OLEH:
LISMAN
280204006
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan
KAKAO dan NPK PHONSKA ini dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Harli, SP, MP. dan Ir. Abd. Jamal, M.Si
selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pihak pengguna untuk
perbaikan di masa mendatang. Namun demikian penulis tetap berharap karya tulis
Penulis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
tanaman kakao telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat selama 2000
tahun. Nama latin tanaman kakao adalah Theobroma Cacao L. Bagian dari buah
kakao yang dimanfaatkan berupa biji, yang nantinya diolah sedemikian rupa
pada peningkatan populasi (luas lahan) juga telah banyak diarahkan pada
peningkatan jumjjlah produksi dan mutu hasil. Adapun aspek yang paling
diperhatikan dalam usaha peningkatan jumlah produksi dan mutu hasil adalah
(Mertadeetal, 2011).
dan telah menghidupi sekitar 65 persen dari total penduduk yang ada di enam
produksi nasional, maka angka itu sesungguhnya masih sangat kecil dan bahkan
bisa mencapai 23 atau 24 persen. Bayangkan saja, tingkat produksi kakao kita saat
ini sebesar 150.427 ton dengan produktivitas antara 700 kilogram per hektar
hingga 900 kilogram per hektar sudah cukup bagus dan bisa melampaui hitungan
20 persen.
Di Indonesia pada tahun 1999 produksi kakao sebesar 417,5 ribu ton dan
pada tahun 2004 sebesar 580 ribu ton (warta Ekonomi 2005). Produksi yang
menurut darmono dan Panji. T (1999). Limbah kulit buah kakao yang dihasilkan
dalam jumlah banyak akan menjadi masalah . jia tidak di tangani dengan baik
hara dari dalam tanah tetapi kandungan masih sedikit dan memiliki pH yang
Hipotesis
3. Adanya respon pertumbuhan pada bibit kakao sambung pucuk lebih besar
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah kulit buah kakao dan
untuk mengetahui pengaruh interaksi bokashi bioaktif kulit buah kakao dan NPK
Morfologi
negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu
Kerajaan/Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Family : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Batang
(lignosus) yaitu batang yang biasanya keras dan kuat, karena sebagian besar
terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon (arbores). Tanaman kakao
merupakan pohon yaitu tumbuhan yang tinggi besar, batang berkayu dan
bercabang jauh dari permukaan tanah. Bentuk batangnya adalah bulat (teres).
Tanaman kakao mempunyai batang yang di bagian bawahnya lebih besar dan
keujung semakin mengecil. Cara percabangannya adalah monopodial, yaitu
batang pokok selalu tampak jelas karena lebih besar dan lebih panjang daripada
Daun
simplex) yaitu pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja Bentuk
memanjang(oblongus). Pada ujung (apex folii) dan pangkal daunnya (basis folii)
berbentuk runcing (acutus) yaitu kedua tepi daunnya di kanan dan kiri ibu tulang
sedikit demi sedikit menuju keatas dan pertemuaannya pada puncak daun
membentuk suatu sudut lancip. Tepi daunnya (margo folii) berbentuk rata
(integer). Panjang daunnya adalah sekitar 10-48 cm dan lebarnya adalah 4-20 cm.
hanya mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan
merupakan terusan tangkai daun. Warna daunnya adalah hijau. (PPKKI 2010)
Akar
tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang
lebih kecil. Akar pokok berasal dari akar lembaga. Akar tunggang tanaman kakao
bercabang (ramosus). Akar tunggang ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus
perakaran menjadi amat luas, hingga dapat diserap air dan zat-zat makanan yang
Bunga
satu bunga saja. Letak bunganya adalah pada ujung batang (flos
yaitu bunga yang padanya terdapat benang sari maupun putik. Bunga ini
terdiri atas kelopak (calyx) dan mahkota (corolla). Kelopaknya (calyx) berwarna
putih dengan panjang 6-8 mm. kelopak ini berguna sebagai pelindung bunga.
(ovarium) beruang banyak (multilocularis) yaitu bakal buah yang tersusun atas
banyak daun buah yang berlekatan dan Tanaman kakao merupakan tanaman
Buah
Buah pada tanaman kakao merupakan buah sungguh atau buah sejati, yaitu
buah yang terjadi dari bakal buah. Tanaman kakao merupakan buah sejati tunggal,
yaitu buah sejati yang terdiri dari satu bunga dengan satu bakal buah saja.
Tanaman kakao merupakan buah sejati tunggal yang berdaging, yaitu dinding
buahnya menjadi tebal berdaging dan kulit buahnya tebal. Buah pada tanaman
kakao termasuk dalam buah buni (bacca), yaitu buah yang dindingnya
mempunyai dua lapisan, yang terdiri dari lapisan luar yang tipis agak menjangat
atau kaku seperti kulit dan lapisan dalam yang tebal, lunak,, dan berair. Buah buni
dapat terjadi dari satu atau beberapa daun buah dengan satu atau beberapa ruang.
Panjang buahnya adalah sekitar 12-22 cm dengan warna merah. (PPKKI 2010)
Biji
Bijinya berdaging dan berair. Bentuknya adalah bulat telur. Biji pada
tanaman kakao dibalut selaput putih yang tebal. Bijinya berwarna coklat.
Tumbuhan bijinya mempunyai lembaga dengan dua daun lembaga. Biji ini
kelihatan jelas terdiri atas dua belahan atau dua keeping sehingga dinamakan
tumbuhan biji belah. Biji Theobroma cacao berkhasiat sebagai obat pusing, obat
wasir, obat tekanan darah rendah, obat cacing dan perangsang saraf. Untuk obat
pusing dipakai 15 gram serbuk biji kering Theobroma cacao, diseduh dengan
1/2 gelas air panas, diaduk sampai rata, dirninum sekaligus. Biji Theobroma cacao
batang dan daun tanaman kakao juga mempunyai kuncup liar yaitu kuncup-
kuncup yang tidak terdapat pada ujung atau ketiak daun. Letak kuncup liar ini
adalah disembarang tempat pada batang dan jika tumbuh biasanya akan
Tanah
mempunyai kandungan bahan organ yang cukup, lapisan olah yang dalam untuk
membantu pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik seperti struktur tanah yang
gembur juga sistem drainase yang baik. PH tanah yang ideal berkisar antara 6 7
sistem perakaran tanaman kakao, karena perakaran tanaman kakao sangat dangkal
dan hampir 80% dari akar tanaman kakao berada disekitar 15 cm dari permukaan
baik menentukan jumlah dan distribusi akar yang kemudian berfungsi sebagai
Iklim
suhu 25oC perkembangan akan terhambat dan suhu di atas 35oC berpengaruh
permukaan laut. Iklim yang dibutuhkan tanaman Kakao adalah bersuhu tinggi
Pupuk
Pengertian pupuk secara umum adalah suatu bahan yang bersifat organik
memperbaiki sifat fisik, sifat kimia, sifat biologi tanah dan dapat meningkatkan
Adapun limbah yang dihasilkan dari buah kakao yaitu berupa kulit buah
sekitar perkebunan. Salah satu cara untuk memanfaatkan kulit buah kakao adalah
dijadikan bokashi. Menurut Hengki (2006) bokashi merupakan salah satu bentuk
pupuk organik yang dapat digunakan sebagai suplemen ataupun pengganti pupuk
dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia dalam jumlah besar. Bokashi adalah
pupuk yang terbuat dari bahan organik seperti limbah pertanian padat (tandan
kosong kelapa sawit, sisa pangkasan teh, kulit buah kakao, jerami padi, batang
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan
atau limbah organik lainya. bokashi sebagai pupuk organik mempunyai fungsi
untuk memperbaiki sruktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, dan
bahan organik sebagai sumber energi. Membuat bokashi adalah mengatur dan
mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses
ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup,
diperlukan terutama bagi perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga
pada tanah yang kandungan bahan organiknya sangat kurang perlu terlebih dahulu
Bokashi kulit buah kakao adalah bokashi yang terbuat dari proses
dalam waktu relatif singkat dan bersifat antagonis terhadap beberapa penyakit
akar. Adapun keunggulan dari OrgaDec yaitu : Sesuai untuk kondisi tropis,
Menurunkan C/N secara cepat, tidak membutuhkan bahan nutrisi, mudah dan
tahan disimpan, antagonis terhadap penyakit jamur akar. Bahan aktif yang
(LRPI, 2004).
Pupuk NPK Phonska adalah pupuk NPK hasil produksi PT. Petrokimia
Gresik. Pupuk ini biasanya dikemas dalam kemasan karung dengan isi bersih 20
kg dan 50 kg. Pupuk ini berbentuk butiran (granul) dengan warna merah muda
hingga orange. NPK Phonska bersifat higroskopis sehingga akan membatu jika
disimpan dalam waktu yang cukup lama. Pupuk ini juga mudah larut di dalam air
(N2), 15% Posfat (P2O5), 15% Kalium (K2O), dan 10% Sulfur (S). Unsur hara
tersebut merata di setiap butiran pupuk NPK Phonska. Kandungan yang cukup
lengkap ini membuat pupuk NPK Phonska dapat memberikan efek yang cukup
kandungan haranya, pupuk NPK memberi manfaat yang sangat lengkap bagi
pupuk Urea, TSP, dan KCl secara bersama-sama sehingga manfaat dan fungsi
dan kekeringan.
optimal.
tanaman rebah.
penyimpanan.
Sambung Pucuk
tanaman kakao yang berlainan menjadi satu kesatuan dan tumbuh menjadi
tanaman baru. Teknologi ini menggunakan bibit kakao sebagai batang bawah
yang disambung dengan entres dari kakao unggul sebagai batang atas. Bibit
batang bawah siap disambung padaumur 2,53 bulan. Hasil penelitian Limbongan
dan Taufik (2011) pada pertanaman kakao di Kabupaten Luwu dan Luwu Utara
menunjukkan setiap kelompok penangkar bibit kakao memiliki rata-rata 70% bibit
sambung pucuk, 20% bibit sambung samping, dan 10% bibit asal biji dan SE.
Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani kakao yang tergabung dalam
lebih tinggi, bahan yang digunakan mudah diperoleh, dan teknologinya sudah
Polewali Mandar Sulawesi Barat dan Penelitian ini selama 3 (tiga) bulan terhitung
Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit kakao yang
sudah di sambumg pucuk, Bokasi kulit kakao, pupuk NPK Phonska, Daring,
handsprayer (semprot tangan), gelas ukur untuk mengukur volume pemberian air,
Metode Penilitian
(RAK) pola faktorial, dengan 2 faktor dan masing-masing diulang tiga kali.
Co = tanpa Bokashi
C1 = Bokashi 10g/polybeg
C2 = Bokashi 15g/polybeg
C3 = Bokashi 20g/polybeg
Faktor kedua NPK Phonska (K) dengan 4 taraf :
tanaman.
Pelaksanaan Penilitian
Tanah yang digunakan untuk media tanam adalah yang diambil secara
pada Penggunaan Pupuk NPK hanya tanah yang di isi kedalam polybeg .
yang masak, yang diambil dari batang utama tanaman kakao. Biji dari buah
kakao untuk benih diambil bagian tengahnya saja (berukuran 18-19 cm),
sedangkan bagian kedua sampingnya dibuang dan diambil hanya biji-biji yang
besarnya seragam.
Bahan tanaman biji kakao dibersihkan dahulu dari lendir yang menempel
dengan sekam padi tujuannya supaya biji cepat berkecambah dan supaya terhindar
dari serangan penyakit, biji direndam dahulu dengan fungisida Dhitane M-45
dengan konsentrasi 2 g L-1 air selama 5 menit. Benih kakao yang sudah siap,
larutan fungisida Dithane M-45 0,2%. Benih dihamparkan di atas karung (beralas
batu bata agar tidak kontak langsung dengan tanah), jarak antar benih 2 x 3 cm
sehingga untuk satu karung goni ukuran 100 x 72 cm dapat digunakan untuk 300
benih. Benih ditutup karung goni tipis kemudian disiram air setiap hari. Untuk
melindungi benih dari tetesan air hujan, bedengan diberi naungan. Persemaian
tanam (pasir) dengan ketebalan 10 cm. Cara penanaman kecambah adalah bagian
ujung benih yang membesar (mata benih) di sebelah bawah dan kemudian
membenamkannya sampai kira-kira 0,5 cm saja yang muncul di atas permukaan
pasir. Jarak tanam yang digunakan adalah 5 x 3 cm. Persemaian diberi naungan
untuk menghindari dari hujan dan angin. Penanaman Bibit dari persemaian
dipindahkan ke dalam polybeg pada umur 10 hari. Bibit dipilih yang seragam,
bervigor, sehat, akarnya lurus dan tidak mengalami kerusakan. Setiap polybeg
yang sudah berisi medium tumbuh ditanami satu kecambah kakao. Polybeg-
Pemeliharaan
menyiramkan air ke dalam polybeg yang sebelumnya telah diberi lubang secara
tanah pada polybeg tersebut. Pemberian pestisida dilakukan bila terjadi serangan
hama dan penyakit. Pestisida yang dianjurkan adalah dengan bahan aktif
Deltrametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), dan Dithane M-45.
Parameter Pengamatan
1. Tinggi tanaman (cm) di ukur dari panggkal batang sampai titik tumbuh,
2. Jumlah daun (helai) dihitung jumlah daun yang terbentuk, diamati 2 minggu
sekali
Darmono dan Tri Panji. 1999. Penyediaan Kompos Kulit Buah Kakao Bebas
Phytophthora palmivora. Warta Penelitian Perkebunan. V (1). : 33-38.
Weiss, E. A. 1983. Oil Seed Crops. Longman Inc. New York. USA. Page 10 of
113
(http://warintek.Bantul.go.id/web.php?mod=basisdata & kat = 1&sub=2 &file
=35).