Disusun Oleh:
BUDIDAYA PERKEBUNAN
INSTITUT TEKNOLOGI SAWIT INDONESIA
MEDAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Di mana
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga Penulis dari dapat
menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “Perbedaan Teknik Pemuliaan
Kelapa Sawit dan Karet”.Makalah ini telah Penulis susundengan sistematis dan
sebaik mungkin. Hal ini bertujuan untuk memenuhi tugas Pemuliaan Tanaman
Kelapa Sawit & Karet.
Dengan selesainya tugas Pemuliaan Tanaman Kelapa Sawit & Karet ini,
maka Penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan Makalah ini. Khususnya kepada :
1.Kepada Dosen Pengampu mata kuliah Pemuliaan Tanaman Kelapa Sawit &
Karet, yaitu Bpk. Eka Bobby Febrianto, S.P., M.Si yang telah memberi arahan
dalam penyusunan akalah ini
2.Orang tua Penulis yang telah mendoakan kelancaran kuliah Penulis.
i
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan.................................................................................................... 4
BAB 3 PENUTUP................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 26
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
3
perkecambahan hipogeal. Hal ini menunjukkan perbedaan dalam pendekatan
dan metode yang digunakan dalam pemuliaan kedua tanaman.
1.3 Tujuan
1. Menganalisis perbedaan teknik pemuliaan yang digunakan dalam kelapa sawit dan
karet.
2. Menjelaskan dampak perbedaan tersebut terhadap produktivitas, keberlanjutan,
dan ketahanan terhadap faktor lingkungan dan penyakit pada kedua tanaman.
3. Menyajikan perkembangan terkini dalam pemuliaan kelapa sawit dan karet serta
mengevaluasi dampaknya pada industri perkebunan dan keberlanjutan lingkungan.
4. Menyediakan wawasan yang komprehensif bagi pembaca mengenai perbedaan
teknik pemuliaan kelapa sawit dan karet.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
Perbedaan dalam sifat genetik dan karakteristik pertumbuhan antara kelapa sawit
dan karet dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sifat Genetik:
a. Kelapa Sawit:
• Poliploidi: Kelapa sawit merupakan tanaman poliploidi, dengan kromosom
2n = 32. Ini berarti kelapa sawit memiliki lebih dari dua set kromosom
dalam setiap selnya.
• Variasi Genetik: Kelapa sawit memiliki variasi genetik yang cukup tinggi
dalam populasi. Variasi ini mempengaruhi sifat-sifat agronomi,
produktivitas, kualitas buah, dan ketahanan terhadap penyakit.
b. Karet:
5
• Poliploidi: Karet juga merupakan tanaman poliploidi, dengan kromosom 2n
= 36. Ini berarti karet memiliki lebih dari dua set kromosom dalam setiap
selnya.
• Variasi Genetik: Karet memiliki variasi genetik yang cukup luas dalam
populasi. Variasi ini mempengaruhi sifat-sifat agronomi, produktivitas
getah, kekuatan getah, dan ketahanan terhadap penyakit.
Karakteristik Pertumbuhan:
a. Kelapa Sawit:
• Tinggi Pohon: Kelapa sawit tumbuh menjadi pohon besar dengan tinggi
mencapai 20-30 meter.
• Siklus Hidup: Kelapa sawit memiliki umur panjang, dengan masa produktif
yang biasanya berlangsung dari 25 hingga 30 tahun.
• Curah Hujan: Kelapa sawit membutuhkan curah hujan yang cukup tinggi,
sekitar 2.000-3.000 mm per tahun.
• Suhu: Kelapa sawit tumbuh baik dalam iklim tropis dengan suhu optimal
sekitar 25-30°C.
b. Karet:
• Tinggi Pohon: Karet juga tumbuh menjadi pohon besar dengan tinggi
mencapai 20-30 meter.
• Siklus Hidup: Karet memiliki umur panjang, dengan masa produktif yang
dapat mencapai puluhan tahun.
• Curah Hujan: Karet membutuhkan curah hujan yang cukup tinggi, sekitar
2.000-3.000 mm per tahun.
• Suhu: Karet tumbuh baik dalam iklim tropis dengan suhu optimal sekitar
25-35°C.
Perlu dicatat bahwa meskipun ada beberapa perbedaan dalam sifat genetik dan
karakteristik pertumbuhan antara kelapa sawit dan karet, keduanya merupakan
tanaman perkebunan tropis yang memiliki peran penting dalam industri
dan ekonomi global.
6
2.1 Metode Perbanyakan
1. Perbanyakan Kelapa sawit
a. Perbanyakan Seksual (Generatif):
• Biji: Metode utama perbanyakan kelapa sawit adalah melalui biji
atau benih. Benih yang dihasilkan dari pohon induk yang unggul
ditanam dan dikembangkan menjadi bibit baru.
• Pemilihan dan Persiapan Benih: Benih dipilih dari pohon induk yang
memiliki sifat-sifat yang diinginkan, seperti produktivitas tinggi dan
kualitas buah yang baik. Benih kemudian dijemur, direndam, dan
diproses sebelum ditanam.
• Persemaian: Benih ditanam di persemaian atau bedengan khusus
untuk menghasilkan bibit kelapa sawit muda. Setelah mencapai
ukuran tertentu, bibit ini kemudian dipindahkan ke lahan yang lebih
luas.
b. Perbanyakan Aseksual (Vegetatif):
• Okulasi: Metode okulasi digunakan untuk menghasilkan klon kelapa
sawit yang unggul. Pada metode ini, tunas yang berasal dari pohon
induk unggul (yang disebut dengan mata okulasi) ditempatkan pada
batang atau bahan tanaman inang yang kompatibel.
• Stek Batang: Stek batang melibatkan pemotongan batang atau
ranting dari pohon induk unggul dan menanamnya secara langsung
di media yang sesuai untuk menghasilkan bibit baru.
Pada kelapa sawit, metode perbanyakan yang umum digunakan adalah
melalui biji (generatif). Bibit kelapa sawit dihasilkan dari proses
penyerbukan buatan yang memastikan keberagaman genetik dalam populasi
kelapa sawit.
2. Perbanyakan Karet
a. Perbanyakan Seksual (Generatif)
7
• Biji: Metode perbanyakan karet dapat dilakukan melalui biji atau
benih. Benih karet yang dihasilkan dari pohon induk yang unggul
dikumpulkan dan ditanam di persemaian.
• Persemaian: Benih karet ditanam di persemaian atau bedengan khusus
untuk menghasilkan bibit karet muda. Bibit ini kemudian dipindahkan
ke lahan yang lebih luas setelah mencapai ukuran tertentu.
b. Perbanyakan Aseksual (Vegetatif)
• Stek Batang: Metode utama perbanyakan karet adalah melalui stek
batang. Pucuk atau cabang yang sehat dan muda dari pohon karet
yang unggul dipotong dan ditanam langsung di media
tanamanPfaffenberger: Metode ini melibatkan pemotongan dan
penanaman cabang dari pohon karet unggul ke dalam lubang atau
parit yang digali di sepanjang jalur tanaman.
• Pembelahan Akar: Beberapa varietas karet dapat diperbanyak
dengan membagi rimpang akar menjadi beberapa bagian dan
menanamnya sebagai bibit baru.
Dalam pemuliaan karet, metode perbanyakan yang dominan adalah dengan
stek batang (vegetatif). Proses ini melibatkan pemotongan batang induk
yang kemudian diakar pada media tertentu sehingga menghasilkan klon
baru yang identik secara genetik dengan induknya.
8
berbeda. Tujuan utama dari seleksi genetik ini adalah untuk menghasilkan
varietas kelapa sawit yang memiliki potensi produksi yang tinggi dan
ketahanan yang baik terhadap faktor-faktor lingkungan dan patogen.
Ada beberapa metode seleksi genetik yang dapat diterapkan dalam
kelapa sawit, di antaranya:
1. Seleksi berbasis fenotip: Metode ini melibatkan pemilihan individu
berdasarkan sifat-sifat yang dapat diamati secara langsung, seperti
produksi TBS, kualitas minyak, dan pertumbuhan. Individu yang
memiliki performa yang baik dipilih untuk reproduksi.
9
2. Seleksi Genetik pada Tanaman Karet
Seleksi genetik pada tanaman karet juga merupakan metode yang
digunakan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas tanaman tersebut.
Seperti halnya dalam kelapa sawit, seleksi genetik pada tanaman karet
melibatkan pemilihan individu-individu yang memiliki sifat-sifat yang
diinginkan untuk diturunkan kepada generasi berikutnya.
Tujuan dari seleksi genetik pada tanaman karet adalah untuk
menghasilkan varietas yang memiliki karakteristik yang diinginkan, seperti
produksi getah yang tinggi, ketahanan terhadap penyakit, kualitas getah
yang baik, pertumbuhan yang kuat, dan adaptasi terhadap lingkungan yang
berbeda. Berikut ini adalah beberapa metode seleksi genetik yang dapat
diterapkan pada tanaman karet:
1. Seleksi berbasis fenotip: Metode ini melibatkan pemilihan individu
berdasarkan sifat-sifat yang dapat diamati secara langsung, seperti
produksi getah per pohon, tinggi tanaman, ketebalan kulit batang, dan
kekuatan getah. Individu-individu yang memiliki performa yang baik
dipilih untuk reproduksi.
2. Seleksi berbasis genotip: Metode ini melibatkan analisis genetik untuk
mengidentifikasi individu dengan kombinasi gen yang diinginkan.
Dengan menggunakan teknik pemetaan DNA dan marka molekuler,
peneliti dapat mengidentifikasi gen-gen yang terkait dengan sifat-sifat
yang diinginkan, seperti produksi getah dan resistensi terhadap
penyakit. Hal ini memungkinkan seleksi genetik yang lebih efisien dan
akurat.
3. Hibridisasi: Metode ini melibatkan persilangan antara individu-individu
yang memiliki sifat-sifat unggul yang berbeda. Tujuan hibridisasi
adalah untuk menggabungkan sifat-sifat yang diinginkan dari kedua
individu tersebut dalam satu varietas baru yang lebih unggul. Pada
tanaman karet, hibridisasi dapat dilakukan dengan menyilangkan
individu-individu yang memiliki produksi getah tinggi, ketahanan
terhadap penyakit, atau sifat-sifat lain yang diinginkan.
10
4. Kloning: Metode ini mirip dengan yang telah dijelaskan sebelumnya,
yaitu pembiakan individu-individu yang memiliki sifat-sifat unggul
secara aseksual melalui teknik kultur jaringan. Dengan cara ini, tanaman
karet yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan dapat diperbanyak
secara cepat dan konsisten.
Seleksi genetik pada tanaman karet juga merupakan proses yang
membutuhkan waktu dan upaya yang cukup besar. Namun, dengan
menggunakan metode-metode ini, diharapkan dapat dihasilkan varietas-
varietas karet yang lebih unggul dalam hal produktivitas, kualitas getah,
ketahanan terhadap penyakit, dan adaptasi terhadap kondisi
lingkungan yang berbeda.
11
persilangan, pemulia akan memilih individu-individu yang memiliki
performa terbaik dalam hal produksi minyak kelapa sawit.
• Karet: Seleksi genetik pada karet dapat dilakukan melalui pemuliaan
generatif maupun pemuliaan vegetatif. Pada pemuliaan generatif,
persilangan dilakukan antara individu-individu yang memiliki
karakteristik yang diinginkan. Namun, pada karet, seleksi juga dapat
dilakukan melalui pemuliaan vegetatif dengan memperbanyak
tanaman unggul secara vegetatif.
3. Variabilitas genetik:
• Kelapa sawit: Variabilitas genetik dalam kelapa sawit relatif lebih
rendah dibandingkan dengan karet. Ini dikarenakan kelapa sawit
merupakan tanaman yang hasilnya telah dihasilkan secara vegetatif
dari beberapa individu unggul yang diwariskan secara klonal.
• Karet: Variabilitas genetik dalam karet lebih tinggi karena tanaman
ini juga mengalami perkawinan bebas secara alami. Hal ini
memungkinkan adanya variasi genetik yang lebih besar dan
memungkinkan pemuliaan yang lebih efektif dalam menemukan
karakteristik yang diinginkan.
4. Waktu generasi:
• Kelapa sawit: Kelapa sawit memiliki waktu generasi yang relatif
panjang. Biasanya, perlu waktu sekitar 4-5 tahun untuk melihat hasil
produksi dan karakteristik tanaman yang dihasilkan dari seleksi
genetik.
• Karet: Waktu generasi karet relatif lebih pendek dibandingkan
dengan kelapa sawit. Dalam beberapa kasus, perubahan dalam
karakteristik tanaman dapat dilihat dalam waktu sekitar 2-3 tahun.
Perbedaan-perbedaan ini mencerminkan sifat dan kebutuhan dari
masing-masing tanaman, serta mempengaruhi pendekatan seleksi genetik
yang dilakukan dalam konteks kelapa sawit dan karet
12
2.3 Persilangan
1. Persilangan dalam Pemuliaan Tanaman Kelapa Sawit
Persilangan dalam pemuliaan kelapa sawit dilakukan untuk
menghasilkan varietas baru yang memiliki sifat-sifat unggul yang
diinginkan, seperti produktivitas tinggi, ketahanan terhadap penyakit,
ketahanan terhadap kondisi lingkungan yang buruk, dan kualitas minyak
yang baik. Berikut adalah beberapa tahapan umum dalam proses
persilangan dalam pemuliaan kelapa sawit:
1. Pemilihan induk betina (pohon induk betina): Tahap awal dalam
persilangan kelapa sawit adalah pemilihan pohon kelapa sawit betina
yang memiliki sifat-sifat unggul yang diinginkan, seperti produksi
tandan buah segar (TBS) yang tinggi atau kualitas minyak yang baik.
Pohon betina ini kemudian dijadikan sebagai induk dalam persilangan.
2. Pemilihan induk jantan (pohon induk jantan): Selanjutnya, dipilih pohon
kelapa sawit jantan yang memiliki sifat-sifat unggul yang komplementer
dengan induk betina yang dipilih. Pohon jantan ini digunakan untuk
memproduksi serbuk sari yang akan digunakan dalam proses
pembuahan.
3. Penyerbukan: Proses penyerbukan dilakukan dengan mengambil serbuk
sari dari bunga jantan dan mengoleskannya pada kepala putik bunga
betina. Biasanya, serbuk sari dikumpulkan dari bunga jantan yang sudah
matang secara seksual. Penyerbukan bisa dilakukan secara alami oleh
serangga penyerbuk atau secara buatan dengan bantuan tenaga manusia.
4. Pemantauan dan pemilihan benih: Setelah penyerbukan, buah yang
terbentuk dari bunga betina akan berkembang menjadi buah kelapa
sawit yang matang. Buah ini kemudian dipanen dan benihnya diambil
untuk tahap selanjutnya. Pada tahap ini, benih yang dihasilkan akan
dianalisis dan dipilih berdasarkan kriteria tertentu, seperti ukuran,
bentuk, dan kemampuan berkecambah yang baik.
5. Perbanyakan bibit: Benih yang terpilih kemudian akan ditanam untuk
menghasilkan bibit. Bibit tersebut akan dibudidayakan dalam kondisi
13
yang optimal untuk memastikan pertumbuhan yang baik dan
mempersiapkannya untuk pengujian dan penanaman selanjutnya.
14
4. Pemantauan dan pemilihan biji karet: Setelah penyerbukan, buah yang
terbentuk dari bunga betina akan berkembang menjadi buah karet yang
matang. Dalam buah karet tersebut terdapat biji karet yang berisi embrio
yang akan tumbuh menjadi bibit baru. Biji karet dipanen dan dipilih
berdasarkan kriteria tertentu, seperti ukuran, bentuk, dan kemampuan
berkecambah yang baik.
5. Perbanyakan bibit: Biji karet yang terpilih akan ditanam untuk
menghasilkan bibit. Biasanya, bibit karet diperbanyak melalui stek,
yaitu dengan memotong bagian dari batang atau cabang yang kemudian
ditanam menjadi bibit baru. Bibit-bibit ini akan dibudidayakan dalam
kondisi yang optimal untuk memastikan pertumbuhan yang baik dan
mempersiapkannya untuk pengujian dan penanaman selanjutnya.
15
Pemuliaan mokuler dalam kelapa sawit melibatkan beberapa
langkah. Pertama, para peneliti mengidentifikasi gen-gen yang
berhubungan dengan sifat-sifat yang diinginkan melalui studi genetika
molekuler dan analisis bioinformatika. Kemudian, mereka dapat
menggunakan teknik seperti rekayasa genetika atau marker-assisted
selection (seleksi berbantu penanda) untuk memindahkan atau memilih gen-
gen tersebut dalam tanaman kelapa sawit.
Rekayasa genetika melibatkan penempatan langsung gen yang
diinginkan ke dalam genom kelapa sawit menggunakan teknik seperti
transformasi genetik atau teknik lainnya. Ini memungkinkan transfer
langsung sifat-sifat yang diinginkan dari satu tanaman ke tanaman lainnya.
Selain itu, marker-assisted selection (MAS) memanfaatkan penanda
genetik yang terkait dengan sifat-sifat yang diinginkan untuk mempercepat
proses seleksi tanaman. Dengan menggunakan teknik ini, para pemulia
dapat melakukan seleksi berdasarkan informasi genetik tanpa harus
menunggu tanaman tumbuh dan berproduksi.
Pemuliaan mokuler dalam kelapa sawit memiliki potensi besar
untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi pemuliaan tanaman kelapa sawit.
Metode ini memungkinkan pemulia untuk menghasilkan varietas yang
memiliki sifat-sifat yang diinginkan dengan lebih cepat dan efisien
dibandingkan dengan metode tradisional pemuliaan tanaman.
Namun, penting untuk mencatat bahwa pemuliaan mokuler dalam
kelapa sawit masih merupakan area penelitian yang aktif, dan
implementasinya masih terbatas. Terdapat tantangan teknis, etis, dan
peraturan yang perlu diatasi sebelum metode ini dapat diterapkan secara
luas dalam praktik pemuliaan kelapa sawit.
16
karet. Metode ini melibatkan identifikasi dan manipulasi gen-gen yang
terlibat dalam sifat-sifat yang diinginkan, dengan tujuan menghasilkan
varietas karet yang lebih unggul.
Berikut adalah beberapa langkah yang terlibat dalam pemuliaan
molekuler pada tanaman karet:
1. Identifikasi gen-gen yang terkait dengan sifat-sifat yang diinginkan:
Peneliti menggunakan teknik genetika molekuler, seperti pemetaan
asosiasi atau analisis ekspresi gen, untuk mengidentifikasi gen-gen yang
berkaitan dengan sifat-sifat yang diinginkan pada tanaman karet.
Contoh sifat yang diinginkan meliputi produktivitas tinggi, kualitas
getah yang baik, resistensi terhadap penyakit atau hama, dan adaptasi
terhadap kondisi lingkungan tertentu.
2. Marker-assisted selection (MAS): Pemuliaan molekuler pada tanaman
karet dapat memanfaatkan penanda genetik yang terkait dengan sifat-
sifat yang diinginkan. Dengan menggunakan penanda genetik, pemulia
dapat melakukan seleksi tanaman dengan lebih efisien dan akurat.
Penanda genetik digunakan untuk memilih tanaman yang memiliki gen-
gen yang diinginkan, sehingga mempercepat proses seleksi dan
pengembangan varietas unggul.
3. Rekayasa genetika: Rekayasa genetika juga dapat digunakan dalam
pemuliaan molekuler pada tanaman karet. Dalam rekayasa genetika,
gen-gen yang diinginkan dari sumber lain dapat dimasukkan ke dalam
genom tanaman karet menggunakan teknik transformasi genetik. Hal ini
memungkinkan transfer langsung sifat-sifat yang diinginkan ke tanaman
karet, seperti ketahanan terhadap penyakit atau peningkatan
produktivitas.
4. Pemuliaan molekuler dalam tanaman karet dapat membantu
meningkatkan efisiensi dan akurasi pemuliaan. Dengan memanfaatkan
pengetahuan tentang genetika molekuler, pemulia dapat memilih
individu-individu dengan sifat-sifat yang diinginkan secara lebih cepat
17
dan efisien. Hal ini memungkinkan pengembangan varietas karet yang
lebih unggul dalam waktu yang lebih singkat.
18
3. Siklus Generasi:
• Kelapa Sawit: Siklus generasi dalam pemuliaan kelapa sawit relatif
lama, dengan waktu yang diperlukan antara penyerbukan hingga
munculnya bibit baru sekitar 10-12 tahun.
• Karet: Siklus generasi dalam pemuliaan karet lebih pendek
dibandingkan kelapa sawit, biasanya sekitar 6-8 tahun.
4. Teknik Molekuler:
• Kelapa Sawit: Teknik molekuler telah banyak digunakan dalam
pemuliaan kelapa sawit, termasuk dalam identifikasi varietas unggul
dan analisis DNA untuk pemahaman genetik.
• Karet: Teknik molekuler juga digunakan dalam pemuliaan karet,
terutama dalam penanda molekuler dan pemetaan genetik.
19
genetik terbatas. Hal ini dapat mengurangi fleksibilitas dalam pemuliaan
kelapa sawit dan meningkatkan risiko terhadap hama, penyakit, dan
perubahan lingkungan.
3. Kompleksitas Sistem Genomik: Genom kelapa sawit terdiri dari genom
dwi-kopi yang rumit. Hal ini menyulitkan analisis genetik dan pemetaan
karakteristik terkait dalam pemuliaan kelapa sawit. Pemahaman yang
lebih mendalam tentang genom kelapa sawit masih menjadi tantangan.
4. Ketahanan terhadap Penyakit dan Hama: Kelapa sawit rentan terhadap
berbagai penyakit dan hama, seperti penyakit layu Fusarium, penyakit
tanah Ganoderma, hama penggerek pucuk, dan hama penyebaran.
Pemuliaan kelapa sawit perlu fokus pada pengembangan varietas yang
lebih tahan terhadap serangan penyakit dan hama tersebut.
5. Faktor Lingkungan: Kelapa sawit tumbuh di berbagai kondisi
lingkungan yang berbeda, termasuk perbedaan iklim, tanah, dan
topografi. Pemuliaan kelapa sawit perlu mempertimbangkan adaptasi
terhadap kondisi lingkungan yang beragam untuk menghasilkan varietas
yang dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan hasil yang optimal di
berbagai wilayah.
6. Kualitas Minyak Sawit: Permintaan global terhadap minyak kelapa
sawit yang lebih berkualitas semakin meningkat. Oleh karena itu,
pemuliaan kelapa sawit harus fokus pada peningkatan kualitas minyak,
termasuk komposisi asam lemak, stabilitas oksidatif, dan sifat nutrisi.
20
Pemuliaan karet juga menghadapi beberapa tantangan yang perlu
diatasi dalam upaya meningkatkan produktivitas, kualitas, dan ketahanan
tanaman. Berikut adalah beberapa tantangan dalam pemuliaan karet:
1. Penyakit dan Hama: Karet rentan terhadap berbagai penyakit dan hama,
seperti penyakit akar Phytophthora, penyakit daun, penyakit jamur, dan
serangan serangga. Tantangan ini memerlukan pemuliaan untuk
mengembangkan varietas yang lebih tahan terhadap serangan penyakit
dan hama tersebut.
2. Produktivitas: Meskipun karet memiliki tingkat produktivitas yang
tinggi dibandingkan tanaman lain, tetap ada potensi untuk
meningkatkan produksi getah karet per pohon. Pemuliaan perlu fokus
pada pengembangan varietas yang memiliki produktivitas yang lebih
tinggi dan menghasilkan lebih banyak getah per pohon.
3. Kualitas Getah: Kualitas getah karet sangat penting dalam industri karet.
Pemuliaan perlu memperhatikan pengembangan varietas yang
menghasilkan getah berkualitas tinggi, termasuk getah dengan
kandungan lateks yang tinggi, tingkat kekentalan yang baik, sifat
elastisitas yang optimal, dan ketahanan terhadap oksidasi.
4. Variabilitas Genetik Terbatas: Industri karet umumnya mengandalkan
varietas unggul yang terbatas dalam budidaya. Hal ini menyebabkan
penurunan keragaman genetik yang dapat meningkatkan kerentanan
terhadap penyakit dan hama serta menurunkan adaptasi terhadap
perubahan lingkungan. Pemuliaan perlu memperluas keragaman genetik
dalam karet untuk mengurangi risiko tersebut.
5. Perubahan Iklim: Perubahan iklim, termasuk suhu yang meningkat dan
pola curah hujan yang tidak stabil, dapat berdampak negatif pada
pertumbuhan dan produktivitas karet. Pemuliaan perlu
mempertimbangkan ketahanan terhadap perubahan iklim dan
mengembangkan varietas yang lebih tahan terhadap stres lingkungan
yang disebabkan oleh perubahan iklim.
21
6. Masa Generasi: Masa generasi karet relatif panjang, dengan waktu yang
dibutuhkan sekitar 7-10 tahun sebelum tanaman mencapai produktivitas
maksimum. Hal ini membuat proses pemuliaan karet memakan waktu
yang lama dan memerlukan kesabaran dalam melihat hasil yang
signifikan.
22
Banyak perusahaan dan produsen minyak kelapa sawit berkomitmen
untuk memperbaiki praktik berkelanjutan dalam rantai pasokan,
termasuk mengurangi deforestasi, menjaga keanekaragaman hayati,
melindungi hak-hak pekerja, dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal.
23
getah yang lebih efisien, penggunaan sensor dan pemantauan jarak
jauh untuk mengoptimalkan pemeliharaan tanaman
24
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) dan karet (Hevea brasiliensis) adalah
dua tanaman komoditas yang penting dalam industri perkebunan. Kedua
tanaman ini memiliki peran ekonomi yang signifikan dan memberikan
kontribusi besar terhadap perekonomian global. Perbedaan Teknik
pemuliaannya terletak pada:
25
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Z., & Kushairi, A. (2014). Genetika dan pemuliaan kelapa sawit. Dalam Kelapa
Sawit: Pemuliaan, Genetika dan Genomik (hlm. 3-32).
Wickneswari, R., & Rajanaidu, N. (2011). Sumber daya genetik dan pemuliaan kelapa
sawit. Dalam Kemajuan dalam Strategi Pemuliaan Tanaman: Sifat Stres
Agronomis, Abiotik dan Biotik (hlm. 437-475).
Kushairi, A., & Kamarudin, N. (2016). Aplikasi genomik dalam pemuliaan kelapa sawit.
Dalam Kelapa Sawit: Prestasi dan Potensi (hlm. 273-301).
Harikrishna, K., & Ong-Abdullah, M. (2016). Pemuliaan molekuler kelapa sawit. Dalam
Sawit: Prestasi dan Potensi (hlm. 179-211).
Soh, A.C., & Rajanaidu, N. (2006). Program pemuliaan kelapa sawit di Malaysia. Dalam
Tinjauan Pemuliaan Tanaman (Vol. 26, hlm. 57-110). Wiley.
Wong, W.C., & Rajanaidu, N. (2005). Pemuliaan kelapa sawit di Malaysia: dulu, sekarang
dan masa depan. Dalam Tinjauan Pemuliaan Tanaman (Vol. 25, hlm. 151-190).
Wiley.
Purba, A.R., & Hapsoro, D. (2018). Pemuliaan kelapa sawit untuk hasil minyak yang tinggi
dan sifat-sifat lain yang diinginkan. Dalam Budidaya Kelapa Sawit: Fisiologi,
Produksi dan Manajemen (hlm. 153-172).
Sudheeran, P.K., & Rajan, P. (2013). Pemuliaan pohon karet (Hevea brasiliensis Muell.
Arg.). Dalam Pemuliaan Pohon: Prinsip dan Strategi (hlm. 335-349).
Krishnamoorthy, B., & Jaidi, N.A. (2015). Pemuliaan untuk hasil tinggi dan stabilitas hasil
di Hevea brasiliensis. Dalam Hevea Rubber (hlm. 77-95).
26