Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma Cacao L.)


SAMBUNG PUCUK TERHADAP PEMBERIAN BOKASHI KULIT
KAKAO DAN NPK PHONSKA

OLEH:

LISMAN
280204006

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR
POLEWALI MANDAR
2017
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun proposal ini yang berjudul

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (THEOBROMA CACAO L.)

SAMBUNG PUCUK TERHADAP PEMBERIAN BOKASHI KULIT BUAH

KAKAO dan NPK PHONSKA ini dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Harli, SP, MP. dan Ir. Abd. Jamal, M.Si

selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam

penyelesaian Proposal penelitian ini.

Penulis menyadari proposal penelitian ini masih banyak kekurangan, baik

dalam muatan materi maupun penulisannya. Berkenaan dengan hal tersebut,

diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pihak pengguna untuk

perbaikan di masa mendatang. Namun demikian penulis tetap berharap karya tulis

ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan. Atas

perhatiannya penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Polewali, 10 Januari 2015

Penulis
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) berasal dari Amerika Selatan.

Merupakan tanaman perkebunan yang umumnya tumbuh di daerah tropis.,

tanaman kakao telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat selama 2000

tahun. Nama latin tanaman kakao adalah Theobroma Cacao L. Bagian dari buah

kakao yang dimanfaatkan berupa biji, yang nantinya diolah sedemikian rupa

sehingga menghasilkan bubuk coklat, biasa digunakan sebagai minuman penyegar

dan makanan ringan.

Kakao merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang berperan

penting dalam perekonomian Indonesia yang terus mendapat perhatian untuk

dikembangkan. Upaya pengembangan tanaman kakao disamping masih diarahkan

pada peningkatan populasi (luas lahan) juga telah banyak diarahkan pada

peningkatan jumjjlah produksi dan mutu hasil. Adapun aspek yang paling

diperhatikan dalam usaha peningkatan jumlah produksi dan mutu hasil adalah

penggunaan jenis jenis kakao unggul dalam pembudidayaan tanaman kakao

(Mertadeetal, 2011).

Kakao Di Sulbar merupakan komoditas perkebunan yang paling penting

dan telah menghidupi sekitar 65 persen dari total penduduk yang ada di enam

kabupaten. "Kontribusi kakao Sulbar sebesar 20 persen. Jika dibandingkan

produksi nasional, maka angka itu sesungguhnya masih sangat kecil dan bahkan

bisa mencapai 23 atau 24 persen. Bayangkan saja, tingkat produksi kakao kita saat

ini sebesar 150.427 ton dengan produktivitas antara 700 kilogram per hektar
hingga 900 kilogram per hektar sudah cukup bagus dan bisa melampaui hitungan

20 persen.

Di Indonesia pada tahun 1999 produksi kakao sebesar 417,5 ribu ton dan

pada tahun 2004 sebesar 580 ribu ton (warta Ekonomi 2005). Produksi yang

tertinggi menghasilkan kulit buah kakao sebagai libah perkebunan meningkat

menurut darmono dan Panji. T (1999). Limbah kulit buah kakao yang dihasilkan

dalam jumlah banyak akan menjadi masalah . jia tidak di tangani dengan baik

produksi limbah padat ini mencapai sekitar 60 % dari total produksi.

Bokashi kulit buah kakao (cacao) mengandung unsur hara yang di

butuhkan oleh tanaman kakao karna selama pertumbuhannya menyerap unsur

hara dari dalam tanah tetapi kandungan masih sedikit dan memiliki pH yang

rendah, disbanding pupuk NPK Phonska.

Hipotesis

1. Terdapat interaksi pemberian bokashi kulit kakao dan pemberian NPK

Phonska terhadap pertumbuhan bibit kakao sambung pucuk .

2. Terdapat salah satu pemberian bokashi.

3. Adanya respon pertumbuhan pada bibit kakao sambung pucuk lebih besar

dengan menggunakan pupuk bokashi dibandingkan dengan penggunaan

pupuk NPK Phonska.


Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah kulit buah kakao dan

untuk mengetahui pengaruh interaksi bokashi bioaktif kulit buah kakao dan NPK

Phonska terhadap karak teristik pertumbuhan bibit kakao sambun pucuk.


TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi

Tanaman kakao (Theobroma Cacao L.) merupakan salah satu tanaman

perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa

negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu

anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan,

yang secara sistematika mempunyai urutan taksa sebagai berikut :

Kerajaan/Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Malvales

Family : Sterculiaceae

Genus : Theobroma

Spesies : Theobroma cacao L.

Batang

Pada Theobroma cacao L. merupakan tanaman dengan batang berkayu

(lignosus) yaitu batang yang biasanya keras dan kuat, karena sebagian besar

terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon (arbores). Tanaman kakao

merupakan pohon yaitu tumbuhan yang tinggi besar, batang berkayu dan

bercabang jauh dari permukaan tanah. Bentuk batangnya adalah bulat (teres).

Tanaman kakao mempunyai batang yang di bagian bawahnya lebih besar dan
keujung semakin mengecil. Cara percabangannya adalah monopodial, yaitu

batang pokok selalu tampak jelas karena lebih besar dan lebih panjang daripada

cabang-cabangnya. Arah tumbuh cabangnya adalah condong keatas (patens).

Tanaman kakao biasanya mempunyai tinggi sekitar 5-10 m. Warna batangnya

adalah coklat kotor. (PPKKI 2010)

Daun

Pada Theobroma cacao L. daunnya merupakan daun tunggal (folium

simplex) yaitu pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja Bentuk

tangkai daunnya (petiolus) adalah bulat telur Bangun daunnya adalah

memanjang(oblongus). Pada ujung (apex folii) dan pangkal daunnya (basis folii)

berbentuk runcing (acutus) yaitu kedua tepi daunnya di kanan dan kiri ibu tulang

sedikit demi sedikit menuju keatas dan pertemuaannya pada puncak daun

membentuk suatu sudut lancip. Tepi daunnya (margo folii) berbentuk rata

(integer). Panjang daunnya adalah sekitar 10-48 cm dan lebarnya adalah 4-20 cm.

Susunan tulang daunnya (nervatio) adalah bertulang menyirip (penninervis) yaitu

hanya mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan

merupakan terusan tangkai daun. Warna daunnya adalah hijau. (PPKKI 2010)

Akar

Tanaman kakao memiliki system akar tunggang, yaitu akar lembaga

tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang

lebih kecil. Akar pokok berasal dari akar lembaga. Akar tunggang tanaman kakao

bercabang (ramosus). Akar tunggang ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus

ke bawah, bercabang-cabang banyak, dan cabang-cabangnya bercabang lagi,


sehingga dapat memberi kekuatan yang lebih besar pada batang, dan juga daerah

perakaran menjadi amat luas, hingga dapat diserap air dan zat-zat makanan yang

lebih banyak. Warna akarnya adalah kecoklatan. (PPKKI 2010).

Bunga

satu bunga saja. Letak bunganya adalah pada ujung batang (flos

terminalis). Bunga pada tanaman kakao memiliki kelamin dua (hermaproditus),

yaitu bunga yang padanya terdapat benang sari maupun putik. Bunga ini

seringkali dinamakan bunga lengkap, karena mempunyai hiasan bunga yang

terdiri atas kelopak (calyx) dan mahkota (corolla). Kelopaknya (calyx) berwarna

putih dengan panjang 6-8 mm. kelopak ini berguna sebagai pelindung bunga.

Mahkota bunganya (corolla) mempunyai panjang 8-9 mm. Benang sarinya

(stamen) berbentuk periuk. Stamodia berwarna ungu tua. Bakal buahnya

(ovarium) beruang banyak (multilocularis) yaitu bakal buah yang tersusun atas

banyak daun buah yang berlekatan dan Tanaman kakao merupakan tanaman

berbunga tunggal (planta uniflora), yaitu tanaman yang hanya menghasilkan

membentuk banyak sekat-sekat sehingga terjadi banyak ruang-ruang. Warna

bunganya adalah merah. (PPKKI 2010).

Buah

Buah pada tanaman kakao merupakan buah sungguh atau buah sejati, yaitu

buah yang terjadi dari bakal buah. Tanaman kakao merupakan buah sejati tunggal,

yaitu buah sejati yang terdiri dari satu bunga dengan satu bakal buah saja.

Tanaman kakao merupakan buah sejati tunggal yang berdaging, yaitu dinding

buahnya menjadi tebal berdaging dan kulit buahnya tebal. Buah pada tanaman
kakao termasuk dalam buah buni (bacca), yaitu buah yang dindingnya

mempunyai dua lapisan, yang terdiri dari lapisan luar yang tipis agak menjangat

atau kaku seperti kulit dan lapisan dalam yang tebal, lunak,, dan berair. Buah buni

dapat terjadi dari satu atau beberapa daun buah dengan satu atau beberapa ruang.

Panjang buahnya adalah sekitar 12-22 cm dengan warna merah. (PPKKI 2010)

Biji

Bijinya berdaging dan berair. Bentuknya adalah bulat telur. Biji pada

tanaman kakao dibalut selaput putih yang tebal. Bijinya berwarna coklat.

Tumbuhan bijinya mempunyai lembaga dengan dua daun lembaga. Biji ini

kelihatan jelas terdiri atas dua belahan atau dua keeping sehingga dinamakan

tumbuhan biji belah. Biji Theobroma cacao berkhasiat sebagai obat pusing, obat

wasir, obat tekanan darah rendah, obat cacing dan perangsang saraf. Untuk obat

pusing dipakai 15 gram serbuk biji kering Theobroma cacao, diseduh dengan

1/2 gelas air panas, diaduk sampai rata, dirninum sekaligus. Biji Theobroma cacao

mengandung alkaloida, saponin, tlavonoida dan tanin. Selain mempunyai akar,

batang dan daun tanaman kakao juga mempunyai kuncup liar yaitu kuncup-

kuncup yang tidak terdapat pada ujung atau ketiak daun. Letak kuncup liar ini

adalah disembarang tempat pada batang dan jika tumbuh biasanya akan

menghasilkan wiwian atau tunas air. (PPKKI 2010)


Syarat Tumbuh

Tanah

Tanaman kakao untuk tumbuhnya memerlukan kondisi tanah yang

mempunyai kandungan bahan organ yang cukup, lapisan olah yang dalam untuk

membantu pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik seperti struktur tanah yang

gembur juga sistem drainase yang baik. PH tanah yang ideal berkisar antara 6 7

(Suhardjo dan Butar-butar, 1979).

Menurut Situmorang (1973) tanah mempunyai hubungan erat dengan

sistem perakaran tanaman kakao, karena perakaran tanaman kakao sangat dangkal

dan hampir 80% dari akar tanaman kakao berada disekitar 15 cm dari permukaan

tanah, sehingga untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik tanaman kakao

menghendaki struktur tanah yang gembur agar perkembangan akar tidak

terhambat. Selanjutnya Tjasadiharja (1980) berpendapat, perkembangan akar yang

baik menentukan jumlah dan distribusi akar yang kemudian berfungsi sebagai

organ penyerapan hara dari tanah..

Tanaman kakao menghendaki permukaan air tanah yang dalam.

Permukaan air tanah yang dangkal menyebabkan dangkalnya perakaran sehingga

tumbuhnya tanaman kurang kuat (Anonymous, 1988).

Iklim

Suhu optimum untuk pertumbuhan Kakao berkisar 25o-30oC di bawah

suhu 25oC perkembangan akan terhambat dan suhu di atas 35oC berpengaruh

terhadap produksi bunga (Weiss, 1983) Di Indonesia, tanaman Kakao cocok di


tanam di dataran rendah yang berketinggian di bawah 500 meter di atas

permukaan laut. Iklim yang dibutuhkan tanaman Kakao adalah bersuhu tinggi

anatara 25oC-32oC, sedikit lembab (rH 65%-75%), curah hujan 800mm-1300mm

per tahun, tempat terbuka. (http://warintek.Bantul.go.id/web.php?mod=basisdata

&kat= 1&sub=2 &file =35).

Pupuk

Pengertian pupuk secara umum adalah suatu bahan yang bersifat organik

ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam tanah ataupun ke tanaman dapat

memperbaiki sifat fisik, sifat kimia, sifat biologi tanah dan dapat meningkatkan

pertumbuhan tanaman (Hasibuanb, 2006).

Pupuk Bokashi Kulit buah Kakao

Adapun limbah yang dihasilkan dari buah kakao yaitu berupa kulit buah

kakao. Apabila tidak dimanfaatkan dapat menimbulkan masalah lingkungan di

sekitar perkebunan. Salah satu cara untuk memanfaatkan kulit buah kakao adalah

dijadikan bokashi. Menurut Hengki (2006) bokashi merupakan salah satu bentuk

pupuk organik yang dapat digunakan sebagai suplemen ataupun pengganti pupuk

kimia (anorganik). Bokashi ini telah digunakan di bidang perkebunan sehingga

dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia dalam jumlah besar. Bokashi adalah

pupuk yang terbuat dari bahan organik seperti limbah pertanian padat (tandan

kosong kelapa sawit, sisa pangkasan teh, kulit buah kakao, jerami padi, batang

jagung, dll.) yang proses dekomposisinya menggunakan bantuan mikroorganisme.


Bokashi adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran

bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi

berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan

aerobik atau anaerobik (J.H. Crawford, 2003). Bokashi merupakan hasil

fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan,

atau limbah organik lainya. bokashi sebagai pupuk organik mempunyai fungsi

untuk memperbaiki sruktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, dan

meningkatkan daya ikat tanah terhadap unsur hara (Murbandono, 1998).

Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami

penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan

bahan organik sebagai sumber energi. Membuat bokashi adalah mengatur dan

mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses

ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup,

mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

Keberadaan bahan organik pada tanah yang akan ditanamisangat

diperlukan terutama bagi perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga

pada tanah yang kandungan bahan organiknya sangat kurang perlu terlebih dahulu

diberi tambahan pupuk organic.

Bokashi kulit buah kakao adalah bokashi yang terbuat dari proses

dekomposisi dapat menggunakan bioaktivator OrgaDec. OrgaDec (Organic

Decomposer) merupakan bioaktivator pengomposan dengan bahan mikroba asli

Indonesia yang memiliki kemampuan menghancurkan bahan organik mentah

dalam waktu relatif singkat dan bersifat antagonis terhadap beberapa penyakit
akar. Adapun keunggulan dari OrgaDec yaitu : Sesuai untuk kondisi tropis,

Menurunkan C/N secara cepat, tidak membutuhkan bahan nutrisi, mudah dan

tahan disimpan, antagonis terhadap penyakit jamur akar. Bahan aktif yang

dikandung dari OrgaDec adalah Trichoderma pseudokoningii dan Cytophaga sp

(LRPI, 2004).

Pupuk NPK Phonska

Pupuk NPK Phonska adalah pupuk NPK hasil produksi PT. Petrokimia

Gresik. Pupuk ini biasanya dikemas dalam kemasan karung dengan isi bersih 20

kg dan 50 kg. Pupuk ini berbentuk butiran (granul) dengan warna merah muda

hingga orange. NPK Phonska bersifat higroskopis sehingga akan membatu jika

disimpan dalam waktu yang cukup lama. Pupuk ini juga mudah larut di dalam air

sehingga dapat diserap tanaman bersamaan ketika tanaman menyerap air.

a. Kandungan NPK Phonska

NPK Phonska mengandung hara makro dengan kandungan 15% Nitrogen

(N2), 15% Posfat (P2O5), 15% Kalium (K2O), dan 10% Sulfur (S). Unsur hara

tersebut merata di setiap butiran pupuk NPK Phonska. Kandungan yang cukup

lengkap ini membuat pupuk NPK Phonska dapat memberikan efek yang cukup

baik bagi pertumbuhantanaman.Manfaat dan Fungsi Pupuk NPK Berdasarkan

kandungan haranya, pupuk NPK memberi manfaat yang sangat lengkap bagi

tanaman. Pemberian pupuk NPK Phonska sama artinya dengan memberikan

pupuk Urea, TSP, dan KCl secara bersama-sama sehingga manfaat dan fungsi

yang sangat banyak.


b. Beberapa manfaat dan fungsi pupuk NPK Phonska antara lain:

1. Meningkatkan produktivitas tanaman.

2. Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap seranagan hama, penyakit,

dan kekeringan.

3. Daun menjadi lebih hijau dan segar sehinggaa fotosintesis berjalan

optimal.

4. Merangsang pertumbuhan akar baru dan memacu tumbuhnya sistem

perakaran yang baik

5. Memacu pembentukan bunga dan mempercepat panen.

6. Menguatkan tumbuh tegak batang sehingga dapat mengurangi risiko

tanaman rebah.

7. Memacu pertumbuhan ukuran buah, umbi, dan biji-bijian

8. Meningkatkan ketahanan hasil panen selama kegiatan pengangkutan dan

penyimpanan.

9. Mengoptimalkan proses pembentukan gula dan pati.

Sambung Pucuk

Teknologi sambung pucuk adalah penggabungan dua individu klon

tanaman kakao yang berlainan menjadi satu kesatuan dan tumbuh menjadi

tanaman baru. Teknologi ini menggunakan bibit kakao sebagai batang bawah

yang disambung dengan entres dari kakao unggul sebagai batang atas. Bibit

batang bawah siap disambung padaumur 2,53 bulan. Hasil penelitian Limbongan

dan Taufik (2011) pada pertanaman kakao di Kabupaten Luwu dan Luwu Utara
menunjukkan setiap kelompok penangkar bibit kakao memiliki rata-rata 70% bibit

sambung pucuk, 20% bibit sambung samping, dan 10% bibit asal biji dan SE.

Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani kakao yang tergabung dalam

kelompok tani penangkar memilih menggunakan teknologi sambung pucuk. Hal

ini karena teknologi sambung pucuk mudah diterapkan, tingkat keberhasilannya

lebih tinggi, bahan yang digunakan mudah diperoleh, dan teknologinya sudah

dikenal oleh petani setempat (Winarsih 1999; Limbongan 2011).


BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Paku kecamatan Binuang Kabupaten

Polewali Mandar Sulawesi Barat dan Penelitian ini selama 3 (tiga) bulan terhitung

Februari sampai April 2016.

Bahan dan Alat

Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit kakao yang

sudah di sambumg pucuk, Bokasi kulit kakao, pupuk NPK Phonska, Daring,

plastik bening, bambu.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, meteran,

handsprayer (semprot tangan), gelas ukur untuk mengukur volume pemberian air,

timbangan analitik, jangka sorong.

Metode Penilitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok

(RAK) pola faktorial, dengan 2 faktor dan masing-masing diulang tiga kali.

Faktor pertama Bokashi Kulit Kakao (C) dengan 4 taraf :

Co = tanpa Bokashi

C1 = Bokashi 10g/polybeg

C2 = Bokashi 15g/polybeg

C3 = Bokashi 20g/polybeg
Faktor kedua NPK Phonska (K) dengan 4 taraf :

Ko = tanpa NPK Phonska

K1 = NPK Phonska 10g/polybeg

K2 = NPK Phonska 15g/polybeg

K3 = NPK Phonska 20g/polybeg

Kombinasi perlakuan sebagai berikut.

C0K0 C1 K0 C2K0 C3K0

C0K1 C1 K C2K1 C3K1

C0K2 C1 K2 C2K2 C3K2

C0K3 C1 K3 C2K3 C3K3

Terdapat 4 x 4 = 16 kombinasi perlakuan, yang masing-masing diulang 3

kali sehingga menghasilkan 16 x 3 = 48 satuan percobaan. Setiap satuan

percobaan terdiri dari 5 tanaman polybeg, sehingga seluruhnya berjumlah 240

tanaman.

Pelaksanaan Penilitian

Persiapan Media Tanam

Tanah yang digunakan untuk media tanam adalah yang diambil secara

komposit dari lapisan atas dengan kedalaman 0-20 cm, lalu di

diamkan/diudarakan selama 2 hari. Kemudian tanah digemburkan dan disaring

dengan saringan darin ke Kemudian dicampurkan tanah perlakuan bokasi di


campur dengan rata lalu dimasukkan dalam polybeg. Perlakuan pada media tanam

pada Penggunaan Pupuk NPK hanya tanah yang di isi kedalam polybeg .

Penyiraman dilakukan dengan memberikan sejumlah air yang sesuai dengan

kebutuhan air sampai kapasitas lapang.

Persiapan Benih dan Perkecambahan Benih kakao

Persiapan Benih dan Perkecambahan Benih kakao diambil dari buah

yang masak, yang diambil dari batang utama tanaman kakao. Biji dari buah

kakao untuk benih diambil bagian tengahnya saja (berukuran 18-19 cm),

sedangkan bagian kedua sampingnya dibuang dan diambil hanya biji-biji yang

besarnya seragam.

Bahan tanaman biji kakao dibersihkan dahulu dari lendir yang menempel

dengan sekam padi tujuannya supaya biji cepat berkecambah dan supaya terhindar

dari serangan penyakit, biji direndam dahulu dengan fungisida Dhitane M-45

dengan konsentrasi 2 g L-1 air selama 5 menit. Benih kakao yang sudah siap,

dikecambahkan pada medium karung goni. Karung goni dicelupkan ke dalam

larutan fungisida Dithane M-45 0,2%. Benih dihamparkan di atas karung (beralas

batu bata agar tidak kontak langsung dengan tanah), jarak antar benih 2 x 3 cm

sehingga untuk satu karung goni ukuran 100 x 72 cm dapat digunakan untuk 300

benih. Benih ditutup karung goni tipis kemudian disiram air setiap hari. Untuk

melindungi benih dari tetesan air hujan, bedengan diberi naungan. Persemaian

Benih yang telah berkecambah (berumur 5 hari) diletakkan pada media

tanam (pasir) dengan ketebalan 10 cm. Cara penanaman kecambah adalah bagian

ujung benih yang membesar (mata benih) di sebelah bawah dan kemudian
membenamkannya sampai kira-kira 0,5 cm saja yang muncul di atas permukaan

pasir. Jarak tanam yang digunakan adalah 5 x 3 cm. Persemaian diberi naungan

untuk menghindari dari hujan dan angin. Penanaman Bibit dari persemaian

dipindahkan ke dalam polybeg pada umur 10 hari. Bibit dipilih yang seragam,

bervigor, sehat, akarnya lurus dan tidak mengalami kerusakan. Setiap polybeg

yang sudah berisi medium tumbuh ditanami satu kecambah kakao. Polybeg-

polybeg disusun di bawah naungan. Lahan pembibitan dilindungi dengan plastik

tranparan untuk menghindari serangan hama belalang. Kantung-kantung

ditempatkan dengan jarak antar polybeg 15 x 30 cm.

Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi kegiatan penyiraman, penyiangan gulma, serta

pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan dengan melakukan

penimbangan terlebih dahulu untuk menentukan jumlah air yang harus

ditambahkan. Hal tersebut dimaksud untuk mempertahankan kondisi kapasitas

lapang. Kegiatan penyiraman dilakukan setiap pagi hari dengan cara

menyiramkan air ke dalam polybeg yang sebelumnya telah diberi lubang secara

merata pada setiap kedalaman media.

Pemupukan dilakukan setiap dua minggu menggunakan NPK Phonska 2 g,

pada satu bibit/polibeg. Penyiangan gulma dilakukan secara manual yaitu

mencabut setiap gulma dari polybeg kemudian dibenamkan kembali kedalam

tanah pada polybeg tersebut. Pemberian pestisida dilakukan bila terjadi serangan
hama dan penyakit. Pestisida yang dianjurkan adalah dengan bahan aktif

Deltrametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), dan Dithane M-45.

Parameter Pengamatan

Komponen yang di amati pada percobaan ini yaitu :

1. Tinggi tanaman (cm) di ukur dari panggkal batang sampai titik tumbuh,

diamati 2 minggu. sekali

2. Jumlah daun (helai) dihitung jumlah daun yang terbentuk, diamati 2 minggu

sekali

3. Diameter batang (mm) di ukur diameter batang diamati 2 minggu sekali


DAFTAR PUSTAKA

Darmono dan Tri Panji. 1999. Penyediaan Kompos Kulit Buah Kakao Bebas
Phytophthora palmivora. Warta Penelitian Perkebunan. V (1). : 33-38.

Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.

Hasibuana, B. E., 2006. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah


Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hengky. 2006. Peningkatan Pertumbuhan Bibit Kayu Bawang (protium


javanicum Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. 2004. Produk Hasil
PenelitianDanPengembangan/OrgaDec.http://www.LembagaRisetPerkebu
nan Indonesia.com.

Murbandono. 2001. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nyakpa, M. Y. Lubis, A. M. Pulung, M. A. Amroh, A. G. Munawar, G. B. Hong


dan N. Hakim, 1998. Kesubuaran Tanah. Universitas Lampung, Bandar
Lampung.

Rosniawaty, S. 2005. Pengaruh Kompos Kulit Buah Kakao Dan Kascing


Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Kultivar
upper Amazone Hibrid(UAH).http://www.google.compengaruh-kompos-
kulit-buah-kakao.

Soil Improvement Committee California Fertilizer Association. 1998. Western


Fertilities Handbook Second Horticulture Edition. Interstate Publisher Inc.,
Illinois.

Warta ekonomi. 2005.produksi kakao. Tersedia di hhtp://www.wartaekonomi.


com (diakses pada tanggal 23 Agustus.2005)

Weiss, E. A. 1983. Oil Seed Crops. Longman Inc. New York. USA. Page 10 of
113
(http://warintek.Bantul.go.id/web.php?mod=basisdata & kat = 1&sub=2 &file
=35).

download.portalgaruda.org/article.php?...PENGEMB...Translate this page


by J Limbongan - 2014 - Related articles
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2073810-morfologi-tanaman-
kakao/#ixzz32a20gZPo

Anda mungkin juga menyukai