Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

CARA PANEN TANAMAN KARET

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Teknologi Budidaya Kelapa
Sawit dan Karet yang diampu oleh dosen :

Ir. Edward Bahar, MP., Ph.D

Oleh kelompok IV

Laisa Masfufah : 2027112


Muhammad Soleh : 2027015
Rejeki Franciskus Simbolon : 2027003
Riswandi : 2027049
Safner : 2027038
Windra : 2027019

UNIVERSITAS PASIR PANGARAIAN

FAKULTAS PERTANIAN

AGROTEKNOLOGI
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Makalah Pengendalian Hama Sawit ini dapat diselesaikan sesuai
waktu yang dijadwalkan. Makalah ini disusun dengan harapan dapat membantu mahasiswa
untuk lebih mudah mempelajari Teknologi Budidaya Kelapa Sawit dan Karet

Pembahasan yang ada dalam Makalah ini disusun menyesuaikan dengan apa yang
telah dipelajari dalam Mata Kuliah Teknologi Budidaya Kelapa Sawit dan Karet. Kami
menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan Makalah Cara Panen Tanaman
Karet. Segala macam kritikan yang membangun dan saran dari semua pihak akan dihargai
dan diterima dengan lapang hati. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakainya.

Pasir Pengaraian, 13 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................5
C. Tujuan................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6
MORFOLOGI TANAMAN KARET.....................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................10
PEMBAHASAN......................................................................................................................10
TEKNIS PEMANENAN PADA TANAMAN KARET..................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, yaitu 3.4 juta
hektar mengungguli Thailand sebagai negara penghasil karet tertinggi pertama dunia yang
hanya memiliki luas lahan penanaman 2.4 juta hektar. Tingkat produktivitas tanaman karet
rata-rata di Indonesia pada tahun 2007 baru mencapai 996 kg/ha/thn. Tingkat produktivitas
rata-rata tanaman karet Indonesia ini masih lebih rendah dibandingkan Thailand, yaitu 1 675
kg/ha/thn. Tanaman karet (Hevea brassiliansis L.) merupakan tanaman komoditas
perkebunan yang memiliki prospek pengembangan yang cukup baik bagi pertanian di
Indonesia. Komoditas karet sebagai salah satu penyumbang devisa non migas bagi Indonesia,
sehingga tanaman karet sangat diperhatikan dalam hal meningkatkan devisa bagi negara.
Komoditas karet mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia.
Pertama, lateks merupakan bahan baku industri kesehatan, kendaraan, alat olahraga,
perlengkapan pakaian, dan perlengkapan rumah tangga. Pasokan karet yang kontinu ikut
menjaga kestabilan harga barang-barang industri tersebut. Kedua, sebagai salah satu
komoditas pertanian andalan ekspor nonmigas, komoditas karet memiliki prospek yang baik
sebagai sumber perolehan devisa maupun pajak. Ketiga, dalam proses produksi maupun
pengolahan juga mampu menciptakan kesempatan kerja dan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Komoditas karet sebagai salah satu komoditi tanaman perkebunanmempunyai peranan
yang penting dalam program pembangunan ekonomi Indonesia. Luas areal untuk tanaman
karet di Indonesia yang merupakan terbesar di dunia memiliki luas sebesar 3,4 juta hektar,
diikuti Thailand seluas 2,6 juta hektar dan Malaysia 1,02 juta. Karet merupakan salah satu
komoditi perkebunan yang penting bukan hanya dari segi ekonomi tetapi juga dari segi
sosial, karena disamping sebagai sumber devisa negara tetapi juga sebagai sumber
penghasilan bagi keluarga petani. Lateks yang dihasilkan dari tanaman karet selain
dimanfaatkan getahnya sebagai lateks, dari kayu dan bijinya pun dapat dimanfaatkan. Kayu
karet dapat digunakan sebagai industri meubel, sedangkan biji karet dapat diolah menjadi
tepung biji karet sebagai campuran makanan. Umumnya tanaman karet yang paling banyak
dimanfaatkan adalah getahnya.
Tanaman karet disadap agar getah karet dapat keluar, biasanya hasil sadapan karet
berupa lateks cair, cup-lump, lump tanah, dan screp. Tujuannya agar lateks yang dihasilkan
bermutu, maka perlu adanya beberapa cara agar menjadikan lateks tersebut berkualitas baik.
Terdapat beberapa cara teknis agar latek memiliki mutu yang baik, yaitu tidak boleh
ditambahkan bahan-bahan non karet, dibekukan dengan asam semut dangan dosis yang tepat,
segera digiling dalam keadaan segar, dan disimpan ditempat yang teduh dan terlindung serta
tidak direndam. Selain hal tersebut langkah yang dapat dilakukan agar lateks yang dihasilkan
memiliki kualitas dan kuantitas yang bermutu dengan melakukan teknik pemanenan dengan
tepat serta sesuai dengan pedoman yang ada. Uraian diatas melatarbelakangi pembuatan
makalah mengenai panen tanaman karet.
B. Rumusan Masalah
1). Apa saja alat – alat yang digunakan pada saat penyadapan karet?
2). Bagaimana kriteria / ciri fisik tanaman karet yang siap panen?
3). Bagaimana cara memanen / menyadap karet yang baik dan benar?

C. Tujuan
1). Untuk mengetahui alat – alat yang digunakan pada saat menyadap karet beserta fungsinya.
2). Untuk mengetahui kriteria / ciri fisik tanaman karet siap panen.
3). Untuk mengetahui cara memanen / menyadap karet yang baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

MORFOLOGI TANAMAN KARET


Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet
adalah pada zona antara 15º LS dan 15º LU. Bila di tanam di luar zona tersebut, akan
mengakibatkan pertumbuhannya lebih lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih
lambat (Setyamidjaja, 1993).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi
pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki
percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh
tanamannya agak miring kearah Utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal
lateks (Anonim, 1999).
Memang, tanaman karet tergolong mudah diusahakan. Apalagi kondisi Negara Indonesia
yang beriklim tropis, sangat cocok untuk tanaman yang berasal dari Daratan Amerika Tropis,
sekitar Brazil. Hampir di semua daerah di Indonesia, termasuk daerah yang tergolong kurang
subur, karet dapat tumbuh baik dan menghasilkan lateks. Karena itu, banyak rakyat yang
berlomba-lomba membuka tanahnya untuk dijadikan perkebunan karet.
Luas lahan karet yang dimiliki Indonesia mencapai 2,7-3 juta hektar. Ini merupakan lahan
karet yang terluas di dunia. Perkebunan karet yang besar banyak diusahakan oleh pemerintah
serta swasta. Sedangkan perkebunan-perkebunan karet dalam skala kecil pada umumnya
dimiliki oleh rakyat.
Menurut Cahyono, dalam ilmu tumbuhan, tanaman karet diklasifikasikan sebagai berikut :
(Cahyono, 2010).
Kingdom/Philum : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub divisi : Angiospermae (biji berada dalam buah)
Kelas : Dycotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiales
Genus : Hevea
Spesies : Hevea bransiliensis

1. LATEKS
Getah karet atau lateks sebenarnya merupakan suspensi koloidal dari air dan bahan-bahan
kimia yang terkandung di dalamnya. Bagian-bagian yang terkandung di dalamnya. Bagian-
bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara homogen
atau merata di dalam air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya
sehingga dapat menembus saringan.
Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen pertama adalah
bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara merata,
biasa disebut serum. Bahan-bahan bukan karet yang larut dalam air, seperti protein, garam-
garam mineral, enzim, dan lain-lain termasuk ke dalam serum. Komponen kedua adalah
bagian yang didispersikan atau dipancarkan. Komponen kedua ini terdiri dari butir-butir karet
yang dikelilingi lapisan tipis protein (Tim Penulis, 1999).
Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang baik. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, diantaranya adalah : (Setyamidjaja,
1993).
1. Faktor di kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon,dan lain-lain)
2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau keadaan
lateks tidak stabil)
3. Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik terbuat
dari alumunium atau baja tahan karat)
4. Pengangkutan (gunjangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu)
5. Kualitas air dalam pengolahan
6. Bahan-bahan kimia yang digunakan
7. Komposisi lateks

1.1. Sifat kimia lateks


Setiap bagian pohon karet jika dilukai jika dilukai akan mengeluarkan getah susu yang
disebut lateks. Banyak tanaman jika dilukai atau disadap mengeluarkan cairan putih yang
menyerupai susu, tetapi hanya beberapa jenis pohon saja yang menghasilkan karet. Diantara
tanaman tropis hanya Hevea Brasiliensis ( Family Euphorbiaceace) yang telah dikembangkan
dan mencapai tingkat perekonomian yang penting.
Komposisi lateks Hevea Brasiliensis dapat dilihat jika lateks disentrifugasi dengan kecepatan
18.000 rpm, yang hasilnya adalah sebagai berikut : ( Zuhra, 2006)
1. Fraksi lateks (37%) : karet (isoprene), protein, lipida dan ion logam
2. Fraksi Frey Wissling (1-3%) : karotenoid, lipida, air, karbohidrat, protein dan
turunannya.
3. Fraksi serum (48%) : senyawaan nitrogen, asam nukleat, dan nukleotida, senyawa
organik, ion anorganik dan logam.
4. Fraksi dasar (14%) : air, protein dan senyawa nitrogen, karet dan karatenoid, lipida dan
ion logam .

1.2. Sistem sadap dan sistem eksploitasi


Penyadapan adalah upaya mengeluarkan lateks pada tanaman karet dengan cara mengiris
sebagian kulit batang sedemikian upa sehingga sebagian besar sel pembuluh lateks yang
terdapat di dalamnya tepotong dengan tanpa mesrusak kambium. Di dalam penyadapan di
kenal istilah sistem sadap dan sisem eksploitasi. Sistem sadap adalah cara penyadapan yang
di lakukan dalam satu priode tertentu, sedangkan sistem eksploitasi adalah serangkaian sistem
sadap yang di terapkan sepanjang satu siklus produksi tanaman karet (20-25 tahun)
(Pademikum, 2014). Untuk mendapatkan hasil olah karet yang bermutu baik, syarat yang
harus dipenuhi adalah tingkat kebersihan lateks dan penanganan pengumpulan lateks hasil
penyadapan di kebun (Cahyono, 2010).
Sedapat mungkin harus diusahakan semua lateks dapat diangkut ke pabrik pusat, agar dapat
dilakukan pencampuran lateks dari semua bagian kebun dalam satu atau beberapa bak
pencampur di pabrik, sehingga dapat diharapkan hasil yang seragam. Jika keadaan tempat
memaksa untuk dilakukan koagulasi dikebun, jumlah lateks yang dikoagulasi sedapat
mungkin harus dibatasi. Cara terakhir inidilaksanakan kalau lateks akan diolah menjadi crepe
atau karet remah, sedangkan kalau akan diolah menjadi sheet, proses koagulasi harus
dilaksanakan di pabrik (Setyamidjaja, 1993).

1.3. Stimulansia dan Tap inspeksi


Pada tanaman karet, teknis penyadapan dapat menentukan produktivitas tanaman yang dapat
dicapai. Sistem eksploitasi pada dasarnya bertujuan untuk mengoptimalkan produksi dan
memaksimumkan keuntungan bagi perusahaan. Salah upaya yang sering digunakan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman adalah aplikasi stimulan. Teknologi stimulan telah
dikenal lama oleh pelaku agribisnis karet, stimulan yang paling dikenal adalah jenis
konvensional berbahan aktif 2 – chloroethyl phosponic acid (etepton) dengan metode oles
melalui carrier air atau crude palm oil (CPO).
Potensi etephon terutama pada kemampuannya melepas etilen ke jaringan phloem melalui
proses hidrolisis. Etilen cenderung menstimulasi pompa proton H+/sukrose yang
mengaktifkan transport gula ke dalam sel-sel pembuluh lateks. Etilen yang mengaktivasi
pompa-pompa proton ATPase dan Ppase menyebabkan asidifikasi serum lutoid dan basifikasi
sitosol.
Seiring dengan kemajuan yang dicapai dalam bidang eksploitasi tanaman karet, maka
ditemukan teknik eksploitasi yang lebih efektif yaitu melalui LITS (Low Intensity Tapping
System) dengan menerapkan irisan pendek dikombinasikan dengan stimulan gas etilen.
Mekanisme kerja stimulan gas etilen hampir sama dengan stimulan ethepon. Pada stimulan
ethepon bahan aktif C2H4 akan terhidrolisis dalam jaringan tanaman menghasilkan gas
etilen, sedangkan pada stimulan gas langsung diberikan dalam bentuk gas etilen tanpa
melalui proses hidrolisis.
1. Sistem kontrol dan obyek
Tap inspeksi merupakan suatu tindakan dalam bentuk pengamatan, pengawasan
pengevaluasian terhadap penyadapan karet yang dilakukan secara priodik. Sistem tap
inspeksi ini bertujuan untuk menilai kinerja penyadapan, menilai apakah penyadapan di
lakukan secara benar, untuk menentukan kelas penyadap berdasarkan hasil penilaian terhadap
angka kesalahan (kuantitatif dan kualitatif). Obyek pemeriksaan adalah areal hanca sadap
pada blok yang pada hari pemeriksaan sedang dilaksanakan penyadapan.
Hanca tersebut harus sedang disadap oleh penyadap bagiannya dan bukan penyadap
wakilan/invaler. Setiap kali dilakukan pemeriksaan, ditentukan jumlah pohon yang diperiksa.
Setiap hari terjadi penyimpangan segera dilakukan koreksi. Tiap-tiap penyadap tiap bulan
dilakukan pemeriksaan atau tap kontrol sebanyak 3 kali ulangan atau tiap penyadap tiap
bulannya diperiksa 3 x 5 pohon = 15 (pada hanca A, B dan C)
Penentuan kelas penyadapan dalam satu bulan yang dicatat dalam buku tap inspeksi :
- Asisten tanaman 1x (buku merah)
- Mandor besar 3x (buku merah)
- Periode secara insidentil oleh wakil manajer maupun manajer kebun dengan sistem uji
petik sewaktu-waktu. Baik rekapitulasi klas A, B, C, D dan E maupun pencatatan data-data
tiap inspeksi insidentiltersebut dicatat dalam buku kuning.

2. Peralatan penyadapan dan petugas pemeriksaan


Untuk melaksanakan masing-masing tugas secara tepat dan cepat, maka para petugas dan
pemeriksa harus memiliki dan selalu membawa setiap hari ke lapangan alat-alat sehingga
dapat bekerja efektif dan efisien.
BAB III
PEMBAHASAN

TEKNIS PEMANENAN PADA TANAMAN KARET.


 Persiapan Penyadapan
Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah,
pertumbuhan tanaman, dan klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen
penyadapan yang baik. Penyadapan merupakan kegiatan pemanenan lateks pada tanaman
karet yang dilakukan dengan beberapa tahapan. Tanaman karet siap sadap bila sudah matang
sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa
menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Dalam keadaan
pertumbuhan normal, tanaman karet akan siap disadap pada umur 5 – 6 tahun dan dapat
dilakukan selama 25-35 tahun. Berikut adalah hal – hal yang perlu dipersiapkan dan
diperhatikan sebelum melaksanakan penyadapan.
A. Alat Sadap Karet
a. Mal Sadap
Fungsi :
Mal sadap berfungsi sebagai gambaran atau alur konsumsi kulit dan sudut kemiringan
sadapan. Mal sadap terbuat dari sepotong kayu dan plat seng, dengan panjang kayu 130 cm
dan panjang plat seng 50 – 60 cm serta lebarnya 6 cm. Kemiringan mal sadap adalah 30º.

b. Pisau Sadap
Fungsi :
Pisau sadap karet merupakan alat sadap karet yang berfungsi untuk menyadap kulit karet
pada batang pohon karet untuk diambil getahnya.

c. Mangkok Sadap
Fungsi :
Mangkok sadap karet merupakan alat sadap karet yang berfungsi untuk penampung lateks
yang mengalir dari bidang irisan melalui talang, mangkok dipasang 10 cm di bawah talang.

d. Talang Sadap
Fungsi :
Talang sadap getah karet merupakan alat sadap karet yang berfungsi untuk mengalirkan
cairan lateks atau getah karet dari irisan sadap ke dalam mangkok sadap karet.

e. Cincin Mangkok / Kawat Mangkok Sadap


Fungsi :
Cincin mangkok sadap (kawat mangkok sadap) merupakan alat sadap karet yang berfungsi
untuk mengikat mangkok sadap karet ke batang pohon karet yang akan di sadap getah atau
lateks nya.

f. Ember Sadap Karet / Ember Lateks


Fungsi :
Ember Sadap Karet merupakan alat sadap karet yang berfungsi untuk menampung getah karet
dari pohon karet dalam jumlah yang lebih besar sebelum di masukan ke loyang pembeku
getah karet.

g. Pengasah Pisau Sadap


Fungsi :
Untuk mengasah mata pisau sadap karet, agar lebih tajam dan tidak merusak batang pohon
karet.

B. Kriteria Matang Sadap


Matang sadap tanaman karet akan siap apabila sudah matang sadap pohon, artinya
tanaman karet telah sanggup disadap untuk dapat diambil lateksnya tanpa menyebabkan
gangguan yang berarti terhadap pertumbuhan dan kesehatannya. Kesanggupan tanaman untuk
disadap dapat ditentukan berdasarkan lilit batang pada umur tanaman .

1. Umur Tanaman.
Dalam keadaan pertumbuhan normal, tanaman karet akan siap disadap pada umur 5 – 6
tahun. Namun demikian seringkali dijumpai tanaman belum siap disadap walau umurnya
sudah lebih dari 6 tahun. Hal ini terjadi akibat kondisi lingkungan dan pemeliharaan yang
kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Sebenarnya Penyadapan karet dapat dilakukan
pada usia kurang dari 5 tahun dengan syarat kondisi lingkungan dan pemeliharaan dilakukan
dengan sangat baik sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat. Artinya umur tanaman
karet tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan matang sadap dan hanya
dapat digunakan sebagai pedoman untuk pengukuran lilit batang .
2. Pengukuran Lilit Batang
Lilit batang telah disepakati sebagai pedoman untuk mengetahui pertumbuhan tanaman
karet, karena hasil tanaman karet berupa lateks diperoleh dari batangnya (kulit batang).
Tanaman karet dikatakan matang sadap apabila lilit batang sudah mencapai 45 cm atau lebih.
Pengukuran lilit batang untuk menentukan matang sadap mulai dilakukan pada waktu
tanaman berumur 4 tahun. Lilit batang diukur pada ketinggian batang 100 cm dari pertautan
mata okulasi.

3. Matang Sadap Kebun


Penyadapan dapat dimulai setelah kebun karet memenuhi kriteria matang sadap kebun.
Kebun dikatakan matang sadap kebun apabila jumlah tanaman yang sudah matang sadap
pohon sudah mencapi 60% atau lebih. Pada kebun yang terpelihara dengan baik, jumlah
tanaman yang matang sadap pohon biasanya telah mencapai 60-70% pada umur 4-5 tahun.

C. Persiapan Pembukaan Bidang Sadap


Sebelum melakukan pembukaan bidang sadap dilakukan penggambaran bidang sadap
pada kebun yang sudah mencapai matang sadap. Kriteria yang ditetapkan dalam
penggambaran bidang sadap terdiri dari tinggi bukaan sadap, arah dan sudut kemiringan
irisan sadap, panjang irisan sadap, dan letak bidang sadap .
1. Tinggi bukaan sadap adalah 130 cm diatas pertautan okulasi. Tinggi bukaan sadap,
dapat dilakukan baik dengan sistem sadapan ke bawah (Down ward tapping system,
DTS) maupun sistem sadap ke atas (upward tapping system, UTS). Ketinggian ini
berbeda dengan ketinggian pengukuran lilit batang untuk penentuan matang sadap.
2. Arah dan sudut kemiringan irisan sadap diharapkan dapat memotong pembuluh lateks
sebanyak mungkin agar lateks yang keluar maksimal. Posisi pembuluh lateks pada
umumnya tidak sejajar dengan batang tanaman tetapi agak miring dari kanan atas
kekiri bawah membentuk sudut 3,7 derajat dengan bidang tegak. Agar pembuluh yang
terpotong maksimal jumlahnya, arah irisan sadap harus dari kiri atas kekanan bawah
tegak lurus terhadap pembulu lateks. Sudut kemiringan irisan sadap berpengaruh
terhadap produksi. Sudut kemiringan yang paling baik berkisar antar 30 – 40 derajat
terhadap bidang datar untuk bidang sadap bawah dan 45 derajat pada bidang sadap
atas. Sudut kemiringan sadap juga berpengarug pada aliran lateks kearah mangkuk
sadap. Sudut kemiringan yang terlalu datar dapat menyimpang dari alur aliran lateks,
selain itu dapat menyebabkan aliran lateks menjadi lambat dan sering membeku
sebelum sampai kemangkuk.
3. Panjang irisan sadap sangat berpengaruh terhadap produksi dan pertumbuhan
tanaman. Panjang irisan sadap yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah ½ S ( irisan
miring sepanjang ½ spiral ).
4. Penentuan letak bidang sadap perlu dilakukan agar pelaksanaan penyadapan cepat dan
mudah dikontrol. Oleh karena itu bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama
dengan arah pergerakan penyadap waktu menyadap. Jadi bidang sadap diletakkan
pada arah timur-barat ( pada jarak antar tanaman yang pendek ).
5. Pemasangan talang sadap dilakukan bertujuan supaya tidak mengganggu pelaksanaan
penyadapan sehingga lateks dapat mengalir dengan baik dan tidak terlalu banyak
meninggalkan getah bekuan pada batang. Talang sadap baiknya dibuat dari seng
dengan lebar 2,5 cm dan panjang +/- 8 cm dipasang pada jarak 5-10cm dari ujung
irisan bagian bawah. Pemasangan mangkuk sadap dilakukan pada jarak 15 cm – 20
cm dibawah talang sadap hal ini dilakukan agar lateks dapat mengalir sampai ke
mangkuk dengan baik, mangkuk pada umumnya terbuat dari tanah liat, plastik,
alumunium, atau batok kelapa yang diikat dengan menggunakan kawat

 Pelaksanaan Penyadapan
Kegiatan pelaksanaan penyadapan tanaman karet harus memperhatikan beberapa tahapan
penting yang meliputi kedalaman irisan sadap, ketebalan irisan sadap, frekuensi penyadapan,
dan waktu penyadapan.
1. Kedalaman Irisan Sadap
Pembuluh lateks dalam kulit batang tersusun berupa barisan dan terdapat pada bagian luar
sampai bagian dalam kulit, semakin kedalam jumlah pembuluh kateks semakin banyak.
Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25 – 30 tahun karena itu diusahakan pulit
pulihan dapat terbentuk dengan baik oleh karena itu kerusakan saat penyadapan harus
dihindari. Kedalaman irisan sadap yang dianjurkan adalah 1 mm – 1,5 mm agar pohon dapat
disadap 25 – 30 tahun.
2. Ketebalan irisan sadap
Lateks akan mengalir dengan cepat pada awalnya, dan semakin lama akhirnya akan semakin
lambat hingga akhirnya terhenti sama sekali. Hal ini disebabkan tersumbatnya ujung
pembuluh lateks dengan gumpalan lateks. Sumbatan berupa lapisan yang sangat tipis. Lateks
akan mengalir bila sumbatan dibuang dengan cara mengiris kulit pada hari sadap berikutnya
dengan ketebalan 1,5 mm – 2 mm setiap penyadapan .
3. Frekuensi Penyadapan
Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka waktu
tertentu. Penentuan frekuensi penyadapan sangat erat kaitannya dengan panjang irisan dan
intensitas penyadapan. Dengan panjang irisan ½ spiral (1/2 S), frekuensi penyadapan yang
dianjurkan untuk karet rakyat adalah satu kali dalam 3 hari (d/3) untuk 2 tahun pertama
penyadapan, dan kemudian diubah menjadi satu kali dalam dalam 2 hari (d/2) untuk tahun
selanjutnya. Menjelang peremajaan tanaman, panjang irisan dan frekuensi penyadapan dapat
dilakukan secara bebas .
4. Waktu Penyadapan
Jumlah lateks yang keluar kecepatan alirannya dipengaruhi oleh tekanan turgor sel. Tekanan
turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, dan akan menurun bila hari semakin
siang. Oleh karena itu penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin setelah penyadap
dapat melihat tanaman dengan jelas, yaitu jam 05.00 – 07.00.
 Sistem Eksploitasi
Penyadapan adalah upaya mengeluarkan lateks pada tanaman karet dengan cara mengiris
sebagian kulit batang sedemikian rupa sehingga sebagian besar sel pembuluh lateks yang
terdapat di dalamnya tepotong dengan tanpa merusak kambium. Di dalam penyadapan di
kenal istilah sistem sadap dan sisem eksploitasi. Sistem sadap adalah cara penyadapan yang
di lakukan dalam satu periode tertentu, sedangkan sistem eksploitasi adalah serangkaian
sistem sadap yang di terapkan sepanjang satu siklus produksi tanaman karet (20-25 tahun)
Di samping bahan tanam (jenis klon, umur), agroklimat dan pemeliharaan, sistem
eksploitasi merupakan faktor penting yang menentukan produktifitas tanaman karet. Sistem
eksploitasi berhubungan dengan tata guna panel dan penjagaan keseimbangan proses fisiologi
lateks pada tanaman. Pelaksanaan sistem eksploitasi yag benar dapat mencapai tujuan
eksploitasi yang diinginkan.
Kesalahan dalam pelaksanaan sistem eksploitasi di lapangan dapat menyebabkan dua
kemungkinan, yaitu intensitas sadaap rendah (<100%) dan intesitas sadap tinggi (>100%).
Penyadapan dengan intensitas rendah menyebabkan produktifitas rendah, karena lateks yang
di keluarkan masih di bawah kemampuan tanaman. Sebaliknya, penyadapan yang dilakukan
dengan intensitas tinggi memang dapat menghasilkan produktifitas tinggi, tetapi hanya
periode pendek dan akan menyebabkan penurunan produksi pada periode sesudahnya. Agar
intensitas penyadapan tetap normatif dan menghasilkan produksi optimum
berkesinambungan, maka perlu di perhatiakan tujuan dan strategi dalam sistem eksploitasi.
A. Tujuan Eksploitasi
Tujuan eksploitasi pada tanaman karet antara lain :
Ü Menghasilkan karet kering yang optimum, baik per pohon maupun per hektar sesuai
potensi tanaman dan berkesinambungan.
Ü Menjaga kelestarian tanaman dan stabilitas produksi jangka panjang.
Ü Penggunaan konsumsi kulit normatif dan sesuai dengan program yang sudah di
rencanakan.
Ü Memudahkan dalam memanen hasil, efisien tenaga kerja dan biaya panen.

B. Strategi Eksploitasi
Beberapa hal yang termasuk dalam strategi pada tanaman karet antara lain :
Ü Penerapan sistem sadap harus berorientasi pada tujuan utama eksploitasi.
Ü Dalam keadaan harga karet rendah dan atau upah penyadap tinggi, maka penerapan
sistem sadap yang dapat menghasilkan produksi per penyadap tinggi adalah ekonomis.
Ü Dalam keadaan karet tinggi, maka penerapan sistem sadap yang menghasilkan produksi
per hektar paling tinggi mengakibatkan naiknya biaya penyadapan (sampai batas tertentu)
adalah paling menentukan.
Saat ini dikenal dua sistem eksploitasi, yaitu konvensional dan stimulasi. Sistem
eksploitasi konvensional merupakan sistem sadap biasa tanpa perangsang (stimulan),
sedangkan sistem eksploitasi stimulasi merupakan sistem sadap kombinasi dengan
menggunakan perangsang. Selain kedua sistem sadap tersebut, ada pula sistem sadap lain
yang disebut sistem sadap tusuk atau sistem sadap mikro. Sistem ini merupakan sistem
tusukan pada jalur kulit yang telah diberi perangsang.
Sistem eksploitasi konvensional merupakan sistem yang paling luas penggunaannya,
baik oleh perkebunan besar maupun perkebunan rakyat. Sistem ini memiliki kelebihan, antara
lain tidak tergantung pada perang-sang dan sesuai dengan keadaan tanaman walaupun kurang
baik pertumbuhannya. Sedangkan kelemahannya adalah kulit bidang sadap akan cepat habis,
kemungkinan kerusakan kulit bidang sadap lebih besar, tenaga kerja yang dibutuhkan lebih
banyak, dan sangat sulit meningkatkan produksi jika diinginkan. Jangka waktu yang
digunakan untuk sistem eksploitasi konvensional adalah 30 tahun.
Kedua sistem eksploitasi stimulasi, dimana pelaksanaan sistem ini lebih berat
dibanding sistem konvensional. Tidak semua klon karet bisa disebut baik jika disadap dengan
sistem stimulan. Di antara banyak klon karet yang ada, masih ada yang tidak dapat memberi
respons yang baik terhadap rangsangan. Sebagai patokan, jika kadar karet kering lateks lebih
kecil dari 30% maka responsnya terhadap rangsangan tidak baik. Pemulihan kulit pada
bidang sadap perlu diperhatikan.Salah dalam penentuan rumus sadap dan penyadapan yang
terlalu tebal atau dalam akan menyebabkan pemulihan kulit bidang sadap tidak normal. Hal
ini akan berpengaruh pada produksi ataupun kesehatan tanaman. Bila semua kegiatan
pendahuluan dilakukan dengan baik dan memenuhi syarat maka kulit akan pulih setelah enam
tahun. Dalam praktik, kulit pulihan bisa disadap kembali setelah sembilan tahun untuk kulit
pulihan pertama dan setelah delapan tahununtuk kulit pulihan kedua. Penentuan layak
tidaknya kulit pulihan untuk disadap kembali ditentukan oleh tebal kulit pulihan, minimum
sudah mencapai 7 mm.
DAFTAR PUSTAKA

______. 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet.
Medan.
Aidi dan Daslin, 1995. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet.
Balai Penelitian Sembawa. Palembang.
Anwar, C. 2006. Manajemen Dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet
Sei Putih. http:// www.ipard.com/ art_ perkebun/. [06 Januari 2016].
Bahri. 2006. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Balit Getas Balai Penelitian Getas. 2010. Evaluasi dan Rekomendasi Sistem
Eksploitasi Kebun Karet PT Perkebunan Nusantara XII. Balai Penelitian Getas.
Basuki, dan Tjasadihardja, A. 1995. Warta Pusat Penelitian Karet. Volume 14 Nomor
2 (89-101) Juni 1995 Asosiasi Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan
Indonesia. CV. Monora. Medan, hlm 91-92.

Anda mungkin juga menyukai