Muhammad Ibnu
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Indonesia
Email/phone: muhammad.ibnu@fp.unila.ac.id/081283825136
ABSTRAK
Indonesia memiliki potensi untuk menjadi eksportir utama kakao di dunia sekaligus memenuhi kebutuhan industri
kakao dalam negerinya. Namun, kurangnya ketersediaan bahan baku (biji kakao) menyebabkan industri
pengolahan mengimpor biji kakao dari negara lain. Indonesia bahkan telah termasuk dalam lima negara pengimpor
kakao terbesar di dunia. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan (sustainalibility) produksi kakao
di Indonesia. Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, memprediksi bagaimana keberlanjutan produksi kakao
di Indonesia. Kedua, mengidentifikasi strategi-strategi atau usaha-usaha yang perlu dilakukan agar produksi kakao
di Indonesia mencapai tingkat keberlanjutan yang lebih baik. Tujuan pertama penelitian dicapai dengan metode
kuantitatif, yaitu dengan analisis time series data sekunder (data dari FAOSTAT) terkait produksi kakao, luas areal
tanam, dan produktivitas kakao serta ekspor dan impor kakao. Tujuan kedua penelitian dicapai dengan kajian
literatur, terutama tinjauan hasil-hasil penelitian empiris (dan berbagai publikasi oleh lembaga-lembaga yang
terkait dengan kakao) untuk mengidentifikasi strategi-strategi yang potensial dalam rangka meningkatkan
keberlanjutan produksi kakao Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah produktivitas memiliki
tingkat urgensi yang tinggi untuk diatasi. Jika tidak diatasi, terdapat kemungkinan bahwa Indonesia akan menjadi
pengimpor kakao bersih dimasa datang (jumlah impor lebih besar daripada ekspor). Strategi-strategi untuk
meningkatkan keberlanjutan produksi kakao Indonesia perlu fokus pada peningkatan produktivitas melalui
penggunaan benih kakao unggul, fokus pada dukungan yang spesifik bagi mata pencaharian petani, fokus pada
perbaikan instrumen lingkungan pendukung yang masih kurang (seperti akses ke keuangan dan input, sarana dan
prasarana pedesaan, pengembangan kapasitas organisasi petani, dan layanan penyuluhan) dan fokus pada
keberadaan kelembagaan yang kuat untuk menjamin berfungsinya kemitraan antara petani/organisasi petani dan
pihak-pihak lain.
Kata Kunci: analisis time series; kakao; produksi berkelanjutan; Indonesia; strategi
ABSTRACT
Indonesia has the potential to become a major exporter of cocoa in the world as well as to meet the needs of the
domestic cocoa industry. However, the lack of availability of raw materials (cocoa beans) causes the processing
industry to import cocoa beans from other countries. Indonesia has even been included in the five largest cocoa
importing countries in the world. This raises questions about the sustainability of cocoa production in Indonesia.
This research has two objectives. First, predicting the sustainability of cocoa production in Indonesia. Second,
identify strategies or efforts that need to be done so that cocoa production in Indonesia can achieve a better level
of sustainability. The first objective of the research was achieved by using quantitative methods, namely by
analyzing trends in secondary data (from FAOSTAT) related to cocoa production, planted area, and cocoa
productivity as well as cocoa exports and imports. The second objective of the research is achieved by reviewing
the literature, especially reviewing the results of empirical research (and various publications by cocoa-related
institutions) to identify potential strategies in order to improve the sustainability of Indonesian cocoa production.
The results showed that productivity problems have a high level of urgency to be overcome. If not addressed, there
is a possibility that Indonesia will become a net cocoa importer in the future (imports are greater than exports).
Strategies to increase the sustainability of Indonesian cocoa production need to focus on increasing productivity
through the use of superior cocoa seeds, focus on specific support for farmers' livelihoods, focus on improving the
supporting environmental instruments that are still lacking (such as access to finance and inputs, facilities and
infrastructure) rural areas, capacity building of farmer organizations, and extension services) and focus on the
existence of strong institutions to ensure the functioning of partnerships between farmers/farmers' organizations
and other parties.
hayati melalui peningkatan jenis (atau (yaitu, petani yang memberikan layanan
genetik) pohon di perkebunan kakao (Zasari kepada sektor kakao) (Suryandari &
& Sitorus, 2022), yang selanjutnya Rahayuningsih, 2020). Namun demikian,
memungkinkan petani untuk karakteristik dasar ketiga jenis petani
mendiversifikasi pendapatan mereka. tersebut sama dalam arti kegiatannya
Banyak petani kakao yang memiliki sebagian besar berada di pedesaan dan
penghasilan yang sangat terbatas masih berkaitan dengan produksi kakao,
(Yormawi, 2019). Oleh karena itu strategi meskipun dalam derajat keterlibatan yang
peningkatan produksi kakao juga harus berbeda. Selain itu, investasi fasilitas umum
fokus pada dukungan yang spesifik bagi di pedesaan, terutama pendidikan, harus
mata pencaharian petani. Sekelompok dirancang dengan cermat untuk mengubah
petani mungkin perlu dibantu untuk citra petani (miskin, terbatasnya pilihan
membangun operasi pertanian yang lebih teknologi dan pasar) dan menarik generasi
komersial melalui peningkatan kapasitas muda untuk memelihara kakao. Untuk
organisasi seperti kelompok tani, koperasi, menunjukkan peluang yang ditawarkan
dan Kelompok Usaha Bersama (KUBE). oleh sektor kakao, pendidikan juga harus
Dengan adanya organisasi yang kuat, mencakup pengenalan teknologi yang lebih
diharapkan petani dapat meningkatkan baik dalam budidaya dan pengolahan kakao
kapasitas atau posisi tawarnya (barganing serta diskusi tentang pasar potensial untuk
position) sehingga tidak selalu harus dalam produk kakao.
keadaan yang menerima harga yang Selain itu, strategi untuk
ditetapkan pihak lain. meningkatkan keberlanjutan produksi
Kelompok petani lain, terutama yang kakao harus memperhatikan lingkungan
termiskin dari yang miskin, mungkin perlu pendukung (enabling environtment).
dibantu untuk mencari mata pencaharian Lingkungan pendukung mengacu pada
alternatif melalui kesempatan kerja yang kombinasi kelembagaan, kebijakan,
layak atau melalui kegiatan usaha non- regulasi, dan infrastruktur yang mendukung
pertanian. Hal tersebut lebih lanjut peningkatan keberlanjutan produksi kakao
menyiratkan bahwa mendefinisikan petani (Diaz-Bonilla et al., 2014). Namun di
sebagai petani yang menghabiskan seluruh Indonesia, lingkungan pendukung
waktunya untuk memproduksi kakao dan tampaknya tidak terlalu membantu, karena
sepenuhnya bergantung pada kakao sebagai dukungan untuk sektor kakao agak terbatas
sumber pendapatan mungkin tidak relevan (Ariningsih et al., 2020). Pemerintah
lagi, karena mengabaikan realitas lain yang tampaknya lebih memberikan prioritas pada
dihadapi petani (Suharto, 2020). makanan pokok (Sianipar & G
Sebaliknya, dukungan untuk petani harus Tangkudung, 2021) misalnya padi dan
mempertimbangkan tiga jenis petani. palawija daripada kakao sehingga kebijakan
Pertama, petani yang memperoleh menjadi kurang proaktif (misalnya, untuk
pendapatan dengan mengalokasikan layanan penyuluhan) dan investasi yang
sebagian besar waktu dan sumber daya relatif rendah di sektor kakao (misalnya,
mereka untuk kegiatan di pertanian (yaitu, infrastruktur dan fasilitas pedesaan)
petani kakao penuh waktu) (Afista et al., (Ariningsih et al., 2020). Masalah lainnya
2021). Kedua, petani yang memperoleh adalah bahwa meskipun petani
pendapatannya dengan membagi waktu dan memproduksi sebagian besar untuk pasar
sumber daya mereka secara merata antara domestik dan ekspor, produktivitas dan
aktivitas on-farm dan off-farm (misalnya kualitas kakao yang dihasilkan relatif
petani kakao paruh waktu) (Yunindyawati rendah. Salah satu masalahnya adalah
& Kurniawan, 2018). Ketiga, petani yang rendahnya profesionalisme petani
memperoleh pendapatan dengan lebih (pengetahuan dan keterampilan dalam
mengandalkan kegiatan di luar pertanian produksi, pemrosesan, dan pemasaran)
Jurnal AgribiSains ISSN 2550-1151 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 27
(Nurhadi et al., 2019). Akses yang terbatas mengembangkan sarana dan prasarana di
ke keuangan dan input yang terjangkau, dan daerah pedesaan.
akses yang sulit ke daerah terpencil (karena Penelitian empiris menunjukkan
kondisi jalan yang buruk) turut berperan bahwa petani atau organisasi petani telah
menjelaskan mengapa banyak petani tidak melakukan kerja sama atau kemitraan
terorganisir dengan baik dan bergantung (partnership) dengan dunia swasta, baik
pada pedagang perantara (tengkulak) untuk perusahaan maupun LSM, baik asing
memasarkan kakao mereka (Kusmaria et maupun lokal (Novianti et al., 2018; Putri et
al., 2022). al., 2020; Sidra, 2021). Ada peluang bagi
Oleh karena itu, strategi peningkatan petani untuk mendapatkan manfaat dalam
produksi kakao berkelanjutan perlu fokus hal peningkatan pengetahuan dan
pada perbaikan kelembagaan. Perbaikan keterampilan produksi dan pengolahan
terutama pada instrumen yang masih kakao serta peningkatan akses pasar.
kurang, seperti akses ke keuangan dan Namun, pemerintah harus tetap berperan
input, sarana dan prasarana pedesaan, sebagai pihak ketiga yang mengawasi
organisasi petani yang berfungsi dengan jalannya kerja sama tersebut agar berjalan
baik, dan akses ke pelatihan melalui dengan baik. Berbagai kerja sama paling
penyediaan layanan penyuluhan. Untuk tidak membutuhkan keberadaan institusi
mengatasi keterbatasan akses keuangan dan dan/atau kelembagaan yang kuat untuk
input, upaya perlu diarahkan untuk menjamin berfungsinya perjanjian kerja
menyelesaikan masalah umum di sektor sama itu dengan baik. Misalnya, para ahli
kakao, yaitu keengganan petani untuk menunjukkan bahwa keberadaan peraturan
berurusan dengan bank dan/atau penyedia pemerintah (termasuk pengadilan yang
input karena persyaratan administratif. kuat) menawarkan konteks yang membantu
Bank dan/atau pemberi kredit juga ragu- mengekang oportunisme; pihak yang
ragu untuk memberikan kredit karena terlibat dalam kerja sama terkondisi untuk
pertanian dianggap berisiko tinggi, berperilaku sesuai perjanjian dan menyadari
sehingga mensyaratkan petani untuk konsekuensi berat (secara hukum) bila
memberikan jaminan (misalnya tanah dan berperilaku sebaliknya (Giuliani et al.,
bangunan) yang pada akhirnya membuat 2005).
petani enggan berurusan dengan bank dan
penyedia keuangan lainnya. Isu-isu tersebut KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
tampaknya saling terkait satu sama lain dan
Hasil penelitian menunjukkan
upaya untuk mengatasinya perlu didukung
bahwa keberlanjutan produksi kakao
oleh komitmen yang kuat dari pemerintah
Indonesia terkendala oleh masalah
melalui kebijakan dan/atau regulasi. Karena
produktivitas yang cenderung menurun.
anggaran nasional untuk menjalankan
Jika hal ini tidak diatasi, terdapat
program di sektor pertanian termasuk
kemungkinan bahwa Indonesia akan
perkebunan terbatas (Wahyuni et al., 2018),
menjadi pengimpor kakao bersih dimasa
pemerintah harus mengimplementasikan
datang (jumlah impor lebih besar daripada
kebijakan terkait perluasan kemitraan dan
ekspor). Strategi-strategi untuk
perbaikan koordinasi dengan berbagai
meningkatkan keberlanjutan produksi
pihak, baik sektor swasta/bisnis, lembaga
kakao Indonesia perlu fokus pada
swadaya masyarakat (LSM), dan
peningkatan produktivitas melalui
universitas lokal, untuk mengatasi semua
penggunaan benih kakao unggul dengan
masalah yang berkaitan dengan pembinaan
cara mempromosikan varietas baru kepada
petani dan penguatan organisasi petani. Di
petani melalui, misalnya, demonstrasi plot
era otonomi daerah, koordinasi pemerintah
atau model perkebunan
pusat dan daerah merupakan hal yang
Strategi peningkatan produksi
sangat penting, terutama untuk
kakao juga harus fokus pada dukungan yang
28 Ibnu M Produksi Kakao
spesifik bagi mata pencaharian petani. greenhouse gas emissions for the road
Beberapa petani mungkin perlu dibantu transport sector based on multivariate
untuk membangun operasi pertanian yang regression and the double exponential
lebih komersial melalui peningkatan smoothing model. Sustainability
kapasitas organisasi, sedangkan petani lain (Switzerland), 12(21), 1–18.
terutama petani miskin mungkin perlu https://doi.org/10.3390/su12219152
dibantu untuk mencari mata pencaharian Ariningsih, E., Purba, H. J., Sinuraya, J. F.,
alternatif melalui kesempatan kerja yang Suharyono, S., & Septanti, K. S.
layak atau melalui kegiatan usaha non- (2020). Kinerja Industri Kakao di
pertanian. Indonesia. Forum Penelitian Agro
Strategi peningkatan produksi Ekonomi, 37(1), 1.
kakao perlu fokus pada perbaikan https://doi.org/10.21082/fae.v37n1.20
instrumen lingkungan pendukung yang 19.1-23
masih kurang (seperti akses ke keuangan Asif Masood, M., Raza, I., & Abid, S.
dan input, sarana dan prasarana pedesaan, (2018). Forecasting wheat production
pengembangan kapasitas organisasi petani, using time series models in pakistan.
dan layanan penyuluhan). Pemerintah harus Asian Journal of Agriculture and
mengimplementasikan kebijakan terkait Rural Development, 8(2), 172–177.
perluasan kemitraan dan perbaikan https://doi.org/10.18488/JOURNAL.1
koordinasi dengan berbagai pihak, baik 005/2018.8.2/1005.2.172.177
sektor swasta/bisnis, lembaga swadaya Badan Pusat Statistik. (2021). Statistik
masyarakat (LSM), dan universitas lokal, Kakao Indonesia 2020. Badan Pusat
untuk mengatasi semua masalah yang Statistik Indonesia.
berkaitan dengan pembinaan petani dan Bulu, Y. G., Sudarto, Sari, I. N., & Utami,
penguatan organisasi petani. Di era otonomi S. K. (2019). Dampak Diseminasi
daerah, koordinasi pemerintah pusat dan Teknologi Pemangkasan Kakao
daerah merupakan hal yang sangat penting, Terhadap Peningkatan Produktivitas
terutama untuk mengembangkan sarana dan Dan Pendapatan Petani Di Lahan
prasarana di daerah pedesaan. Akhirnya, Kering Kabupaten Lombok Utara
walaupun sektor perkebunan Indonesia Nusa Tenggara Barat.
tampaknya minim dari berbagai regulasi https://ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/p
yang kuat dari pemerintah (tidak seperti i/YG_Dampak Diseminasi.pdf
sektor pertanian tanaman pangan), Diaz-Bonilla, E., Orden, D., & Kwieciński,
pemerintah harus tetap berperan paling A. (2014). Enabling environment for
tidak melalui regulasi dan kebijakan agricultural growth and
penguatan kelembagaan untuk menjamin competitiveness: evaluation,
berfungsinya berbagai kemitraan antara indicators and indices. OECD Food,
petani/organisasi petani dan pihak-pihak Agriculture and Fisheries Papers, No.
lain. 67, OECD Publishing.
http://dx.doi.org/10.1787/5jz48305h4
DAFTAR PUSTAKA vd-en
FAOSTAT. (2022). Crops and livestock
Afista, M., Relawati, R., & Windiana, L.
products: cocoa. FAO United
(2021). Faktor-Faktor Yang
Nations.
Mempengaruhi Minat Petani Muda
https://www.fao.org/faostat/en/#data/
Blitar. Jurnal Hexagro, 5(1), 27–37.
QCL
https://e-
Giuliani, E., Pietrobelli, C., & Rabellotti,
journal.unper.ac.id/index.php/hexagro
R. (2005). Upgrading in global value
/article/view/656
chains: lessons from Latin American
Alhindawi, R., Nahleh, Y. A., Kumar, A.,
clusters. World Development, 33(4),
& Shiwakoti, N. (2020). Projection of
Jurnal AgribiSains ISSN 2550-1151 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2022 29
Gambar 3. Proyeksi Perkembangan luas lahan kakao Indonesia sampai tahun 2035
Sumber: Diolah dari data FAOSTAT (2022)
32 Ibnu M Produksi Kakao
Gambar 6. Produktivitas 10 negara produsen kakao terbesar di dunia pada tahun 2020
Sumber: Diolah dari data FAOSTAT (2022)