masing-masing tujuan dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Mengamankan harta perusahaan.
2. Harta perusahaan perlu diamankan dari segala kemungkinan yang
merugikan, kecurangan dan sebagainya. Dan untuk mengawasi kemungkinan
tersebut, maka perlu dirancang berbagai metode dan cara-cara tertentu untuk
mencegah terjadinya hal-hal di atas.
3. Menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi perusahaan. Catatan akuntansi
harus terus-menerus diuji coba (internal check), agar kebenaran data
akuntansi dapat di pertahankan. Untuk melaksanakan uji coba tersebut,
maka perlu dipisahkan berbagai fungsi yang ada dalam struktur organisasi
perusahaan terutama yang menyangkut transaksi keuangan.
4. Meningkatkan efisiensi operasi perusahaan. Dengan menggunakan
metode dan prosedur untuk mengendalikan pemeliharaan, yaitu dengan
menyusun pengendalian, pemeriksaan intern akan menjadi alat yang efisien
untuk mengendalikan pemeliharaan dengan tujuan akhir menciptakan efektifitas.
5. Ketaatan pada kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pimpinan
perusahaan. Kebijaksanaan pimpinan yang telah ditetapkan dengan surat
keputusan, juga memerlukan berbagai aktivitas pengeluaran dan penerimaan
dari pendapatan.

2.5 keterbatasan Pengendalian Intern Entitas


Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya, pengendalian intern hanya
dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris berkaitan
dengan pencapaian tujuan pengendalian intern entitas. Kemungkinan pencapaian tersebut
dipengaruhi oleh keterbatasan bawaan yang melekat dalam pengendalian intern. Hal ini
mencakup kenyataan bahwa pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat
salah dan bahwa pengendalian intern dapat rusak karena kegagalan yang bersifat
manusiawi tersebut, seperti kekeliruan atau kesalahan yang sifatnya sederhana.
Disamping itu pengendalian dapat tidak efektif karena adanya solusi diantara dua orang
atau lebih atau manajemen mengsampingkan pengendalian intern.
Faktor lain yang membatasi pengendalian intern adalah biaya pengendalian intern
entitas tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut.
Meskipun hubungan manfaat biaya merupakan kriteria utama yang harus
dipertimbangkan dalam pendesainan pengendalian intern, pengukuran secara tepat biaya
dan manfaat umumnya tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, manajemen melakukan
estimasi kualitatif dan kuantitatif serta pertimbangan dalam menilai hubungan biaya
manfaat tersebut.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan memperhatikan apa yang telah dikemukakan diatas mengenai tujuan
pengendalian intern, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pengendalian intern
bukan hanya merupakan prosedur untuk memeriksa dan menganalisa ketelitian data
akuntansi, tetapi juga meliputi semua metode dan kebijakan yang digunakan
perusahaan dalam mengendalikan jalannya operasional perusahaan agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem
pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu pengendalian Intern Akuntansi
(Preventive Controls)dan pengendalian intern administratif (Feedback Controls).
Pengendalian intern akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang
tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan dan memeriksa keakuratan data
akuntansi. Contoh: adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit
organisasi. Pengendalian administratif dibuat untuk mendorong dilakukannya
efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakkan manajemen (dikerjakan setelah
adanya pengendalian akuntansi) Contoh: pemeriksaan laporan untuk mencari
penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan.

3.2 Saran
Jadi pengendalian internal sangatlah penting dalam kehidupan suatu perusahaan agar
kita bisa memeriksa dan menganalisis ketelitian data akutansi,semua metode dan
kebijakan yang digunakan perusahaan dalam mengendalikan jalannya operasioanal
perusahaan agar dapat mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Daftar Pustaka
http://nanangbudianas.blogspot.co.id/2013/02/tujuan-dan-unsur-unsur-intern-control.html
https://ovioktaviadewi.wordpress.com/2012/06/27/inter-control/
https://ovy19.wordpress.com/2009/11/04/pengendalian-intern/

Anda mungkin juga menyukai