Anda di halaman 1dari 6

ADMINISTRASI EKSPOR IMPOR

4A – D4 ADMINISTRASI BISNIS
Nama Anggota Kelompok 5 :
1. Feri Budimansyah (195254009) (Ketua)
2. Aulia Alfita Hannan (195254005)
3. Muthia Valerina Ramadhani S (195254021)
4. Rina Adysholihah (19525402)

A. PILIHAN KOMODITAS PILIHAN


a) Beras (kategori dibatasi)
 Sebagai negara agraris, Indonesia seringkali dianggap sebagai negara yang kuat
dalam sektor pertanian dan perkebunan.
 Riset potensi wilayah di Jawa Barat memiliki neraca dagang ekspor lebih besar
dibanding nilai impor. Hal ini membuktikan bahwa Jawa Barat merupakan daerah
pengekspor terbesar di Indonesia.
 Tingginya indeks ketahanan & stabilitas pangan menjadi gambaran baiknya
ketersediaan, keterjangkauan, pemanfaatan, dan kualitas pangan di Jawa Barat →
menumbuhkan kepercayaan konsumen luar.
 Terdapat 3 kebijakan menarik yang dilakukan di Jawa Barat untuk menjaga
ketahanan pangan. Kebijakan itu antara lain :
Menciptakan Program Desa Unggulan
lebih dari 74% (3.969 desa) desa unggulan fokus pada padi sebagai
unggulan produk utama.

Meningkatkan Kesejahteraan Petani


Menciptakan Program Pertanian yang Berkelanjutan

 Dokumen-dokumen persyaratan yang diperlukan antara lain :


b) Kentang (kategori bebas)
 Produksi kentang Jawa Barat mencapai 196.856 ton, yang menjadikan Jawa Barat
menjadi salah satu produsen utama kentang nasional. (Sumber: Badan Pusat
Statistik, Agustus 2022).
 Tersedianya luas panen kentang sekitar 8500-an hektar, Kabupaten Garut dan
Kabupaten Bandung menjadi 2 daerah penyokong utama produksi kentang dari
Jawa Barat dengan total produksi mencapai 180.000 ton atau >90% produksi
kentang Jawa Barat. (Sumber: Data luas panen kentang berdasarkan
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat — Open Data Jabar, Agustus 2022).

 Produksi kentang di Jawa Barat telah diekspor ke AS, Tiongkok dan Singapura.
 Persyaratan ekspor karantina tumbuhan dan produk tumbuhan ditetapkan untuk
mengatur pengeluaran media pembawa berupa tumbuhan dan produk tumbuhan
dari dalam wilayah negara Republik Indonesia serta mencegah keluarnya
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dari dalam wilayah negara Republik
Indonesia ke luar negeri. Persyaratan Karantina Tumbuhan untuk Ekspor
Tumbuhan dan Produk Tumbuhan :
Disertai Phytosanitary Certificate (PC) yang diterbitkan Badan Karantina
Pertanian;
Dikeluarkan melalui tempat pengeluaran yang telah ditetapkan;
Dilaporkan dan diserahkan kepada Pejabat Karantina Tumbuhan di tempat
pengeluaran untuk keperluan tindakan karantina tumbuhan.
c) Jahe (kategori bebas)
 Kabupaten Bandung, Jawa Barat, merupakan salah satu wilayah produktif
penghasil komoditas hortikultura di Indonesia.
 Badan Karantina Pertanian (Barantan) melepas ekspor 54 ton jahe senilai 680 juta
di Rancaekek, Kabupaten Bandung → Pada golongan tanaman biofarmaka, jahe
menjadi komoditi ekspor Indonesia terbesar.
 Berkualitas lebih baik dibandingkan dengan negara lain.
 Persyaratan ekspor karantina tumbuhan dan produk tumbuhan ditetapkan untuk
mengatur pengeluaran media pembawa berupa tumbuhan dan produk tumbuhan
dari dalam wilayah negara Republik Indonesia serta mencegah keluarnya
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dari dalam wilayah negara Republik
Indonesia ke luar negeri. Persyaratan Karantina Tumbuhan untuk Ekspor
Tumbuhan dan Produk Tumbuhan :
Disertai Phytosanitary Certificate (PC) yang diterbitkan Badan Karantina
Pertanian;
Dikeluarkan melalui tempat pengeluaran yang telah ditetapkan;
Dilaporkan dan diserahkan kepada Pejabat Karantina Tumbuhan di tempat
pengeluaran untuk keperluan tindakan karantina tumbuhan.

d) Susu (kategori bebas)


 Mendapatkan supply dari daerah Pangalengan, penghasil perah susu terbesar di
Jawa Barat.

 Kebutuhan susu di beberapa negara memiliki banyak permintaan.

 Didukung pemerintah dalam aktivitas ekspor hasil produk susu khususnya anak
muda.
 Semenjak covid-19 terjadi, masyarakat dunia menjadi peduli dengan kesehatan
dengan meningkatkan konsumsi susu untuk vitamin harian.
 Persyaratan: SIUP, NIB, dan rekomendasi dari mentri pertanian.
e) Kopi (kategori dibatasi)
 Lokasi pengembangan industri kopi yang luas di Indonesia

 Mempunyai lahan kopi sendiri di kaki Gunung Rakutak di Kecamatan Pacet Kab.
Bandung.
 Jenis kopi arabica dan robusta adalah jenis kopi paling diminati dunia.
 Memperkenalkan UMKM sector kopi ke kancah internasional.
 Syarat perizinan:
Surat keterangan asal (SKA)/ certificate of origin
Regulasi lembaga terkait
Ketentuan negara tujuan ekspor missal tingkat residu maksimalregulasi
komisi eropa
ETK dan EKS
f) Kerudung (kategori bebas)
 Mengambil supply dari Rancaekek Kab. Bandung sebagai penghasil pabrik tekstil
di Jawa Barat khususnya kerudung.
 Indonesia sebagai identitas salah satu negara muslim terbanyak di dunia.
 Permintaan kerudung yang cukup tinggi khususnya pada negara negara muslim
lainnya.
 Prospek produk busana muslim dangat baik.
 Sekarang trend hijab menjadi unirsal sebagai fashion.
 Persyaratan ekpor tekstil sama dengan dokumen umum lainnya seperti SIUP, IUI,
dan TDP.
g) Jagung (Kategori bebas)
 Jawa Barat menjadi provinsi dengan produktivitas jagung tertinggi secara
nasional, yakni 69,97 ku/ha. Posisi kedua ditempati Banten dengan produktivitas
jagung sebesar 68,06 ku/ha. Setelahnya ada Sumatera Selatan dengan
produktivitas jagung sebesar 67.72 ku/ha.
 Mensejahterakan kehidupan dan perekonomian petani local
 Mengingat nilai Ekspor jagung Indonesia lebih kecil di bandingkan dengan nilai
Impor jagung yang tinggi.
 Kekurangan jagung Nasional. Dengan adanya ekspor jagung, setidaknya akan
banyak petani petani jagung baru yang lahir. Dengan begitu stok jagung Nasional
pun bisa stabil juga.
h) Teh (Kategori bebas)
i) Batik Aksara Sunda (Kategori bebas)
 Memperkenalkan budaya asli bangsa Indonesia ke kancah dunia. Bahkan batik
sendiri sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan Dunia
 Mensupport produk lokal untuk bersaing di pasar global
 Mendongkrak UMKM di sektor industri tekstil
j) Gula Semut (Kategori bebas)
 Peluang ekspor yang menjanjikan. (Kepala Badan Karantina Pertanian Kementan
Ali Jamil mengatakan, berdasarkan data Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Cilacap, ekspor gula kelapa pada tahun 2015 sebanyak 87 ton, tahun 2016
sebanyak 237 ton, tahun 2017 sebanyak 649 ton, tahun 2018 sebanyak 580 ton,
tahun 2019 sebanyak 744 ton, dan pada tahun 2020 sejak 1 Januari hingga 13 Juni
sebanyak 471 ton. Kata dia, volume ekspor tahun 2020 selama bulan Januari
sampai dengan 13 Juni 2020 telah mencapai 471 ton)
 Meningkatkan kesejahteraan petani gula
 Memiliki harga yang tinggi dibanding dengan gula cetak

B. MANFAAT BERGABUNGNYA WTO (World Trade Organization) BAGI


INDONESIA
1. Meningkatkan kinerja, khususnya bagi Indonesia dapat menjamin terciptanya
lapangan pekerjaan, meningkatkan produksi dan perdagangan dan mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya dunia.
2. Mendapat perlindungan dari kecurangan perdagangan serta diskriminasi kebijakan.
3. Memudahkan untuk menjalin hubungan dagang dengan negara-negara anggota. 
4. Meningkatkan perekonomian dalam negeri.
5. Jaringan perdagangan yang luas dengan berbagai negara di dunia.
6. Mengakselerasi ekspor dan meningkatkan investasi di segala bidang.

C. USAHA PEMERINTAH DALAM UPAYA MENDORONG EKSPOR DALAM


NEGERI
1. Meningkatkan efisiensi proses perijinan bisnis (simplifikasi prosedural untuk
menekan biaya dan waktu) dilakukan dengan cara:
a. Mengurangi Komoditi yang Wajib Laporan Surveyor (LS)
b. Mengurangi Lartas Eksporlainnya (ET, TPP, SPE)
c. Memfasilitasi penerbitan Certificate of Origin/SKA (tidak perlu legalisasi
Kementerian Luar Negeri
d. Efisiensi logistic (sistem DO online, relaksasi prosedur ekspor otomotif, dan
otomotif center)
2. Memperkuat daya saing produk olahan ekspor nonmigas.
3. Mendorong strategi reindustrialisasi.
4. Penyediaan saranan layanan/fasilitasi investasi, yang memberikan kemudahan bagi
pelaku usaha asing dan domestik untuk berinvestasi dan berusaha di seluruh wilayah
Indonesia secara berimbang.
5. Pemerintah melalui LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia) yang
bekerjasama dengan Keamentrian Dalam Negeri dan lembaga serta institusi lainnya
memberikan dukungan terhadap UMKM sehingga mampu mengembangkan produk
berorientasi ekspor serta mewujudkan iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan
ekspor nasional melalui program khusus rintisan eksportirh baru (CPNE).
6. Diplomasi ekonomi dan peningkatan akses pasar
a. Diplomasi pengenaan Tarif Preferensi Free Trade Area (FTA)
b. Penyelesaian sengketa dagang
c. peningkatan akses pasar ekspor(non-tradisional market)
d. Penguatan Market Intelegence di luar negeri

Anda mungkin juga menyukai