Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Dampak Penggunaan Gawai pada Anak Usia di
Bawah Umur".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata
bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.
DATAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perkebunan merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia, sektor ini juga
memegang peran penting dalam menyumbang devisa negara. Pembangunan sektor ini tidak terlepas dari
dinamika lingkungan nasional maupun global. Termasuk dinamika pemerintahan pusat hingga daerah
juga mempengaruhi sektor perkebunan karena dianggap sebagai salah satu pilihan pembuat kebijakan
dalam mengentaskan kemiskinan (Azwar, 2016). Kakao berperan dalam mendorong pengembangan
wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan
lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar
berada di Kawasan Timur Indonesia disamping itu juga memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga
sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta (Maswadi,
2011).

Tanaman kakao merupakan komoditi yang banyak dikembangkan oleh petani Indonesia. Hingga
saat ini kakao sebagai tanaman tahunan masih menjadi komoditi unggulan di beberapa daerah di
Indonesia, kakao memiliki peranan penting dalam perekonomian termasuk penyerapan tenaga kerja,
sebagai pendorong agribisnis dan agroindustry dan tentunya sebagai sumber pendapatan petani.
Pergerakan ekonomi Indonesia yang semakin mengarah kepada industrialisasi tentunya menjadikan
banyak komoditi pertanian semakin potensial untuk dikembangkan, termasuk tanaman kakao, yang
semakin hari permintaan untuk biji kakao meningkat untuk pemenuhan bahan baku industri dalam negeri.
Menurut (Sunanto, 1992) usahatani kakao berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi di
Indonesia, terutama dalam menyumbang devisa negara, penciptaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
dan menjadi sumber penghasilan bagi petani yang mengembangkan komoditi kakao teruma yang tinggal
di daerah sentra penghasil kakao. Kabupaten Boalemo merupakan salah satu sentra produksi kakao yang
ada di Provinsi Gorontalo, khususnya Kecamatan Dulupi dengan jumlah produksi sebanyak 347 Ton.
Kecamatan Paguyaman termasuk salah satu kecamatan dengan produksi kakao terbesar jika dibandingkan
dengan semua Kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, sehingga dengan dasar tersebut, menjadi
pertimbagan bagi peneliti memilih Keamatan Paguyaman sebagai lokasi penelitian untuk mengetahui
besarnya pendapatan dan kelayakan usahatani kakao yang ada di Kecamatan Dulupi Kabupaten Boalemo.

Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk
peningkatan devisa Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok utama kakao dunia
setelah Pantai Gading yang berkontribusi sebesar 31,64% atau 1,42 juta ton, kemudian diikuti Indonnesia
yaitu sebesar 17,36% atau sekitar 780 ribu ton (Pusdatin, 2014). Permintaan dunia terhadap kakao
semakin meningkat dari tahun ke tahun, hingga tahun 2011, ICCO (international Cocoa Organization)
memperkirakan produksi kakao dunia akan mencapai 4,05 juta ton, sementara konsumsi akan mencapai
4,1 juta ton, sehingga terjadi defisit sekitar 50 ribu ton per tahun (Suryani, et al 2007). Kondisi ini
merupakan suatu peluang bagi Indonesia karena Indonesia berpotensi menjadi produsen utama kakao di
dunia. Sebagai salah satu komoditas andalan perkebunan Indonesia, perkebunan kakao didominasi oleh
perkebunan rakyat (91,3%) dengan jumlah petani yang terlibat secara langsung lebih dari 1,5 juta KK
(Aklimawati, 2013)

Data BPS Gorontalo (2012) menunjukan bahwa luas panen kakao di Provinsi Gorontalo selama
2008-2012 cenderung mengalami penurunan yaitu dari 9.646 Ha (2008) menjadi 4.793 Ha (2012).
Kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan komoditas kakao di Provinsi Gorontalo terutama di
daerah pengembangan seperti kabupaten Pohuwato, kabupaten Boalemo, kabupaten Gorontalo dan
Kabupaten Bone Bolango adalah produktivitas tanaman yang rendah (kurang dari 800 kg/ha/thn). Hal ini
disebabkan oleh kegiatan petani kakao yang mendatangkan benih yang tidak jelas tetuanya, budidaya
belum optimal dan adanya serang hama dan penyakit. Oleh karena itu, kajian ini dilaksanakan untuk
menganalisis usahatani dan kelayakan usaha kakao di Kecamatan Dulupi Kabupaten Boalemo.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Karakteristik responden/petani
2. Analisis pendapatan usaha tani kakao Di Desa Polohungo Kecamatan Dulupi Kabupaten
Boalemo

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk Mengetahui Karakteristik Reponden/petani


2. Untuk Mengetahui Analisis pendapatan Usaha Tani Kakao Di Desa Polohungo Kecamatan
Dulupi Kabupaten Boalemo

1.4 Hasil penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan pendapat antara lain:

1. Sebagai sumber informasi kepada usahatani kakao agar dapat meningkatkan produksi dan jagung
dalam meningkatkan pendapatan
2. Bagi penulis sendiri dapat meningkatkan pemahaman tentang analisis biaya dan pendapatan
usaha tani kakao
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tanaman kakao

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam
kelompok tanaman caulofloris, yaitu tanaman yang berbunga dan berbuah pada batang dan cabang.
Tanaman ini pada garis besarnya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian vegetatif yang meliputi akar,
batang, daun dan bagian generatif yang meliputi bunga dan buah (Lukito dkk, 2010). Habitat asli tanaman
kakao adalah hutan tropis dengan naungan pohon-pohon yang tinggi, curah hujan tinggi, suhu sepanjang
tahun relatif sama, serta kelembaban tinggi yang relatif tetap. Dalam habitat seperti itu, tanaman kakao
akan tumbuh tinggi tetapi bunga dan buahnya sedikit. Jika dibudidayakan di kebun, tinggi tanaman umur
tiga tahun mencapai 1,8 – 3,0 meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,50 – 7,0 meter. Tinggi
tanaman tersebut beragam, dipengaruhi oleh intensitas naungan serta faktor-faktor tumbuh yang tersedia.
Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah
pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan
tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan) ( Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010 ).

Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 –1,5 meter akan berhenti tumbuh dan membentuk
jorket (jorquette). Jorket adalah tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan
khas hanya pada 5 tanaman kakao. Pembentukan jorket didahului dengan berhentinya pertumbuhan tunas
ortotrop karena ruas-ruasnya tidak memanjang. Pada ujung tunas tersebut, stipula (semacam sisik pada
kuncup bunga) dan kuncup ketiak daun serta tunas daun tidak berkembang. Dari ujung perhentian
tersebut selanjutnya tumbuh 3 -6 cabang yang arah pertumbuhannya condong ke samping membentuk
sudut 0 – 60º dengan arah horisontal. Cabang-cabang itu disebut dengan cabang primer (cabang
plagiotrop). Pada cabang primer tersebut kemudian tumbuh cabang-cabang lateral (fan) sehingga tanaman
membentuk tajuk yang rimbun (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

Karateristik tanaman kakao diantaranya meliputi batang, cabang, daun, bunga, buah, biji, dan akar. Warna
batang coklat tua kehitaman, alur pada kulit batang utama teratur dan rapi, sedangkan alur pada cabang
kurang tegas. Permukaan batang utama kasar, alurnya berwarna agak keputihan. Bentuk daun ujungnya
runcing, ada penyempitan pada pangkalnya (bottle neck) warna daun hijau tua tegas, sedangkan daun
muda merah. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 2005). Indeks luas daun (ILD) adalah besarnya
angka perbandingan antara total luas permukaan seluruh daun yang ada pada tajuk dengan luas bidang
tanah yang dinauni tajuk tersebut. Pada tingkat perkembangan awal, pertumbuhan dan leba daun akan
terus bertambah sejalan bertambahnya umur tanaman. Dengan demikian luas daun pada tajuk akan
bertambah, demikian pula luas tanah yang dilindungi jga meningkat. Peningkatan luas daun cenderung
mengakibatkan daun saling menutupi antara yang satu dengan yang lainnya (Suwarto dan Octaviany,
2011).

Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya. Salah satu sifat khusus
daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daun.
Dengan persendian ini dilaporkan daun mampu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah
datangnya sinar matahari. Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus) ujung daun meruncing
(acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang menyirip dan tulang daun
menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen
(Karmawati dkk, 2010). Akar kakao adalah akar tunggang. Pertumbuhan akar bisa sampai 8 meter ke arah
samping dan 15 ke arah bawah. Setelah dewasa tanaman tersebut akan menumbuhkan dua akar yang
menyerupai akar tunggang (Siregar, 2000). Sistim perakaran kakao sangat berbeda tergantung dari
keadaan tanah tempat tanaman tumbuh. Pada tanah-tanah yang permukaan air tanahnya dalam terutama
pada lereng-lereng gunung, akar tunggang tumbuh panjang dan akar-akar lateral menembus sangat jauh
ke dalam tanah. Sebaliknya pada tanah yang permukaan air tanahnya tinggi, akar tunggang tumbuh tidak
begitu dalam dan akar lateral berkembang dekat permukaan tanah (Nasaruddin, 2004).

Pembibitan Tanaman Kakao

Faktor yang mempengaruhi pembibitan tanaman kakao seperti juga tanaman perkebunan yang lain adalah
air, cahaya matahari, unsur hara, suhu, dan kelembaban. Pertumbuhan vegetatif bibit terbagi atas
pertumbuhan daun, batang dan akar. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan daun dan
batang adalah hormon dan nutrisi (faktor dalam), status air dalam jaringan 7 tanaman, suhu udara dan
cahaya (faktor luar). Pertumbuhan akar dipengaruhi suhu media tumbuh, ketersediaan oksigen (aerasi),
faktor fisik media tumbuh, pH media tumbuh, selain faktor dalam dan status air dalam jaringan tanaman.
Pertumbuhan daun dan perluasan batang menentukan luas permukaan daun dan struktur tajuk yang sangat
penting sehubungan dengan proses fotosintesis. Sedangkan perluasan akar akan menentukan jumlah dan
distribusi akar yang kemudian akan berfungsi kembali sebagai organ penyerap susur hara mineral
(Hutcheon, 1975).

Proses perkecambahan benih kakao tergolong cepat karena benih kakao tidak memiliki masa dormansi.
Setelah perkecambahan, benih kakao akan tumbuh menjadi bibit. Pembibitan sangat menentukan
keberhasilan budidaya tanaman kakao nantinya. Prioritas utama yang perlu diperhatikan dalam
pembibitan kakao adalah media tanam. Standar utama yang perlu diperhatikan dalam pembibitan adalah
lapisan tanah (top soil) yang umumnya cukup subur dengan kandungan bahan organik yang cukup tinggi
(Tambunan, 2009). Menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (2005) medium tumbuh untuk pembibitan
kakao digunakan campuran tanah lapisan olah, pasir dan pupuk kandang. Balai Penelitian Perkebunan
Jember (1988) mengemukakan bahwa medium pembibitan harus berupa tanah yang sifat fisik maupun
kimiawinya baik, yaitu subur dan gembur. Untuk tanah yang memiliki sifat fisiknya berat/agak berat (liat)
perlu digemburkan dengan mencampur pasir atau bahan organik (kompos/pupuk kandang) atau keduanya
sekaligus. Soedarsono dkk (1997) mengemukakan bahwa tanaman kakao agar dapat tumbuh dengan baik
8 memerlukan bahan organik 3,5% pada kedalaman 0-15 cm. Tanah adalah suatu bahan alam yang
terdapat dipermukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan- bahan mineral sebagai hasil pelapukan
batuan, dan bahan-bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang
merupakan medium atau tempat tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat tertentu, yang terjadi akibat dari
pengaruh kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah, dan lamanya waktu
pembentukan (Rekhina, 2012).

Tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah liat berpasir dimana memiliki bagian tanah yang tebal,
serta banyak mengandung bahan organik. Selain itu tanah dengan aerasi yang baik juga akan mendukung
perakaran tanaman kakao. Selain itu pH yang baik untuk tanaman kakao adalah 5,8-7,2 (Parjono et al.,
2012). Tanah lapisan bawah (subsoil) umumnya banyak digunakan sebagai media tanam pada pembibitan
sebagai pengganti tanah lapisan atas (topsoil), lapisan tanah bawah lebih mudah didapat daripada tanah
lapisan atas karena ketersediaanya tidak terbatas.Tanah lapisan bawah merupakan tanah yang mengadung
hara makro, dan bahan organik cukup rendah apabila digunakan sebagai media tumbuh. Media tumbuh
yang baik bagi bibit adalah media yang dapat menyediakan cukup hara (Riniarti dkk., 2013). Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao (1997) mengemukakan bahwa kriteria bibit siap dipindah ke kebun adalah: -
berumur 3-5 bulan - tinggi 40-60 cm - jumlah daun minimum 12 lembar - diameter batang 0,7 – 1,0 cm

Usaha tani

Usaha tani adalah sebagian dari permukaan bumi di mana seorang petani, sebuah keluarga tani atau badan
usaha lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Usaha tani adalah ilmu yang mempelajari tentang
cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,
benih dan pestisida) dengan efektif, efisien dan continue untuk menghasilkan produksi yang tinggi
sehingga pendapatan usaha taninya meningkat (Teddu, 2008).

Usaha tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk
produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan di atas tanah itu,
sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usaha tani dapat berupa
usaha bercocok tanam atau memelihara ternak. Pada dasarnya usaha tani berkembang terus dari awal
hanya bertujuan menghasilkan bahan pangan untuk kebutuhan keluarga sehingga hanya merupakan usaha
tani-swasembada atau subsistence. Oleh karena sistem pengelolaan yang lebih baik maka dihasilkan
produk berlebih dan dapat dipasarkan sehingga bercorak usaha tani-swasembada keuangan. Pada
akhirnya karena berorientasi pada pasar maka akan menjadi usaha tani-niaga. Usaha tani pada mulanya
hanya mengelola tanaman pangan kemudian berkembang meliputi berbagai komoditi sehingga bukan
usaha tani murni tetapi menjadi usaha tani campuran (mixed farming).

5 Klasifikasi usaha tani menurut Teddu (2008) dapat dibedakan menurut corak dan sifat, organisasi, pola,
serta tipe usaha tani.

1. Corak dan sifat Menurut corak dan sifat dibagi menjadi dua, yakni komersial dan subsistence. Usaha
tani komersial telah memperhatikan kualitas serta kuantitas produk sedangkan usaha tani subsistence
hanya memenuhi kebutuhan sendiri.

2. Organisasi Menurut organisasinya, usaha tani dibagi menjadi 3 yakni, individual, kolektif dan
kooperatif.

a. Usaha individual ialah usaha tani yang seluruh proses dikerjakan oleh petani sendiri beserta
keluarganya mulai dari perencanaan, mengolah tanah, hingga pemasaran ditentukan sendiri.
b. Usaha kolektif ialah usaha tani yang seluruh proses produksinya dikerjakan bersama oleh suatu
kelompok kemudian hasilnya dibagi dalam bentuk natura maupun keuntungan. Contoh usaha kolektif
yang pernah ada di Indonesia yaitu Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI).

c. Usaha kooperatif ialah usaha tani yang tiap prosesnya dikerjakan secara individual, hanya pada
beberapa kegiatan yang dianggap penting dikerjakan oleh kelompok, misalnya pembelian saprodi,
pemberantasan hama, pemasaran hasil, dan pembuatan saluran. Contoh usaha tani kooperatif yaitu
Perkebunan Inti Rakyat (PIR).

3. Pola

a) Usaha tani khusus ialah usaha tani yang hanya mengusahakan satu cabang usaha tani saja, misalnya
usaha tani peternakan, usaha tani perikanan, dan usaha tani tanaman pangan.

b) Usahtani tidak khusus ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha bersama-sama,
sampai dengan batas yang tegas.

c) Ushatani campuran adalah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha bersama-sama dalam
sebidang lahan tanpa batas yang tegas, contohnya tumpang sari dan mina padi.

4. Tipe Menurut tipenya, usahatani dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan komoditas yang
diusahakan, misalnya usahatani ayam, usahatani kambing, dan usahatani jagung. Tiap jenis ternak dan
tanaman dapat merupakan tipe usahatani .

2.4 Petani

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan
hidupnya di bidang pertanian dimulai dari proses pengolahan lahan, penanaman bibit, pemeliharaan
sampai pemanenan. Energi matahari menimpa permukaan bumi di mana-mana dengan atau tanpa
manusia. Di mana saja terdapat suhu yang tepat serta air yang cukup, maka tumbuhlah tumbuh-tumbuhan
dan hiduplah hewan. Manusialah yang datang mengendalikan keadaan ini, ia mengecap kegunaan dari
hasil tanaman dan hewan, ia mengubah tanaman-tanaman dan hewan serta sifat tanah supaya lebih
berguna baginya, dan manusia yang melakukan semua ini adalah petani (Susanto,2006).

3 Menurut teddu (2008) Peran petani dalam menjalangkan usahataninya, tiap petani memegang tiga
peranan yaitu :

1. Petani sebagai jurutani Tiap petani adalah memelihara tanaman dan hewan guna mendapatkan hasil-
hasilnya yang bermanfaat.

2. Petani sebagai Pengelola Keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah
keterampilan tangan, otot dan mata maka keterampilan sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran
didorong kemauan, termasuk didalamnya pengambilan keputusan atau penetapan pilihan dri alternatif-
alternatif yang ada.

3. Petani sebagai manusia/anggota masyarakat Petani adalah lebih daripada jurutani dan menejer, ia
adalah seorang manusia dan menjadi anggota dari dua kelompok manusia yang penting baginya yaitu
sebagai anggota sebuah keluarga dan sebagai anggota masyarakat.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu yaitu penelitian ini dilaksanakan di Desa
Polohungo Kecamatan Dulupi Kabupaten Boalemo. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan
secara sengaja di karenakan di Desa Polohungo merupakan desa yang ada di Kecamatan
Boalemo yang menjadi sentra pertanian pada usahatani kakao.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dengan menggunakan penelitian survey dimana dengan


melakukan pengambilan sampel dari suatu populasi untuk diminta data-data yang dibutuhkan

3.3 Metode Pengumpulan Data

Penelitian menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung pada awal penelitian
yang ditujukan yaitu di usahatani kakao di Desa Polohungo Kecamatan Dulupi
Kabupaten Boalemo.
2. Wawancara
Teknik wawancara merupakan teknik yang digunakan untuk mewawancarai seorang
petani dalam rangka membangun data yang lebih akurat yang berhubungan dengan
analisis pendapatan usahatani kakao di Desa Polohungo Kecamatan Dulupi Kabupaten
Boalemo. Wawancara ini perorangan dalam setiap petani kakao.
3. Angket
Teknik ini dilakukan dengan cara penelitian melalui instrument berupa angket. Angket ini
merupakan teknik utama yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan data
tentang pendapatan usaha tani kakao di Desa Polohungo Kecamatan Dulupi Kabupaten
Boalemo.

3.4 Metode Pengumpulan Sampel


Penelitian ini menggunakan sampling jenuh, menurut sugiono sampling jenuh adalah
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sampel. Hal tersebut dilakukan
karena melihat jumlah populasi yang relatif sedikit. Di Desa Polohungo Kecamatan Dulupi
Kabupaten Boalemo jumlah populasi yaitu 25 orang petani kakao, maka populasi yang dijadikan
sampel yaitu 8 orang petani kakao.

Anda mungkin juga menyukai