Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BT KOPI & KAKAO


“Intensifikasi Budidaya Kakao”

Anggota Kelompok II:

1. Aldo Rohmando
2. Bayu Rahmanda
3. Eka Dhany Saputra
4. Muhammad Naufal Alhaidar
5. Muhammad Ridho
6. Pitri Nurul Azmi Pulungan
7. Rayhansyah
8. Rizky Ahmad
9. Salsabila Kartika
10. Siti Machrani Nasya
11. Suhendi

PENGELOLAAN PERKEBUNAN DIPLOMA IV


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Intensifikasi Budidaya Kakao” ini sesuai dengan tenggat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Budidaya Tanaman Kopi dan Kakao. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang budidaya
tanaman kakao bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Bapak x selaku dosen
pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusun maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami susun
ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Yogyakarta, Mei 2023

Penulis

2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

C. Tujuan....................................................................................................... 2

D. Manfaat Makalah...................................................................................... 2

E. Metode Penyusunan Makalah................................................................... 2

BAB II .................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Tinjauan atau Kajian Teoritis ................................................................... 3

1) Kakao (Theobroma cacao L)................................................................. 3

2) Intensifikasi Budidaya Kakao................................................................ 4

3) Budidaya Tanaman Kakao…................................................................. 5

B. Pembahasan.............................................................................................. 6

BAB III................................................................................................................. 13

PENUTUP............................................................................................................ 13

A. Kesimpulan............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia terkenal dengan negara agraris di mana mayoritas penduduk


bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini di dikung oleh kesuburan lahan
pertanian karena lahan merupakan faktor yang paling utama sebagai
media pertumbuhan tanaman. Tanaman yang dimaksud adalah tanaman
kakao. Kakao merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting di
Indonesia.
Tanaman kakao merupakan tanaman tahunan yang mulai berbunga setelah
tanaman berumur 3 tahun. Puncak produksi bunga terjadi setelah berumur 4-5
tahun. Tanaman kakao dapat bertahan sampai berumur 20 tahun jika dengan
pengelolaan budidaya tanaman dengan baik.
Jika dikaji tentang teknik budidaya tanaman kakao pada kenyataannya akan
berhadapan dengan perawatan dan pemeliharaan tanaman kakao. Perawatan dan
pemeliharaan tanaman kakao dapat dilakukan pada masa Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM).
Melihat betapa pentingnya lahan untuk mendudung pertumbuhan tanaman
perkebunan, maka sangatlah diperlukan teknik budidaya yang tepat seperti
perawatan dan pemeliharaan tanaman kakao yang dapat dilakukan dengan
penyiangan, pemangkasan, pemupukan, penyemprotan pestisida, penyerbukan
buatan, penyiraman, dan rehabilitas tanaman dewasa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang diketahui mengenai intensifikasi budidaya kakao?
2. Apa yang diketahui mengenai tujuan intensifikasi budidaya kakao?
3. Apa yang diketahui mengenai cara atau teknik intensifikasi budidaya
kakao?

1
C. Tujuan
Makalah ini memiliki tujuan:
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui intensifikasi budidaya kakao
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui tujuan intensifikasi budidaya
kakao
3. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui cara atau teknik intensifikasi
budidaya kakao

D. Manfaat Makalah
Makalah ini dibuat guna menambah wawasan dan pengetahuan pembaca
mengenai intensifikasi budidaya tanaman kakao dan diharapkan makalah ini
dapat memberikan pandangan dan masukan bagi peningkatan mutu tanaman
kakao.

E. Metode Penyusunan Makalah


Metode yang digunakan untuk pembuatan dan penyusunan makalah
melalui literatur mengenai intensifikasi budidaya tanaman kakao berupa jurnal,
buku, maupun website terpercaya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan atau Kajian Teoritis

1) Kakao (Theobroma cacao L)


Kakao merupakan tanaman perkebunan yang saat ini banyak ditanam di
berbagai kawasan tropika. Indonesia adalah satu dari tiga negara pembudidaya
Kakao di dunia setelah Ivory-Coast dan Ghana dengan nilai produksi mencapai
1.315.800 ton/tahun. Laju perkembangan lahan perkebunan kakao meningkat
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sekitar 8% per tahun yang didominasi 90%
perkebunan rakyat. Masyarakat membudidaya terutama untuk dimanfaatkan
buahnya. Bagian buah yang dimanfaatkan yaitu kulit buah, pulp, dan biji
(Farhanandi dan Indah, 2022).
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu jenis tanaman
penyegar yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Kakao mempunyai peran penting
sebagai bahan dasar untuk produk pangan, kosmetik maupun kesehatan. Seluruh
bagian tanaman kakao dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai
ekonomis. Batang kakao yang meliputi 70% bagian tanaman kakao merupakan
bagian yang potensial untuk diolah menjadi gula kristal, pakan ternak, dan
bioetanol, sedangkan daun menghasilkan biomassa. Kandungan utama biji kakao
digunakan untuk industri cokelat dan turunannya, kosmetik, serta obat. Dari biji
dihasilkan pangan, gula, dan tepung (Martono, 2014). Berikut ini merupakan
taksonomi dari tanaman kakao:

Kingdom : Plantae
Filum : Spermatophyta
Kelas :Dicotyledoneae,
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L

3
Menurut Juliansih et, al (2023) kakao merupakan tanaman berkeping dua,
memiliki bagian tanaman lengkap yaitu akar, batang, daun, bunga, dan buah serta
biji. Tanaman kakao pada umur tiga tahun dapat mencapai tinggi 1,8 -3m, dan pada
umur 12 tahun mencapai tinggi 4,5-7m. Akar kakao adalah akar tunggang dengan
pertumbuhan akar 8m ke arah samping dan 15 m ke arah bawah. Ciri khusus daun
kakao ialah adanya dua ruas yang terdapat pada pangkal dan ujung tangkai daun.
Helai daun berbentuk bulat memanjang atau lonjong, pada ujung daun berbentuk
meruncing, serta pada pangkal daunnya meruncing, dengan tulang daun menyirip.
Bunga kakao akan terbentuk sepanjang tahun, berwarna putih agak kemerah-
merahan dan tidak berbau. Buah kakao memiliki warna sangat beragam, tetapi pada
dasarnya hanya ada dua warna. buah ketika muda berwarna hijau atau hjau agak
putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Buah akan matang setelah enam
bulan.

2) Intensifikasi Budidaya Kakao


Intensifikasi pertanian adalah usaha untuk meningkatkan hasil pertanian
dengan cara mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah ada. Intensifikasi
pertanian sangat dianjurkan pada daerah lahan yang sempit agar produk pertanian
bisa lebih tinggi dengan kualitas lebih baik. Intensifikasi merupakan penambahan
modal dan tenaga kerja pada kesatuan luas tanah yang telah ada dengan
memperbaiki cara pengolahannya dalam meningkatkan hasil pertanian. Kegiatan
intensifikasi pertanian yaitu pemberian pupuk sesuai aturan, pemberantasan OPT
yang dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas produk pertanian. Tujuan utama
dari pengelolaan lahan dengan penggunaan beberapa komponen intensifikasi
pertanian tersebut adalah untuk meningkatkan produktifitas dari komoditi tanaman
tertentu dan hal ini dapat dicapai dengan adanya penyesuaian lahan pertanian untuk
dapat optimal bagi pertumbuhan komoditi tanaman (Hanisah dan Juliana, 2015).
Menurut Rahayu (2022) kegiatan intensifikasi kakao untuk meningkatkan
produktivitas tanaman kakao melalui penerapan standar teknis budidaya kakao
yang baik dan benar. Contoh kebun kakao yang mendapat perlakuan intensifikasi
adalah kebun dengan jumlah tegakan/ populasi tanaman > 70% dari jumlah standar
(1000 pohon/ Ha), pohon pelindung > 20% dari standar, lahan memenuhi
persyaratan.

4
Upaya peningkatan produksi kakao dapat ditempuh melalui program
intensifikasi. Salah satu teknik intensifikasi yaitu dengan memperbanyak populasi
tanaman budidaya dalam satu luasan pertanaman dengan pengaturan jarak tanam
yang sesuai agar produktivitas lahan dapat dimaksimalkan. Jarak tanam yang ideal
bagi tanaman kakao adalah jarak yang sesuai dengan perkembangan bagian atas
tanaman serta cukup tersedia ruang bagi perkembangan perakaran di dalam tanah.
Dengan demikian, pilihan jarak tanam erat kaitannya dengan sifat pertumbuhan,
sumber bahan tanam dan kesuburan areal (Akhmad, 2018).

3) Budidaya Tanaman Kakao


Budidaya tanaman kakao adalah kegiatan pengembangan dan pemanfaatan
tanaman kakao melalui upaya manusia dengan modal, teknologi dan sumberdaya
lainnya untuk menghasilkan biji kakao guna memenuhi kebutuhan manusia secara
lebih baik. Budidaya kakao berkelanjutan adalah sistem budidaya kakao yang
ramah lingkungan dengan menerapkan prinsip-prinsip ekologi, ekonomi dan sosial
budaya. (Dhakiri, 2018).
Menurut Juliansih et, al (2023) bentuk kegiatan budidaya kakao
diantaranaya dimulai dari persiapan lahan, pembibitan, pemeliharaan bibit,
penyeleksian bibit dan penanaman bibit, pemeliharaan tanaman sampai panen.
Tanaman kakao yang dibudidayakan di Indonesia terdiri atas kakao jenis forastero
yang memiliki keping biji warna ungu, cita rasa serta aroma kurang enak, daya
hasil tinggi, serta relative tahan hama dan penyakit.

5
B. Pembahasan

Berikut ini merupakan teknik budidaya tanaman kakao dapat dilakukan sebagai
upaya peningkatan produksi kakao yang dapat ditempuh melalui program
intensifikasi.

1) Pemangkasan
Pemangkasan adalah kegiatan atau suatu upaya membuang bagian
tanaman yang kurang produktif agar semua daun produktif mendapat
penyinaran yang cukup sehingga mengoptimalkan proses fotosintesis.
Pemangkasan merupakan suatu tindakan yang dilakukan perkebunan kakao
untuk mengoptimalkan nilai LAI (Leaf Area Indeks) dan mengutamakan
ranting sebagai obyek pemangkasan sehingga tanaman kakao dapat
berproduksi baik dan terus menerus (Dhakiri, 2018).
Menurut Angela dan Efendi (2015) pengaruh pemangkasan pada
tanaman kakao berdampak besar, yaitu menurunkan kelembaban kebun,
memperoleh iklim mikro yang sehat dan produksi tinggi, serta pemangkasan
yang efektif dan tepat waktu dapat membantu pengontrolan penyakit tanaman
kakao. Pemangkasan pada tanaman kakao antara lain pemangkasan bentuk
untuk membentuk kerangka tanaman, pemangkasan pemeliharaan untuk
mempertahankan kerangka dan membuang cabang sakit, serta pemangkasan
produksi yang bertujuan untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah.

Berdasarkan dengan tujuannya pemangkasan pada tanamana kakao


dapat terbagi menjadi tiga jenis yaitu:
a) Pemangkasan bentuk
Pemangkasan bentuk dilakukan untuk membentuk kerangka
tanaman yang baik. Pemangkasan bentuk dilakukan pada tanaman
belum menghasilkan (TBM) dengan membentuk kerangka tanaman
yang kuat dan seimbang yaitu cabang primer dipelihara tiga yang
tumbuh kuat dan membentuk cabang sekunder diatur yang tumbuhnya
seimbang ke segala arah (Indah, dkk., 2014).

6
b) Pemangkasan Pemeliharaan
Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk memelihara
tanaman kakao agar pertumbuhannya dapat bertahan dengan baik dan
sehat. Pada tanaman menghasilkan kegiatan pemangkasan yang masih
dilakukan setiap tahunnya adalah pemangkasan pemeliharaan dan
pemangkasan produksi. Frekuensi pemangkasan pemeliharaan
sebaiknya dilakukan setiap 2-3 bulan.
Pemangkasan pemeliharaan dilakukan untuk membuang cabang
cacing, cabang yang terkena penyakit, dan cabang menggantung.
Pemangkasan pemeliharaan sebaiknya merupakan pemangkasan yang
ringan tetapi sering karena cabang yang dibuang adalah cabang yang
berdiameter kurang dari 2.5 cm. Pemangkasan pemeliharaan
sebaiknya menghindari pemotongan cabang dengan diameter lebih
dari 2.5 cm. Apabila terpaksa dilakukan pemotongan cabang besar
maka perlu meninggalkan sisa cabang sepanjang 5 cm (Angela dan
Efendi, 2015).

c) Pemangkasan Produksi
Pemangkasan produksi untuk memaksimalkan produktivitas
tanaman. Pada tanaman menghasilkan kegiatan pemangkasan yang
masih dilakukan setiap tahunnya adalah pemangkasan pemeliharaan
dan pemangkasan produksi. Pemangkasan produksi merupakan
pemangkasan berat karena untuk merangsang pertumbuhan bunga dan
buah. Pemangkasan produksi hanya dilakukan satu kali dalam setahun
yaitu pada awal musim hujan sekitar bulan November atau Desember
(Angela dan Efendi, 2015).

2) Pemupukan
Peningkatan produktivitas kakao perlu dilakukan agar dapat
memaksimalkan potensi hasil kakao. Peningkatan produktivitas kakao dapat
dilakukan dengan melakukan pemeliharaan yang intensif terutama pada fase
tanaman belum menghasilkan (TBM). Salah satu pemeliharaan yang perlu

7
dilakukan adalah pemupukan. Pemupukan perlu dilakukan untuk mengganti
kehilangan unsur hara dalam tanah akibat pencucian serta bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat meningkatkan
produktivitas tanaman (Tobing, dkk., 2019).
Selain itu, menurut Dhakiri (2018) pemupukan adalah tindakan
memberikan tambahan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dengan prinsip
keseimbangan dan bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah sekaligus
meningkatkan produksi tanaman.
Pemupukan dilakukan agar menambah unusur-unsur hara yang ada
dalam tanah sebagai akibat telah berkurangnya hara tanah karena dipakai
selama pertumbuhan tanaman kakao atau hara tanah hilang karena hanyut
terbawa air hujan. Pemupukan sebaiknya dilakukan setiap 3 bulan sekali
selama tanah masih cukup lembab menggunakan pupuk N, P, dan K atau
menggunakan pupuk organik. Namun apabila tanah tidak cukup lembab
terutama selama musim-musim kemarau maka sebaiknya pemupukan
dilakukan 2 kali setahun, yaitu pada pemulaan musim penghujan dan pada
akhir musim penghujan. Dosis pemupukan disesuaikan dengan umur
tanaman. Berikut adalah dosis pemupukan sesuai dengan perkembangan
umur tanaman (Artha, 2017).

Tabel 1. Dosis Pemupukan Kakao


Umur Tanaman Jenis Pupuk dan Dosis Pemupukan
(Tahun) Pupuk ZA (N) Pupuk TSP/DS Pupuk KCl (K)
(P)
1 2 x 25 gram 2 x 12,5 gram 2 x 12,5 gram
2 2 x 50 gram 2 x 25 gram 2 x 25 gram
3 2 x 100 gram 2 x 50 gram 2 x 50 gram
4 2 x 200 gram 2 x 100 gram 2 x 100 gram
5 2 x 250 gram 2 x 125 gram 2 x 125 gram
Umur 6 tahun dst dosis pemupukan sama dengan umur tanaman 5 tahun

8
3) Penyiangan
Rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman kakao hendaknya
dibersihkan secara berkala untuk menghindari terjadinya persaingan hara
maupun cahaya matahari. Rumput-rumput atau tanaman liar yang tumbuh
agak jauh dari tanaman kakao ketika tidak menaungi, maka dibiarkan saja
tumbuh. Namun setelah pertumbuhan tanaman liar maksimum yang ditandai
dengan mulai berbunga baru kemudian dilakukan penyiangan dan sisa-sisa
tanaman liar ini dijadikan mulsa (Artha, 2017).

4) Pengendalian OPT Pada Tanaman Kakao


Pada budidaya tanaman kakao terdapat berbagai jenis hama dan
penyakit. Hama dan penyakit menyebabkan tujuan budidaya tidak tercapai
secara optimal. Oleh karena itulah, pengenalan berbagai jenis hama dan
penyakit beserta siklus hidup dan cara pengendaliannya diperlukan untuk
dapat menekan kerugian yang ditimbulkan dari serangan organisme-
organisme pengganggu tanaman ini.
Pengendalian hama dan penyakit pada prinsipnya menggunakan
pendekatan ekologis, yaitu tindakan evaluasi dan penggabungan semua
teknik pengendalian secara terpadu. Tujuannya adalah untuk mengelola
populasi hama agar tidak terjadi kerusakan secara ekonomis yang bisa
berpengaruh buruk pada lingkungannya. Beberapa komponen teknologi
pengendalian yang dapat dipadukan adalah kultur teknis, mekanis, biologis,
pemanfaatan tanaman tahan, dan komponen kimiawi. Komponen kimiawi
merupakan pilihan paling terakhir yang dilakukan jika komponen lainnya
tidak mampu membendung peledakan populasi hama atau tanaman yang
terkena penyakit (Kementerian Pertanian, 2011).

a) Kultur Teknis
Pengendalian secara kulturteknis disebut sebagai pengendalian
agronomik yaitu pengendalian OPT dengan mengelola lingkungan
tanaman sehingga kurang cocok bagi kehidupan dan

9
perkembangbiakan OPT. Usaha pengendalian ini bersifat preventif,
dilakukan sebelum serangan OPT terjadi. Pelaksanaan
pengendaliannya mudah dan tidak menimbulkan pencemaran
lingkungan.
Kegiatan pengendalian secara kulturteknis dalam upaya
pengendalian hama Penggerek Buah Kakao (Conomorpha cramella)
yaitu sanitasi dan melakukan pangkas pemeliharaan secara berkala 3-
4 kali dalam setahun untuk mengurangi kelembaban dan
meningkatkan masuknya cahaya matahari ke lahan pertanaman
(Maryani dan Daniyati, 2019).
Selain itu, pengendalian secara kultur teknis yang dapat
dilakukan dalam upaya pengendalian penyakit Antraknosa yaitu pada
intensitas penyakit berat dilakukan pemupukan melalui daun,
penanaman pohon penaung untuk menjaga kelembapan mikroklimat
kebun, seperti lamtoro, dan sanitasi dengan memetik semua buah
busuk yang dilakukan bersamaan dengan pemangkasan ataupun saat
panen, dan mengambil yang jatuh dikumpulkan kemudian dikubur
sedalam minimal 30 cm (Maryani dan Daniyati, 2019).

b) Mekanis
Pengendalian OPT secara mekanis ialah pengendalian dengan
cara menangkap, memukul atau menghalangi secara langsung agar
OPT tidak menimbulkan kerugian ekonomi bagi tanaman budidaya.
Pengendalian secara mekanis dilakukan secara kontinu.
Kegiatan pengendalian secara mekanis dalam upaya
pengendalian hama Penggerek Buah Kakao (Conomorpha cramella)
yaitu melakukan penyarungan buah dengan kantong plastik pada buah
muda berukuran 8-15 cm dengan dasar kantong plastik dibiarkan
terbuka sebagai ventilasi untuk mengatur kelembaban buah yang
disarungi (Maryani dan Daniyati, 2019).

c) Biologis

10
Pengendalian OPT secara biologis ialah menggunakan
organisme hidup, yang bertindak baik sebagai predator, parasit
maupun patogen OPT.

Kegiatan pengendalian secara biologi dapat dilakukan dengan


pemanfaatan semut hitam (Dolichoderus thoracicus) dan pemanfaatan
APH Beauveria bassiana dosis 1-1,5 kg biakan padat/ha atau 50-100
gr spora/ha dengan volume semprot 500 l/ha dalam upaya
pengendalian hama Helopeltis sp (Maryani dan Daniyati, 2019).
Selain itu, menyemprotkan Jamur Trichoderma spp. pada buah
kakao sehat sebagai tindakan preventif dengan dosis 2kg/ha biakan
padat dengan volume semprot 500 l/ha dalam upaya pencegahan
penyakit busuk buah kakao (Maryani dan Daniyati, 2019).

d) Kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawi ialah pengendalian dengan
cara menggunakan senyawa kimia yaitu pestisida. Cara ini dianjurkan
sebagai alternatif pengendalian terakhir karena mempunyai efek
samping bagi kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia.
Kegiatan pengendalian secara kimiawi pada hama Kumbang
Daun Crysomelidae dapat dilakukan dengan penyemprotan pestisida
nabati yaitu ekstrak daun mimba, tembakau, babadotan dan sirsak
dengan konsentrasi 2,5-5%. Selain itu, penyemprotan insektisida
kimia yang merupakan pilihan terakhir jika intensitas serangan
kumbang berat. Insektisida yang digunakan berbahan aktif antara lain
sipermetrin, BPMC, dan MIPC (Maryani dan Daniyati, 2019).
Pengendalian secara kimiawi pada penyakit Vascular Streak
Dieback (VSD) yaitu penyemprotan fungisida golongan triazole pada
daun-daun muda sebagai tindakan preventif dengan konsentrasi 0,2%
(Maryani dan Daniyati, 2019).

5) Rehabilitas Tanaman Kakao

11
Rehabilitasi tanaman adalah upaya perbaikan kondisi tanaman dengan
menggunakan bahan tanam unggul untuk mengembalikan dan meningkatkan
produktivitas tanaman (Dhakiri, 2018).

Rehabilitasi tanaman kakao yaitu usaha membangun kembali suatu


blok tanaman kakao dengan kondisi yang telah rusak melalui tindakan-
tindakan rejuvinasi dan penyulaman untuk mengembalikan ke arah
pertumbuhan yang baik agar produksi dan produktivitas meningkat.
Rehabilitasi tanaman kakao dilaksanakan dengan cara menyambung dengan
klon unggul anjuran atau klonalisasi (Azwar, dkk., 2016).

Rehabilitasi tanaman kakao agar kebun tetap produktif dilakukan


dengan cara sambung samping dan sambung pucuk.
a) Sambung Samping
Sambung samping dilakukan pada awal musim hujan saat
tanaman tumbuh aktif, dilakukan pada batang bawah yang sehat dan
aktif yaitu kulit batang mudah dibuka, batang atas entres diambil dari
klon unggul, dan bahan entres dari cabang-cabang yang berwarna
hijau kecoklatan yang daunnya telah menua dengan diameter 0,75-
1,50 cm (Indah, dkk., 2014).
Rehabilitasi tanaman kakao dengan teknik sambung samping
membutuhkan entres dalam jumlah banyak yang berasal dari klon
unggul. Dengan teknik sambung samping, petani masih dapat
memanen buah kakao dari batang bawah selama batang atasnya
belum berbuah. Tanaman hasil sambung samping mulai dapat dipetik
buahnya pada umur 18 bulan setelah disambung, dan pada umur 3
tahun mampu menghasilkan 15-22 buah perpohon (Limbongan,
2011).

b) Sambung Pucuk
Sambung pucuk disarankan untuk tanaman yang batangnya
lengket yaitu pada tunas air yang sengaja dipelihara. Menurut
Ramadhani (2022) sambung pucuk adalah perbanyakan tanaman yang

12
merupakan gabungan antara perbanyakan generatif yaitu biji dengan
bagian vegetatif yaitu cabang, ranting atau pucuk yang berasal dari
tanaman lain yang disatukan. Tanaman yang telah disambungkan
mempunyai keungggulan dari segi kelebatan buah, ukuran buah dan
biji dan rasa serta ketahanan terhadap hama dan penyakit.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Intensifikasi merupakan usaha untuk meningkatkan hasil pertanian dengan
cara mengoptimalkan lahan pertanian yang ada. Upaya peningkatan
produksi kakao dapat dilakukan dengan menerapkan budidaya tanaman
kakao. Beberapa metode intensifikasi tanaman kakao yaitu pemangkasan,
pemupukan, penyiangan, pengendalian OPT pada tanaman kakao dan
rehabilitas tanaman kakao.

14
DAFTAR PUSTAKA

Angela dan Efendi, Darda. 2015. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao


(Theobroma Cacao L.) Di Cilacap, Jawa Tengah. Buletin Agrohorti, 3
(3) : 285 – 293

Akhmad, A. A. 2018. Produksi Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) Pada


Berbagai Jarak Tanam. Program Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan,, Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep.

Artha, I. N. 2017. Teknik Budidaya Tanaman Kakao. Universitas Udayana. Bali.

Azwar., Muljono, Pudji., dan Heraawati, Tin. 2016. Persepsi dan Partisipasi Petani
dalam Pelaksanaan Rehabilitasi Tanaman Kakao di Kabupaten Sigi
Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Penyuluhan, 12(2): 157-167

Dhakiri, M. H. 2018. Penerapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia


Kategori Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Golongan Pokok Pertanian
Tanaman, Peternakan, Perburuan, dan Kegiatan Yang Berhubungan
Dengan Bidang Budidaya Kakao Berkelanjutan. Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Jakarta.

Farhanandi, B. W dan Indah, N. K. 2022. Karakteristik Morfologi dan Anatomi


Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) yang Tumbuh pada Ketinggian
Berbeda. Jurnal Lentera Bio, 11(2): 310-325

Hanisah dan Juliana. 2015. Pengaruh Mutu Intensifikasi Terhadap Produksi Pada
Usahatani Kelapa Sawit (Elaeis Guenensis, Jacq) Di Kecamatan
Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Penelitian Agrisamudra,
2(1): 41-50
15
Indah, P. N., Augustien, Nora., dan Mulyadi. 2014. Standar Operasional Prosedur
Budidaya Tanaman Kakao. Semesta Anugrah. Jawa Timur.

Juliansih, N. K. A., dkk. 2023. Budidaya Kakao (Theobroma Cacao L.) Di Cau
Chocolates Bali. Jurnal Widya Biologi, 13(2): 103-114

Kementerian Pertanian. 2011. Pengendalian Hama Dan Penyakit Utama Tanaman


Kakao Pelatihan Teknis Budidaya Tanaman Kakao. Balai Besar
Pelatihan Pertanian. Batangkaluku

Limbongan, Jermia. 2011. Kesiapan Penerapan Teknologi Sambung Samping


Untuk Mendukung Program Rehabilitasi Tanaman Kakao. Jurnal
Litbang Pertanian, 30(4): 156-163

Martono, Budi. 2014. Karakteristik Morfologi dan Kegiatan Plasma Nutfah


Tanaman Kakao. Balai Penelitian Tanaman Industri Dan Penyegar.
Sukabumi.

Maryani, Yani Dan Daniati, Cucu. 2019. Hama Dan Penyakit Tanaman Kakao.
Kementerian Pertanian. Jakarta.

Rahayu, S. P. Upaya Peningkatan Produksi Kakao. Kementerian Pertanian.


Jakarta.

Rahmadhani, Rafika. 2022. Tingkat Keberhasilan Dan Pertumbuhan Sambung


Pucuk Tanaman Kakao (Theobrama Cacao L.) Pada Berbagai
Pasangan Klon Batang Bawah Dan Entres. Program Studi
Agroteknologi, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanauddin, Makassar.

Tobing, E. M. L., dkk. 2019. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Pupuk
Anorganik terhadap Pertumbuhan Kakao (Theobroma cacao L.) Belum
Menghasilkan Klon Sulawesi 1. Jurnal Agrikultura, 30 (2): 46-52
16

Anda mungkin juga menyukai