Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Teknologi Budidaya Kelapa
Sawit dan Karet yang diampu oleh dosen :
Oleh kelompok IV
FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Makalah Pengendalian Hama Sawit ini dapat diselesaikan sesuai
waktu yang dijadwalkan. Makalah ini disusun dengan harapan dapat membantu mahasiswa
untuk lebih mudah mempelajari Teknologi Budidaya Kelapa Sawit dan Karet
Pembahasan yang ada dalam Makalah ini disusun menyesuaikan dengan apa yang
telah dipelajari dalam Mata Kuliah Teknologi Budidaya Kelapa Sawit dan Karet. Kami
menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan Makalah Cara Panen Tanaman
Karet. Segala macam kritikan yang membangun dan saran dari semua pihak akan dihargai
dan diterima dengan lapang hati. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakainya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................5
C. Tujuan................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6
MORFOLOGI TANAMAN KARET.....................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................10
PEMBAHASAN......................................................................................................................10
TEKNIS PEMANENAN PADA TANAMAN KARET..................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, yaitu 3.4 juta
hektar mengungguli Thailand sebagai negara penghasil karet tertinggi pertama dunia yang
hanya memiliki luas lahan penanaman 2.4 juta hektar. Tingkat produktivitas tanaman karet
rata-rata di Indonesia pada tahun 2007 baru mencapai 996 kg/ha/thn. Tingkat produktivitas
rata-rata tanaman karet Indonesia ini masih lebih rendah dibandingkan Thailand, yaitu 1 675
kg/ha/thn. Tanaman karet (Hevea brassiliansis L.) merupakan tanaman komoditas
perkebunan yang memiliki prospek pengembangan yang cukup baik bagi pertanian di
Indonesia. Komoditas karet sebagai salah satu penyumbang devisa non migas bagi Indonesia,
sehingga tanaman karet sangat diperhatikan dalam hal meningkatkan devisa bagi negara.
Komoditas karet mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia.
Pertama, lateks merupakan bahan baku industri kesehatan, kendaraan, alat olahraga,
perlengkapan pakaian, dan perlengkapan rumah tangga. Pasokan karet yang kontinu ikut
menjaga kestabilan harga barang-barang industri tersebut. Kedua, sebagai salah satu
komoditas pertanian andalan ekspor nonmigas, komoditas karet memiliki prospek yang baik
sebagai sumber perolehan devisa maupun pajak. Ketiga, dalam proses produksi maupun
pengolahan juga mampu menciptakan kesempatan kerja dan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Komoditas karet sebagai salah satu komoditi tanaman perkebunanmempunyai peranan
yang penting dalam program pembangunan ekonomi Indonesia. Luas areal untuk tanaman
karet di Indonesia yang merupakan terbesar di dunia memiliki luas sebesar 3,4 juta hektar,
diikuti Thailand seluas 2,6 juta hektar dan Malaysia 1,02 juta. Karet merupakan salah satu
komoditi perkebunan yang penting bukan hanya dari segi ekonomi tetapi juga dari segi
sosial, karena disamping sebagai sumber devisa negara tetapi juga sebagai sumber
penghasilan bagi keluarga petani. Lateks yang dihasilkan dari tanaman karet selain
dimanfaatkan getahnya sebagai lateks, dari kayu dan bijinya pun dapat dimanfaatkan. Kayu
karet dapat digunakan sebagai industri meubel, sedangkan biji karet dapat diolah menjadi
tepung biji karet sebagai campuran makanan. Umumnya tanaman karet yang paling banyak
dimanfaatkan adalah getahnya.
Tanaman karet disadap agar getah karet dapat keluar, biasanya hasil sadapan karet
berupa lateks cair, cup-lump, lump tanah, dan screp. Tujuannya agar lateks yang dihasilkan
bermutu, maka perlu adanya beberapa cara agar menjadikan lateks tersebut berkualitas baik.
Terdapat beberapa cara teknis agar latek memiliki mutu yang baik, yaitu tidak boleh
ditambahkan bahan-bahan non karet, dibekukan dengan asam semut dangan dosis yang tepat,
segera digiling dalam keadaan segar, dan disimpan ditempat yang teduh dan terlindung serta
tidak direndam. Selain hal tersebut langkah yang dapat dilakukan agar lateks yang dihasilkan
memiliki kualitas dan kuantitas yang bermutu dengan melakukan teknik pemanenan dengan
tepat serta sesuai dengan pedoman yang ada. Uraian diatas melatarbelakangi pembuatan
makalah mengenai panen tanaman karet.
B. Rumusan Masalah
1). Apa saja alat – alat yang digunakan pada saat penyadapan karet?
2). Bagaimana kriteria / ciri fisik tanaman karet yang siap panen?
3). Bagaimana cara memanen / menyadap karet yang baik dan benar?
C. Tujuan
1). Untuk mengetahui alat – alat yang digunakan pada saat menyadap karet beserta fungsinya.
2). Untuk mengetahui kriteria / ciri fisik tanaman karet siap panen.
3). Untuk mengetahui cara memanen / menyadap karet yang baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. LATEKS
Getah karet atau lateks sebenarnya merupakan suspensi koloidal dari air dan bahan-bahan
kimia yang terkandung di dalamnya. Bagian-bagian yang terkandung di dalamnya. Bagian-
bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara homogen
atau merata di dalam air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya
sehingga dapat menembus saringan.
Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen pertama adalah
bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara merata,
biasa disebut serum. Bahan-bahan bukan karet yang larut dalam air, seperti protein, garam-
garam mineral, enzim, dan lain-lain termasuk ke dalam serum. Komponen kedua adalah
bagian yang didispersikan atau dipancarkan. Komponen kedua ini terdiri dari butir-butir karet
yang dikelilingi lapisan tipis protein (Tim Penulis, 1999).
Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang baik. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, diantaranya adalah : (Setyamidjaja,
1993).
1. Faktor di kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon,dan lain-lain)
2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau keadaan
lateks tidak stabil)
3. Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik terbuat
dari alumunium atau baja tahan karat)
4. Pengangkutan (gunjangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu)
5. Kualitas air dalam pengolahan
6. Bahan-bahan kimia yang digunakan
7. Komposisi lateks
b. Pisau Sadap
Fungsi :
Pisau sadap karet merupakan alat sadap karet yang berfungsi untuk menyadap kulit karet
pada batang pohon karet untuk diambil getahnya.
c. Mangkok Sadap
Fungsi :
Mangkok sadap karet merupakan alat sadap karet yang berfungsi untuk penampung lateks
yang mengalir dari bidang irisan melalui talang, mangkok dipasang 10 cm di bawah talang.
d. Talang Sadap
Fungsi :
Talang sadap getah karet merupakan alat sadap karet yang berfungsi untuk mengalirkan
cairan lateks atau getah karet dari irisan sadap ke dalam mangkok sadap karet.
1. Umur Tanaman.
Dalam keadaan pertumbuhan normal, tanaman karet akan siap disadap pada umur 5 – 6
tahun. Namun demikian seringkali dijumpai tanaman belum siap disadap walau umurnya
sudah lebih dari 6 tahun. Hal ini terjadi akibat kondisi lingkungan dan pemeliharaan yang
kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Sebenarnya Penyadapan karet dapat dilakukan
pada usia kurang dari 5 tahun dengan syarat kondisi lingkungan dan pemeliharaan dilakukan
dengan sangat baik sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat. Artinya umur tanaman
karet tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan matang sadap dan hanya
dapat digunakan sebagai pedoman untuk pengukuran lilit batang .
2. Pengukuran Lilit Batang
Lilit batang telah disepakati sebagai pedoman untuk mengetahui pertumbuhan tanaman
karet, karena hasil tanaman karet berupa lateks diperoleh dari batangnya (kulit batang).
Tanaman karet dikatakan matang sadap apabila lilit batang sudah mencapai 45 cm atau lebih.
Pengukuran lilit batang untuk menentukan matang sadap mulai dilakukan pada waktu
tanaman berumur 4 tahun. Lilit batang diukur pada ketinggian batang 100 cm dari pertautan
mata okulasi.
Pelaksanaan Penyadapan
Kegiatan pelaksanaan penyadapan tanaman karet harus memperhatikan beberapa tahapan
penting yang meliputi kedalaman irisan sadap, ketebalan irisan sadap, frekuensi penyadapan,
dan waktu penyadapan.
1. Kedalaman Irisan Sadap
Pembuluh lateks dalam kulit batang tersusun berupa barisan dan terdapat pada bagian luar
sampai bagian dalam kulit, semakin kedalam jumlah pembuluh kateks semakin banyak.
Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25 – 30 tahun karena itu diusahakan pulit
pulihan dapat terbentuk dengan baik oleh karena itu kerusakan saat penyadapan harus
dihindari. Kedalaman irisan sadap yang dianjurkan adalah 1 mm – 1,5 mm agar pohon dapat
disadap 25 – 30 tahun.
2. Ketebalan irisan sadap
Lateks akan mengalir dengan cepat pada awalnya, dan semakin lama akhirnya akan semakin
lambat hingga akhirnya terhenti sama sekali. Hal ini disebabkan tersumbatnya ujung
pembuluh lateks dengan gumpalan lateks. Sumbatan berupa lapisan yang sangat tipis. Lateks
akan mengalir bila sumbatan dibuang dengan cara mengiris kulit pada hari sadap berikutnya
dengan ketebalan 1,5 mm – 2 mm setiap penyadapan .
3. Frekuensi Penyadapan
Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka waktu
tertentu. Penentuan frekuensi penyadapan sangat erat kaitannya dengan panjang irisan dan
intensitas penyadapan. Dengan panjang irisan ½ spiral (1/2 S), frekuensi penyadapan yang
dianjurkan untuk karet rakyat adalah satu kali dalam 3 hari (d/3) untuk 2 tahun pertama
penyadapan, dan kemudian diubah menjadi satu kali dalam dalam 2 hari (d/2) untuk tahun
selanjutnya. Menjelang peremajaan tanaman, panjang irisan dan frekuensi penyadapan dapat
dilakukan secara bebas .
4. Waktu Penyadapan
Jumlah lateks yang keluar kecepatan alirannya dipengaruhi oleh tekanan turgor sel. Tekanan
turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, dan akan menurun bila hari semakin
siang. Oleh karena itu penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin setelah penyadap
dapat melihat tanaman dengan jelas, yaitu jam 05.00 – 07.00.
Sistem Eksploitasi
Penyadapan adalah upaya mengeluarkan lateks pada tanaman karet dengan cara mengiris
sebagian kulit batang sedemikian rupa sehingga sebagian besar sel pembuluh lateks yang
terdapat di dalamnya tepotong dengan tanpa merusak kambium. Di dalam penyadapan di
kenal istilah sistem sadap dan sisem eksploitasi. Sistem sadap adalah cara penyadapan yang
di lakukan dalam satu periode tertentu, sedangkan sistem eksploitasi adalah serangkaian
sistem sadap yang di terapkan sepanjang satu siklus produksi tanaman karet (20-25 tahun)
Di samping bahan tanam (jenis klon, umur), agroklimat dan pemeliharaan, sistem
eksploitasi merupakan faktor penting yang menentukan produktifitas tanaman karet. Sistem
eksploitasi berhubungan dengan tata guna panel dan penjagaan keseimbangan proses fisiologi
lateks pada tanaman. Pelaksanaan sistem eksploitasi yag benar dapat mencapai tujuan
eksploitasi yang diinginkan.
Kesalahan dalam pelaksanaan sistem eksploitasi di lapangan dapat menyebabkan dua
kemungkinan, yaitu intensitas sadaap rendah (<100%) dan intesitas sadap tinggi (>100%).
Penyadapan dengan intensitas rendah menyebabkan produktifitas rendah, karena lateks yang
di keluarkan masih di bawah kemampuan tanaman. Sebaliknya, penyadapan yang dilakukan
dengan intensitas tinggi memang dapat menghasilkan produktifitas tinggi, tetapi hanya
periode pendek dan akan menyebabkan penurunan produksi pada periode sesudahnya. Agar
intensitas penyadapan tetap normatif dan menghasilkan produksi optimum
berkesinambungan, maka perlu di perhatiakan tujuan dan strategi dalam sistem eksploitasi.
A. Tujuan Eksploitasi
Tujuan eksploitasi pada tanaman karet antara lain :
Ü Menghasilkan karet kering yang optimum, baik per pohon maupun per hektar sesuai
potensi tanaman dan berkesinambungan.
Ü Menjaga kelestarian tanaman dan stabilitas produksi jangka panjang.
Ü Penggunaan konsumsi kulit normatif dan sesuai dengan program yang sudah di
rencanakan.
Ü Memudahkan dalam memanen hasil, efisien tenaga kerja dan biaya panen.
B. Strategi Eksploitasi
Beberapa hal yang termasuk dalam strategi pada tanaman karet antara lain :
Ü Penerapan sistem sadap harus berorientasi pada tujuan utama eksploitasi.
Ü Dalam keadaan harga karet rendah dan atau upah penyadap tinggi, maka penerapan
sistem sadap yang dapat menghasilkan produksi per penyadap tinggi adalah ekonomis.
Ü Dalam keadaan karet tinggi, maka penerapan sistem sadap yang menghasilkan produksi
per hektar paling tinggi mengakibatkan naiknya biaya penyadapan (sampai batas tertentu)
adalah paling menentukan.
Saat ini dikenal dua sistem eksploitasi, yaitu konvensional dan stimulasi. Sistem
eksploitasi konvensional merupakan sistem sadap biasa tanpa perangsang (stimulan),
sedangkan sistem eksploitasi stimulasi merupakan sistem sadap kombinasi dengan
menggunakan perangsang. Selain kedua sistem sadap tersebut, ada pula sistem sadap lain
yang disebut sistem sadap tusuk atau sistem sadap mikro. Sistem ini merupakan sistem
tusukan pada jalur kulit yang telah diberi perangsang.
Sistem eksploitasi konvensional merupakan sistem yang paling luas penggunaannya,
baik oleh perkebunan besar maupun perkebunan rakyat. Sistem ini memiliki kelebihan, antara
lain tidak tergantung pada perang-sang dan sesuai dengan keadaan tanaman walaupun kurang
baik pertumbuhannya. Sedangkan kelemahannya adalah kulit bidang sadap akan cepat habis,
kemungkinan kerusakan kulit bidang sadap lebih besar, tenaga kerja yang dibutuhkan lebih
banyak, dan sangat sulit meningkatkan produksi jika diinginkan. Jangka waktu yang
digunakan untuk sistem eksploitasi konvensional adalah 30 tahun.
Kedua sistem eksploitasi stimulasi, dimana pelaksanaan sistem ini lebih berat
dibanding sistem konvensional. Tidak semua klon karet bisa disebut baik jika disadap dengan
sistem stimulan. Di antara banyak klon karet yang ada, masih ada yang tidak dapat memberi
respons yang baik terhadap rangsangan. Sebagai patokan, jika kadar karet kering lateks lebih
kecil dari 30% maka responsnya terhadap rangsangan tidak baik. Pemulihan kulit pada
bidang sadap perlu diperhatikan.Salah dalam penentuan rumus sadap dan penyadapan yang
terlalu tebal atau dalam akan menyebabkan pemulihan kulit bidang sadap tidak normal. Hal
ini akan berpengaruh pada produksi ataupun kesehatan tanaman. Bila semua kegiatan
pendahuluan dilakukan dengan baik dan memenuhi syarat maka kulit akan pulih setelah enam
tahun. Dalam praktik, kulit pulihan bisa disadap kembali setelah sembilan tahun untuk kulit
pulihan pertama dan setelah delapan tahununtuk kulit pulihan kedua. Penentuan layak
tidaknya kulit pulihan untuk disadap kembali ditentukan oleh tebal kulit pulihan, minimum
sudah mencapai 7 mm.
DAFTAR PUSTAKA
______. 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet.
Medan.
Aidi dan Daslin, 1995. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet.
Balai Penelitian Sembawa. Palembang.
Anwar, C. 2006. Manajemen Dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet
Sei Putih. http:// www.ipard.com/ art_ perkebun/. [06 Januari 2016].
Bahri. 2006. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Balit Getas Balai Penelitian Getas. 2010. Evaluasi dan Rekomendasi Sistem
Eksploitasi Kebun Karet PT Perkebunan Nusantara XII. Balai Penelitian Getas.
Basuki, dan Tjasadihardja, A. 1995. Warta Pusat Penelitian Karet. Volume 14 Nomor
2 (89-101) Juni 1995 Asosiasi Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan
Indonesia. CV. Monora. Medan, hlm 91-92.