Nama :HASRIYADI
Nim :19.023.54.211.003
Prodi :Agroteknologi
Kakao merupakan salah satu komoditas penting unggul ekspor yang berperan
disebabkan oleh banyaknya pengembangan produksi hampir di setiap daerah salah satunnya
yaitu Sulawesi.
Sulawesi Selatan, di masa jayanya telah memberi dampak pada peningkatan ekonomi
serangan hama dan penyakit. Namun demikian upaya pengembangan tanaman kako telah
diarahkan pada peningkatan hasil produksi dan mutu hasil. Untuk menghasilkan tanaman
kakao dengan produk biji yang berkualitas, maka harus dimulai dari penanaman benih yang
berkualitas pula.Tingginya minat terhadap perkebunan kakao ini, harus dibarengi dengan
pengadaan suber benih yang berkualitas. Benih yang bermutu tinggi akan mengurangi
Melihat besarnya potensi produk kakao maka penting untuk mengatahui kondisi
diatas maka makalah ini berjudul “Kondisi kakao di Indonesia dan di Sulawesi Selatan”
2. Tujuan
3. Permasalahan:
a. Produksi
data statistik produksi kakao Indonesia tahun 2020 mencapai 720,66 ribu ton (BPS,
2020). Dengan melihat potensi produksi kakao yang melimpah maka dilakukan berbagai
upaya dalam mengembangkan penanganan kakao, mulai dari proses penanaman higga
proses pengolahan sangat menentukan mutu atau kualitas prosuk kakao yang dihasilkan.
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor indonesi yang cukup penting. Selain pasar
ekspor kakao juga memiliki pasar yang cukup besar dalam negeri. Data produksi yang
penurunan yang konsisten dan signifikan, yaitu dari 320 ribu ton menjadi 200 ribu ton.
Salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi produsen kakao yaitu Sulawesi Selatan.
Hingga akhir tahun 2021 kementrian pertanian indonesi mercatat, jumlah total
produktivitas biji kakao provisi Sulawesi Selatan sebesar 805 ton (BPS, 2020).
Adapun luas area perkebunan kakao Sejalan dengan luas arealnya, produksi biji
kakao di Indonesia juga didominasi oleh ketiga provinsi sentra pertanaman kakao,
masingmasing dengan produksi sebesar 125,2 ribu ton (Sulawesi Tengah), 113,8 ribu ton
(Sulawesi Selatan), dan 101,8 ribu ton (Sulawesi Tenggara). Provinsi Sulawesi Barat juga
mempunyai produksi biji kakao relatif tinggi, yaitu sebesar 61,3 ribu ton. Sentra produksi
kakao di Pulau Sumatera terdapat di Provinsi Sumatera Barat, Lampung, dan Aceh,
dengan produksi masingmasing sebesar 52,5 ribu; 35,1 ribu; dan 31,8 ribu ton biji kakao
kering. Sementara itu, sentra produksi kakao di Pulau Jawa terdapat di Provinsi Jawa
b. Harga
dipasarkan di dalam negeri. Ekspor kakao Indonesia menjangkau lima benua yaitu Asia,
Amerika, Eropa, Afrika, dan Australia dengan pangsa utama di Asia. Pada tahun 2020,
lima besar negara pengimpor kakao Indonesia adalah Malaysia, Amerika, India, China,
dan Belanda. Volume ekspor ke Malaysia mencapai 67,47 ribu ton atau 17,86 persen dari
total volume ekspor kakao Indonesia dengan nilai US$ 141,61 juta. Peringkat kedua
adalah Amerika Serikat, dengan volume ekspor sebesar 49,04 ribu ton atau 12,98 persen
dari total volume kakao Indonesia dengan nilai US$ 229,22 juta. Peringkat ketiga adalah
India, dengan volume ekspor sebesar 38,1 ribu ton (BPS, 2020). Kakao Indonesia dikenal
di pasar internasional sebagai kakao bermutu rendah, karena sebagian besar diolah tanpa
terdapat sebagian kecil kakao Indonesia yang bermutu baik dan mendapatkan premium
Studi yang dilakukan oleh Swiss Business Hub Indonesia menyebutkan bahwa
pada tahun 2017 konsumsi cokelat per kapita Indonesia sebesar 0,4 kg/tahun, dengan
Menurut Radar (2021) dalam 5 tahun terakhir, ekspor Indonesia tidak hanya
berupa biji kakao saja, tetapi juga berupa produk lahan setengah jadi, yaitu pasta, lemak,
dan bubuk; serta produk akhir berupa cokelat. Terjadi penurunan ekspor berupa biji, dari
sekitar 39 ribu ton menjadi 30 ribu ton per tahun. Hal ini disebabkan karena sebagian
besar biji produksi dalam negeri diolah menjadi produk setengah jadi (pasta, lemak, dan
bubuk).
d. Industri Kakao
Berbagai olahan produk pangan dari kakao menjadi produk unggul dari industri
kakao. Berbagai produk baik dalam bentuk biji maupun produk hasil fermentasi seperti
pasta, lemak dan lain-lain, menjadi komoditas ekspor yang unggul. Namun untuk ekspor
pasta dari tahun 2015 ke 2019 menurun hinggah setangah. Hal ini disebabkan
kebanyakan pasta diproses lanjut di dalam negeri menjadi lemak, karena harga lemak
sangat menarik. Ini terlihat dari ekspor lemak yang meningkat, dari sekitar 114 ribu ton
menjadi 136 ribu ton. Ekspor bubuk juga tampak meningkat, hal ini sebagai akibat
meningkatnya proses lanjutan dari pasta menjadi lemak, yang mana proses tersebut
menghasilkan hasil ikutan berupa cocoa cake yang kemudian digiling menjadi bubuk.
Ekspor cokelat menunjukkan sedikit kenaikan, yang disebabkan adanya pabrik
e. Pemasaran
rantai pemasaran kakao cukup panjang, mulai dari hulu hingga hilir (Ariningsi, dkk.,
2019). Aktivitas pemasaran kakao dimulai dari petani hingga ke industry baik dalam
negeri maupun luas negeri. Proses pemasaran biji kakao dari petani ke pembeli akhir juga
mengubah nilai jual dari komoditi kakao tersebut. Perubahan pada setiap terminal
penjualan oleh pedagang dan pedagang pengumpul berlangsung sementara. Perubahan ini
terjadi akibat adanya penanganan pasca panen oleh pembeli dan proses pemasaran serta
Khusus untuk wilaya Sulawesi Selatan, terdapat empat saluran pemasaran biji
kakao di Provinsi Sulawesi Selatan dari petani hingga ke pedagang besar/ eksportir dan
Kegiatan pemasaran yang paling efisien terjadi pada Saluran IV dengan capaian
efisiensi sebesar 3,50% dan yang paling tidak efisien terjadi pada Saluran I dengan
capaian efisiensi sebesar 14,57%. Bentuk kerjasama antar pedagang terutama pada arus
informasi harga yang berfluktuasi tiap hari, pemberian modal pengadaan biji kakao dari
pedagang besar kepada pedagang di daerah, dan adanya titip angkut dan titip jual biji
kakao yang terjadi dalam kerja sama yang saling menguntungkan antar pedagang, baik di
pabrik pengolahan kakao pada daerah sentra produksi yang telah membantu kelancaran
transaksi biji kakao basah, dan menjaga keberlanjutan pemasaran kakao melalui usaha
kerangka kebijakan yang memfasilitasi pemasaran kakao pada sentra produksi seperti
peningkatan mutu infrastruktur, dan usaha peningkatan mutu untuk pasar ekspor (Ali &
Rukka, 2021)
4. Kesimpulan
Produk kakao merupakansa salah satu produk pertanian unggul daerah Sulawesi
Selatan. Berbagai mancam produk atau olahan kakao dari industri kakao menjadikan produk
kakao sebagai komoditas ekspor dengan nilai ekonomi yang tinggi. Sulawesi Selatan
merupakan salah satu daerah pengahasil kakao yang tinggi. Pemasaran biji kakao daerah
Sulawesi Selatan, dimulai dari petani hingga ke pedagang besar/eksportir dan selanjutnya ke
pabrik pengolahan baik dalam negri maupun luar negeri sebagai konsumen.
5. Daftar pustaka
Ariningsih, E., Helena J., Purba, J. F., Sinuraya, Suharyono, S., Septanti, K. S. 2019. Kinerja
Industri Kakao Di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 37 No. 1. 1-23.
Ali, Darwis & Rukka, R. M,. 2021. Peran Pedagang Kakao Dalam Peningkatan Efisiensi
Baihaqi, A., Hamid, A. H., Romano, & Yulianda, A. 2014. Analisis Rantai Nilai Dan Nilai
Tambah Kakao Petani Di Kecamatan Paya Bakong Dan Geurudong Pase Kabupaten
Badan Pusat Statistik / BPS – Statistics Indonesia. 2020. STATISTIK KAKAO INDONESIA
2020.