Hasby Ramdhani
ABSTRACT
This research was conducted with the aim of knowing the effect of International
Cocoa Prices on the Volume of Indonesian Cocoa Exports. This type of research is
quantitative descriptive with data collection methods and also uses time series data
testing in data analysis techniques. This research uses secondary data sourced from
the website of Bank Indonesia (BI), World Bank, Index Mundi, Ministry of Trade,
Ministry of Agriculture and Directorate General of Plantation and official website
from Badan Pusat Statistik (BPS). The variables used are International Cocoa Prices
(X1), Exchange Rate (X2), Production (X3) and Indonesian Cocoa Export Volume
(Y). The results of ECM analysis in the short term show that International Cocoa
Prices are not significant to the Volume of Indonesian Cocoa Exports. The exchange
rate is not significant to the volume of Indonesian Cocoa Exports. Production is not
significant to the volume of Indonesian Cocoa Exports. Whereas in the long run it
shows that International Cocoa Prices are not significant to the Volume of Indonesian
Cocoa Exports. Significant exchange rates for the Volume of Indonesian Cocoa
Exports. Production is significant to the volume of Indonesian Cocoa Exports.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk dapat mengetahui pengaruh dari
Harga Kakao Internasional pada Volume Ekspor Kakao Indonesia. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kuantitatif dengan metode pengumpulan data dan juga
menggunakan uji data time series dalam teknik analisis data. Penelitian ini
menggunakan data sekunder yang bersumber dari website Bank Indonesia (BI),
World Bank, Index Mundi, Kementrian Perdagangan, Kementrian Pertanian dan
Direktorat Jendral Perkebunan serta website resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Variabel yang digunakan yaitu Harga Kakao Internasional (X1), Kurs (X2),
Produksi (X3) dan Volume Ekspor Kakao Indonesia (Y). Hasil analisis ECM dalam
jangka pendek menunjukkan bahwa Harga Kakao Internasional tidak signifikan
terhadap Volume Ekspor Kakao Indonesia. Kurs tidak signifikan terhadap Volume
Ekspor Kakao Indonesia. Produksi tidak signifikan terhadap Volume Ekspor Kakao
Indonesia. Sedangkan dalam jangka panjang menunjukkan bahwa Harga Kakao
Internasional tidak signifikan terhadap Volume Ekspor Kakao Indonesia. Kurs
signifikan terhadap Volume Ekspor Kakao Indonesia. Produksi signifikan terhadap
Volume Ekspor Kakao Indonesia.
Kata kunci: Harga Kakao Internasional, Kurs, Produksi, Volume Ekspor Kakao
Indonesia
PENDAHULUAN (Dekaindo), Indonesia menduduki
posisi ketiga dunia sebagai negara
Salah satu peranan penting
yang memproduksi kakao paling besar
terhadap perekonomian Indonesia
di dunia. ICCO (International Cocoa
yaitu pada sektor perkebunan. Karena
organization) merupakan organisasi
ada beberapa komoditas unggulan
kakao Internasional yang dimana
yang dipasarkan di pasar internasional
Indonesia telah resmi bergabung
dihasilkan dari sektor perkebunan.
dengan organisasi tersebut.
Kakao merupakan salah satu yang
menjadi unggulan daari beberapa Salah satu penyumbang devisa
komoditas utama pada sektor negara terbesar dari hasil subsektor
pertumbuhan. Hal ini dikarenakan pertanian yaitu kakao. Luas area
kakao berperan dalam mendorong perkebunan Indonesia yang masih
pengembangan wilayah dan besar yaitu seluas 1.774.303,97 hektar
pengembangan agroindustri (Puspita, menjadi salah satu faktor pendukung
Hidayat et al. 2015). Tanaman kakao untuk meningkatkan produktivitas dari
dapat tumbuh di Indonesia karena sektor pertanian. Potensi pertanian di
iklim dan jenis tanah di Indonesia Indonesia juga masih bisa ditingkatkan
sangat cocok, sehingga Indonesia karena jumlah tenaga kerja yang masih
mampu menghasilkan dan banyak dan tenaga ahli pertanian yang
memproduksi kakao. cukup memadai. Untuk menaikkan
nilai jual kakao adalah dengan menjual
Kakao secara umum tumbuh di
olahan biji kakao. Oleh sebab itu,
daerah Afrika Barat, Amerika Selatan,
ekspor kakao masih didominasi oleh
Amerika Tengah dan Asia. Negara
biji kakao karena tidak perlu melewati
yang memproduksi kakao paling besar
tahap fermentasi atau belum diolah.
di dunia adalah Pantai Gading, Ghana,
Ekudor, Indonesia, Nigeria, Brazil dan Direktorar Jenderal Perkebunan
Kamerun. Tingkat perkembangan (Ditjenbun, 2014) menjelaskan bahwa
produksi Indonesia cukup tinggi. pada tahun 2013, Indonesia memiliki
Menurut Dewan Kakao Indonesia luas lahan perkebunan kakao sebesar
1,7 juta hektar. Untuk subsektor Indonesia berada di peringkat
perkebunan, perkebunan kakao ketiga terbesar di dunia sebagai negara
menduduki peringkat keempat terbesar yang memproduksi biji kakao. Data
dengan urutan dari yang terluas yaitu ICCO (International Cocoa
perkebunan kelapa sawit, perkebunan Organization) menyebutkan bahwa
kelapa dan perkebunan karet. Selain Indonesia memproduksi biji kakao
itu, ekspor komoditas kakao sebesar 440 ribu ton pada tahun
memberikan sumbangan sebesar 2011/2012, sedangkan Pantai Gading
US$1,2 miliar sehingga menyebabkan memproduksi biji kakao sebesar 1.486
kakao berada di peringkat ketiga ribu ton dan Ghana memproduksi biji
terrbesar sebagai pemberi sumbangan kakao sebanyak 879 ribu ton.
dari komoditas ekspor. Dari tahun ke Perusahaan industri pengolahan kakao
tahun prospek pasar kakao mempunyai dalam negeri pernah mengalami
peningkatan. Pada tahun 2000 sampai kekurangan bahan baku. Karena hasil
dengan tahun 2009 konsumsi kakao produksi biji kakao diekspor keluar
dunia mengalami peningkatan sebesar negeri sebagian besarnya hingga awal
17%. Kawasan Asia dan Afrika tahun 2010. Oleh sebab itu, pemerintah
menjadi peringkat tertinggi yang membuat kebijakan dengan
mengalami peningkatan dengan mengeluarkan Peraturan Menteri
persentae peningkatan sebesar 38% Keuangan No.67/PMK.011/2010
dan 72%. Konsumsi kakao per kapita tentang ketetapan bea keluar untuk biji
juga mengalami peningkatan. Data dari kakao yang diekspor dan peraturan itu
ICCO (International Cocoa diberlakukan sejak April 2010. Tujuan
Organization) menyebutkan bahwa dari kebijakan ini adalah untuk
jumlah per kapita dunia dari konsumsi menjamin bahan baku yang tersedia
kakao mengalami peningkatan dari serta peningkatan daya saing bagi
tahun 2000/2001 sebesar 0,55 kg per industri pengolahan dalam negeri.
kapita meningkat pada tahun
Kualitas kakao yang dimiliki
2008/2009 sebesar 0,59 kg per kapita
negara Indonesia tidak kalah baik
(Hasibuan et al., 2012a).
dengan kakao dunia. Apabila
pengolahan dan fermentasi dilakukan 5. 2012 1.774.464
dengan baik, maka kakao Indonesia
6. 2013 1.740.612
akan menghasilkan cita rasa yang tidak
7. 2014 1.727.437
kalah baik dengan kakao yang
dihasilkan oleh negara Ghana. 8. 2015 1.709.284
Kelebihan dari kakao yang dihasilkan
9. 2016 1.701.351
Indonesia yaitu padat sehingga tidak
gampang meleleh sehingga baik 10. 2017 1.691.334
negara. Dengan kata lain, industri bahwa luas areal kakao mengalami
yang cukup terbuka untuk mendorong tahun terakhir sampai dengan tahun
Analisis Data
Pada tabel hasil uji stasioner
dengan nilai probailitasnya sebesar Dari hasil regresi data diperoleh nilai