Anda di halaman 1dari 12

22 Ibnu M Produksi Kakao

MENCAPAI PRODUKSI KAKAO BERKELANJUTAN DI INDONESIA

Muhammad Ibnu
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Indonesia
Email/phone: muhammad.ibnu@fp.unila.ac.id/081283825136

ABSTRAK
Indonesia memiliki potensi untuk menjadi eksportir utama kakao di dunia sekaligus memenuhi kebutuhan industri
kakao dalam negerinya. Namun, kurangnya ketersediaan bahan baku (biji kakao) menyebabkan industri
pengolahan mengimpor biji kakao dari negara lain. Indonesia bahkan telah termasuk dalam lima negara pengimpor
kakao terbesar di dunia. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan (sustainalibility) produksi kakao
di Indonesia. Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, memprediksi bagaimana keberlanjutan produksi kakao
di Indonesia. Kedua, mengidentifikasi strategi-strategi atau usaha-usaha yang perlu dilakukan agar produksi kakao
di Indonesia mencapai tingkat keberlanjutan yang lebih baik. Tujuan pertama penelitian dicapai dengan metode
kuantitatif, yaitu dengan analisis time series data sekunder (data dari FAOSTAT) terkait produksi kakao, luas areal
tanam, dan produktivitas kakao serta ekspor dan impor kakao. Tujuan kedua penelitian dicapai dengan kajian
literatur, terutama tinjauan hasil-hasil penelitian empiris (dan berbagai publikasi oleh lembaga-lembaga yang
terkait dengan kakao) untuk mengidentifikasi strategi-strategi yang potensial dalam rangka meningkatkan
keberlanjutan produksi kakao Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah produktivitas memiliki
tingkat urgensi yang tinggi untuk diatasi. Jika tidak diatasi, terdapat kemungkinan bahwa Indonesia akan menjadi
pengimpor kakao bersih dimasa datang (jumlah impor lebih besar daripada ekspor). Strategi-strategi untuk
meningkatkan keberlanjutan produksi kakao Indonesia perlu fokus pada peningkatan produktivitas melalui
penggunaan benih kakao unggul, fokus pada dukungan yang spesifik bagi mata pencaharian petani, fokus pada
perbaikan instrumen lingkungan pendukung yang masih kurang (seperti akses ke keuangan dan input, sarana dan
prasarana pedesaan, pengembangan kapasitas organisasi petani, dan layanan penyuluhan) dan fokus pada
keberadaan kelembagaan yang kuat untuk menjamin berfungsinya kemitraan antara petani/organisasi petani dan
pihak-pihak lain.

Kata Kunci: analisis time series; kakao; produksi berkelanjutan; Indonesia; strategi

ABSTRACT

Indonesia has the potential to become a major exporter of cocoa in the world as well as to meet the needs of the
domestic cocoa industry. However, the lack of availability of raw materials (cocoa beans) causes the processing
industry to import cocoa beans from other countries. Indonesia has even been included in the five largest cocoa
importing countries in the world. This raises questions about the sustainability of cocoa production in Indonesia.
This research has two objectives. First, predicting the sustainability of cocoa production in Indonesia. Second,
identify strategies or efforts that need to be done so that cocoa production in Indonesia can achieve a better level
of sustainability. The first objective of the research was achieved by using quantitative methods, namely by
analyzing trends in secondary data (from FAOSTAT) related to cocoa production, planted area, and cocoa
productivity as well as cocoa exports and imports. The second objective of the research is achieved by reviewing
the literature, especially reviewing the results of empirical research (and various publications by cocoa-related
institutions) to identify potential strategies in order to improve the sustainability of Indonesian cocoa production.
The results showed that productivity problems have a high level of urgency to be overcome. If not addressed, there
is a possibility that Indonesia will become a net cocoa importer in the future (imports are greater than exports).
Strategies to increase the sustainability of Indonesian cocoa production need to focus on increasing productivity
through the use of superior cocoa seeds, focus on specific support for farmers' livelihoods, focus on improving the
supporting environmental instruments that are still lacking (such as access to finance and inputs, facilities and
infrastructure) rural areas, capacity building of farmer organizations, and extension services) and focus on the
existence of strong institutions to ensure the functioning of partnerships between farmers/farmers' organizations
and other parties.

Keywords: cocoa; Indonesia; strategy; sustainable production; time series analysis;


Jurnal AgribiSains ISSN 2550-1151 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 23

PENDAHULUAN Namun, kurangnya ketersediaan


bahan baku (biji kakao) menyebabkan
Kakao merupakan produk pertanian dari industri mengimpor biji kakao dari negara-
sub sektor perkebunan yang memiliki peran nagara lain (Jatim Newsroom, 2020;
penting bagi perekonomian Indonesia, Mulyono, 2017). Hal ini patut disayangkan
terutama sebagai sumber devisa bagi karena Indonesia dengan potensi sumber
negara. Kakao Indonesia sejak lama telah daya alamnya (misalnya, tanah dan iklim)
diekspor ke mancanegara dan pada awalnya seharusnya bisa memenuhi kebutuhan
hanya dalam bentuk biji kakao (cocoa industri kakao dalam negerinya sekaligus
beans). Pada tahun 1961, tercatat hanya biji menjadi salah satu eksportir utama kakao di
kakao yang diekspor dari Indonesia senilai dunia. Hal ini selanjutnya menimbulkan
55.000 US $ (FAOSTAT, 2022). Namun, pertanyaan tentang keberlanjutan
antara tahun 1970-1980, ekspor kakao dari (sustainalibility) produksi kakao di
Indonesia mulai bervariasi, tidak hanya Indonesia.
dalam bentuk biji kakao, tetapi dalam Penelitian ini memiliki dua tujuan.
bentuk produk olahan lain seperti cocoa Pertama, memprediksi bagaimana
butter, cocoa paste, dan cocoa powder & keberlanjutan (sustainalibility) produksi
cake. Selama periode 2015-2020, total nilai kakao di Indonesia. Kedua,
ekspor kakao Indonesia (dalam bentuk mengidentifikasi strategi-strategi atau
cocoa beans, cocoa butter, cocoa paste, usaha-usaha yang perlu dilakukan agar
dan cocoa powder & cake) mencapai 7 produksi kakao di Indonesia mencapai
milyar US $ (FAOSTAT, 2022). Saat ini, tingkat keberlanjutan yang lebih baik.
cocoa butter merupakan produk kakao Penelitian ini penting karena dua alasan.
Indonesia yang paling dominan di ekspor Pertama, keberlanjutan produksi
(lihat Gambar 1). merupakan pilar dari keberlanjutan sektor
Indonesia termasuk salah satu industri kakao secara keseluruhan. Jika
negara produsen sekaligus eksportir kakao produksi kakao terganggu, maka sektor
terbesar di dunia. Pada tahun 2020, industri terkait akan terganggu pula. Kedua,
Indonesia menempati posisi ketiga dunia produksi kakao bukan hanya penting bagi
dalam hal ekspor kakao setelah Pantai perekonomian negara (yaitu, sumber devisa
Gading dan Ghana (Gambar 2). Setiap melalui ekspor), tetapi juga sangat penting
tahun Indonesia berkontribusi pada bagi pendapatan (income) dan mata
perdagangan kakao dunia sebesar rata-rata pencaharian (livelihood) ribuan petani
10 % (FAOSTAT, 2022). kakao Indonesia. Bila produksi kakao
Perkebunan kakao Indonesia pada terganggu, maka akan memberikan dampak
umumnya merupakan perkebunan rakyat yang negatif baik secara ekonomi dan sosial
yang dikelola oleh petani kecil maupun secara kemanusian, yaitu terkait
(smallholders). Pada tahun 2020, hidup petani dan keluarganya (masyarakat
perkebunan kakao yang diusahakan oleh pedesaan).
rakyat diperkirakan sebesar 1,49 juta hektar
(98,92 persen), sementara yang diusahakan MATERI DAN METODE
oleh perkebunan besar swasta sebesar 11,56
ribu hektar (0,77 persen), dan yang dikelola Penelitian ini menggunakan metode
oleh perkebunan besar negara sebesar 4,81 kuantitatif dan kualitatif. Tujuan pertama
ribu hektar (0,32 persen) (Badan Pusat penelitian dicapai dengan metode
Statistik, 2021). Karena berbagai kuantitatif, yaitu dengan analisis time series
keterbatasan terutama pengetahuan dan data sekunder terkait produksi kakao, luas
keterampilan, petani pada umumnya hanya areal tanam, dan produktivitas kakao serta
mampu memproduksi biji kakao, ekspor dan impor kakao. Penelitian ini
sedangkan produk-produk kakao yang lain memanfaatkan data sekunder time seris dari
dihasilkan oleh industri pengolahan. tahun 1990 sampai dengan tahun 2020 yang
24 Ibnu M Produksi Kakao

diproyeksikan selama 15 tahun ke depan (misalnya, publikasi Badan Pusat Statistik


(sampai 2035). Data sekunder yang Indonesia dan global market report on
digunakan merupakan data yang disediakan cocoa), untuk mengidentifikasi strategi-
oleh FAO (FAOSTAT) yang dapat diakses strategi yang potensial untuk meningkatkan
di situs web (https://www.fao.org/faostat) keberlanjutan produksi kakao Indonesia.
organisasi perserikatan bangsa-bangsa
tersebut. Data FAOSTAT memiliki paling HASIL DAN PEMBAHASAN
tidak empat keunggulan. Pertama, data Prediksi keberlanjutan (sustainalibility)
FAOSTAT merupakan data resmi (official) produksi kakao di Indonesia
dari berbagai negara yang dihimpun oleh
FAO. Kedua, data yang tersedia di Rata-rata luas lahan kakao di
FAOSTAT merupakan data time series Indonesia selama beberapa tahun terakhir
yang cukup lengkap, tersedia untuk (2015-2020) sebesar 1.642.506,3 hektar
keperluan analisis time series untuk jangka (Badan Pusat Statistik, 2021; FAOSTAT,
waktu yang cukup panjang (misalnya 30 2022). Dimasa yang akan datang (lihat
atau 40 tahun). Ketiga, data FAOSTAT Gambar 3), luas lahan kakao di Indonesia
tersedia dalam model pencarian interaktif diprediksi cenderung meningkat (sampai
yang bisa disesuaikan oleh peneliti, tahun 2035) dengan pertumbuhan tahunan
sehingga memudahkan mendapatkan data (annual growth rate/AGR) sebesar 29,2 %.
yang diperlukan. Keempat, data FAOSTAT Produksi kakao Indonesia juga
tersedia untuk keperluan analisis berbagai diprediksi cenderung meningkat (Lihat
sektor (termasuk pertanian, perikanan, Gambar 4) dengan pertumbuhan tahunan
kehutanan dan industri) dan cukup lengkap sebesar 17,1 %. Namun, tampaknya
untuk mendukung analisis atau permasalahan kakao di Indonesia adalah
perbandingan antar negara atau antar produktivitas yang rendah. Produktivitas
regional. kakao Indonesia juga diprediksi cenderung
Analisis time series dilakukan menurun dimasa mendatang dengan
dengan software pengolah data Minitab pertumbuhan tahunan yang minus sebesar -
versi 19 dan metode analisis yang 30,4% (Gambar 5). Dibandingkan negara-
digunakan disesuaikan karakteristik negara produsen kakao lainnya seperti Peru,
datanya. Dalam berbagai percobaan, Ekuador, dan Ghana, produktivitas kakao
metode yang memberikan kesesuaian Indonesia lebih rendah (Gambar 6).
(fitness) yang cukup baik adalah metode Produktivitas kakao Peru, Ekuador, dan
double eksponential smoothing. Kesesuaian Ghana berturut-turut mencapai 937,6 kg/ha,
antara metode analisis dan data ditunjukkan 621,8 kg/ha, dan 551,6 kg/ha pada tahun
secara visual oleh grafik data aktual yang 2020, sementara produktivitas kakao
sejajar dan hampir berimpitan dengan Indonesia tercatat sebesar 467,3 kg/ha
grafik data proyeksi. Selain itu, kesesuaian (FAOSTAT, 2022).
yang baik ditunjukkan oleh indikator Gambar 7 menunjukkan proyeksi
statistik kesalahan (error) dan ekspor kakao Indonesia sampai tahun 2035.
penyimpangan (deviation) yang cenderung Secara visual, tampak bahwa pertumbuhan
lebih rendah (misalnya, Mean Absolute ekspor kakao Indonesia cenderung stagnan
Percentage Error/MAPE, Mean Absolute dalam kurun waktu 15 tahun ke depan.
Deviation/MAD, dan Mean Square Namun, jika dilihat lebih detail dari data
Error/MSE) (Alhindawi et al., 2020; Asif peramalan, ekspor kakao kemungkinan
Masood et al., 2018). Tujuan kedua akan menurun dengan tingkat penyusutan
penelitian dicapai dengan kajian literatur, per tahun sebesar 9,3%.
terutama tinjauan hasil-hasil penelitian Sementara itu, Gambar 8
empiris dan publikasi oleh lembaga- menunjukkan proyeksi impor kakao
lembaga yang terkait dengan kakao Indonesia sampai tahun 2035.
Jurnal AgribiSains ISSN 2550-1151 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 25

Dibandingkan pertumbuhan ekspor yang dianjurkan. Petani biasanya menggunakan


diprediksi akan menurun, pertumbuhan benih asalan sehingga produksi kakaonya
impor kakao Indonesia diprediksi justru rendah dan tanamannya rentan terhadap
cenderung naik ditahun-tahun mendatang serangan hama dan penyakit. Petani juga
(sebesar 40,2% per tahun). kurang melakukan pemupukan yang sesuai
Hasil proyeksi tersebut memiliki anjuran, karena kekurangan dana untuk
implikasi bahwa keberlanjutan produksi membeli pupuk yang harganya mahal dan
kakao tersandung masalah produktivitas sering kali sulit didapatkan. Selain itu,
dengan tingkat urgensi yang tinggi untuk petani relatif kurang menjaga kebersihan
diatasi. Jika tidak diatasi, terdapat kebun dan melakukan pemangkasan
kemungkinan bahwa Indonesia akan sehingga serangan organisme pengganggu
menjadi pengimpor kakao bersih dimasa tanaman meningkat dan tanaman menjadi
datang (jumlah impor lebih besar daripada tidak produktif (Bulu et al., 2019; Rubiyo &
ekspor). Pada tahun 2020 Indonesia Siswanto, 2012).
mengimpor kakao dengan nilai sebesar 551 Saat ini banyak pohon kakao di
juta US $ (OEC, 2022). Dengan jumlah perkebunan petani sudah tua, dan
sebesar itu, Indonesia telah menjadi produktivitasnya menurun seiring waktu
importir utama biji Kakao (utuh atau pecah, (Ramadhan & Hardin, 2019). Kondisi
mentah atau panggang) kelima terbesar tersebut tidak akan memberikan hasil yang
dunia setelah Belanda (1,78 miliar US $), optimal bagi petani dalam jangka panjang,
Amerika Serikat (990 juta US $), Malaysia dan pohon yang sudah tua pada akhirnya
(922 juta US $), dan Jerman (680 juta US $) perlu diremajakan dengan bibit yang lebih
(OEC, 2022). baik. Dengan berbagai pengalaman yang
dimilikinya, para petani mungkin agak
Strategi-Strategi untuk Meningkatkan skeptis apakah bibit yang dikembangkan di
Keberlanjutan Produksi Kakao wilayah lain, ketika ditanam di perkebunan
Indonesia mereka, akan mampu beradaptasi dengan
baik dengan kondisi lokal (tanah, iklim, dan
Seperti yang disebutkan sebelumnya, lain-lain). Untuk itu, penting untuk
perkebunan rakyat yang dikelola oleh mempromosikan varietas baru kepada
petani kecil mendominasi di sub sektor petani melalui, misalnya, demonstrasi plot
perkebunan kakao. Salah satu akar atau model perkebunan; jika para petani
permasalahannya di tingkat produksi adalah melihat potensi peningkatan hasil, mereka
para petani kakao pada umumnya cenderung untuk mengadopsinya. Alternatif
menganggap bahwa menanam kakao hanya lain untuk meremajakan pohon kakao
sebagai usaha untuk mendapatkan mungkin dengan bibit yang diproduksi
penghasilan tambahan (Miswar, 2017; secara lokal oleh pembibit yang kompeten
Saputro & Sariningsih, 2020). atau dengan jenis bibit yang mampu
Berdasarkan anggapannya tersebut, beradaptasi dengan kondisi geografis yang
petani sering kali menanam kakao sebagai berbeda, termasuk tanah yang miskin hara.
usaha sampingan dan bukan sebagai Secara keseluruhan, sejalan dengan upaya
tanaman prioritas. Petani menaman kakao peningkatan produktivitas, kepedulian
di pekarangan di sela-sela tanaman lain terhadap lingkungan tidak dapat diabaikan,
(seperti tanaman kelapa), dan karena misalnya dengan menjaga kesuburan tanah
menganggapnya sebagai tanaman melalui peningkatan input organik,
pekarangan, petani kurang intensif merawat konservasi air melalui perlindungan sumber
tanaman kakaonya (Nurhadi et al., 2019). air, dan pengurangan limbah kimia, serta
Selain karena kurang intensif peningkatan keanekaragaman hayati.
memelihara kakaonya, petani kakao juga Sistem wanatani (polikultur) dapat
belum banyak menanam benih unggul yang membantu meningkatkan keanekaragaman
26 Ibnu M Produksi Kakao

hayati melalui peningkatan jenis (atau (yaitu, petani yang memberikan layanan
genetik) pohon di perkebunan kakao (Zasari kepada sektor kakao) (Suryandari &
& Sitorus, 2022), yang selanjutnya Rahayuningsih, 2020). Namun demikian,
memungkinkan petani untuk karakteristik dasar ketiga jenis petani
mendiversifikasi pendapatan mereka. tersebut sama dalam arti kegiatannya
Banyak petani kakao yang memiliki sebagian besar berada di pedesaan dan
penghasilan yang sangat terbatas masih berkaitan dengan produksi kakao,
(Yormawi, 2019). Oleh karena itu strategi meskipun dalam derajat keterlibatan yang
peningkatan produksi kakao juga harus berbeda. Selain itu, investasi fasilitas umum
fokus pada dukungan yang spesifik bagi di pedesaan, terutama pendidikan, harus
mata pencaharian petani. Sekelompok dirancang dengan cermat untuk mengubah
petani mungkin perlu dibantu untuk citra petani (miskin, terbatasnya pilihan
membangun operasi pertanian yang lebih teknologi dan pasar) dan menarik generasi
komersial melalui peningkatan kapasitas muda untuk memelihara kakao. Untuk
organisasi seperti kelompok tani, koperasi, menunjukkan peluang yang ditawarkan
dan Kelompok Usaha Bersama (KUBE). oleh sektor kakao, pendidikan juga harus
Dengan adanya organisasi yang kuat, mencakup pengenalan teknologi yang lebih
diharapkan petani dapat meningkatkan baik dalam budidaya dan pengolahan kakao
kapasitas atau posisi tawarnya (barganing serta diskusi tentang pasar potensial untuk
position) sehingga tidak selalu harus dalam produk kakao.
keadaan yang menerima harga yang Selain itu, strategi untuk
ditetapkan pihak lain. meningkatkan keberlanjutan produksi
Kelompok petani lain, terutama yang kakao harus memperhatikan lingkungan
termiskin dari yang miskin, mungkin perlu pendukung (enabling environtment).
dibantu untuk mencari mata pencaharian Lingkungan pendukung mengacu pada
alternatif melalui kesempatan kerja yang kombinasi kelembagaan, kebijakan,
layak atau melalui kegiatan usaha non- regulasi, dan infrastruktur yang mendukung
pertanian. Hal tersebut lebih lanjut peningkatan keberlanjutan produksi kakao
menyiratkan bahwa mendefinisikan petani (Diaz-Bonilla et al., 2014). Namun di
sebagai petani yang menghabiskan seluruh Indonesia, lingkungan pendukung
waktunya untuk memproduksi kakao dan tampaknya tidak terlalu membantu, karena
sepenuhnya bergantung pada kakao sebagai dukungan untuk sektor kakao agak terbatas
sumber pendapatan mungkin tidak relevan (Ariningsih et al., 2020). Pemerintah
lagi, karena mengabaikan realitas lain yang tampaknya lebih memberikan prioritas pada
dihadapi petani (Suharto, 2020). makanan pokok (Sianipar & G
Sebaliknya, dukungan untuk petani harus Tangkudung, 2021) misalnya padi dan
mempertimbangkan tiga jenis petani. palawija daripada kakao sehingga kebijakan
Pertama, petani yang memperoleh menjadi kurang proaktif (misalnya, untuk
pendapatan dengan mengalokasikan layanan penyuluhan) dan investasi yang
sebagian besar waktu dan sumber daya relatif rendah di sektor kakao (misalnya,
mereka untuk kegiatan di pertanian (yaitu, infrastruktur dan fasilitas pedesaan)
petani kakao penuh waktu) (Afista et al., (Ariningsih et al., 2020). Masalah lainnya
2021). Kedua, petani yang memperoleh adalah bahwa meskipun petani
pendapatannya dengan membagi waktu dan memproduksi sebagian besar untuk pasar
sumber daya mereka secara merata antara domestik dan ekspor, produktivitas dan
aktivitas on-farm dan off-farm (misalnya kualitas kakao yang dihasilkan relatif
petani kakao paruh waktu) (Yunindyawati rendah. Salah satu masalahnya adalah
& Kurniawan, 2018). Ketiga, petani yang rendahnya profesionalisme petani
memperoleh pendapatan dengan lebih (pengetahuan dan keterampilan dalam
mengandalkan kegiatan di luar pertanian produksi, pemrosesan, dan pemasaran)
Jurnal AgribiSains ISSN 2550-1151 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 27

(Nurhadi et al., 2019). Akses yang terbatas mengembangkan sarana dan prasarana di
ke keuangan dan input yang terjangkau, dan daerah pedesaan.
akses yang sulit ke daerah terpencil (karena Penelitian empiris menunjukkan
kondisi jalan yang buruk) turut berperan bahwa petani atau organisasi petani telah
menjelaskan mengapa banyak petani tidak melakukan kerja sama atau kemitraan
terorganisir dengan baik dan bergantung (partnership) dengan dunia swasta, baik
pada pedagang perantara (tengkulak) untuk perusahaan maupun LSM, baik asing
memasarkan kakao mereka (Kusmaria et maupun lokal (Novianti et al., 2018; Putri et
al., 2022). al., 2020; Sidra, 2021). Ada peluang bagi
Oleh karena itu, strategi peningkatan petani untuk mendapatkan manfaat dalam
produksi kakao berkelanjutan perlu fokus hal peningkatan pengetahuan dan
pada perbaikan kelembagaan. Perbaikan keterampilan produksi dan pengolahan
terutama pada instrumen yang masih kakao serta peningkatan akses pasar.
kurang, seperti akses ke keuangan dan Namun, pemerintah harus tetap berperan
input, sarana dan prasarana pedesaan, sebagai pihak ketiga yang mengawasi
organisasi petani yang berfungsi dengan jalannya kerja sama tersebut agar berjalan
baik, dan akses ke pelatihan melalui dengan baik. Berbagai kerja sama paling
penyediaan layanan penyuluhan. Untuk tidak membutuhkan keberadaan institusi
mengatasi keterbatasan akses keuangan dan dan/atau kelembagaan yang kuat untuk
input, upaya perlu diarahkan untuk menjamin berfungsinya perjanjian kerja
menyelesaikan masalah umum di sektor sama itu dengan baik. Misalnya, para ahli
kakao, yaitu keengganan petani untuk menunjukkan bahwa keberadaan peraturan
berurusan dengan bank dan/atau penyedia pemerintah (termasuk pengadilan yang
input karena persyaratan administratif. kuat) menawarkan konteks yang membantu
Bank dan/atau pemberi kredit juga ragu- mengekang oportunisme; pihak yang
ragu untuk memberikan kredit karena terlibat dalam kerja sama terkondisi untuk
pertanian dianggap berisiko tinggi, berperilaku sesuai perjanjian dan menyadari
sehingga mensyaratkan petani untuk konsekuensi berat (secara hukum) bila
memberikan jaminan (misalnya tanah dan berperilaku sebaliknya (Giuliani et al.,
bangunan) yang pada akhirnya membuat 2005).
petani enggan berurusan dengan bank dan
penyedia keuangan lainnya. Isu-isu tersebut KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
tampaknya saling terkait satu sama lain dan
Hasil penelitian menunjukkan
upaya untuk mengatasinya perlu didukung
bahwa keberlanjutan produksi kakao
oleh komitmen yang kuat dari pemerintah
Indonesia terkendala oleh masalah
melalui kebijakan dan/atau regulasi. Karena
produktivitas yang cenderung menurun.
anggaran nasional untuk menjalankan
Jika hal ini tidak diatasi, terdapat
program di sektor pertanian termasuk
kemungkinan bahwa Indonesia akan
perkebunan terbatas (Wahyuni et al., 2018),
menjadi pengimpor kakao bersih dimasa
pemerintah harus mengimplementasikan
datang (jumlah impor lebih besar daripada
kebijakan terkait perluasan kemitraan dan
ekspor). Strategi-strategi untuk
perbaikan koordinasi dengan berbagai
meningkatkan keberlanjutan produksi
pihak, baik sektor swasta/bisnis, lembaga
kakao Indonesia perlu fokus pada
swadaya masyarakat (LSM), dan
peningkatan produktivitas melalui
universitas lokal, untuk mengatasi semua
penggunaan benih kakao unggul dengan
masalah yang berkaitan dengan pembinaan
cara mempromosikan varietas baru kepada
petani dan penguatan organisasi petani. Di
petani melalui, misalnya, demonstrasi plot
era otonomi daerah, koordinasi pemerintah
atau model perkebunan
pusat dan daerah merupakan hal yang
Strategi peningkatan produksi
sangat penting, terutama untuk
kakao juga harus fokus pada dukungan yang
28 Ibnu M Produksi Kakao

spesifik bagi mata pencaharian petani. greenhouse gas emissions for the road
Beberapa petani mungkin perlu dibantu transport sector based on multivariate
untuk membangun operasi pertanian yang regression and the double exponential
lebih komersial melalui peningkatan smoothing model. Sustainability
kapasitas organisasi, sedangkan petani lain (Switzerland), 12(21), 1–18.
terutama petani miskin mungkin perlu https://doi.org/10.3390/su12219152
dibantu untuk mencari mata pencaharian Ariningsih, E., Purba, H. J., Sinuraya, J. F.,
alternatif melalui kesempatan kerja yang Suharyono, S., & Septanti, K. S.
layak atau melalui kegiatan usaha non- (2020). Kinerja Industri Kakao di
pertanian. Indonesia. Forum Penelitian Agro
Strategi peningkatan produksi Ekonomi, 37(1), 1.
kakao perlu fokus pada perbaikan https://doi.org/10.21082/fae.v37n1.20
instrumen lingkungan pendukung yang 19.1-23
masih kurang (seperti akses ke keuangan Asif Masood, M., Raza, I., & Abid, S.
dan input, sarana dan prasarana pedesaan, (2018). Forecasting wheat production
pengembangan kapasitas organisasi petani, using time series models in pakistan.
dan layanan penyuluhan). Pemerintah harus Asian Journal of Agriculture and
mengimplementasikan kebijakan terkait Rural Development, 8(2), 172–177.
perluasan kemitraan dan perbaikan https://doi.org/10.18488/JOURNAL.1
koordinasi dengan berbagai pihak, baik 005/2018.8.2/1005.2.172.177
sektor swasta/bisnis, lembaga swadaya Badan Pusat Statistik. (2021). Statistik
masyarakat (LSM), dan universitas lokal, Kakao Indonesia 2020. Badan Pusat
untuk mengatasi semua masalah yang Statistik Indonesia.
berkaitan dengan pembinaan petani dan Bulu, Y. G., Sudarto, Sari, I. N., & Utami,
penguatan organisasi petani. Di era otonomi S. K. (2019). Dampak Diseminasi
daerah, koordinasi pemerintah pusat dan Teknologi Pemangkasan Kakao
daerah merupakan hal yang sangat penting, Terhadap Peningkatan Produktivitas
terutama untuk mengembangkan sarana dan Dan Pendapatan Petani Di Lahan
prasarana di daerah pedesaan. Akhirnya, Kering Kabupaten Lombok Utara
walaupun sektor perkebunan Indonesia Nusa Tenggara Barat.
tampaknya minim dari berbagai regulasi https://ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/p
yang kuat dari pemerintah (tidak seperti i/YG_Dampak Diseminasi.pdf
sektor pertanian tanaman pangan), Diaz-Bonilla, E., Orden, D., & Kwieciński,
pemerintah harus tetap berperan paling A. (2014). Enabling environment for
tidak melalui regulasi dan kebijakan agricultural growth and
penguatan kelembagaan untuk menjamin competitiveness: evaluation,
berfungsinya berbagai kemitraan antara indicators and indices. OECD Food,
petani/organisasi petani dan pihak-pihak Agriculture and Fisheries Papers, No.
lain. 67, OECD Publishing.
http://dx.doi.org/10.1787/5jz48305h4
DAFTAR PUSTAKA vd-en
FAOSTAT. (2022). Crops and livestock
Afista, M., Relawati, R., & Windiana, L.
products: cocoa. FAO United
(2021). Faktor-Faktor Yang
Nations.
Mempengaruhi Minat Petani Muda
https://www.fao.org/faostat/en/#data/
Blitar. Jurnal Hexagro, 5(1), 27–37.
QCL
https://e-
Giuliani, E., Pietrobelli, C., & Rabellotti,
journal.unper.ac.id/index.php/hexagro
R. (2005). Upgrading in global value
/article/view/656
chains: lessons from Latin American
Alhindawi, R., Nahleh, Y. A., Kumar, A.,
clusters. World Development, 33(4),
& Shiwakoti, N. (2020). Projection of
Jurnal AgribiSains ISSN 2550-1151 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 29

549–573. Petani Kakao Mitra dan Non Mitra


Jatim Newsroom. (2020). Kakao Indonesia dengan PT Olam Indonesia di
Diminati Pasar Ekspor. Kabupaten Pesawaran. Jurnal Ilmu
https://kominfo.jatimprov.go.id/read/u Ilmu Agribisnis: Journal of
mum/kakao-indonesia-diminati-pasar- Agribusiness Science, 6(1), 79–86.
ekspor Ramadhan, F. M., & Hardin, I. K. D.
Kusmaria, K., Zukryandry, Z., Fitri, A., (2019). Teknik Budidaya Kakao Pada
Anggraini, D., & Budiarti, L. (2022). Kelompok Tani Kakao di Kelurahan
Bimtek Pengolahan, Pengemasan dan Waliabuku Kota Baubau. Jurnal
Pemasaran Biji Kakao di Desa Padang Pengabdian Pada Masyarakat
Cermin Kabupaten Pesawaran MEMBANGUN NEGERI, 3(1), 14.
Provinsi Lampung. Jurnal Rubiyo, R., & Siswanto, S. (2012).
Pengabdian Mandiri, 1(6), 993–998. Peningkatan produksi dan
Miswar. (2017). Pengaruh Penggunaan pengembangan kakao (Theobroma
Pupuk , Tenaga Kerja Dan Luas Areal cacao L.) di Indonesia.
Terhadap Pendapatan Petani Coklat Saputro, W. A., & Sariningsih, W. (2020).
Di Kecamatan Peunaron Kabupaten Kontribusi Pendapatan Usahatani
Aceh Timur. Samudra Ekonomika, Kakao Terhadap Pendapatan Rumah
1(2), 142–150. Tangga Petani Di Taman Teknologi
https://ejurnalunsam.id/index.php/jse/ Pertanian Nglanggeran Kecamatan
article/view/330%0Ahttps://ejurnalun Pathuk Kabupaten Gunungkidul.
sam.id/index.php/jse/article/download SEPA: Jurnal Sosial Ekonomi
/330/255 Pertanian Dan Agribisnis, 16(2), 208.
Mulyono, D. (2017). Harmonisasi https://doi.org/10.20961/sepa.v16i2.3
kebijakan hulu-hilir dalam 5825
pengembangan budidaya dan industri Sianipar, B., & G Tangkudung, A. (2021).
pengolahan kakao nasional. Jurnal Tinjauan Ekonomi, Politik dan
Ekonomi & Kebijakan Publik, 7(2), Keamanan Terhadap Pengembangan
185–200. Food Estate di Kalimantan Tengah
Novianti, N., Suryono, Y., & Fauziah, P. Sebagai Alternatif Menjaga
Y. (2018). Kemitraan lembaga Ketahanan Pangan di Tengah
swadaya masyarakat dalam rangka Pandemi Covid-19. Jurnal Keamanan
pemberdayaan ekonomi pada program Nasional, 6(2), 235–248.
sekolah lapangan kakao. JPPM https://doi.org/10.31599/jkn.v6i2.479
(Jurnal Pendidikan Dan Sidra, S. (2021). Analisis Relasi Pola
Pemberdayaan Masyarakat), 5(1), Kemitraan PT. Bumi Surya Selaras
74–84. dan Petani Kakao dalam
Nurhadi, E., Hidayat, S. I., Indah, P. N., Meningkatkan Pendapatan Petani
Widayanti, S., & Harya, G. I. (2019). Kakao di Kecamatan Luyo Kabupaten
Keberlanjutan komoditas kakao Polewali …. Universitas Islam Negeri
sebagai produk unggulan agroindustri Alauddin Makassar.
dalam meningkatkan kesejahteraan http://repositori.uin-
petani. Agriekonomika, 8(1), 51–61. alauddin.ac.id/20354/%0Ahttp://repos
OEC. (2022). Cocoa beans, whole or itori.uin-
broken, raw or roasted. alauddin.ac.id/20354/1/Analisis
https://oec.world/en/profile/hs/cocoa- Relasi Pola Kemitraan PT. Bumi
beans-whole-or-broken-raw-or- Surya.pdf
roasted?redirect=true Suharto, E. (2020). Determinan Pekerja
Putri, R. E., Abidin, Z., & Kasymir, E. Paruh Waktu Dan Karakteristiknya
(2020). Analisis Perbedaan Kinerja (Analisis Data Survei Angkatan Kerja
30 Ibnu M Produksi Kakao

Nasional Jawa Tengah Februari Yormawi, I. (2019). Analisis Faktor-Faktor


2019). Prosiding Seminar Nasional Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi
Riset Teknologi Terapan, 1(1), 1–8. Pendapatan Petani Kakao di Desa
Suryandari, A., & Rahayuningsih, E. S. Pasapa Kecamatan Budong-Budong
(2020). Strategi Bertahan Hidup Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi
Ekonomi Rumah Tangga Petani Padi Sulawesi Barat. LaGeografia, 16(1),
Aspek Pendapatan, Konsumsi, dan 6–19.
Tabungan Studi Kasus di Yunindyawati, Y., & Kurniawan, R.
DesaTonjung Kecamatan Burneh (2018). Diversifikasi Usaha Petani
Kabupaten Bangkalan Arita Jagung di Desa Tunas Peracak
Suryandari, Eni Sri Rahayuningsih. Kabupaten Oku Timur. Jurnal Media
Jurnal Pamator: Jurnal Ilmiah Sosiologi (JMS), 21(2), 81–91.
Universitas Trunojoyo, 13(2), 176– Zasari, M., & Sitorus, R. (2022).
182. Exploration-Characterization
Wahyuni, E. S., Firdaus, M., & Baga, L. Morphology of Local Cocoa On
M. M. (2018). Strategi Alokasi Bangka Island: Eksplorasi-
Anggaran Sektor Pertanian untuk Karakterisasi Morfologi Tanaman
Mempercepat Pembangunan Daerah Kakao Lokal Di Pulau Bangka.
di Kabupaten Pandeglang Provinsi AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu Dan
Banten. Jurnal Manajemen Teknologi Pertanian, 6(1), 23–33.
Pembangunan Daerah, 10.

Gambar dan Grafik

Gambar 1. Bentuk ekspor kakao Indonesia


Sumber: Badan Pusat Statistik (2021)
Jurnal AgribiSains ISSN 2550-1151 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 31

Gambar 2. 10 negara produsen kakao terbesar di dunia pada tahun 2020


Sumber: Diolah dari data FAOSTAT (2022)

Gambar 3. Proyeksi Perkembangan luas lahan kakao Indonesia sampai tahun 2035
Sumber: Diolah dari data FAOSTAT (2022)
32 Ibnu M Produksi Kakao

Gambar 4. Proyeksi produksi kakao Indonesia sampai tahun 2035


Sumber: Diolah dari data FAOSTAT (2022)

Gambar 5. Proyeksi produktivitas kakao Indonesia sampai tahun 2035


Sumber: Diolah dari data FAOSTAT (2022)
Jurnal AgribiSains ISSN 2550-1151 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 33

Gambar 6. Produktivitas 10 negara produsen kakao terbesar di dunia pada tahun 2020
Sumber: Diolah dari data FAOSTAT (2022)

Gambar 7. Proyeksi ekspor kakao Indonesia sampai tahun 2035


Sumber: Diolah dari data FAOSTAT (2022)

Gambar 8. Proyeksi impor kakao Indonesia sampai tahun 2035


Sumber: Diolah dari data FAOSTAT (2022)

Anda mungkin juga menyukai