Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PENELITIAN

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT


PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)
DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO
KABUPATEN JEMBER

Oleh:
Yunan Erio Sandria
1410311030

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas


Fakultas Pertanian
Universitas Muhammdaiyah Jember
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas curahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga Proposal Penelitian yang berjudul “Teknik Pengendalian Hama dan Penyakit pada
tanaman Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Kabupaten Jember” dapat tersusun.

Dalam penyusunan Proposal penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,


pengarahan, dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

a) Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jember, yang telah berkenan


memberikan ijin untuk melaksanakan Penelitian.
b) Dosen pembimbing dalam penyusunan Proposal Penelitian.
c) Kepala Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Kabupaten Jember beserta staf yang telah
memberikan izin dan fasilitas untuk melaksanakan Penelitian..
d) Kedua orang tua dan keluarga besar, yang telah memberikan semangat dan bantuan
dalam penyusunan usulan Penelitian.
e) Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan usulan Penelitian

Demikian usulan Praktek Kerja Lapangan ini, penulis menyadari bahwa usulan
Praktik Kerja Lapangan ini masih kurang sempurna. Penulis berharap semoga usulan
Pratik Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Jember, 27 Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................


HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
DAFTAR TABEL..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Kakao ......................
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kakao .......................................
2.3 Hama dan Penyakit Tanaman Kakao .................................
2.4 Gejala dan Cara Pengendalian Hama Tanaman Kakao.....
2.5 Gejala dan Cara Pengendalian Penyakit Tanaman Kakao..

BAB III METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN


3.1 Tempat dan Waktu..............................................................
3.2 Metode Praktek Kerja Praktek............................................
3.3 Teknik Pengambilan Data ..................................................
3.4 Daftar Pertanyaan ...............................................................
3.5 Jadwal Kegiatan..................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
DAFTAR TABEL

No Uraian Halaman

1. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan..................................................


DAFTAR GAMBAR

No Uraian Halaman

1. Gambar 1 dan 2. Hama penggerek batang kakao Zeuzera coffear sp.


2. Gambar 3. Kepik penghisap buah kakao Helopeltis sp.
3. Gambar 4. Penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella atau Cocoa Mot.
4. Gambar 5. Kutu putih Planococcus citri.
5. Gambar 6. Ulat Kantong Clania  sp.
6. Gambar 7. Penyaki Busuk Buah Hitam
7. Gambar 8, Gambar 9 dan Gambar 10. Penyakit Kanker Batang
8. Gambar 11, Gambar 12 dan Gambar 13 Vascular Steak Dieback (VSD)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal
dari Amerika Selatan namun sekarang ditanam di berbagai kawasan tropika. Dari biji
tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Kakao merupakan
tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10m.
Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi
dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang
produktif.
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas andalan
perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya
sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu
kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan
agroindustri. Kakao lebih sering disebut sebagai buah coklat karena dari biji kakao yang
telah mengalami serangkaian proses pengolahan dapat dihasilkan coklat bubuk. Cokelat
dalam bentuk bubuk ini banyak dipakai sebagai bahan untuk membuat berbagai macam
produk makanan dan minuman, seperti susu, selai, roti, dan lain–lain. Selain sebagai
bahan makanan dan minuman, coklat juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
Tanaman kakao memiliki banyak manfaat. Tanaman kakao merupakan tanaman
yang digunakan sebagai penyedap makanan juga sebagai sumber lemak nabati. Kakao ini
juga digunakan sebagai bahan dalam pembuatan minuman, campuran gula-gula atau jenis
makanan lainnya (Karmawati, E. 2010). Suatu produk cokelat yang dihasilkan berawal
dari buah tanaman kakao kemudian diproses melalui beberapa tahapan yang relatif
panjang. Tanaman kakao akan meghasilkan buah kakao yang di dalamnya terdapat biji-
biji kakao.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini perlu dipecahkan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Pengendalian apa saja yang dilakukan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada
tanaman Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember?
2. Bagaimana cara pengendalian hama dan penyakit pada tanaman Kakao di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Jember?
3. Kendala apa saja yang dihadapi dalam melakukan pengemdalian hama dan penyakit pada
tanaman Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember?

1.3 Tujuan
Tujuan dilakukan Praktek Kerja Lapangan antara lain :

1. Untuk mengetahui pengendalian Hama dan Penyakit pada tanaman kakao yang
diterapkan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember.
2. Untuk mempelajari cara/proses pengendalian Hama dan Penyakit pada tanaman kakao
supaya berproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pengendalian Hama dan Penyakit
pada tanaman kakao.

1.4 Manfaat
Dalam praktek kerja lapangan dapat kita ambil manfaat antara lain :

1. Dapat menambah pengetahuan tenteang teknologi pengendalian Hama dan Penyakit


pada tanaman kakao.
2. Dapat menambah keterampilan dalam melakukan pengendalian Hama dan Penyakit
pada tanaman kakao.
3. Dapat menambah pengetahuan dasar sebagai pertimbangan untuk melakukan
penelitian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Kakao

Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman


perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara
dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu anggota genus
Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan, yang secara
sistematika mempunyai urutan taksa sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio       : Angiospermae

Kelas               : Dicotyledoneae

Ordo       : Malvales

Familia            : Sterculiaceae

Genus              : Theobroma

Spesies            : Theobroma cacao L.

Pada daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan
hujan tropis di Amerika Selatan (Karmawati, E. 2010), tumbuhnya selalu terlindung
pohon besar lain (Sunaryo, 1978). Selanjutnya menyebarkan dengan penyebaran
geografis abtara 20 LU – 20 LS, dengan batas penyebaran yang memberikan
keuntungan antara 10 LS dan 10 LU. Daerah hutan hujan tropis merupakan daerah
dengan sifat ekologi yang paling cocok untuk tanaman kakao (Karmawati, E. 2010).

2.1.1 Batang dan Cabang

Menurut (Primawati. 2003),  Tinggi tanaman kakao jika dibudidayakan di kebun


maka tinggi tanaman kakao umur 3 tahun mencapai 1,8 – 3 meter dan pada umur 12
tahun dapat mencapai 4,5 – 7 meter. Tinggi tanaman tersebut beragam , dipengaruhi
oleh intensitas naungan dan faktor-faktor tumbuh yang tersedia (Primawati. 2003).
PPKKI (2010), juga menyatakan bahwa tanaman kakao bersifat dimorfisme,
artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke
atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan
tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas
atau fan) (PPKKI, 2010)

Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 – 1,5 meter akan berhenti
tumbuh dan membentuk jorket(jorquette). Jorket adalah tempat percabangan dari pola
percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman kakao (Anonymus,
2013)

2.1.2 Daun

Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme. Pada
tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas
plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm (Hall (1932) dalam PPKI,
2010). Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya
(Hall (1932) dalam PPKI, 2010).

PPKKI (2010), juga menjelaskan bahwa salah satu sifat khusus daun kakao yaitu
adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai
daunyang membuat daun mapu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah
datangnya sinar matahari.Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun
meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus).Susunan daun tulang
menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun.Tepi daun rata,
daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen.Warna daun dewasa hijau tua
bergantung pada kultivarnya.Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm.
Permukaan daun licin dan mengkilap (PPKKI, 2010).

2.1.3 Bunga

Tanamankakao bersifat kauliflori.Artinya bunga tumbuh dan berkembang dari


bekas ketiak daun pada batang dan cabang.Tempat tumbuh bunga tersebut semakin
lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut denganbantalan bunga
(cushioll). Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G (5) artinya, bunga disusun
oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang
tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya
1 lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu (Anonymus, 2013).

Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan.Warna yang kuat terdapat
pada benang sari dan daun mahkota.Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar.
Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkota panjangnya 6-8 mm,
terdiri atas dua bagian.Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan
bisanya terdapat dua garis merah. Bagian ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel,
dan berwarna putih (Anonymus, 2013)

2.1.4 Buah dan Biji

Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam
warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak
akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah,
setelah masak berwarna jingga (oranye) (Anonymus, 2013).

Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-
seling.Pada tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas.Kulit buahnya tebal tetapi
lunak dan permukaannya kasar.Sebaliknya, pada tipe forasero, permukaan kulit buah
pada umumnya halus (rata), kulitnya tipis, tetapi dan liat. Buah akan masak setelah
berumur enam bulan. Pada saat itu ukurannya beragam, dari panjang 10 hingga 30
cm, pada kultivar dan faktor-faktor lingkungan selama perkembangan buah
(Anonymus, 2013).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kakao

Habitat alam tanaman kakao berada di hutan beriklim tropis.Kakao merupakan


tanaman tropis yang suka akan naungan (ShadeLoving Plant) dengan potensi hasil
bervariasi 50-120 buah/pohon/tahun. Varietas yang umum terdiri atas :
Criolo,Forastero, dan Trinitario (hibrida) yang merupakan hasil persilanganCriolo dan
Forastero. Forastero lebih sesuai di dataran rendah,sedangkan Criolo dapat ditanam
sampai dengan dataran agaktinggi. Criolo terdiri atas kultivar South American Criolos
dan Central American Criolos, sedangkan Forastero terdiri atas kultivar
LowerAmazone Hybrid (LAH) dan Upper Amazone Hybrid (UAH).UAH mempunyai
karakter produksi tinggi, cepat mengalami fasegeneratif/berbuah setelah umur 2
tahun, tahan penyakit VSD(Vascular Streak Dieback), masa panen sepanjang tahun
danfermentasinya hanya 6 hari.

2.2.1 Tanah

Tanah merupakan komponen hidup dari tanaman yang sangat penting. Dalam
kehidupan tanaman fungsi tanah yang utama adalah memberikan unsur hara, baik
sebagai medium pertukaran maupun sebagai tempat memberikan air, juga sebagai
tempat berpegang dan bertopang untuk tumbuh tegak bagi tanaman (Harjadi, 1986).

Tanaman kakao untuk tumbuhnya memerlukan kondisi tanah yang mempunyai


kandungan bahan organ yang cukup, lapisan olah yang dalam untuk membantu
pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik seperti struktur tanah yang gembur juga sistem
drainase yang baik.PH tanah yang ideal berkisar antara 6 – 7 (Suhardjo dan Butar-
butar, 1979).

Menurut Situmorang (1973) tanah mempunyai hubungan erat dengan sistem


perakaran tanaman kakao, karena perakaran tanaman kakao sangat dangkal dan
hampir 80% dari akar tanaman kakao berada disekitar 15 cm dari permukaan tanah,
sehingga untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik tanaman kakao menghendaki
struktur tanah yang gembur agar perkembangan akar tidak terhambat. Selanjutnya
Tjasadiharja (1980) berpendapat, perkembangan akar yang baik menentukan jumlah
dan distribusi akar yang kemudian berfungsi sebagai organ penyerapan hara dari
tanah.

Tanaman kakao menghendaki permukaan air tanah yang dalam.Permukaan air


tanah yang dangkal menyebabkan dangkalnya perakaran sehingga tumbuhnya
tanaman kurang kuat (Anonymous, 1988).

2.2.2 Iklim

Lingkungan yang alami bagi tanaman kakao adalah hutan tropis, dengan
demikian curah hujan, suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya dan angin
merupakan faktor pembatas penyebaran tanaman kakao (Siregaret al., 1989).

Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 – 600 meter diatas
permukaan laut, dengan penyebaran meliputi 20˚ LU dan 20˚ LS.Daerah yang ideal
untuk pertumbuhannya berkisar antara 10˚ LU dan 10˚ LS (Suyoto dan Djamin,
1983).

Tanaman kakao dalam pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan


persediaan air yang cukup.Air ini diperoleh dari dalam tanah yang berasal dari air
hujan atau air siraman.Curah hujan yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kakao
berkisar antara 1.500 – 2.000 mm setiap tahun, dengan penyebaran yang merata
sepanjang tahun.Curah hujan 1.354 mm/tahun dianggap cukup jika hujan merata
sepanjang tahun dengan musim kering tidak lebih dari 3 bulan (Suyoto dan Djamin,
1983).

Siregar etal., (1989) menyatakan suhu yang ideal untuk pertumbuhan tanaman
kakao adalah sekitar 25 - 27˚ C dengan fluktuasi suhu yang tidak terlalu besar. Rata-
rata suhu minimum adalah 13 - 21˚ C dan rata-rata suhu maksimum adalah 30 - 32˚ C.
Berdasarkan kesesuaian terhadap suhu tersebut maka tanaman kakao secara komersial
sangat baik dikembangkan di daerah tropis.

Untuk terjaminnya keseimbangan metabolisme maka kelembaban yang


dikehendaki tanaman kakao adalah 80% sesuai dengan iklim tropis (Sunaryono dan
Arief Iswanto, 1985).

Wiradjo (1984) menyatakan pada penanaman tanaman kakao intensitas cahaya


ternyata lebih penting artinya dalam mempengaruhi pertumbuhan kakao dari pada
unsur hara dan air. Di samping pengaruh langsung terhadap potosintesis, intensitas
cahaya juga berpengaruh terhadap proses trasparasi dan degrasi klorofil daun.

Selanjutnya menurut Suyoto dan Djamin (1983), intensitas cahaya matahari yang
diterima tanaman kakao berpengaruh terhadap pertumbuhan.Kebutuhan tanaman
terhadap intensitas cahaya matahari bervariasi, tergantung pada fase pertumbuhan dan
umur tanaman.Intensitas cahaya yang ideal bagi tanaman kakao adalah antara 50 –
70%.

2.2.3 Sinar matahari

Kebutuhan sinar matahari untuk kakao tergantung dari besar kecilnya


tanaman.Tanaman muda memerlukan sinar matahari sekitar 25 – 35% dari sinar
matahari penuh sedangkan untuk tanaman dewasa kebutuhannya semakin besar yaitu
65 – 75 %. Hal ini dapat diatur dengan cara mengatur tanaman pelindung (Sunanto,
1992). Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya di dalam
fotosintesis setiap daun kakao yang telah membuka sempurna berada pada sekitar 3 –
30 % cahaya matahari (Siregar et al., 2000).

2.2.4 Kelembaban udara

Kelembaban udara di areal tanaman kakao perlu juga diperhatikan, agar


tanaman bisa tumbuh secara maksimal.Karena kelembaban udara sangat
mempengaruhi pertumbuhan daun kakao. Tanaman kakao yang tumbuh di areal
dengan kelembaban udara relatif 50-60% akan memiliki daun lebat dan berukuran
besar. Tapi apabila kelembaban udara terlalu tinggi menyebabkan berkembangnya
cendawan patogen, sementara kalau kelembaban terlalu rendah akan mempercepat
penguapan.

2.2.5 Ketinggian tempat

Tanaman kakao dapat tumbuh baik dan berbuah banyak di daerah yang
mempunyai ketinggian 100 – 600 meter di atas permukaan laut (Sunanto, 1992).
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kakao yang memiliki kemasaman 6,0 –
7,5 dan tidak lebih dari pH 8,0 serta tidak lebih rendah dari pH 4,0. Tekstur tanah
yang baik adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30 – 40% fraksi liat, 50%
pasir dan 10 – 20% debu (Siregar et al., 2000).Curah hujan tahunan yang ideal bagi
tanaman kakao berkisar antara 1100 – 3000 mm, sedang curah hujan tahunan yang
melebihi 4500 mm tidak cocok bagi pengembangan tanaman kakao terutama erat
kaitannya dengan penyakit busuk buah. Suhu ideal bagi tanaman kakao, maksimum
berkisar antara 30 – 320C dan suhu minimum 18 – 210C, namun pada kultivar
tertentu kakao masih dapat tumbuh baik pada suhu 150C, sedang rata-rata suhu
bulanan 26,60 derajat celcius (Syamsulbahri, 1996).

2.3 Hama dan Penyakit Tanaman Kakao

Pengertian hama secara luas adalah : organisme penganggu pada tanaman.


Secara umum organisme tersebut adalah : mikroorganisme (virus, bakteri, jamur,
protozoa), gulma, dan binatang (filum Nemathelminthes, mollusca, Arthropoda dan
Chordata) (Nurdiansyah Fuad 2011)

Berikut beberapa hama pada tanaman kakao adalah :

2.3.1 Hama penggerek batang kakao (Zeuzera coffear sp.)

Menurut Ratmawati (2002) Penggerek Batang Kakao (Zeuzera sp.)


diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Lepidoptera
Family             : Cossidae
Genus              : Zeuzera
Spesies            : Zeuzera sp.

Gambar 1 dan 2. Hama penggerek batang kakao Zeuzera coffear sp.

2.3.2 Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp.)

Menurut Borror dkk, (1992) klasifikasi Helopetis sp. adalah


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hemiptera
Famili : Miridae
Genus : Helopeltis
Spesies : Helopeltis antonii

Gambar 3. Kepik penghisap buah kakao Helopeltis sp.

2.3.3 Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella atau Cocoa Mot.)

(Untung, K. 2003) Penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella atau Cocoa


Mot. diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Gracillariidae
Genus : Conopomorpha
Spesies : C. Cramellera
Gambar 4. Penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella atau Cocoa Mot.

2.3.4 Kutu putih (Planococcus citri.)

Menurut Nugraha, 2010 Kutu putih Planococcus citri. diklasifikasikan sebagai berikut
:

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hemiptera
Famili : Pseudocococcidae
Genus : Planococcus
Spesies : Planococcus citri.
Gambar 5. Kutu putih Planococcus citri.

2.3.5 Ulat kantong (Clania  sp.)

Anonymous, 2010 Ulat kantong  Clania sp. Diklasifikasikan sebagai berikut :


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Psychidae
Genus : Clania
Spesies : Clania sp.

Gambar 6. Ulat Kantong Clania  sp.

Berikut beberapa penyakit yang biasa menyerang tanaman kakao adalah :

2.3.6 Busuk Buah Hitam


Gambar 7. Penyaki Busuk Buah Hitam

Penyakit busuk buah kakao adalah salah satu penyakit penting yang sering menyerang


tanaman kakao. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cendawan Phythoptora palmivora
pada buah. Cendawan Phythoptora palmivora sebenarnya juga dapat menginfeksi pada
bagian tanaman kakao lainnya seperti batang, daun, tunas, bahkan bunga. Kendatipun
demikian, dampak negatif serangan pada bagian tanaman lainnya tersebut tidak sebesar
jika cendawan ini menginfeksi buah.

Buah yang terserang awalnya ditandai pembusukan dan disertai bercak coklat
kehitaman dengan batas yang tegas gejala ini biasanya di mulaidari pangkal buah
kemudian menjadi busuk basah, dan selanjutnya gejala menyebar menutupi seluruh
permukaan buah (Wahyudi dkk., 2008 dan Rubiyo, 2013).

2.3.7 Kanker batang

Gambar 8, Gambar 9 dan Gambar 10. Penyakit Kanker Batang

Penyakit kanker batang adalah salah satu penyakit penting bagi tanaman kakao
yang disebabkan oleh infeksi cendawan Phythotora palmivora pada batang dan
cabang tanaman kakao. Cendawan Phytoptora palmivora yang juga penyebab
penyakit busuk buah tanaman kakao ini sering menyerang kebun kakao yang lembab
dan gelap. Penyebaran penyakit kanker batang sama dengan penyebaran penyakit
busuk buah. Penyakit ini dapat terjadi karena patogen yang menginfeksi buah
menjalar melalui tangkai buah atau bantalan bunga dan mencapai batang/cabang.
Penyakit ini berkembang pada kebun kakao yang mempunyai kelembaban dan curah
hujan tinggi atau sering tergenang air.

2.3.8 Vascular Steak Dieback (VSD)

Gambar 11, Gambar 12 dan Gambar 13 Vascular Steak Dieback  (VSD)


Penyakit VSD (Vaskular Streak Dieback) adalah salah satu penyakit yang
disebabkan oleh infeksi cendawan Oncobasidium theobromae pada tanaman kakao.
Penyakit ini dapat menyerang pada semua fase pertumbuhan tanaman kakao, mulai dari
fase pembibitan hingga fase tanaman berproduksi. Serangan umumnya dimulai dari
bagian pucuk pada ranting tanaman.

Penyebaran penyakit melalui spora yang terbawa angin dan bahan vegetatif tanaman.
Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban. Embun dan cuaca basah membantu
perkecambahan spora. Pelepasan dan penyebaran spora sangat dipengaruhi oleh cahaya
gelap.

2.4 Gejala dan Cara Pengendalian Hama Tanaman Kakao

2.4.1 Hama penggerek batang kakao (Zeuzera coffear sp.)


Biasanya serangan terjadi pada tanaman muda (TBM). Ulat hama ini merusak bagian
batang/cabang dengan cara menggerek menuju empelur (xylem) batang/cabang. Awal
serangan terdapat lubang gerekan pada batang atau cabang, pada permukaan lubang sering
terdapat campuran kotoran Z. coffeae dengan serpihan jaringan. Akibat gerekan larva,
bagian tanaman di atas lubang, gerekan layu, kering dan mati. Cara pengendaliannya ada 3
cara, yaitu :
a. Cara mekanis; Potong batang/cabang yang terserang 10 cm di bawah lubang gerek
ke arah pangkal batang/cabang lalu larva di bakar.
b. Cara kimiawi; Injeksi dengan insektisida racun nafas ke dalam lubang gerekan.
c. Cara Biologi; Semprotkan suspensi konidia jamur Beauveria bassiana ke dalam
lubang gerekan dengan konsentrasi 1,18 x 10 konidia/ml air.

2.4.2 Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp.)


Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman.
Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati, tetapi jika tumbuh terus,
permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk. Serangan pada pucuk atau
ranting menyebabkan pucuk layu dan mati (die back), ranting mengering dan meranggas.
Cara pengendalianya ada 2 cara, yaitu :
a. Kimiawi, dengan Sistem Peringatan Dini (SPD), bila tingkat serangan Helopeltis <
15% yaitu diamati seminggu sekali dan bila ada gejala serangan langsung dilakukan
penyemprotan pada areal terbatas. Jika tingkat serangan > 15% penyemprotan
dilakukan secara menyeluruh (blanket spraying). Keberhasilan pengendalian SPD
ditentukan faktor-faktor : organisasi, keterampilan dan kedisiplinan tenaga pengamat,
penyemprot dan pengawas.
b. Biologis, menggunakan semut hitam (Dolichoderus thoracichus). Sarang semut
dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa, lalu letakkan di atas jorket. Selain itu
dengan jamur Beauveria bassiana dengan dosis 25 -50 gram spora /ha. Pengendalian
secara biologi tidak dapat digabungkan dengan cara kimiawi.

2.4.3 Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella atau Cocoa Mot.)


Pada awal serangan terlihat pada buah masak, kulit buah berwarna pudar dan timbul
belang berwarna jingga serta jika digoyang tidak berbunyi. Jika dibelah daging buah
berwarna hitam, biji-biji kakao saling melekat, biji tidak berkembang, ukuran biji kecil
dan tidak bernas. Kerugian bisa mencapai 80%. Cara pengendalian ada 2 cara , yaitu :

a. Untuk Daerah Bebas PBK


1) Karantina, yaitu tidak memasukkan bahan tanaman kakao dan perlengkapan lain
dari daerah terserang PBK.
2) Monitoring hama di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) bertujuan untuk
mendeteksi dini adanya serangan baru.
3) Sanitasi, dengan menguburkan kulit buah, plasenta dan buah busuk.
b. Untuk Daerah Serangan PBK
1) Lakukan pangkasan bentuk, membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4 m untuk
mempermudah pengendalian dan panen.
2) Panen sering satu minggu sekali, dan sanitasi. Buah dibawa ke TPH dan buah
segera diambil bijinya.
3) Penyelubungan buah berukuran 8-10 cm dengan kantong plastik (kondomisasi).
4) Pengendalian secara biologi dengan menggunakan semut hitam. Untuk
meningkatkan populasi semut hitam perlu membuat saran dari lipatan daun kelapa
atau daun kakao, dan diletakkan di atas jorket.
5) Penyemprotan insektisida, terutama dari golongan sintetik piretroid, antara lain :
deltametrin (Decis 2,5 EC), sihalotrin (Matador 25 EC), betasiflutrin (Buldok 25
EC), esfenvalerat sumialpha 25 EC. Dengan konsentrasi formulasi berturut – turut
0,6%, 0,6%, 0,20% dan 0,20%. Alat semprot knapsack sprayer, volume semprot
250 l/ha, frekuensi 10 hari sekali, sasaran semua buah dan cabang horizontal.
2.4.4 Kutu putih (Planococcus citri.)
Kutu putih (Planococus citri) adalah kutu yang dapat menjadi hama dan sekaligus
juga dapat menjadi alternatif pengendalian hama lainnya seperti penggerek buah
kakao dan penghisap buah kakao. Kutu yang temasuk ke dalam family pseudococeae
dan ordo homoptera ini menjadi hama jika menyerang bunga, calon buah, tunas, dan
daun-daun muda tanaman kakao. Sedangkan jika menempel pada buah, kutu putih
justru dapat mengundang semut hitam yang merupakan predator beberapa hama.

Serangan kutu putih pada tunas daun menyebabkan terjadinya pertumbuhan yang
tidak normal pada daun tersebut dan terjadinya pembengkokan pada cabang yang
terbentuk dari tunas yang terserang. Serangan kutu putih pada bunga dan calon buah
dapat menyebabkan pertumbuhan buah menjadi abnormal. Sedangkan pada buah
dewasa, serangan kutu putih tidak menimbulkan masalah yang berarti. Cara
pengendaliannya yaitu dengan cara mengembangbiakan semut hitam yang dapat
mempredasi telur dan memakan selaput atau lapisan lilin pada tubuh kutu putih.
Lapisan lilin pada tubuh kutu putih ini diketahui memiliki kandungan zat tepung
(karbohidrat) yang sangat disukai oleh semut hitam. Namun, pada intensitas serangan
yang terlalu tinggi, populasi kutu putih juga dapat dikendalikan dengan aplikasi
insektisida berbahan aktif fosfamidon, karbaril, dan monokrotofos.
2.4.5 Ulat kantong (Clania sp.)
Ulat kantong (Clania sp.) adalah hama yang biasa menyerang daun-daun kakao
hingga menyebabkan tanaman menjadi gundul. Ulat ini juga dapat menyerang kulit
kayu cabang yang masih muda. Jika daun-daun pada tanaman telah gundul karena
habis dimakan, serangan ulat kantong dapat beralih ke tunas-tunas baru yang tumbuh,
sehingga dapat menyebabkan kematian pucuk.adalah hama yang biasa menyerang
daun-daun kakao hingga menyebabkan tanaman menjadi gundul. Ulat ini juga dapat
menyerang kulit kayu cabang yang masih muda. Jika daun-daun pada tanaman telah
gundul karena habis dimakan, serangan ulat kantong dapat beralih ke tunas-tunas baru
yang tumbuh, sehingga dapat menyebabkan kematian pucuk.

Populasi dan serangan ulat kantong dapat dikendalikan dengan mengaplikasikan


insektisida lambung seperti dipterex dan thuricide. Penggunaan insektisida dari jenis
racun lambung didasari pada alasan karena ulat ini hidup di dalam kantong.

2.5 Gejala dan Cara Pengendalian Penyakit Tanaman Kakao

2.5.1 Busuk Buah Hitam


Buah yang terserang nampak bercak bercak coklat kehitaman, biasanya dimulai
dari pangkal, tengah atau ujung buah. Apabila keadaan kebun lembab, maka bercak
tersebut akan meluas dengan cepat ke seluruh permukaan buah, sehingga menjadi
busuk, kehitaman dan apabila ditekan dengan jari terasa lembek dan basah. Cara
pengendalian ada 3 cara, yaitu :
a. Sanitasi kebun, yaitu memetik semua buah busuk, kemudian dibenamkan dalam tanah
sedalam 30 cm.
b. Kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan pangkasan tanaman
kakao, sehingga kelembaban di dalam kebun turun.
c. Kimiawi, yaitu penyemprotan buah-buah sehat secara preventif dengan fungisida
berbahan aktif tembaga (Copper Sandoz, paket NORBESAN plus Fifanon, Cobox dll)
konsentrasi formulasi 0,3%, selang waktu 2 minggu.

2.5.2 Kanker Batang


Gejala kanker diawali dengan adanya bagian batang/cabang menggembung
berwarna lebih gelap/ kehitam-hitaman dan permukaan kulit retak. Bagian tersebut
membusuk dan basah serta terdapat cairan kemerahan yang kemudian tampak seperti
lapisan karat. Jika lapisan kulit luar dibersihkan, maka akan tampak lapisan di
bawahnya membusuk dan berwarna merah anggur kemudian menjadi coklat. Cara
penegendalian ada 3 cara, yaitu :
a. Kulit batang yang membusuk dikupas sampai batas kulit yang sehat.
b. Luka kupasan dioles dengan fungisida tembaga misal Copper Sandoz, paket
NORBESAN plus Fifanon dll., konsentrasi 3% formulasi.
c. Bila serangan pada kulit batang sudah hampir melingkar, maka tanaman dipotong atau
dibongkar.

2.5.3 Vascular Steak Dieback (VSD)


Gejala tanaman terserang, daun-daun menguning lebih awal dari waktu yang
sebenarnya dengan bercak berwarna hijau, dan gugur sehingga terdapat ranting tanpa
daun (ompong). Bila permukaan bekas menempelnya daun diiris tipis, akan terlihat
gejala bintik 3 kecoklatan. Permukaan kulit ranting kasar dan belang, bila diiris
memanjang tampak jaringan pembuluh kayu yang rusak berupa garis-garis kecil
(streak) berwarna kecoklatan.
Cara pengendalian ada 3 cara, yaitu :
a. Pengendalian penyakit dengan memotong ranting/cabang terserang sampai 30cm pada
bagian yang masih sehat kemudian dipupuk NPK 1,5 kali dosis anjuran.
b. Pemangkasan bentuk yang sekaligus mengurangi kelembaban dan memberikan sinar
matahari yang cukup. Pemangkasan dilakukan pada saat selesai panen sebelum
muncul flush.
c. Parit drainase dibuat untuk menghindari genangan air dalam kebun pada musim
hujan.
d. Untuk pencegahan, tidak menggunakan bahan tanaman kakao dari kebun yang
terserang VSD,
dan menanam klon kakao yang tahan atautoleran terhadap VSD.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


1. Waktu
Praktek Kerja Lapangan akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September
2020.
2. Tempat pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan akan dilaksanakan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Kab.Jember
3.2 Metode Penelitian
1. Observasi yaitu pengambilan data dengan mengikuti, melaksanakan dan mengamati
secara langsung bagaimana cara melakukan pengendalian Hama dan Penyakit pada
Tanaman Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember.
2. Interview yaitu pengambilan data melalui pertanyaan secara langsung kepada
pembimbing dan petugas yang ada di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember.
3. Studi pustaka yaitu mempelajari permasalahan tersebut dari berbagai literature atau
catatan yang ada di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember yang bersangkutan
maupun diluar sebagai pelengkap.

3.3 Teknik Pengambilan Data


1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara observasi di lapang, wawancara langsung,
dan mengikuti semua kegiatan tentang pengendalian hama dan penyakit pada tanaman
pisang . Wawancara dilakukan pada saat pelaksanaan praktik kerja lapangan dengan
menanyakan langsung kepada pembimbing penelitian dan petani sebagai pengguna
teknologi ini.

2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari hasil catatan dan studi pustaka serta informasi lain
yang mendukung materi Penelitian.. Catatan atau dokumen yang ada di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Jember atau sumber - sumber lain yang dipelajari dan
dikaji untuk mendukung dalam pembahasan terkait materi Penelitian.
3.4 Daftar Pertanyaan
1. Dimana lokasi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember dan bagaimana faktor-faktor
lingkungan di lokasi tersebut, seperti tanah dan iklim?
2. Apa faktor pembatas dan penunjang dalam membrantas hama dan penyakit pada
tanaman kakao ?
3. Kendala apa saja yang di hadapi dalam proses pengendalian hama dan penyakit pada
tanamn kakao ?
4. Hama dan penyakit apa saja yang menyerang tanaman pisang di Kebun Dinas
Wonorejo ?
5. Jenis kakao apa saja yang di tanam di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember?
6. Bagaimana upaya pencegahan untuk masalah hama penyakit kakao ?
7. Apakah di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember menggunakan Pestisida Nabati ?
8. Apakah di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember menggunakan Pestisida Kimia ?

3.5 Jadwal Kegiatan


Praktik kerja lapangan akan dilaksanakan selama 1 bulan kerja, dari bulan Agustus
sampai September 2020 dengan kegiatan seperti tercantum pada Tabel.

Tabel . Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan.


Minggu ke
No Jenis kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Persiapan
2. Penyusunan usulan
3. Pelaksanaan Penelitian
4. Penyusunan laporan

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2010. Perbanyakan dan Teknik Aplikasi Beauveria bassiana. Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanudin.
Anonymous , 2010. Peta Penyebaran OPT Utama Kakao. 3 hal.
Ardana.I.K., Karmawati dan W. Rumini. 2010. Pengendalian hama tanaman
perkebunan dengan biopestisida jarak pagar. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Perkebunan
2010, Jakarta, 12-14 November 2010 h. 67-71.
Karmawati, E., Z. Mahmud, M. Syakir, J. Munarso, K. Ardana dan Rubiyo. 2010.
Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 92 hal.
Karmawati, E. 2010. Pengendalian hama Helopeltis spp pada tanaman jambu mete
berdasarkan ekologi; Strategi dan implementasinya. Pengembangan Inovasi Pertanian 3 (2) :
102-119
Nugraha, I., G. Kusumawardhani dan A.R. Fitriani, 2010. Potensi cendawan
entomopatogen di Indonesia. Institut Pertanian Bogor. 8 hal
Sudarto, I M. Wisnu dan I. Basuki. 2010. Inovasi Teknologi Budidaya Tanaman
kakao di Laboratorium Agribisnis Prima tani Kabupaten Lombak Barat. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian NTB.
Sulistyowati, E., Y.D. Junianto, Sri-Sukamto, S. Wiryadiputra, L. Winarto dan N.
Primawati. 2003. Analisis status penelitian dan pengembangan PHT pada
pertanaman kakao. Risalah Simposium Nasional Penelitian PHT Perkebunan Rakyat. Bogor,
17-18
Untung, K. 2003. Strategi implementasi PHT dalam pengembangan perkebunan
rakyat berbasis agribisnis. Risalah Simposium Nasional Peneltian PHT Perkebunan Rakyat.
Bogor, 17-18 September 2002. Pp. 1-18.
Waisanjani, W. 2011. Efektivitas ekstrak daun suren (Toona sureni) dan Tithonia
diversifolia) dalam pengendalian hama buah kakao.Skripsi Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Wilis, M., Michelia dan M. Asaad, 2009. Pestisida nabati berbasis tanaman atsiri yang
efektif menekan Conopomorpha cramerella dan Helopeltis sp. pada tanaman kakao (40-50%)
dan aman terhadap serangga bermanfaat. Laporan Akhir Kegiatan Dana Bantuan Sosial
Peneliti dan/atau Perekayasa th. 2009.26 p

Anda mungkin juga menyukai