Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah d’Computare Volume 9 Edisi Juli 2019

ANALISIS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BIBIT KAKAO


MENGGUNAKAN METODE AHP

Baso Ali
Universitas Cokroaminoto Palopo
basoali111@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membantu proses pemilihan bibit kakao unggulan bagi petani,
dengan membandingkan bibit yang sudah ada. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode AHP dengan program expert choice sebagai media informasi untuk
permilihan, sekaligus untuk memperbandingkan antara bibit kakao yang sudah ada. Penelitian
ini dilakukan pada Kelurahan Noling Kecamatan Bupon Kabupaten Luwu dengan menggunakan
tiga teknik pengumpulan data yakni dokumentasi, wawancara dan penyebaran angket. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif. Model ini ada 4
komponen analisis yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Adapun hasil penelitian ini disimpulkan bahwa bibit kakao unggulan yang banyak
di sukai oleh para petani yaitu pada bibit kakao MMC 02 dan Sulawesi 2, baik dari tiap-tiap
kriteria maupun perbandingan antar alternatif lainnya.
Kata kunci: Pemilihan, Bibit, Kakao, Metode AHP
I. PENDAHULUAN Sub-sektor ini memberikan sumbangan yang
1.1. Latar Belakang cukup besar bagi perekonomian nasional dan
Indonesia dikenal sebagai negara menjadi makin penting, mengingat makin
agraris artinya pertanian memegang peranan terbatasnya peranan minyak bumi yang
penting dari seluruh perekonomian nasional. selama ini merupakan sumber devisa utama
Hal ini dapat ditunjukkan banyaknya bagi Indonesia. Keunggulan komparatif dari
penduduk yang hidup dan bekerja pada sub-sektor perkebunan dibandingkan dengan
sektor pertanian atau dari produk nasional sektor non-migas lainnya disebabkan antara
yang berasal dari pertanian. Oleh karena itu lain oleh adanya lahan yang belum
pembangunan bangsa dititik beratkan pada dimanfaatkan secara optimal dan berada di
sektor pertanian. Pembangunan sektor kawasan dengan iklim yang menunjang serta
pertanian merupakan bagian yang tak adanya tenaga kerja yang cukup tersedia dan
terpisahkan dari pembangunan nasional melimpah sehingga bisa secara kompetitif
secara keseluruhan. Pembangunan sektor dimanfaatkan. Kondisi tersebut merupakan
pertanian ini sangat penting karena suatu hal yang dapat memperkuat daya saing
menyangkut hajat hidup lebih dari setengah harga produk- produk perkebunan Indonesia
penduduk Indonesia yang menguntungkan di pasaran dunia.
perekonomian keluarga pada sektor ini. Komoditas bidang pertanian di pasar
Sehingga wajar pemerintah memprioritaskan internasional yang peranannya cukup
pembangunan pada sektor pertanian yang penting bagi perekonomian nasional adalah
didukung oleh sektor-sektor lainnya. tanaman kakao dan cengkeh. Kakao atau
Sejalan dengan tujuan utama sering disebut cokelat dengan nama latin
pembangunan nasional yaitu untuk Theobroma cacao merupakan tanaman yang
meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan bukan tanaman asli Indonesia. Kakao
kesejahteraan seluruh rakyat. Maka dalam merupakan salah satu komoditas andalan
pembangunan pertanian kesejahteraan petani nasional dan berperan penting bagi
perlu mendapat perhatian dan tingkat perekonomian Indonesia, terutama dalam
pendapatan yang meningkat bisa dijadikan penyediaan lapangnan kerja, sumber
salah satu indikator kesejahteraan petani. pendapatan petani dan sumber devisa bagi
Salah satu sub-sektor di sektor negara disamping mendorong
pertanian adalah sub-sektor perkebunan. berkembangnya agrobisnis kakao dan

8
Jurnal Ilmiah d’Computare Volume 9 Edisi Juli 2019

agroindustri. Oleh karenanya tidak biji kakao Indonesia kandungan kotorannya


mengherankan bahwa sejak awal tahun di atas empat persen. Sesuai standar
1980-an, perkembangan kakao di Indonesia internasional, kandungan kotoran maksimal
sangat pesat. Keadaan iklim dan kondisi dua persen. Rendahnya kualitas biji kakao
lahan yang sesuai untuk pertumbuhan kakao tersebut antara lain karena umur tanaman
akan mendorong pengembangan kakao di Indonesia sudah berusia lebih 17
pembangunan perkebunan kakao Indonesia tahun sehingga produktivitas menurun.
(PPKKI, 2004 : 5). Selain itu, hama penggerek buah kakao sejak
Kakao merupakan salah satu tahun 1995 sampai saat ini belum dapat
komoditas andalan perkebunan yang diberantas. Hal tersebut dikarenakan umur
berperan penting dalam perekonomian tanaman sangat mempengaruhi jumlah buah
Indonesia. Pada tahun 2010 Indonesia yang dapat dihasilkan tanaman. Pada umur
menjadi produsen kakao terbesar ke-2 di 8-18 tahun, produksinya stabil akan tetapi
dunia dengan produksi 844.630 ton, dibawah memasuki umur ke 20 tahun maka produksi
negara Pantai Gading dengan produksi 1,38 yang dihasilkan akan mulai menurun.
juta ton. Volume ekspor kakao Indonesia Sulawesi Selatan merupakan salah satu
tahun 2009 sebesar 535.240 ton dengan nilai Provinsi yang ada di Indonesia sekaligus
Rp. 1.413.535.000 dan volume impor merupakan salah satu sentra produksi kakao
sebesar 46.356 ton senilai 119,32 ribu US$ saat ini. Sulawesi Selatan cukup
(Ditjenbun1, 2010). Selain berperan cukup memberikan kontribusi dalam hal
penting bagi perekonomian nasional, kakao pengeksporan kakao. Hal ini didukung oleh
juga berperan dalam menyediakan lapangan luasnya areal perkebunan kakao yang
pekerjaan, sebagai sumber pendapatan dan kemudian berimbas pada tingkat produksi
devisa negara, serta mendorong yang tinggi. Hal ini menjadi suatu tantangan
pengembangan wilayah dan pengembangan sekaligus peluang bagi para investor untuk
agroindustri. mengembangkan usaha dan meraih nilai
Produksi biji kakao Indonesia secara tambah yang lebih besar dari agribisnis
signifikan memang terus meningkat tetapi kakao (Ditjenbun, 2010).
tidak demikian dengan kualitas biji kakao Tanaman kakao adalah salah satu
tersebut. Mutu yang dihasilkan mengalami komoditas perkebunan yang memiliki
penurunan dan beragam, antara lain kurang peranan penting dalam pembangunan di
terfermentasi, tidak cukup kering, ukuran Sulawesi Selatan, karena memiliki areal
biji tidak seragam, kadar kulit tinggi, yang cukup luas dan menyebar di seluruh
keasaman tinggi, cita rasa sangat beragam, kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan,
dan tidak konsisten. Akibatnya harga biji serta memberikan kontribusi yang cukup
kakao Indonesia relatif rendah dan besar bagi propinsi Sulawesi Selatan.
dikenakan potongan harga dibandingkan Disamping itu, sampai saat ini kakao masih
dengan harga biji kakao dari negara memiliki prospek pasar yang cukup baik
produsen lain. dibanding komoditas perkebunan lainnya
Menurut Zulhefi, ketua Asosiasi Kakao (Salahuddin, S, 2007).
Indonesia (ASKINDO), bahwa biji kakao Salah satu wilayah di Sulawesi
Indonesia mulai ditinggalkan pembeli asing selatan yang memiliki kondisi alam dan
menyusul makin merosotnya kualitas keadaan geogrfasis yang mendukungdalam
produknya. Negara pengimpor biji kakao pembudidayaan komoditi kakao adalah
antara lain Singapura dan Malaysia telah Kecematan Bupon Kabupaten Luwu
mengalihkan pembelian kakao ke Pantai tepatnya di Kelurahan Noling. Saat ini
Gading dan Papua Nugini. Kualitas biji Kelurahan Noling merupakan sebagian besar
kakao Indonesia di mata internasional telah masyarakatnya berprofesi sebagai petani dan
dianggap sangat rendah karena ketika pembuat bibit kakao. Komoditi kakao yang
diekspor tidak difermentasi terlebih dahulu. berasal dari Kelurahan Noling dalam
Akibatnya, aroma yang dihasilkan tidak baik kualitas yang baik. Meskipun demikian
dan kandungan lemaknya rendah. Selain itu, namun masih terdapat kendala yang

9
Jurnal Ilmiah d’Computare Volume 9 Edisi Juli 2019

dihadapi oleh petani kakao yakni pada 2.2. Sistem Pendukung Keputusan
pemilihan bibit Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Berdasarkan penjelasan di atas adalah bagian dari sistem informasi berbasis
peneliti tertarik untuk meneliti tentang komputer termasuk sistem berbasis
System Pendukung Keputusan pemilihan pengetahuan atau manajemen pengetahuan
bibit Kakao unggulan di kelurahan Noling, yang dipakai untuk mendukung pengambilan
Kecamatan Bupon, Kabupaten luwu. keputusan dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Dapat juga dikatakan sebagai
1.2. Rumusan Masalah
sistem komputer yang mengolah data
Berdasarkan latar belakang yang telah
menjadi informasi untuk mengambil
di kemukakan di atas, maka pokok
keputusandari masalah semi terstruktur yang
permasalahan dalam penelitian ini yaitu bibit
spesifik (Antoni Aruan, 2014:13).
unggulan kakao apakah yang paling baik di
Berdasarkan pengertian diatas, dapat
kelurahan Noling Kecematan Bupon
diambil suatu keputusan bahwa sistem
Kabupaten Luwu?
pendukung keputusan bukan merupakan alat
1.3. Batasan Masalah pengambil keputusan, melainkan merupakan
Karena keterbatasan pengetahuan sistem yang membantu pengambil keputusan
penulis tentang data yang dibutuhkan dan dengan melengkapi mereka dengan
waktu yang tersedia maka dalam tugas akhir informasi dari data yang telah diolah dengan
ini, penulis membatasi ruang lingkup relevan dan diperlukan untuk membuat
permasalahan sebagai berikut: keputusan tentang suatu masalah dengan
a. Membahas proses pengambilan lebih cepat dan akurat. Sehingga sistem ini
keputusan pemilihan bibit kakao di tidak dimasudkan untuk menggantikan
Kelurahan Noling Kecamatan Bupon pengambilan keputusan dalam proses
Kabupaten Luwu pembuatan keputusan.
b. Jenis bibit yang diteliti adalah bibit
2.3. Analitic Hierarchy Process
jenis Sulawesi1 (BR-25), MCC 02 (45),
Analytic Hierarchy Process (AHP)
dan BUNTU BATU (BB)
merupakan sebuah proses yang membantu
c. Kriteria yang digunakan untuk
para pengambil keputusan untuk
membandingkan jenis bibit adalah dari
memperoleh solusi terbaik dengan
segi kesesuaian lahan, potensi produksi,
mendekomposisi permasalahan kompleks ke
kualitas biji, dan ketahanan terhadap
dalam bentuk yang lebih sederhana untuk
hama.
kemudian melakukan sintesis terhadap
1.4 Tujuan penelitian berbagai faktor yang terlibat dalam
Dari hasil penelitian yang telah di permasalahan pengambilan keputusan
lakukan terdapat tujuan yang harus di capai tersebut (Forman, Ernest H. ,2006).
yaitu, untuk mengetahui bibit unggulan yang AHP mempertimbangkan aspek
paling baik di Kelurahan Noling Kecematan kualitatif dan kuantitatif dari suatu
Bupon Kabupaten Luwu. keputusan dan mengurangi kompleksitas
suatu keputusan dengan membuat
II. TINJAUAN PUSTAKA
perbandingan satu-satu dari berbagai kriteria
2.1. Pengertian Sistem
Sistem merupakan kumpulan elemen yang yang dipilih untuk kemudian mengolah dan
saling berkaitan yang bertanggung jawab memperoleh hasilnya. Teknik ini tidak
memproses masukan (input) sehingga hanya membantu para pengambil keputusan
menghasilkan keluaran (output). Suatu sistem di untuk memperoleh alternatif solusi yang
dalam suatu organisasi mempertemukan terbaik, tetapi juga memberikan pemahaman
kebutuhan pengolahan transaksi harian, rasional yang jelas untuk pilihan yang
mendukung operasi, bersifat manajerial dan diambil (Saaty, Thomas L. dan Michael P.
merupakan kegiatan strategi dari suatu Niemera, 2006:4).
organisasi, serta menyediakan laporan laporan
yang diperlukan oleh pihak luar (Kusrini, 2007: 2.4. Definisi Pertanian
11).

10
Jurnal Ilmiah d’Computare Volume 9 Edisi Juli 2019

Menurut Mosher (1966), pertanian Produktivitas pertanian suatu daerah


adalah suatu bentuk produksi yang khas, adalah penting karena berbagai alasan.
yang didasarkan pada proses pertumbuhan Selain menyediakan makanan lebih,
tanaman dan hewan. Petani mengelola dan meningkatkan produktivitas pertanian
merangsang pertumbuhan tanaman dan daerah mempengaruhi prospek pertumbuhan
hewan dalam suatu usaha tani, dimana dan daya saing di pasar pertanian, distribusi
kegiatan produksi merupakan bisnis, pendapatan dan tabungan, dan migrasi
sehinggga pengeluaran dan pendapatan tenaga kerja. Peningkatan produktivitas
sangat penting artinya. pertanian daerah menyiratkan lebih efisien
Menurut Van Aarsten (1953), distribusi sumber daya langka. Sebagai
agriculture adalah digunakannya kegiatan petani mengadopsi teknik baru dan
manusia untuk memperoleh hasil yang perbedaan dalam produktivitas muncul, para
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan atau petani lebih produktif manfaat dari
hewan yang pada mulanya dicapai dengan peningkatan kesejahteraan mereka
jalan sengaja menyempurnakan segala sementara petani yang tidak cukup produktif
kemungkinan yang telah diberikan oleh alam akan keluar pasar untuk mencari kesuksesan
guna mengembangbiakkan tumbuhan dan di tempat lain. Produktivitas pertanian
atau hewan tersebut. diukur sebagai rasio dari pertanian output
Pertanian Pertanian dalam arti sempit untuk pertanian masukan. (Sunanto,1992)
adalah suatu budidaya tanaman kedalam Produktivitas lahan adalah
suatu lahan bertujuan untuk mencukupi kemampuan atau daya dukung lahan tersebut
kebutuhan manusia. untuk didapatkan nilai bobot hasil tertinggi
per satuan luas dalam satuan waktu tertentu.
2.5. Letak Geografis Kabupaten Luwu Daya dukung lahan adalah kemampuan
Secara geografis letak Kabupaten tanah, iklim, organisme, tanaman (genetik),
Luwu berada pada 2o.34’45”- waktu dan manusia sebagai pengelola atau
3o.30’30”Lintang selatan dan 120o.21”15” - tenaga kerja. Jumlah tanaman merupakan
121o.43”11” Bujur Timur dari kutub Utara kuantitas pohon yang ditanam dalam suatu
dengan patokan posisi Provinsi Sulawesi areal lahan pertanian. Dalam Banyaknya
Selatan. Dengan demikian posisi Kabupaten pohon yang ditanam tersebut tentunya akan
Luwu berada pada bagian Utara dan Timur mempengaruhi produksi yang secara tidak
Provinsi Sulawesi Selatan. Menurut langsung juga mempengaruhi produktivitas.
ketinggian daerah sebagian besar wilayah Faktor yang cenderung
Kabupaten Luwu berada pada mempengaruhi produktivitas yaitu umur
ketinggian 300 m ke atas. Luas wilayah tanaman. Pada umumnya tanaman
yang berada di atas 300 m tercatat sekitar perkebunan termasuk kakao produktivitas
54,27 persen, sisanya sekitar 45,73 persen akan meningkat seiring pertambahan usia
wilayah berada pada ketinggian 0 – 300 m hingga batas umur maksimum dan makin tua
(bappeda luwu : 2015). umur tanaman maka produktivitas
Wilayah dengan ketinggian di atas cenderung menurun.
1000 m terdapat pada wilayah kecamatan Produksi tanaman Kakao tahun 2010
Latimojong di mana 64% wilayahnya sebesar 22.906,022 ton dan tahun 2011
memiliki ketinggian 1000 m, 32% dengan sebesar 23,17 ton. Dari data yang ada maka
ketinggian 300-500 m, hanya 4% perkembangan produksi tanaman Kakao dari
wilayahnya yang mempunyai ketinggian di tahun 2010 sampai dengan tahun 2011
bawah 300 m. Sedangkan daerah dengan secara umum mengalami penurunanan
ketinggian rendah terdapat di Kecamatan sebesar 22.882,85 ton atau sekitar 99,89 % (
Belopa, Belopa Utara, Kamaenre, Lamasi, bappeda luwu : 2013 )
Lamasi Timur dan Ponrang Selatan Buah kakao/kakao dipenen apabila
keseluruhan wilayahnya mempunyai terdapat perubahan warna kulit dan setelah
ketinggian di bawah 300 m. fase pembuahan sampai menjadi buah dan
2.6. Produktifitas Tanaman Kakao matang ± usia 5 bulan. Ciri-ciri buah siap

11
Jurnal Ilmiah d’Computare Volume 9 Edisi Juli 2019

panen adalah warna kuning pada alur buah dan produksi tanaman kakao. Faktor iklim
dan punggung alur buah, warna kuning tersebut adalah suhu, curah hujan,
pada seluruh permukaan buah dan warna kelembaban (RH) dan bulan 63 Jurnal MPI
kuning tua pada seluruh permukaan buah. Vol. 2 No. 1. Februari 2007 kering (BK).
Kakao masak pohon dicirikan dengan Tanaman kakao dibudidayakan oleh petani
perubahan warna buah: terutama untuk diambil bijinya, sehingga
upaya yang selama ini dilakukan adalah
1. Warna buah sebelum masak hijau, untuk mempertinggi hasil dan kualitas
setelah masak alur buah menjadi pengelolaan bijinya
kuning,
2. Warna buah sebelum masak merah tua, 2.8. Pembibitan kakao
warna buah setelah Penyiapan bibit dapat dilakukan dari
masak merah muda, jingga, kuning. biji (generative) atau dengan cara okulasi,
3. Buah akan masak pada waktu 5,5 bulan setek, sambung pucuk, sambung samping
(di dataran rendah) atau 6 bulan (di (vegetative). Penyiapan bibit dari biji harus
dataran tinggi setelah penyerbukan). dipilih dari induk yang unggul dan sehat.
4. Pemetikan buah dilakukan pada buah Dipilih buah yang masak fisiologis, bentuk
yang tepat masak. Kadar gula buah dan ukurannya normal dan tidak mengkerut.
kurang masak rendah sehingga hasil Setelah buah dikupas, pilih yang ukurannya
fermentasi kurang baik, sebaliknya pada normal, tidak cacat dan tidak lunak. Setelah
buah yang terlalu masak, biji seringkali daging buah dikupas, biji diangin-anginkan
telah berkecambah, pulp mengering dan hingga kadar air turun menjadi 40%.
aroma berkurang. Menurut Agung wahyu susilo (2014)
pembibitan kakao terlebih dahulu:
2.7. Kakao atau Coklat (Theobroma 1. Bedengan lebih luas dan persyaratan
cacao) sama dengan persamaian
Tanaman Kakao (Theobroma cocoa. 2. Media, campur topsoil, pupuk
L) berasal dari Meksiko dan Amerika kandang, pasir dalam polibeg (ukuran
Selatan. Varietas kakao terdiri atas Criollo 20 x 30 cm untuk bibit 4-6 bulan atau
dan Forestero. Varietas Criollo merupakan ukuran 25 x 40 untuk bibit lebih dari 6
tipe kakao yang bermutu tinggi (kakao bulan
mulia : choiced, edel cocoa) dan tumbuh 3. Mengatur polibeg potensi produksi 15
pada ketinggian di atas 400 m dari x 30 cm, disiram kampai kenyang dan
permukaan laut (dpl), dengan ciri buahnya ditanami bibit kakao
kecil, berwarna merah dengan kulit buah 4. Bibit umur kurang lebih 5-6 bulan
bertonjolan, biji tidak berwarna, mutu tinggi siap tanam atau siap sambung
dengan aroma dan rasa yang khas. Varietas 2.9. Jenis-jenis komoditi bibit kakao
Forestero merupakan tipe bermutu rendah Kakao merupakan salah satu
(kakao lindak : bulk cocoa) yang tumbuh komoditas unggulan Indonesia, karena
pada ketinggian di bawah 400 m dpl, dengan kakao termasuk salah satu dari tiga kooditas
ciri buahnya berwarna ungu dan kuning dari sector perkebunan yang memberikan
dengan kulit buah hampir rata dan licin, biji sumbangan devisa yang tinggi. Kualitas
berwarna ungu dan besar, cepat berbuah kakao di Indonesia tidak kalah dari beberapa
dengan aroma dan rasa yang kurang tajam Negara produsen kakao seperti pantai
dibandingkan Criollo. Hibrida dari Forestero gading.
dan Criollo dikenal dengan istilah Trinitario, Bibit kakao yang ada di Indonesia
buahnya agak bulat dan ada pula yang agak beragam jenisnya. Terkhusus di daerah
panjang dengan warna hijau atau merah Kelurahan Noling, jenis bibit yang ada
(Roesmanto, 1991). beberapa macam diantaranya:
Menurut Nasution, dkk (1985), mutu a. Sulawesi1 (BR 25)
biji kakao Trinitario berada sedikit di bawah Sulawesi 1 memiliki keunggulan
mutu biji kakao mulia. Iklim merupakan istimewa karena relatif tahan dengan
faktor yang sangat menentukan pertumbuhan

12
Jurnal Ilmiah d’Computare Volume 9 Edisi Juli 2019

hama VSD yang meresahkan petani salah satu cara mencari data mengenai hal-
kakao di Indonesia hal atau variable yang berupa catatan,
b. MCC 02 (45) transkrip, buku, surat kabar, majalah,
Klon ini ditemukan oleh Andi Mulyadi prasasti, dan sebagainya. Sedangkan
dan M. Nasir di Desa Tingkara Kec. menurut Sugiyono, dokumentasi adalah
Malangke Kab. Luwu Utara. catatan peristiwa yang sudah berlalu.
c. Buntu batu (BB) Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar
atau karya monumental dari seseorang.
Masing-masing klon yang di ambil di
2. Wawancara
atas memiliki kelebihan tersendiri.
Menurut Sugiyono (2010 : 194),
III. METODE PENELITIAN Wawancara digunakan sebagai teknik
3.1. Teknik Pemilihan Lokasi Penelitian pengumpulan data apabila peneliti akan
Tempat yang menjadi fokus penelitian melaksanakan studi pendahuluan untuk
ini adalah Kelurahan Noling, Kec. Bupon, menemukan permasalahan yang harus
Kab. Luwu. Penulis memilih lokasi ini diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui
karena beberapa pertimbangan yaitu: hal-hal dari responden yang lebih mendalam
1. Daerah ini merupakan salah satu daerah dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
penghasil bibit kakao unggulan, dan Wawancara yang digunakan dalam
pertanian kakao sangat dominan di desa penelitian ini adalah dengan mengajukan
ini. Di mana sebagian besar petani kakao pertanyaan terstruktur karena peneliti
mencari bibit kakao di sini. menggunakan pedoman wawancara yang
2. Lokasi ini mudah dijangkau sehingga disusun secara sistematis dan lengkap untuk
penulis dapat memperoleh informasi mengumpulkan data yang dicari.
mengenai fokus yang dibahas dalam Wawancara pada penelitian ini dilakukan
penelitian nantinya. pada petani Kelurahan Noling. Metode
3. Merupakan daerah kelahiran penulis jadi wawancara digunakan untuk memperkuat
secara umum penulis sangat akrab dan memperjelas data yang diperoleh yaitu
dengan kondisi lingkungan sosial data tentang berbagai jenis bibit kakao yang
budayanya yang memungkinkan untuk ditanam, kelebihan dan kekurangan jenis
studi mendalam dan perolehan data atau bibit kakao, serta alasan pemilihan bibit
informasi akurat. kakao yang ditanam atau dibudidayakan.
4. Merupakan salah satu wilayah sentra Wawancara merupakan suatu kegiatan yang
produksi bibit unggulan kakao di dilakukan langsung oleh peneliti dan
sulawesi selatan. mengharuskan antara peneliti serta
narasumber bertatap muka sehingga dapat
3.2. Teknik Pemilihan Informan
Pemilihan informan dalam melakukan Tanya jawab secara langsung
penelitian ini ditentukan secara acak dengan menggunakan pedoman wawancara.
(random). Penentuan informan bersifat 3. Kuesioner
sementara. Informan pada tahap ini dipilih Menurut Arikunto (2006 : 151),
petani kakao, sehingga peneliti mampu Angket adalah pernyataan tertulis yang
melakukan pengumpulan data tentang digunakan untuk memperoleh informasi dari
kakao. Informan yang dipilih adalah mereka responden dalam arti laporan tentang pribadi
yang menguasai atau memahami masalah atau hal-hal yang ia ketahui. Sedangkan
penelitian pemilihan bibit kakao. Di ambil menurut Sugiyono (2008:199), Angket atau
dari 17 Responden yang ahli. kuesioner merupakan teknik pengumpulan
3.3. Teknik Pengumpulan Data data yang dilakukan dengan cara memberi
Teknik pengumpulan data dalam seperangkat pertanyaan atau pernyataan
penelitian ini dilakukan melalui cara dan tertulis kepada responden untuk dijawab.
tahapan sebagai berikut: Kuesioner atau angket yang
1. Metode Dokumentasi digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
Menurut Suharsimi Arikunto kuesioner atau angket langsung yang
(2006:231), metode dokumentasi adalah tertutup karena responden hanya tinggal

13
Jurnal Ilmiah d’Computare Volume 9 Edisi Juli 2019

memberikan tanda (nilai skala) yang di dengan menyusun pola-pola


anggap lebih efisien dipilih. Dengan pengarahan dan sebab akibat.
penyebaran angket pada petani yang ada di
Kelurahan Noling peneliti dapat mengetahui IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
jenis bibit yang paling banyak ditanam 4.1. Hasil Penelitian
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu dalam Setelah semua angket telah terbagi pada
waktu yang singkat, biaya dan tenaga yang seseorang yang sudah memahami dan
sedikit. mengetahui cara memilih bibit unggulan
yang baik di Kelurahan Noling ataupun
3.4. Teknik Analisis Data seseorang yang belum mengetahui semua
Teknik analisis data yang tentang apa saja yang akan di perhatikan
digunakan dalam penelitian ini adalah dalam pemilihan bibit kakao yang baik atau
analisis interaktif. Model ini ada 4 bagus, maka data yang diperoleh dari angket
komponen analisis yaitu : pengumpulan tersebut akan di implementasikan ke dalam
data, reduksi data, penyajian data, dan software Expert Choice yang dimana
penarikan kesimpulan. Menurut Moleong hasilnya seperti pada gambar di bawah ini:
(2004:280-281), Analisis data adalah proses Di Kelurahan Noling terdapat tiga jenis bibit
mengorganisasikan dan mengurutkan data kakao yang di bandingkan yaitu: bibit kakao
kedalam pola, kategori, dan satuan uraian buntu batu (BB), MCC 02 (45), dan
dasar sehingga dapat ditemukan tema dan Sulawesi 2(BR-25). Apabila petani kakao
tempat dirumuskan hipotesis kerja seperti kurang pengetahuan dan belum
yang disarankan oleh data. berpengalaman tentang bibit kakao maka
Langkah-langkah analisis data menurut sangat dimungkinkan akan merasakan
Miles dan Huberman (1992:15-19), adalah kebingungan dalam memilih bibit kakao
sebagai berikut: yang ada. Pada penelitian ini penulis
1. Pengumpulan data, yaitu memberikan solusi untuk membantu dalam
mengumpulkan data di lokasi penelitian mengatasi kebingungan tersebut. Beberapa
dengan melakukan observasi, hal yang perlu dipersiapkan diantaranya
wawancara, dan dokumentasi dengan menentukan dahulu kriteria-kriteria apa saja
menentukan strategi pengumpulan data yang diinginkan dalam memilih bibit kakao
yang dipandang tepat dan untuk kemudian menentukan sub kriteria dari
menentukan fokus serta pendalaman setiap kriteria yang telah ditentukan tersebut
data pada proses pengumpulan data dan menentukan beberapa alternative yang
berikutnya. ada.
2. Reduksi data, yaitu sebagai proses
seleksi, pemfokusan, pengabstrakan,
transformasi data kasar yang ada di
lapangan langsung, dan diteruskan pada
waktu pengumpulan data, dengan
demikian reduksi data dimulai sejak
peneliti memfokuskan wilayah
penelitian.
3. Penyajian data, yaitu rangkaian
organisasi informasi yang
memungkinkan penelitian dilakukan.
Gambar 5.1 Pemilihan bibit kakao unggulan
Penyajian data diperoleh berbagai jenis,
di kelurahan noling
jaringan kerja, keterkaitan kegiatan atau
tabel.
Pada gambar di atas dapat
4. Penarikan kesimpulan, yaitu dalam
disimpulkan bahwa jika dilihat dari segi
pengumpulan data, peneliti harus
kriteria dalam pemilihan bibit kakao
mengerti dan tanggap terhadap sesuatu
unggulan bahwa yang diinginkan oleh para
yang diteliti langsung di lapangan
pelanggan (petani) yaitu dari segi ketahanan

14
Jurnal Ilmiah d’Computare Volume 9 Edisi Juli 2019

hama terlebih dahulu, bagaimana atau lain, seperti pada gambar di bawah ini:
seberapa bagus produk yang di hasilkan oleh
kakao tersebut. Pada kasus ini yang menjadi
alternative adalah klon buntu batu (BB),
MCC 02 (45) dan Sulawesi 2(BR-25).
Kemudian jika dilihat dari segi kesesuaian
lahan, dapat disimpulkan bahwa Sulawesi
2(BR-25) yang memiliki point tertinggi
bibit kakao unggulan yang lain, seperti pada
gambar di bawah ini: Gambar 5.4 Dilihat dari Segi Kualitas bibit
Selanjutnya jika dilihat dari segi
ketahanan hama, sulawesi 2(BR-25) yang
memiliki point tertinggi diantara bibit kakao
unggulan yang lain, seperti pada gambar di
bawah ini:

Gambar 5.2 Dilihat dari Segi kesesuaian


lahan
Selanjutnya jika dilihat dari segi
potensi produksi, Sulawesi 2(BR-25) yang
kembali memiliki point tertinggi bibit kakao Gambar 5.5 Dilihat dari Segi Ketahanan
unggulan yang lain, seperti pada gambar di Hama
bawah ini: Pada software Expert Choice, kita
juga dapat melihat grafik atau diagram pada
pemilihan bibit kakao unggulan di
Kelurahan Noling, yang hasilnya seperti di
bawah ini:

Gambar 5.3 Dilihat dari Segi Potensi


produksi

Selanjutnya jika dilihat dari segi Gambar 5.6 Sensitivity-Graphs Performance


kualitas bibit, MCC 02 yang memiliki point
tertinggi diantara bibit kakao unggulan yang Kemudian pada Graphs Dynamic
yaitu menunjukkan berapa persen (%) nilai
pada tiap-tiap kriteria dan alternatif yang
memiliki nilai tertinggi, maka hasilnya
seperti pada gambar di bawah ini:

15
Jurnal Ilmiah d’Computare Volume 9 Edisi Juli 2019

Gambar 5.9 Sensitivity Head to Head Buntu


batu (BB) dan MCC 02

Gambar 5.7 Sensitivity-Graphs Dynamic

Kemudian pada Graphs Gradient yang


hasilnya seperti pada gambar di bawah ini: Gambar 5.10 Sensitivity Graphs Head to
Head Buntu batu (BB) dan Sulawesi 2(BR-
25)
Kemudian pada Graphs Two D (2D)
yang hasilnya seperti pada gambar berikut
ini:

Gambar 5.8 Sensitivity Graphs Gradient


Kemudian pada Graphs Head to Head
yang dimana menampilkan perbandingan
antara alternatif yang satu dengan alternatif
yang lain dari tiap-tiap kriteria, seperti pada
gambar berikut:

Gambar 5.11 Sensitivity Graphs 2D


Seperti itulah hasil dalam
menggunakan software Expert Choice yang
dimana dapat disimpulkan bahwa bibit
kakao unggulan yang banyak di sukai oleh
para petani yaitu pada bibit kakao MMC 02
dan Sulawesi 2 , baik dari tiap-tiap kriteria
maupun perbandingan antar alternatif
lainnya.

4.2. Rencana tahapan kedepan

16
Jurnal Ilmiah d’Computare Volume 9 Edisi Juli 2019

Setelah dilakukan tahap penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan


dengan menggunakan Kuesioner atau pembahasan yang telah dilakukan maka
angket, maka hasil dalam pemilihan bibit dapat disimpulkan bahwa pemilihan bibit
kakao unggulan yang bagus telah kakao unggulan yang banyak di sukai oleh
didapatkan, tetapi dalam penelitian tersebut para petani yaitu pada bibit kakao MMC 02
terbukti masih banyak kekurangan dan Sulawesi 2, baik dari tiap-tiap kriteria
didalamnya terkait pembagian angket dan maupun perbandingan antar alternatif
menggunakan aplikasi Expert Choice. lainnya.
Rencana tahapan berikutnya yang akan
dilakukan oleh peneliti yakni penelitian bibit 5.2. Saran
kakao unggulan dengan menggunakan Saran-saran yang dapat diberikan
Website, agar mempermudah para petani di dengan berdasarkan pada hasil penelitian ini
Kelurahan Noling maupun di mana saja adalah usaha tani kakao di Kelurahan Noling
untuk mememilih bibit kakao unggulan yang layak dan menguntungkan untuk
bagus. dikembangkan. Oleh karena itu diharapkan
petani Kelurahan Noling terus
mengusahakan dan mengupayakan
V. KESIMPULAN DAN SARAN peningkatan produksi dengan lebih
5.1. Kesimpulan memperhatikan teknik-teknik budidaya yang
baik.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anonim, 2007. Gambaran Sekilas Industri Kakao.


http://www.depperin.go.id/PaketInformasi/Kakao/kakao.pdf. diakses pada tanggal 9
Oktober 2010.
[2] Anonimous. 2010. Pedoman teknis penanggulangan hama Penggerek Buah Kakao di
Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Direktorat Jenderal Perkebunan.
[3] BPS Kabupaten Luwu, 2015. Kecamtan Bupon Dalam Angka. Kabupaten Luwu, Sulawesi
Selatan.
[4] Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan, 2008. Statistik Perkebunan Provinsi Sulawesi
Selatan, Makassar.
[5] Kusrini. 2007. Konsep dan aplikasikan Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Andi.
[6] Latifah, Siti. 2005. Prinsip-prinsip Dasar Analytic Hierarchy Process. Jurusan Kehutanan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
[7] Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2006. hlm. 251.
[8] S. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet. 2, hlm.
167-168.
[9] Thomas L. dan Michael P. Niemera. 2006. A Framework for Making a Better Decision:
How to Make More Effective Site Selection, Store Closing,

17

Anda mungkin juga menyukai