Oleh:
Yunan Erio Sandria
1410311030
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas curahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga Proposal Penelitian yang berjudul “Teknik Pengendalian Hama dan Penyakit pada
tanaman Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Kabupaten Jember” dapat tersusun.
Demikian usulan Praktek Kerja Lapangan ini, penulis menyadari bahwa usulan
Praktik Kerja Lapangan ini masih kurang sempurna. Penulis berharap semoga usulan
Pratik Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
DAFTAR TABEL
No Uraian Halaman
No Uraian Halaman
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukan Praktek Kerja Lapangan antara lain :
1. Untuk mengetahui pengendalian Hama dan Penyakit pada tanaman kakao yang
diterapkan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember.
2. Untuk mempelajari cara/proses pengendalian Hama dan Penyakit pada tanaman kakao
supaya berproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pengendalian Hama dan Penyakit
pada tanaman kakao.
1.4 Manfaat
Dalam praktek kerja lapangan dapat kita ambil manfaat antara lain :
TINJAUAN PUSTAKA
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Familia : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Pada daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan
hujan tropis di Amerika Selatan (Karmawati, E. 2010), tumbuhnya selalu terlindung
pohon besar lain (Sunaryo, 1978). Selanjutnya menyebarkan dengan penyebaran
geografis abtara 20 LU – 20 LS, dengan batas penyebaran yang memberikan
keuntungan antara 10 LS dan 10 LU. Daerah hutan hujan tropis merupakan daerah
dengan sifat ekologi yang paling cocok untuk tanaman kakao (Karmawati, E. 2010).
Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 – 1,5 meter akan berhenti
tumbuh dan membentuk jorket(jorquette). Jorket adalah tempat percabangan dari pola
percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman kakao (Anonymus,
2013)
2.1.2 Daun
Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme. Pada
tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas
plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm (Hall (1932) dalam PPKI,
2010). Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya
(Hall (1932) dalam PPKI, 2010).
PPKKI (2010), juga menjelaskan bahwa salah satu sifat khusus daun kakao yaitu
adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai
daunyang membuat daun mapu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah
datangnya sinar matahari.Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun
meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus).Susunan daun tulang
menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun.Tepi daun rata,
daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen.Warna daun dewasa hijau tua
bergantung pada kultivarnya.Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm.
Permukaan daun licin dan mengkilap (PPKKI, 2010).
2.1.3 Bunga
Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan.Warna yang kuat terdapat
pada benang sari dan daun mahkota.Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar.
Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkota panjangnya 6-8 mm,
terdiri atas dua bagian.Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan
bisanya terdapat dua garis merah. Bagian ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel,
dan berwarna putih (Anonymus, 2013)
Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam
warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak
akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah,
setelah masak berwarna jingga (oranye) (Anonymus, 2013).
Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-
seling.Pada tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas.Kulit buahnya tebal tetapi
lunak dan permukaannya kasar.Sebaliknya, pada tipe forasero, permukaan kulit buah
pada umumnya halus (rata), kulitnya tipis, tetapi dan liat. Buah akan masak setelah
berumur enam bulan. Pada saat itu ukurannya beragam, dari panjang 10 hingga 30
cm, pada kultivar dan faktor-faktor lingkungan selama perkembangan buah
(Anonymus, 2013).
2.2.1 Tanah
Tanah merupakan komponen hidup dari tanaman yang sangat penting. Dalam
kehidupan tanaman fungsi tanah yang utama adalah memberikan unsur hara, baik
sebagai medium pertukaran maupun sebagai tempat memberikan air, juga sebagai
tempat berpegang dan bertopang untuk tumbuh tegak bagi tanaman (Harjadi, 1986).
2.2.2 Iklim
Lingkungan yang alami bagi tanaman kakao adalah hutan tropis, dengan
demikian curah hujan, suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya dan angin
merupakan faktor pembatas penyebaran tanaman kakao (Siregaret al., 1989).
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 – 600 meter diatas
permukaan laut, dengan penyebaran meliputi 20˚ LU dan 20˚ LS.Daerah yang ideal
untuk pertumbuhannya berkisar antara 10˚ LU dan 10˚ LS (Suyoto dan Djamin,
1983).
Siregar etal., (1989) menyatakan suhu yang ideal untuk pertumbuhan tanaman
kakao adalah sekitar 25 - 27˚ C dengan fluktuasi suhu yang tidak terlalu besar. Rata-
rata suhu minimum adalah 13 - 21˚ C dan rata-rata suhu maksimum adalah 30 - 32˚ C.
Berdasarkan kesesuaian terhadap suhu tersebut maka tanaman kakao secara komersial
sangat baik dikembangkan di daerah tropis.
Selanjutnya menurut Suyoto dan Djamin (1983), intensitas cahaya matahari yang
diterima tanaman kakao berpengaruh terhadap pertumbuhan.Kebutuhan tanaman
terhadap intensitas cahaya matahari bervariasi, tergantung pada fase pertumbuhan dan
umur tanaman.Intensitas cahaya yang ideal bagi tanaman kakao adalah antara 50 –
70%.
Tanaman kakao dapat tumbuh baik dan berbuah banyak di daerah yang
mempunyai ketinggian 100 – 600 meter di atas permukaan laut (Sunanto, 1992).
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kakao yang memiliki kemasaman 6,0 –
7,5 dan tidak lebih dari pH 8,0 serta tidak lebih rendah dari pH 4,0. Tekstur tanah
yang baik adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30 – 40% fraksi liat, 50%
pasir dan 10 – 20% debu (Siregar et al., 2000).Curah hujan tahunan yang ideal bagi
tanaman kakao berkisar antara 1100 – 3000 mm, sedang curah hujan tahunan yang
melebihi 4500 mm tidak cocok bagi pengembangan tanaman kakao terutama erat
kaitannya dengan penyakit busuk buah. Suhu ideal bagi tanaman kakao, maksimum
berkisar antara 30 – 320C dan suhu minimum 18 – 210C, namun pada kultivar
tertentu kakao masih dapat tumbuh baik pada suhu 150C, sedang rata-rata suhu
bulanan 26,60 derajat celcius (Syamsulbahri, 1996).
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Cossidae
Genus : Zeuzera
Spesies : Zeuzera sp.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Gracillariidae
Genus : Conopomorpha
Spesies : C. Cramellera
Gambar 4. Penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella atau Cocoa Mot.
Menurut Nugraha, 2010 Kutu putih Planococcus citri. diklasifikasikan sebagai berikut
:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hemiptera
Famili : Pseudocococcidae
Genus : Planococcus
Spesies : Planococcus citri.
Gambar 5. Kutu putih Planococcus citri.
Buah yang terserang awalnya ditandai pembusukan dan disertai bercak coklat
kehitaman dengan batas yang tegas gejala ini biasanya di mulaidari pangkal buah
kemudian menjadi busuk basah, dan selanjutnya gejala menyebar menutupi seluruh
permukaan buah (Wahyudi dkk., 2008 dan Rubiyo, 2013).
Penyakit kanker batang adalah salah satu penyakit penting bagi tanaman kakao
yang disebabkan oleh infeksi cendawan Phythotora palmivora pada batang dan
cabang tanaman kakao. Cendawan Phytoptora palmivora yang juga penyebab
penyakit busuk buah tanaman kakao ini sering menyerang kebun kakao yang lembab
dan gelap. Penyebaran penyakit kanker batang sama dengan penyebaran penyakit
busuk buah. Penyakit ini dapat terjadi karena patogen yang menginfeksi buah
menjalar melalui tangkai buah atau bantalan bunga dan mencapai batang/cabang.
Penyakit ini berkembang pada kebun kakao yang mempunyai kelembaban dan curah
hujan tinggi atau sering tergenang air.
Penyebaran penyakit melalui spora yang terbawa angin dan bahan vegetatif tanaman.
Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban. Embun dan cuaca basah membantu
perkecambahan spora. Pelepasan dan penyebaran spora sangat dipengaruhi oleh cahaya
gelap.
Serangan kutu putih pada tunas daun menyebabkan terjadinya pertumbuhan yang
tidak normal pada daun tersebut dan terjadinya pembengkokan pada cabang yang
terbentuk dari tunas yang terserang. Serangan kutu putih pada bunga dan calon buah
dapat menyebabkan pertumbuhan buah menjadi abnormal. Sedangkan pada buah
dewasa, serangan kutu putih tidak menimbulkan masalah yang berarti. Cara
pengendaliannya yaitu dengan cara mengembangbiakan semut hitam yang dapat
mempredasi telur dan memakan selaput atau lapisan lilin pada tubuh kutu putih.
Lapisan lilin pada tubuh kutu putih ini diketahui memiliki kandungan zat tepung
(karbohidrat) yang sangat disukai oleh semut hitam. Namun, pada intensitas serangan
yang terlalu tinggi, populasi kutu putih juga dapat dikendalikan dengan aplikasi
insektisida berbahan aktif fosfamidon, karbaril, dan monokrotofos.
2.4.5 Ulat kantong (Clania sp.)
Ulat kantong (Clania sp.) adalah hama yang biasa menyerang daun-daun kakao
hingga menyebabkan tanaman menjadi gundul. Ulat ini juga dapat menyerang kulit
kayu cabang yang masih muda. Jika daun-daun pada tanaman telah gundul karena
habis dimakan, serangan ulat kantong dapat beralih ke tunas-tunas baru yang tumbuh,
sehingga dapat menyebabkan kematian pucuk.adalah hama yang biasa menyerang
daun-daun kakao hingga menyebabkan tanaman menjadi gundul. Ulat ini juga dapat
menyerang kulit kayu cabang yang masih muda. Jika daun-daun pada tanaman telah
gundul karena habis dimakan, serangan ulat kantong dapat beralih ke tunas-tunas baru
yang tumbuh, sehingga dapat menyebabkan kematian pucuk.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari hasil catatan dan studi pustaka serta informasi lain
yang mendukung materi Penelitian.. Catatan atau dokumen yang ada di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Jember atau sumber - sumber lain yang dipelajari dan
dikaji untuk mendukung dalam pembahasan terkait materi Penelitian.
3.4 Daftar Pertanyaan
1. Dimana lokasi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember dan bagaimana faktor-faktor
lingkungan di lokasi tersebut, seperti tanah dan iklim?
2. Apa faktor pembatas dan penunjang dalam membrantas hama dan penyakit pada
tanaman kakao ?
3. Kendala apa saja yang di hadapi dalam proses pengendalian hama dan penyakit pada
tanamn kakao ?
4. Hama dan penyakit apa saja yang menyerang tanaman pisang di Kebun Dinas
Wonorejo ?
5. Jenis kakao apa saja yang di tanam di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember?
6. Bagaimana upaya pencegahan untuk masalah hama penyakit kakao ?
7. Apakah di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember menggunakan Pestisida Nabati ?
8. Apakah di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember menggunakan Pestisida Kimia ?
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2010. Perbanyakan dan Teknik Aplikasi Beauveria bassiana. Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanudin.
Anonymous , 2010. Peta Penyebaran OPT Utama Kakao. 3 hal.
Ardana.I.K., Karmawati dan W. Rumini. 2010. Pengendalian hama tanaman
perkebunan dengan biopestisida jarak pagar. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Perkebunan
2010, Jakarta, 12-14 November 2010 h. 67-71.
Karmawati, E., Z. Mahmud, M. Syakir, J. Munarso, K. Ardana dan Rubiyo. 2010.
Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 92 hal.
Karmawati, E. 2010. Pengendalian hama Helopeltis spp pada tanaman jambu mete
berdasarkan ekologi; Strategi dan implementasinya. Pengembangan Inovasi Pertanian 3 (2) :
102-119
Nugraha, I., G. Kusumawardhani dan A.R. Fitriani, 2010. Potensi cendawan
entomopatogen di Indonesia. Institut Pertanian Bogor. 8 hal
Sudarto, I M. Wisnu dan I. Basuki. 2010. Inovasi Teknologi Budidaya Tanaman
kakao di Laboratorium Agribisnis Prima tani Kabupaten Lombak Barat. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian NTB.
Sulistyowati, E., Y.D. Junianto, Sri-Sukamto, S. Wiryadiputra, L. Winarto dan N.
Primawati. 2003. Analisis status penelitian dan pengembangan PHT pada
pertanaman kakao. Risalah Simposium Nasional Penelitian PHT Perkebunan Rakyat. Bogor,
17-18
Untung, K. 2003. Strategi implementasi PHT dalam pengembangan perkebunan
rakyat berbasis agribisnis. Risalah Simposium Nasional Peneltian PHT Perkebunan Rakyat.
Bogor, 17-18 September 2002. Pp. 1-18.
Waisanjani, W. 2011. Efektivitas ekstrak daun suren (Toona sureni) dan Tithonia
diversifolia) dalam pengendalian hama buah kakao.Skripsi Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Wilis, M., Michelia dan M. Asaad, 2009. Pestisida nabati berbasis tanaman atsiri yang
efektif menekan Conopomorpha cramerella dan Helopeltis sp. pada tanaman kakao (40-50%)
dan aman terhadap serangga bermanfaat. Laporan Akhir Kegiatan Dana Bantuan Sosial
Peneliti dan/atau Perekayasa th. 2009.26 p