Anda di halaman 1dari 27

0PENGARUH PEMBERIAN DOSIS PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT KLON KAKAO


(Theobroma cacao L)

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:
JUNENTI
19510005

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BOROBUDUR JAKARTA
2021
Judul : PENGARUH TAKARAN PUPUK NPK (16:16:16)
TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KLON KAKAO
(Theobroma cacao L)

Nama : Junenti
Nim : 19510005
Prodi : Agroteknologi
LEMBAR PENGESAHAN

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BOROBUDUR

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Nikmah, MM. Ir. Linda Bachrun, M pd.


NIP. 19610208 198403 2 000 NIDN -

Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian Ka. Program Studi

Dr. Ir. Sugianto Saleh, MM. Ir. Aditiameri, MS.


NIDN. 0327056701 NIDN. 321126202

Tanggal Persetujuan :
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat,
dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini
tepat pada waktunya.
Penyusunan proposal penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan, pemahaman dan pedoman bagi penulis untuk melaksanakan
penelitian mengenai Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk NPK (16:16:16) Terhadap
Pertumbuhan Bibit Klon Kakao (Teobroma cacao L).
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas izin, arahan
dan bimbingan dalam penulisan proposal ini kepada :
1. Dr. Ir. Sugiyanto Saleh, MM., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Borobudur, Jakarta.
2. Ir. Aditiameri, MS., selaku Kaprodi Agroteknologi.
3. Ir Nikmah, MM selaku pembimbing I
4. Ir. Linda Bachrun, M pd, selaku pembimbing II
5. Orang tua yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan moril, dan doanya.
6. Kepala dan seluruh Staf dan Penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
Kecamatan Cabangbungin Kabupaten Bekasi – Jawa Barat.
7. Kepala dan seluruh Staf dan Penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi – Jawa Barat.
8. Kelompok Tani Wanita Cangkring Indah yang selalu kompak, sigap dan
tanggap untuk membantu dalam kegiatan penelitian ini.
9. Seluruh Civitas Akademika Fakultas Pertanian Universitas Borobudur dan
Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan proposal ini.
Akhirnya penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat
bagi penulis maupun pihak- pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Juli 2021

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas ekspor
yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa
Indonesia. Dari biji tanaman kakao dapat dihasilkan produk yang dikenal
sebagai cokelat, cokelat merupakan bahan makanan dan minuman yang
sangat digemari diseluruh dunia (Pracaya, 2019).
Menurut data ICCO (2021) Indonesia sebagai produsen kakao telah
bergeser dari peringkat 3 didunia pada tahun 2014, kini menjadi peringkat
enam sejak tahun 2018 sampai 2021. Produksi kakao Indonesia (200.000
Ton), Nigeria (270.000 Ton), Kamerun (280.000), Equador (300.000 ton),
Ghana (883.000 ton) dan pantai Gading (2.000.000 Ton).
Perbanyakan tanaman kakao dapat dilakukan secara generatif dengan
biji maupun secara vegetatif (dengan entres dan sel somatik). Perbanyakan
dengan biji (generatif), untuk produksi dan pemeliharaan benih perkebunan
diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 39/Permentan/
OT.140/8/2006 dengan mengacu pada peraturan Seed Testing Association
(ISTA), yaitu benih harus berasal dari klon unggul yang telah mendapat
pengesahan dan pengakuan tentang keunggulan yang dimiliki (Limbongan,
2011).
Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 merupakan pupuk majemuk yang
mengandung unsur hara Nitrogen (NH3, 16%, Fospat (P2O5) 16%, Kalium
(K2O) l6% dan mengandung unsur makro lain yaitu 0.5% MgO
(Magnesium), dan 6% CaO (Kalsium). Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 dapat
menyediakan unsur hara tersedia secara cepat dan langsung bagi tanaman,
membantu menyuburkan tanah terutama yang bersifat tanah asam, dan
mampu meningkatkan pertumbuhan akar (Lingga, 1991 dalam Setiadi,
2021).
Pupuk majemuk NPK merupakan pupuk anorganik yang sering
digunakan karena di dalamnya terkandung tiga unsur makro yang diperlukan
tanaman untuk pertumbuhannya. Unsur tersebut adalah nitrogen, fosfor, dan
kalium (Sarief, 1986 dalam Triastuti, 2016). Unsur nitrogen yang diserap
tanaman berperan dalam menunjang pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman, unsur fosfor berperan dalam reaksi fotosintesis, respirasi, dan
merupakan bagian dari nukleotida, dan unsur kalium juga berperan penting
dalam fotosintesa (Limbongan, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diteliti mengenai dosis pupuk
NPK (16:16:16) yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit
beberapa klon kakao (Theobroma cacao L).

1.2 Identifikasi
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas terdapat beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Apakah pupuk NPK (16:16:16) dapat meningkatkan pertumbuhan bibit
tanaman kakao?
2. Apakah tiap klon akan berbeda pertumbuhannya dengan pemberian dosis
NPK (16:16:16) yang berbeda?
3. Berapa dosis pupuk NPK (16:16:16) yang terbaik untuk pertumbuhan
beberapa klon kakao?
4. Apakah perlakuan pupuk NPK (16:16:16) dengan dosis 5 gr/tanaaman, 10
g/ tanaman, 15 gr/tanaman dan 20 gr/tanaman merupakan dosis yang
direspon oleh klon kakao yang diteliti?
5. Berapa dosis optimal yang paling efektif untuk pertumbuhan masing-
masing klon kakao yang digunakan dari perlakuan pupuk yang
diberikan?

1.3 Batasan Masalah


Permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada beberapa hal antara
lain penggunaan pupuk NPK (16:16:16) pada media tanam dalam polybag
dengan klon kakao yang ditanam dari benih unggul yaitu klon SUL1, SUL2
dan MCC1

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang talah diuraikan, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana respon pertumbuhan kakao (Teobroma cacao L) setelah
dilakukan pemberian dosis NPK Mutiara 16:16:16 (5 gr/ tanaaman, 10 g/
tanaman, 15 gr/tanaman, 20 gr/tanaman).
2. Bagaimana efektivitas macam pemberian dos is NPK 16:16:16 (5 gr/
tanaaman, 10 g/ tanaman, 15 gr/tanaman, 20 gr/tanaman) dan berbagai
jenis 3 Jenis Klon Kakao (Theobroma cacao L).

1.5 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :
Mengetahui respon pertumbuhan kakao (Theobroma cacao L) setelah
dilakukan pemberian bermacam dosis NPK Mutiara 16:16:16 (5 gr/
tanaman, 10 g/ tanaman, 15 gr/tanaman, 20 gr/tanaman).

Mengetahui efektivitas macam pemberian dos is N PK 16:16:16 (5 gr/


tanaman, 10 g/ tanaman, 15 gr/tanaman, 20 gr/tanaman) M utiar berbagai
jenis 3 Jenis Klon Kakao (Theobroma cacao L).

1.6 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi petani atau
pekebun sebagai salah satu sumber refrensi pemberian dosis pada kakao
khususnya pada 3 klon, sebagai acuan untuk memilih klon dan tepat dosis
dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian lebih lanjut kakao
(Theobroma cacao L).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi Tanaman Kakao
Menurut Pracaya (2019) Tanaman Kakao dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Divisi : Spermatopyta
Subdivisi : Anggiospermae
Kelas : Dikotiledone
Subkelas : Dialypetalae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Thebroma cacao L

2.1. Morfologi Tanaman Kakao


1. Akar
Tanaman kakao yang berasal dari biji mempunyai akar tunggang
dengan panjang yang dapat mencapai 8 meter kearah samping dan 15-20
meter kearah bawah. Tanaman yang diperbanyak secara vegetatif
memiliki akar serabut pada masa awal, kemudian berganti menjadi 2 akar
tunggang setelah dewasa. Fungsi akar tunggang sangat penting agar
perakar tanaman menjadi kuat dan tidak roboh (Saputra, 2016).
Sistem perakaran tanaman kakao bersifat surface root freeder
artinya sebagian akar lateralnya mendarat berkembang dekat permukaan
tanah, yaitu pada kedalaman jeluk 0-30 cm. Sistem perkaran kakao terdiri
atas 56 alar lateral tumbuh dalam jeluk 0-10 cm, 26% pada jeluk 11-20
cm, 14% pada jeluk 21-30 cm dan hanya 4% tumbuh ada jeluk diatas 30
cm dari permukaan tanah (Rukmana, 2016).

2. Batang
Tanaman kakao pada umur 3 tahun akan mencapai 1,8-3,0 meter
dan pada umur 12 tahun dapat mencpai 4,5-7,0 Meter. Tinggi tanaman
kakao sangat di pengaruhi oleh intensitas naungan serta faktor-faktor
tumbuh yang tersedia. Pohon kakao dewasa sepanjang batang pokok
tumbuh tunas air (wiwilan atau caupon). Dalam teknik budidaya yang
benar tunas air selalu di buang (Pracaya, 2019).
Tunas yang arah pertumbuhannya kesamping di sebut dengan
plagiotrop (cabang kipas atau fan). Tanaman kakao berasal dari biji akan
tumbuh menjadi tanaman kakao muda berbatang lurus. Pada umur 10
bulan batang akan membentuk 3-6 cabang kipas (fan branches) (Saputra,
2016).

3. Daun
Daun kakao bersifat dimorfisme. Tangkai daun pada tunas ortotrop,
panjang mencapai 7,5-10 cm ssedangkan tangkai daun pada plagiotrop
panjang hanya mencpai 2,5 cm. Tangkai daun mempunyai bentuk
silinder dan bersisik halus, tergantung pada tipenya (Melati, 2017).

4. Bunga
Bunga kakao termasuk jenis cauliflower, yaitu bunga menempel
pada batang atau cabang-cabang utam meskipun ada juga tanaman kakao
yang bersifat cauliflowers. Bunga kakao mengikuti rumus K5 C5 + 5G(5)
yaitu tersusun dari atas 5 kelopak yang tidak saling terkait, 5 mahkota
(petala), 10 tangkai sari (tersusun 2 lingkaran) masing-masing terdiri dari
5 tangkai sari (stemen) dan 5 daun buah (Staminode) yang bersatu
(Wahyudi, 2015).

5. Buah dan Biji


Warna buah kakao sangat beragam, tetapi sebenarnya ada 2 macam
warna standar. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak
putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu buah yang
warna ketika muda berwarna merah, setelah masal akan berwarna jingga
(oranye) (Saputra, 2013).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kakao (Theobroma cacao L)
1. Iklim
Distribusi curah hujan sepanjang tahun adalah 1.100- 3000 mm
pertahun. Curah hujan yang melebihi 4.500 mm pertahun kurang baik
karena berkaitan dengan serangan penyakit busuk buah. Dari segi tipe
iklim kakao yang sangat ideal ditanam pada daerah-daerag tipenya iklim
A (Menurut Koppen), tau B (Menurut Schmidt Ferguson), pada tipe C
(Menurut Schmidt-Ferguson) kurang baik untuk tanaman kakao karena
bulan kering yang panjang (Ikawati, 2021).
Sementara temperatur yang ideal bagi tanaman kakao adalah 30 –
32 (Maksimum) dan 18 – 21 (Minimum). Temperatur lebih rendah dari
10 derajat celsius mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga,
sehingga laju pertumbuhannya berkurang (Fanani, 2019).
Sinar matahari, tanaman kakao membutuhkan naungan untuk
mengurangi sinar matahari penuh. Sinar matahari yang terlalu banyak
akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit dan batang relatif
pendek. Tanaman kakao mempunyai kemampuan berfotosintesis pada
suhu daunn rendah dan penerimaan sinar matahari pada tajuk sebesar
20% dari pencahayaaan penuh, oleh karena itu tanaman pada kisaran 15-
20% dari pencahayaan penuh diperlukan adanya naungan (Rukmana,
2016).

2. Tanah
Menurut Pracaya (2019) tanaman kakao dapat tumbuh baik pada
lapisan tanah yang cukup dalam, banyak mengandung humus dan
mempunyai keasaman pH 6,1 – 7. Hal yang perlu di peratikan dalam
penentuan lahan (Tanah) adalah tekstur yang terdiri atas 50% pasir,10%
Debu dan 30-40% lwmpung atau geluh berpasir. Di samping itu,
sebaiknya tanah memiliki kadar bahan organiknya 2-5%, kadar
pertukaran kation (KPK) lebih tinggi 15 me/100 gram tanah, ketersediaan
unsur hara meliputi Nitrogen Total, P2O5 dan K2O tersedia masing-
masing pada kategori sedang sampai sangat tinggi.
Pada tanah dengan tingkat ketersediaan unsur hara sangat rendah
sampai rendah dan keasaaman (pH<4) perlu penanganan khusus dengan
pemberian pupuk organik atau pupuk berimbang juga pengapuran tanah
(Rukmana, 2016).

2.3. Perbanyakan Kakao Dengan Biji (Generatif)


Perbanyakan vegetatif akan menghasilkan tanamanan secara genetis
sama dengan induknya sehingga akan di peroleh tanaman kakao yang
produktifitas serta kualitas seragam. Penggunaan bahan tanam vegetatif
yang berasal dari klon-klon unggul kakao yang sudah teruji keunggulannya
akan menjamin produksi dan kualitas biji kakao yang dihasilkan (Saputra,
2016).
Benih kakao hasil perbanyakan generatif (biji) diperoleh dari kebun
kebun induk kakao yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perkebunan
dari Kementerian Pertanian. Biji kakao harus memenuhi kriteria mutu
genetis, mutu fisiologis, dan mutu fisik. Sebelum benih disalurkan harus
diberi perlakuan perendaman dengan fungisida 0,5 – 1 % selama 5 – 10
menit (SK Kementan, 2017).
Penyiapan bibit dari biji harus di pilih dari bibit yang unggul dan
sehat. Dipilih dari buah yang masak fisiologis, bentuk dan ukuran normal.
Biji di angin-anginkan hingga kadar air turun 40% (Ikawati, 2021).

2.4 Klon Unggul Kakao (Theobroma cacao L.)


Klon – klon unggul kakao merupakan hasil pemuliaan yang dilakukan
secara periodik dan berkesinambungan dari suatu material genetik. Kriteria
seleksi bahan tanam pada program pemuliaan adalah daya hasil tinggi (> 2
ton/ha/tahun), komponen hasil dan mutu hasil sesuai permintaan konsumen
dan produsen
Kementerian Pertanian telah menganjurkan beberapa klon yang akan
ditanam oleh petani. Hal itu tak terlepas dari preferensi karena keunggulan
yang dimiliki klon tersebut. Klon-klon tersebut dapat dilihat pada Tabel
2.1.

Tabel 2.1. Klon-Klon Unggul Kakao Lindak


KLON ICCRI 03 SK Mentan No. 530/Kpts/SR.120/9/2006
Dayahasil (ton/ha/thn) : 2.060 Berat
Berat biji kering (g) : 1,27
Kadar kulit (%) : 11,04
Kadar lemak (%) : 55,07
Ketahan busuk buah : Tahan
Ketahanan VSD : Moderat tahan
Ketahanan PBK : Moderat tahan
KLON ICCRI 04 SK Mentan No. 529/Kpts/SR.120/9/2006
Dayahasil (ton/ha/thn) : 2.090
Berat biji kering (g) : 1,28
Kadar kulit (%) : 11,03
Kadar lemak (%) : 55,01
Ketahan busuk buah : Tahan
Ketahanan VSD : Rentan
Ketahanan PBK : Rentan
KLON ICCRI 07 SK Mentan No.2793/Kpts/SR.120/8/2012
Dayahasil (ton/ha/thn) : 1.903
Berat biji kering (g) : 0,80-1,15
Kadar kulit (%) : 10, 3
Kadar lemak (% : 45,67
Ketahanan busuk buah : -
Ketahanan VSD : Moderat
Ketahanan PBK : Tahan
Klon Sulawesi 01/Sul 1 SK Mentan No. 694/Kpts/SR.120/12/2008
Dayahasil (ton/ha/thn) : 1.800 - 2.500
Berat biji kering (g) : 1,10
Kadar kulit (%) : 11,3
Kadar lemak (%) : 45,0-50,0
Ketahanan busuk buah : Moderat
Ketahanan VSD : Tahan
Klon Sulawesi 02/Sul 2 SK Mentan No.
695/Kpts/SR.120/12/2008
Dayahasil (ton/ha/thn) : 1.800 – 2.750
Berat biji kering (g) : : 1,27
Kadar kulit (%) : 11,04
Kadar lemak (%) : 55,07
Ketahanan busuk buah : Tahan
Ketahanan VSD : Moderat

MCC 01
Potensi dayahasil (ton/ha) : 3,67 (populasi 1.100
: pohon/ha)
Karakteristik : 1,75
- Berat biji kering (g) : : 15,9
- Kadar kulit biji (%) : 49,67
- Kadar lemak biji (%) :
Ketahanan hama dan :
penyakit : tahan
- Penyakit busuk buah : : tahan
- Penyakit VSD : : moderat
- Hama PBK :
MCC 02
Potensi daya hasil : 3,13 (populasi 1.100
(ton/ha) : pohon/ha)

Karakteristik : 1,61
- Berat biji kering (g) : 12
- Kadar kulit biji (%) : 49,2
- Kadar lemak biji (%)
Ketahanan hama dan
penyakit : tahan
- Penyakit busuk buah : tahan
- Penyakit VSD : tahan
- Hama PBK
Sumber: Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia

1. Klon MCC 01
Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
(Puslitkoka) Jember, keunggulan MCC 01 terlihat dari potensi
produksinya yang mencapai 3,69 ton/ha/tahun sedangkan MCC 02 tidak
kalah  unggulnya,  karena memiliki potensi produksi mencapai 3.02
ton/ha/tahun. Sedangkan untuk kadar lemak bisa mencapai 50  % baik
untuk MCC 01 maupun MCC 02. Namun keunggulan yang paling
menarik dari kedua klon ini adalah memiliki ukuran biji yang relatif
besar dibadingkan klon-klon yang sudah dilepas. MCC 01 memiliki berat
biji 1,75 gram, sedangkan MCC 02  mencapai 1,61 gram.
Produksi klon MCC1 sebanyak 86,26 buah per pohon, 39,9 biji per
tongkol, produksi rata-rata 3,3 Kg Perpohon atau 3,672 Kg/
Ha/Tahun.Pada Biji MCC1 01 bobot per biji kering mencapai 1,75 gram.
Klon MCC-1 memiliki ukuran buah yang besar, permukaan kulit
buah kasar, warna buah unggu muda, dan saat masak berbuah hijau ke
kuningan (Trubus, 2020).

2. Klon Sul-1 (Sulawesi 01) dan Sul-2 (Sulawesi 02)


Di Indonesia, Sulawesi terkenal sebagai daerah penghasil
kakao terbanyak dan telah memiliki klon kakao unggul yakni Sulawesi 1
dan Sulawesi 2. Kedua klon ini menyebar secara luas di kalangan
petani di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara
dan Sulawesi Barat. Sebagai salah satu daerah penghasil kakao
terbanyak, produktivitas kakao yang diusahakanpetani di Sulawesi
Tengah adalah 0,83 ton/ha/tahun, masih sangat rendah bila
dibanding dengan potensi produksi kakao unggul yang mencapai 2-
2,5 ton/ha/tahun (Suhendi, dkk., 2004).
Klon Sul-1 ini berproduksi optimal pada tahun kelima setelah
tanam dengan potensi produksi sekitar 1,8-2,5 ton/ha. Memiliki kadar
lemak 53% klon ini cukup toleran terhadap serangan hama penggerek
buah kakao (PBK) dan penyakit vascular streak dieback (VSD).
Morfologi klon Sulawesi 1 adalah : alur buah kurang tegas, bentuk buah
agak bulat, ujung buah tumpul, pangkal buah tumpul tanpa leher botol,
panen bermusim, waktu panen panjang, warna daun muda merah maron,
warna buah muda merah kecoklatan, warna buah masak orange,
percabangan yang terbentuk mengarah ke atas (Junaedi et al., 2019).
Karasteristik Habitus tajuk sedang, percabangan intensif sehingga
tampak rimbun dan Bentuk daun obavate, ukuran sedang, warna daun
muda berwarna merah. Sifat percabangan agak tegak (semi vertikal). laju
pertunasan cepat cerah, daun tua hijau tua, permukaan bergelombang
dengan tulang-tulang Warna tangkai bunga: Merah muda dan staminode
terbuka.daun yang tampak jelas. 13 Penyerbukan: Kompatibel
menyerbuk sendiri (self-compatible) dan
2.5. Pupuk Anorganik NPK (16 : 16 : 16)
Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao, selain faktor
lingkungan yang harus diperhatikan tanaman kakao juga memerlukan
pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk memelihara atau memperbaiki
kesuburan tanah, sehingga kakao dapat tumbuh lebih cepat, subur dan sehat.
Pemupukan dapat menambah unsur hara yang kurang tersedia di dalam
tanah dalam jumlah yang cukup seperti nitrogen, posfor dan kalium.
Roesmarkam dan Yuwono (2002) menyatakan bahwa pemupukan
dimaksudkan untuk mengganti kehilangan unsur hara pada media atau tanah
dan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Upaya pemberian pupuk organik dilakukan untuk
meningkatkan unsur hara dalam tanah sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan bibit kakao.
Selain penggunaan kompos, penggunaan pupuk majemuk juga
sangat baik dilakukan. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung
lebih dari satu unsur pupuk seperti N, P, dan K.. Untuk mengurangi biaya
pemupukan, sering digunakan pupuk majemuk sebagai alternatif dari
pemakaian pupuk tunggal. Penggunaan pupuk ini selain memberikan
keuntungan seperti mengurangi biaya penaburan dan biaya penyimpanan,
juga penyebaran unsur hara lebih merata (Hasibuan, 2006).
Bibit tanaman menghendaki tanah gembur, subur dan kaya akan bahan
organik. Penyediaan unsur hara secara optimal pada tahap pembibitan
diperlukan untuk pertumbuhan bibit (Foth, 1984). Permasalahan yang
sering menjadi kendala di pembibitan kakao yaitu kurang tersedianya unsur
hara pada tanah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesuburan tanah melalui penambahan unsur hara yaitu
pemberian pupuk anorganik. Pupuk anorganik yang dapat digunakan adalah
pupuk NPK 16:16:16. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang sering
digunakan dalam pemupukan karena mengandung tiga unsur hara yang
diperlukan oleh tanaman dalam jumlah banyak yaitu nitrogen, fosfor dan
kalium. Unsur hara pada pupuk NPK mempunyai fungsi masing-masing
untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk majemuk lebih efisien dalam
penggunaan dan aplikasinya dibandingkan dengan pupuk tunggal.
Menurut Gardner dkk. (1991), nitrogen merupakan komponen
struktural dari klorofil, asam amino, protein, nucleoprotein, berbagai enzim,
purin dan pirimidin yang sangat berperan penting dalam pembesaran dan
pembelahan sel. Menurut Lakitan (2012), fosfor merupakan bagian yang
esensial dari berbagai gula fosfat yang berperan dalam reaksi-reaksi pada
fase gelap, fotosintesis, respirasi dan berbagai proses metabolisme lainnya.
Sedangkan kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim dalam
reaksi fotosintesis dan respirasi serta terlibat dalam sintesis protein dan pati.
Kalium juga merupakan ion yang berperan dalam mengatur potensi osmotik
sel dan tekanan turgor sel serta sangat penting dalam proses membuka dan
menutupnya stomata
Pupuk yang dibutuhkan pada tanaman kakao adalah NPK dengan
kandungan 16% N, 16% P, 16% K (16:16:16). Pemberian pupuk diberikan
pada usia tanaman kakao di pembibitan berusia 4 minggu. Pada masa
vegetatif tanaman membentuk tubuhnya agar menjadi tanaman yang sehat
dan kuat sehingga ia menyerap nutrien atau makanan sebanyak-banyaknya
(Nasrullah, 2015).
Pertumbuhan dan perkembangan bibit kakao selain perlu naungan,
bibit juga membutuhkan pemupukan. Bibit tanaman menghendaki tanah
gembur, subur dan kaya akan bahan organik. Penyediaan unsur hara secara
optimal pada tahap pembibitan diperlukan untuk pertumbuhan bibit (Foth,
1984). Permasalahan yang sering menjadi kendala di pembibitan kakao
yaitu kurang tersedianya unsur hara pada tanah. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah melalui
penambahan unsur hara yaitu pemberian pupuk anorganik.
Pupuk anorganik yang dapat digunakan adalah pupuk NPK 16:16:16.
Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang sering digunakan dalam
pemupukan karena mengandung tiga unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman yaitu nitrogen, fosfor dan kalium. Unsur hara pada pupuk NPK
mempunyai fungsi masing-masing untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk
majemuk lebih efisien dalam penggunaan dan aplikasinya dibandingkan
dengan pupuk tunggal.
Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2008), standar pertumbuhan
bibit kakao yang baik yaitu telah mencapai tinggi minimal 20 cm, memiliki
diameter batang minimal 0,5 cm dan memiliki jumlah daun minimal 10
helai pada saat bibit berumur 3-6 bulan

2.6. Pembibitan Kakao


Menurut Anonimous (2014), ada beberapa tahapan yang perlu
dilakukan dalam pembibitan kakao dengan menggunakan teknik
perbanyakan generatif. Tahapan-tahapan tersebut antara lain persiapan
benih tanaman, persiapan tempat pembibitan kakao, penyemaian,
persiapan media tanam, pemindahan kecambah dan pemeliharaan bibit.
1. Persiapan Benih Tanaman
Benih unggul yang baik bisa didapatkan dari  Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao di Jember.
2. Persiapan Tempat Pembibitan Kakao
Tempat pembibitan kakao berupa bedengan dan naungan. Bedengan
dan naungan sebaiknya dibuat di tempat yang memenuhi syarat
tempat pembibitan yang yakni dekat dari sumber air, tempatnya datar
dan rata dan aman dari berbagai gangguan
- Tanah dicangkul sedalam 30 cm untuk kemudian digemburkan,
dihaluskan, dan diratakan.
- Pada lapisan tanah yang sudah rata itu kemudian ditambahkan
pasir setebal 5 cm. Penggunaan pasir dimaksudkan agar akar
kecambah kakao lebih mudah dicabut saat pemindahan ke polibag.
Agar pasir tidak longsor, tepi bedengan harus diberi dinding
penahan berupa papan kayu, bambu, atau batu bata.
3. Penyemaian Benih
- Benih-benih kakao yang akan disemai terlebih dahulu direndam
dalam larutan formalin 2,5% selama 10 menit agar jamur tidak
tumbuh.
- Benih kemudian diletakkan di lapisan pasir dengan posisi bagian
yang rata menghadap ke bawah. Benih ditekan ke dalam lapisan
pasir sehingga kira-kira sepertiga bagian benih terbenam dalam
media pasir. Benih disemai secara berjajar dengan jarak 2,5 x 5 cm.
- Bedengan kemudian disiram dengan air untuk kemudian ditutup
dengan daun alang-alang kering yang sudah dicelupkan ke dalam
larutan fungisida. Semaian benih disiram setiap bagi dan sore dan
setelah 4-5 hari di persemaian, benih kakao akan mulai
berkecambah dan harus segera dipindahkan ke pembibitan polibag.
4. Penyiapan media tanam
- Polibag yang digunakan untuk kecambah adalah polibag yang
berukuran 20 cm x 30 cm dengan tebal 0,08 mm. Polibag ini
kemudian diisi dengan media tanam berupa campuran tanah top
soil, pupuk kandang, dan pasir yang telah diayak dengan
perbandingan 2:1:1. Pengisian media tanam dilakukan hingga 1-2
cm dari tepi batas atas polibag.
- Polibag-polibag yang sudah terisi media tanam kemudian disusun
di bawah naungan yang sudah disiapkan. Naungan pembibitan
polibag serupa dengan naungan persemaian. Polibag disusun
dengan pola segitiga sama sisi dengan jarak 60 x 60 x 60 cm.
Polibag yang sudah tersusun rapi kemudian disiram air hingga
jenuh.
5. Pemindahan Kecambah
- Setelah 4-5 hari di persemaian, benih-benih kakao sudah mulai
berkecambah harus segera dipindahkan ke polibag yang sudah
disiapkan. Dalam kegiatan ini, seleksi terhadap kecambah perlu
dilakukan untuk mendapatkan bibit yang berkualitas. Kecambah-
kecambah yang akarnya bengkok, pertumbuhannya lambat, dan
kecambah yang sudah tumbuh lebih dari 14 hari harus dipisahkan.
- Pemindahan kecambah dilakukan dengan hati-hati agar akar
tunggang tidak putus. Pengambilan kecambah dilakukan
menggunakan bantuan solet bambu.
- Kecambah yang telah diambil kemudian ditanam dalam media
tanam di polibag yang sudah dilubangi sedalam jari telunjuk. Akar
tunggang kecambah sebisa mungkin diusahakan agar dapat berdiri
lurus dalam lubang tersebut. Selanjutnya lubang ditutup dengan
media untuk kemudian dibiarkan hingga dapat beradaptasi dengan
lingkungannya yang baru.
6. Pemeliharaan Bibit
- Kegiatan pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, pemupukan, dan
pengendalian hama penyakit.
- Pemupukan pada bibit kakao dilakukan setiap 14 hari sekali
sampai bibit berumur 3 bulan. Pemupukan dilakukan dengan
pupuk urea yang telah dilarutkan dalam air. Larutan pupuk urea
dibuat dengan konsentrasi 1%, ini berarti dalam 1 liter larutan
terkandung pupuk urea sebanyak 10 gram.Setiap bibit disiram
larutan pupuk hingga 100 ml. Setelah penyiraman pupuk, bibit
perlu disiram kembali menggunakan air bersih agar larutan pupuk
urea yang menempel pada bagian tanaman luruh.
- Pengendalian hama penyakit pada pembibitan kakao dilakukan
tergantung pada kondisi serangan. Jika hama dan penyakit seperti
kutu putih, aphis, kumbang kecil, atau cendawan pembusuk
menyerang bibit, pengendalian dapat dilakukan dengan aplikasi
insektisida sesuai dosis.
- Setelah 3 bulan, bibit kakao telah memiliki minimal 18-24 helai
daun, diameter batang sekitar 8 mm, dan tinggi 50 – 60 cm. Bibit
ini pun sudah siap untuk ditanam di lapangan atau bisa pula
diokulasi dan disambung untuk memperbaiki kualitas bibit kakao
yang dihasilkan.

2.7. Kandungan Senyawa Cokeltan (Cokelat).


Beberapa senyawa polifenol yang ditemukan pada biji kakao di
antaranya adalah:
1. asam hydroxybenzoat (gallic, siringic, protocantethic, vanillic acid)
2. asam hydroxycinnamic (caffeic, ferulic, p-coumaric, phloretic acids,
clovamide, dideoxyclovamide)
3. flavanols (quercetin)
4. flavones (luteolin, apigenin)
5. flavanones (naringenin)
6. flavanols (cathecin, epicatechin, procyanidins/oligomers and polymers).
Dari sejumlah itu, ternyata flavanols ditemukan dalam jumlah yang
paling tinggi pada biji kakao bila dibandingkan jenis flavonoid lainnya
(Wardiana, 2015).

2.8. Manfaat Kakao


Beberapa manfaat yang yang diketahui antara lain:
1. Menurunkan Tekanan Darah
Sekelompok peneliti dari italia menyatakan bahwa kebiasaan
makan cokelat hitam memberikan pengaruh positif dalam mengendalikan
tekanan darah. Konsumsi cokelat hitam yang tinggi flavonoid selama 15
hari secara berturut-turut terbukti secara signifikan dalam menurunkan
tekanan darah sistolik dan diastolik. Penderita Hipertensi mengalami
penurunan tekanan darah sitolik sebesar 12 mg Hg dan tekanan darah
diastolik sebesar 9 mm Hg tanpa efek negatif yang perlu di khawtirkan
(Fanani, 2019).

2. Mengobati batuk
Sebuah peneliti yang di lakukan oleh para ahli telah menemukan
bahwa teobromine, senyawa yang di temukan pada kakao, dapat
mengurangi batuk dengan mempengaruhi saraf sensorik dari saraf vagus
yang berjalan melalui saluran udara paru-paru (Melati, 2017).

3. Meningkatkan suasana hati (Mood)


Menurut Mukhlidah H.S dalam Claresta (2017) mengatakan
bahwa cokelat mengandung alkaloid, seperti theobromin dan
feniletilamin yang secara psikologis memberikan efek pada tubuh.
Cokelat juga mengandung asam amino triptofan yang berkaitan dengan
kadar serotonin pada otak. Triptofan merupakan prekursor
neurotransmiter serotonin yang mempengaruhi mood dan suasana
hati. Cokelat, khususnya jenis milk chocolate merupakan salah satu
jenis cokelat yang digemari oleh berbagai kalangan karena rasanya yang
manis dan lembut karena mengandung susu.

2.9 Kerangka Pemikiran


Menurut Statistik Kakao Indonesia (2019), pada tahun 2019
diperkiraan sebesar 768,77 ribu ton biji kakao atau (97,29 %) berasal dari
perkebunan rakyat, 3,81 ribu ton (0,49 %) dari perkebunan besar swasta dan
1,62 ribu ton (0,21 %) berasal dari perkebunan besar negara. Hal ini berarti
petani harus benar-benar memproduksi biji dari bibit unggul.
Seiring dengan semakin luasnya daerah pengembangan kakao, akhir-
akhir ini produksi dan produktivitas kakao di Indonesia terus mengalami
penurunan yang sangat berarti. Selain tingkat produktivitas yang lebih kecil
dibandingkan dengan potensi klon atau bahan tanam yang ada, aspek mutu
juga mengalami penurunan.
Langkah dalam mendukung pengembangan budidaya tanaman kakao
agar berhasil dan bermutu baik adalah dengan mempersiapkan bahan tanam
bermutu. Bibit bermutu adalah bibit yang sehat dengan penggunaan bibit
unggul yang telah disertifikasi oleh pemerintah. Pertumbuhan bibit yang
baik dan sehat adalah hal yang penting dalam mendukung pertumbuhan
bibit saat tumbuh di lapang (Hatta, 2006). Sedangkan bibit yang sehat
diperoleh dengan media tanam yang sesuai dan penggunaan pupuk yang
tepat. Beberapa penelitian tentang penggunaan dosis pupuk NPK dapat
menjadi acuan untuk mendapatkan dosis yang tepat bagi beberapa klon
unggul kakao.
Hasil penelitian Nasrullah (2015) Perlakuan dosis pupuk NPK
(16:16:16) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit umur 60 dan 90
HST, diameter pangkal batang umur 60 dan 90 HST, luas daun, panjang
akar, berat basah akar, berat basah berangkasan atas, berat kering
berangkasan atas dan persentase akar yang terinfeksi mikoriza, namun
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit dan diameter pangkal batang
umur 30 HST. Pertumbuhan bibit kakao pada media tumbuh subsoil terbaik
dijumpai pada dosis pupuk NPK (16:16:16) 5 g/tanaman.
Sementara menurut Triastuti (2016) Pemberian pupuk NPK 7,5
g/tanaman yang merupakan perlakuan terbaik terhadap tinggi bibit, jumlah
daun, diameter batang, volume akar, rasio tajuk akar dan berat kering
tanaman.
Hasil dari penelitian di atas menginspirasi penulis untukmelakukan
penelitian mengenai pengaruh pemberian dosis pupuk NPK (16:16:16)
terhadap pertumbuhan bibit 3 klon kakao (Theobroma cacao L).

2.10 Hipotesis
1. Dosis NPK Mutiara (16:16:16) berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan bibit kakao.
2. Dosis pupuk NPK Mutiara (16:16:16) dan jenis klon pada taraf tertentu
efektif mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan terbaik pada bibit
kakao.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Penelitian akan dilaksanakan di Kelompok Wanita Tani Cangkring
Indah Kampung Cangkring RT 009 RW 003 Desa Jayalaksana, Kecamatan
Cabangbungin, Kabupaten Bekasi dibawah bimbingan Balai Penyuluhan
Pertanian (BPP) Cabangbungin Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat.
Pada penelitian ini akan dilaksanakan selama dua bulan terhitung dari awal
bulan Agustus 2021 sampai dengan akhir bulan September 2021.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan dalam kegiatan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Alat
 Penggaris
 pH Meter
 Meteran
 Neraca
 Hand counter
 Spidol
 Alat tulis
 Laptop
 Kamera digital
 Jangka sorong
 Polibag ukuran 20 x 30 cm
 Bak pasir ukuran 34 x 47x 15 cm
 Paranet

2. Bahan
 Benih kakao (SUL1 SUL2, DAN MCC1)
 Pupuk NPK Mutiara 16:16:16
 Dithane M-45
 Pasir

3.3 Rancangan Penelitian


Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Faktor pertama adalah lima
macam dosis NPK Mutiara 16:16:16 ( 0 gram, 5 gram , 10 gram , 15 gram ,
20 gram tiap tanaman) dan faktor kedua adalah tiga klon kakao (MCC 01,
SUL 1, dan SUL 2). Tiap perlakuan terdapat 3 tanaman sampel yang
diulang 3 kali, sehingga jumlh 5x3x3x3 = 135 tanaman. Kombinasi
perlakuan disajikan pada Tabel 3.1.
.
Tabel 3.1. Kombinasi Perlakuan pada Penelitian
KLON MCC1 SUL 1 SUL 2
DOSIS (C1) (S1) (S2)
N5 N5C1 N5S1 N5S2
N10 N10C1 N10S1 N10S2
N15 N15C1 N15S1 N15S2
N20 N20C1 N20S1 N20S2
N0 N0C1 N0S1 N0S2

Keterangan:
N5C1 : Konsentrasi dosis 5 g/tanaman, klon MCC1.
N10C1 : Konsentrasi dosis 10 g/tanaman, klon MCC1.
N15C1 : Konsentrasi dosis 15 g/tanaman, klon MCC1.
N20C1 : Konsentrasi dosis 20 g/tanaman, klon MCC1.
N0C1 : Kontrol g/tanaman, klon MCC1.
N5S1 : Konsentrasi dosis 5 g/tanaman, klon Sul 1.
N10S1 : Konsentrasi dosis 10 g/tanaman, klon Sul 1.
N15S1 : Konsentrasi dosis 15 g/tanaman, klon Sul 1.
N20S1 : Konsentrasi dosis 20 g/tanaman, klon Sul 1.
N0S1 : Kontrol g/tanaman, klon Sul 1.
N5S2 : Konsentrasi dosis 5 g/tanaman, klon Sul 2.
N10S2 : Konsentrasi dosis 10 g/tanaman, klon Sul 2.
N15S2 : Konsentrasi dosis 15 g/tanaman, klon Sul 2.
N20S2 : Konsentrasi dosis 20 g/tanaman, klon Sul 2.
N0S2 : Kontrol g/tanaman, klon Sul 2.
Model rancangan percobaan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + βj + αβij + εijk


Dimana
Yijk : Nilai pengamatan pada perlakuan dosis NPK ke-i, lama
perendaman ke-j, dan ulangan ke-k
µ : Rataan umum
αi : Pengaruh perlakuan dosis NPK ke-i
βj : Pengaruh perlakuan klon ke-j
αβij : Pengaruh interaksi perlakuan dosis NPK ke-i dan perlakuan
klon ke-j
εijk : Galat percobaan

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji F, jika


terdapat pengaruh nyata dari perlakuan yang diuji berdasarkan uji ragam
pada taraf 5%, maka dilakukan uji lanjut untuk melihat perbedaan antar
perlakuan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf α 5%
(Gomez dalam Rahman, 1995). Data akan diolah menggunakan SPSS.

3.4 Prosedur Pelaksanaan


1. Penyemaian
Benih kakao di rendam dalam dithane M-45, selama 30 menit pada
wadah. Penyiapan pasir halus pada bak semai ukuran 34 x 47 x 15 cm.
Benih kakao di semai pada media pasir. Pemindahan benih kakao di
lakukan pada umur 10 – 14 hari pada polibag ukuran 20 x 30 cm dengan
volume media yang di timbang terlebih dahulu.

2. Aplikasi Pemupukan
Pemberian dosis pupuk di lakukan pada umur 4 MST, 8MST
dengan cara di kubur pada media dan disiram menggunakan alat
penyiram gembor.

3. Pemeliharaan Bibit
Benih disiram pada pagi dan sore pada pukul 08:00 dan 16:30.
penyiangan gulma juga dapat di lakukan jika ada pada polibag.
3.5 Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap berbagai parameter pertumbuhan
setelah bibit berumur 3 bulan, meliputi:
1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman di ukur mengunakan meteran mulai dari batas batang di
atas permukaan tanah sampai titik tumbuh. Diukur pada umur 2MST, 4
MST, 6MST dan 8 MST.

2. Jumlah Daun (helai)


Jumlah daun di ukur dengan mengunakan hand counter. Diukur pada
umur 2 MST,4 MST, 6 MST dan 8 MST.

3. Diameter Pangkal Batang (mm)


Diamter panggal batang di ukur mengunakan jangka sorong. Diukur pada
umur 2MST,4 MST, 6MST dan 8 MST.

4. Panjang Akar (cm)


Panjang akar diukur pada akar terpanjang dengan mengunakan
penggaris /mistar pada umur 8 MST (pengamatan destruktif)

Sepertinya ini perlu juga:


-. Jumlah akar
Jumlah akar dihitung dengan menghitung seluruh akar yang ada
pada tanaman, pengamatan dilakukan setelah tanaman berumur 3
bulan.
- Berat segar/basah tajuk (g)
Tanaman dipotong hingga batas leher kemudian ditimbang,
pengukuran dilakukan pada akhir penelitian.
- Berat segar akar (g)
Akar dipotong kemudian dilakukan penimbangan, pengukuran
dilakukan pada akhir penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Claresta, Laveda J, & Purwoko Yosef. 2017. Pengaruh Konsumsi Cokelat


Terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Praujian.
Jurnal Kedokteran Diponegoro, 737 – 747.
Fanani, A. 2019. Cara Cerdas Budidaya Kakao. Desa Pustaka Indonesia,
Temanggung.
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
UI Press. Jakarta.
Hatta, M., Hasinah H. Dan Suryani. 2006. Pengujian Media Tanam dan Pupuk
ME-17 pada Pertumbuhan Bibit Kakao. Jurnal Floratek. 2: 19-27.
Hasibuan. B. E. 2006. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
ICCO. 2021. Diambil kembali dari International Coffee Organization.
https://www.icco.org/icco-documentation/quarterly-bulletin-of-cocoa-
statistics/ [ 16 juli 2021]
Ikawati., Anas., Fatmawati., 2021. Agribisnis Kakao. Deepublish, Jogjakarta.
Lakitan, B. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press. Jakarta.
Limbongan, J. 2011. Karakteristik Morfologi dan Anatomis Klon Harapan Tahan
Penggerek Buah Kakao Sebagai Sumber Bahan Tanam. Jurnal Litbang
Pertanian, 14 – 20.
Marajahan, Y., Islan dan Khoiri M,A. Aplikasi Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Kakao (Theobroma Cacao L.) yang Ditanam di Antara
Kelapa Sawit.
https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2455/
JURNAL%20DIKA.pdf?sequence=1 diunduh 29 Agustus 2021.
Melati, P. 2017. Terampil Budidaya Kakao. Zahra Pustaka, Jogjakarta.
Nasrullah., Nurhayati., Ainun Marliah., 2015. Pengaruh Dosis Pupuk NPK (16 :
16 : 16) Dan Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma
Cacao L) Pada Media Tumbuh Subsoil. Jurnal Agroum, 56 – 64.

Pracaya, & Kahono, P. 2019. Kakao. Jakarta: PT. Sunda Kelapa Pustaka.

Trubus, Redaksi. 2020. Kakao : Varietas Unggul : 3 Ton/Ha. PT. Trubus


Swadaya, Depok.

Rahman, W . 2015. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Giberelin (GA3) Terhadap


Biji Kakao. Skripsi, Jakarta.
Roesmarkam, A dan N.W. Yuwono, 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta.

Rukmana, R. 2016. Untung Selangit Dari Agribisnis Kakao. Lippublisher,


Yogyakarta.

Saputra, D Yulianto. 2016. Teknik Budidaya Kakao. Trans Idea Publis.

Setiadi, H. Wahyudi dan Gusti Marlina. 2021. Pengaruh Pemberian Pupuk


Kotoran Sapi Dan Pupuk Npk Mutiara (16 : 16 : 16) Terhadap
Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao L). Jurnal Green
Swarnadwipa, 185 – 198.

Suhendi, D., Winarno, H. Dan Susilo, A.W., 2004. Peningkatan Produksi dan
Mutu Hasil Kakao Melalui Penggunaan Klon Unggul Baru. Prosiding
Simposium Kakao 2004, Yogyakarta

Surat Keputusan Mentri Pertanian RI Nomor : 15/Kpts/KB.020/5/2017 Tentang


Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran Dan Pengawasan Benih
Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L). [21 Juli 2021].

Triastuti, F., Wardati., Ernis En Yulia,. 2016. Pengaruh Pupuk Kascing Dan
Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kakao (Theobroma
Cacao L). JOM Faferta, Vol3 No.1.

Wahyudi, T, Pujiyanto, & Purwoko Yosef. 2017. Kakao, Sejarah, Botani, Proses
Produksi, Pengolahan Hilir dan Sistem Perdagangan. Yogyakarta, Gajah
Mada University Press.
Wardiana, E. 2015. Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kandungan
Polifenol Pada Biji Dan Produk Berbasis Kakao. Indonesia Industrial And
Beverage Crops Research Institute Jurnal Nasional, 1 (1), 31 – 33.

Anda mungkin juga menyukai