PENDAHULUAN
1
2
2021). Cengkeh menjadi salah satu produk potensial pada subsektor perkebunan
yang dapat dimaksimalkan untuk mendukung kinerja ekspor Indonesia.
Pada Gambar 1.1, terlihat bahwa di tahun 2018 ekspor Cengkeh Indonesia
berada di peringkat kedua dengan volume mencapai 20.249 ton. Peringkat
pertama masih ditempati Madagaskar dengan volume ekspor 20.960 ton.
Peringkat tiga, empat dan lima secara berurutan ditempati oleh Singapura,
Comoros dan Brazil dengan volume ekspor 10,429 ton, 4,697 ton dan 2,940 ton
(FAOSTAT, 2021). Madagaskar yang merupakan peringkat teratas eksportir
Cengkeh dunia menjadi pesaing bagi Indonesia dan patut dipertimbangkan
sebagai kompetitor di pasar internasional. Berdasarkan data dari Trade Map
(2021), dalam kurun 2008-2018 cengkeh Indonesia dan Madagaskar diminati
oleh berbagai negara seperti Singapura, India, Vietnam, Uni Emirat Arab, Arab
Saudi, dan Amerika Serikat.
Berikut data mengenai produksi dan luas areal panen Cengkeh Indonesia
dan Madagaskar yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.
3
Tabel 1.1 Produksi dan Luas Areal Panen Cengkeh Indonesia dan Madagaskar
(Ton/Ha) (2014-2018)
Indonesia Madagaskar
Tahun Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi
(Ha) (Ton) (Ha) (Ton)
2014 510.174 122.134 69.062 20.697
2015 535.694 139.641 71.302 21.864
2016 545.025 139.611 74.580 23.245
2017 559.566 113.178 78.500 24.866
2018 569.052 131.014 73.433 23.634
Sumber: FAOSTAT, 2021 ( diolah)
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa produksi Cengkeh Indonesia
dalam kurun waktu 2014-2018 mengalami fluktuasi. Produksi Cengkeh terbesar
berada di tahun 2015 dengan angka 139.641 ton. Ketidakstabilan produksi
Cengkeh ini disebabkan oleh beberapa permasalahan antara lain sempitnya areal
kebun per petani Cengkeh dan biasanya tanaman Cengkeh sudah tua disertai
dengan produktivitas yang rendah karena penanganan pascapanen masih
dilakukan dengan cara tradisional (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2019).
Dikutip dari Rhezamayye & Amir (2020), fluktuasi produksi Cengkeh Indonesia
disebabkan oleh kehadiran pabrik rokok kretek yang membuat produksi cengkeh
nasional terserap di pasar domestik. Lebih dari 80% produksi Cengkeh tanah air
dikonsumsi oleh pabrik rokok kretek (PRK) sebagai bahan baku utamanya
sehingga berpengaruh terhadap jumlah ekspor Cengkeh (Hidayah dkk, 2022).
Adapun luas panen Cengkeh Indonesia cenderung mengalami kenaikan
dengan capaian panen terluas pada tahun 2018 sebesar 569.052 Ha. Hal ini
dikarenakan program pemerintah yang sadar akan pentingnya swasembada
cengkeh. Pemerintah Indonesia menyadari bahwa semakin meningkatnya luas
areal perkebunan cengkeh di Indonesia maka dapat semakin meningkatkan
produksi cengkeh Indonesia (Nababan, 2020).
Berbeda dengan Indonesia, luas areal panen dan produksi Cengkeh
Madagaskar cenderung mengalami kenaikan hingga tahun 2017, namun
mengalami penurunan pada tahun 2018. Menurut USAID (2018), penurunan
produksi Cengkeh ini disebabkan oleh berbagai macam bencana di wilayah
Madagaskar Tenggara seperti topan Enawo di Timur Laut, serta banjir dan angin
puting beliung yang merusak tanaman Cengkeh sehingga berdampak pada
penurunan produksi.
4
1. Data dalam penelitian merupakan data sekunder yang diambil dari buku,
jurnal maupun situs-situs internet penyedia data statistik seperti Food and
Agriculture Organization Statistics (FAOSTAT), Trade Map, United.
Nation. Commodity. Trade (UN. COMTRADE.), Badan. Pusat. Statistik.
(BPS), Direktorat. Jenderal. Perkebunan. (Ditjenbun.) dan. instansi lain.
2. Komoditas yang dianalisis yaitu tanaman Cengkeh dengan kode
Harmonized System (HS) 0907 (Cengkeh utuh, bunga dan tangkai).
3. Negara tujuan ekspor pada penelitian ini terdiri dari enam negara, yaitu
Amerika Serikat, Arab Saudi, India, Singapura, Uni Emirat Arab dan
Vietnam.
4. Jenis data pada penelitian hanya dibatasi pada nilai ekspor dan impor
komoditas Cengkeh Indonesia dan Madagaskar serta merupakan data time
series dari tahun 2008 hingga 2018.
Revealed Indeks.
Export Product
Comparative Spesialisasi.
Dynamics (EPD)
Advantage (RCA) Perdagangan (ISP)
7
8
iklim dengan suhu antara 21°-29° C dengan curah hujan yang merata sepanjang
tahun (Siswoputranto, 1976). Adapun untuk kondisi tanah yang dikehendaki
tanaman Cengkeh yaitu berupa tanah dengan struktur gembur dan solum yang
dalam serta tingkat keasaman tanah (pH) berkisar 5,5-6,5. Selain itu, Cengkeh
juga menyukai tanah dengan drainase yang baik (Suwarto, 2014).
Berbagai manfaat dimiliki oleh tanaman Cengkeh, di antaranya sebagai
rempah-rempah, bahan campuran rokok kretek atau bahan dalam pembuatan
minyak atsiri. Cengkeh juga banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di
negara-negara Asia dan Eropa. Minyak Cengkeh yang berasal dari bunga Cengkeh
juga digunakan dalam industri farmasi dan industri makanan (Suwarto, 2014).
dapat diartikan sebuah transaksi di mana ada proses tukar menukar baik barang
maupun jasa dan hal ini dilakukan dengan kehendak masing – masing pihak yang
bertransaksi. Dalam kegiatan ini pelaku bebas menentukan untung maupun
ruginya dari pertukaran tersebut (Boediono, 2000).
Dalam kegiatan perdagangan internasional oleh negara-negara di dunia,
tentunya terdapat pendorong untuk melakukan kegiatan tersebut. Berikut
merupakan beberapa faktor penting dilakukannya perdagangan internasional
a. Memperoleh barang yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri.
b. Mengimpor teknologi yang lebih modern dari negara lain.
c. Memperluas pasar produk-produk dalam negeri
d. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi (Sukirno, 2004).
Ada beberapa dampak yang ditimbulkan oleh adanya perdagangan
internasional. Dengan dilakukannya perdagangan internasional jelas menimbulkan
dampak bagi kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual ataupun beli.
Adapun dampaknya sebagai berikut (Fitirani, 2019):
1. Perdagangan internasional yang dilakukan oleh negara-negara yang ada di
dunia saat ini, dapat menimbulkan percepatan yang cukup besar dalam
ekonomi global.
2. Perkembangan yang cukup pesat dalam perdagangan internasional, dapat
mengubah pola pikir politik maupun ekonomi yang sebelumnya tidak
ingin melakukan perdagangan dan hanya bertumpu pada melimpahnya
hasil produksi dalam negeri (keunggulan absolut) sebagai konsumsi utama,
pada akhirnya berspesialisasi dan menjual ke luar negeri. Keunggulan
absolut yang dimiliki oleh negara tersebut bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dibandingkan hanya mengandalkan pasar
domestik saja.
3. Dalam kegiatan perdagangan yang ada, dapat menimbulkan peningkatan
hubungan yang baik antara suatu negara dengan negara lain.
2.1.3 Ekspor
Menurut Undang-Undang Perdagangan tahun 1996 tentang Ketentuan
Umum di Bidang Ekspor, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari
10
daerah pabean. Keluar dari daerah pabean berarti keluar dari daerah yurisdiksi
Indonesia. Sedangkan menurut Amir (1999), ekspor adalah barang dan jasa yang
dijual kepada negara asing untuk ditukarkan dengan barang lain (produk, uang).
Ekspor (export) adalah berbagai macam barang dan jasa yang di produksi
di dalam negeri lalu dijual diluar negeri (Mankiw, 2006). Ditinjau dari sudut
pengeluaran, ekspor merupakan salah satu faktor penting dari Gross National
Product (GNP), sehingga dengan berubahnya nilai ekspor maka pendapatan
masyarakat secara langsung juga akan mengalami perubahan. Dilain pihak,
tingginya ekspor suatu negara akan menyebabkan perekonomian tersebut akan
sangat sensitif terhadap keguncangan-keguncangan atau fluktuasi yang terjadi di
pasaran internasional maupun di perekonomian dunia (Andri, 2015).
Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah
negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada
gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan
tingkat output yang lebih tinggi maka lingkaran setan kemiskinan dapat
dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2002).
Suatu negara dapat mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila
barang tersebut diperlukan negara lain dan mereka tidak dapat memproduksi
barang tersebut atau produksinya tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri.
Faktor yang lebih penting lagi adalah kemampuan dari negara tersebut untuk
mengeluarkan barang-barang yang dapat bersaing dalam pasaran luar negeri.
Maksudnya, mutu dan harga barang yang diekspor tersebut haruslah paling sedikit
sama baiknya dengan yang diperjualbelikan dalam pasaran luar negeri. Cita rasa
masyarakat di luar negeri terhadap barang yang dapat diekspor ke luar negara
sangat penting peranannya dalam menentukan ekspor suatu negara. Secara umum
boleh dikatakan bahwa semakin banyak jenis barang yang mempunyai
keistimewaan yang sedemikian yang dihasilkan oleh suatu negara, semakin
banyak ekspor yang dapat dilakukan (Sukirno, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi volume dan nilai ekspor suatu negara
tergantung pada pendapatan dan output luar negeri, nilai tukar uang (kurs) serta
harga relatif antara barang dalam negeri dan luar negeri. Apabila output luar
negeri meningkat, atau nilai tukar terhadap mata uang negara lain menurun, maka
11
volume dan nilai ekspor suatu negara akan cenderung meningkat, demikian juga
sebaliknya. Selain itu, pilihan antara barang dalam negeri dan barang luar negeri
berkaitan dengan harga relatif kedua barang tersebut. Bila harga suatu barang
buatan dalam negeri meningkat secara relatif terhadap harga barang luar negeri,
maka penduduk tersebut akan cenderung membeli lebih banyak barang luar
negeri. Sehingga jumlah dan nilai ekspor akan dipengaruhi oleh harga relatif
antara barang-barang dalam negeri dan luar negeri, yang pada gilirannya akan
tergantung dari harga dalam negeri, harga internasional dan nilai tukar uang
rupiah terhadap dollar (Samuelson & Nordhaus, 1994).
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing adalah sebagai
berikut :
a. Mengusahakan rasionalisasi dalam biaya produksi dan tata niaga barang-
barang ekspor.
b. Menyederhanakan atau menghapuskan perijinan yang dirasakan tidak
sesuai lagi.
c. Menyederhanakan prosedur lalu-lintas barang dan dokumen.
d. Mengusahakan tercapainya uang tambang yang bersaing dibandingkan
dengan negara-negara pesaing.
e. Menyempurnakan sistem pemberian Sertifikat Ekspor (SE) dengan cara
menyederhanakan prosedur penetapan SE dan memperluas jenis barang
yang diberikan fasilitas SE.
Nurayati (2015) menyatakan bahwa daya saing dapat dilihat dari dua
indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Salah satu
pengemuka yang mengembangkan teori keunggulan komparatif yakni David
Ricardo. Sedangkan Michael E. Porter dalam bukunya berjudul Competitive
Advantage of Nation, mengembangkan teori keunggulan kompetitif. Konsep daya
saing dari uraian tersebut berarti keunggulan suatu wilayah atau barang
dibandingkan dengan wilayah atau barang lain. Pengertian daya saing mengacu
pada kemampuan suatu negara untuk memasarkan produk yang dihasilkan negara
itu terhadap kemampuan negara lain (Silalahi, 2007).
1. Teori Keunggulan Komparatif
Menurut Boediono (1997), tinggi rendahnya keunggulan komparatif
produk akan mempengaruhi ekspor dan impor suatu negara. Produk yang
memiliki keunggulan komparatif tinggi cenderung akan diekspor dan sebaliknya
produk dengan keunggulan komparatif rendah akan diimpor. Selain menimbulkan
perdagangan antarnegara, keunggulan komparatif juga menyebabkan timbulnya
manfaat yang dirasakan oleh negara yang melaksanakan. Nopirin (2011)
menyatakan bahwa produk yang memiliki keunggulan komparatif tinggi atau
paling besar adalah produk yang mengeluarkan biaya produksi rendah dan nilai
ekspor yang tinggi.
13
(X) Pangsa
pasar ekspor
ekspor dan impor (dilakukan oleh suatu negara produsen dengan komoditas
tertentu). Menurut Tambunan (2004), ISP ini memiliki 5 tahapan, yaitu:
1) Tahap. Pengenalan.
Tahapan sebuah negara industri (negara A/forerunner) melakukan ekspor
produk/barang baru dan negara industri pendatang (negara B/latecomer)
mengimpor produk/barang dari negara forerunner. Maka nilai ISP negara
latecomer adalah -1,00 sampai -0,50.
2) Tahap Substitusi Impor
Beberapa hal yang terjadi pada negara B pada tahap ini yaitu daya saing
rendah, lebih banyak mengimpor daripada mengekspor akibat produksi
yang belum memenuhi untuk ekspor. Nilai ISP berada pada -0,51 sampai
0,00.
3) Tahap Pertumbuhan
Pada tahap ini, industri negara B mulai membaik ditandai dengan produksi
dengan skala besar sehingga ekspor ikut meningkat. Selain itu, penawaran
atas suatu produk/barang di pasar dalam negeri menjadi lebih banyak
daripada permintaan. Sehingga pada tahap ini, Nilai ISP naik menjadi 0,01
sampai 0,80.
4) Tahap Kematangan/Kemandirian
Tahap kematangan pada suatu industri negara (negara B), ditandai dengan
hal-hal yang menyangkut teknologi produk yang telah distandarisasi. Nilai
ISP berada di antara 0,81 sampai 1,00.
5) Tahap Kembali Mengimpor
Pada tahap ini, industri negara B kembali kalah bersaing dengan industri
negara A di pasar domestik akibat produksi dalam negeri yang lebih
rendah dari permintaan dalam negeri. Akibatnya, nilai Indeks Spesialisasi
Perdagangan (ISP) mengalami penurunan kembali di kisaran angka 1,00
sampai 0,00.
17
19
20
Cengkeh dengan kode Harmonized System (HS) 0907 (Cengkeh utuh, bunga dan
tangkai) dari Indonesia dan Madagaskar ke enam negara tujuan ekspor yakni
Amerika Serikat, Arab Saudi, India, Singapura, Uni Emirat Arab dan Vietnam.
RCA lebih dari satu (>1) berarti produk/komoditas suatu negara memiliki
keunggulan daya saing di. atas. rata-rata. dunia. Jika angka RCA memiliki angka
kurang .dari. satu. (<1), berarti keunggulan daya saing yang dimiliki negara
terhadap produk/komoditas berada di bawah rata-rata dunia atau juga bisa
dikatakan tidak memiliki keunggulan komparatif atau memiliki daya saing lemah
sehingga tidak berspesialisasi di kelompok komoditas yang bersangkutan
(Apriansyah, 2019).
Selanjutnya, analisis Export Product Dynamics (EPD) digunakan untuk
menganalisis dan mengidentifikasi keunggulan komparatif dan kompetitif produk
atau komoditi yang mempunyai daya kompetitif tertinggi serta pertumbuhan
produk atau barang yang cepat pada arus perdagangan ekspor dalam suatu negara.
Dengan kata lain, EPD menunjukkan gambaran umum mengenai dinamis
(pertumbuhan nya cepat) atau tidaknya performa suatu komoditas pada arus
perdagangan dunia pada suatu periode tertentu yang dikategorikan pada empat
posisi pasar yaitu rising star, falling star, lost opportunity dan retreat. Melalui
analisis EPD, berikut adalah uraian rumus umum yang digunakan.
Sumbu X : Pertumbuhan pangsa pasar ekspor negara i =
Keterangan:
Xivj = Nilai ekspor Cengkeh dari Indonesia/Madagaskar ke negara tujuan (US$)
Wivj = Nilai ekspor Cengkeh dari dunia ke negara tujuan (US$)
Xivt = Nilai ekspor total seluruh komoditas dari Indonesia/Madagaskar ke negara
tujuan (US$)
Wt = Nilai ekspor total seluruh komoditas dari dunia ke negara tujuan (US$)
t = Tahun ke-t
23
250.000.000
200.000.000
Nilai Ekspor (US$)
150.000.000
100.000.000
50.000.000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
Indonesia Madagaskar
Gambar 4.1 Nilai Ekspor Cengkeh (HS 0907) Indonesia dan Madagaskar Tahun
2008-2018
24
25
US$ pada tahun 2017. Jika dibandingkan nilai rata-ratanya, nilai ekspor Cengkeh
Indonesia masih sangat jauh di bawah Madagaskar. Hal ini berkaitan dengan
volume ekspor yang juga berada di bawah Madagaskar dan disebabkan oleh
produksi Cengkeh Indonesia yang mengalami beberapa permasalahan seperti
sempitnya areal tanam Cengkeh, tanaman Cengkeh sudah tua disertai dengan
produktivitas yang rendah karena penanganan pascapanen masih dilakukan
dengan cara tradisional (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2019).
Berfluktuasinya nilai ekspor Cengkeh selaras dengan berfluktuasinya
produksi komoditas Cengkeh di dalam negeri. Berdasarkan data yang dihimpun
dari BPS (2020), produksi komoditas rempah Indonesia memiliki nilai rata-rata
pertumbuhan yang positif dalam kurun waktu 2008 hingga 2018. Salah satu
komoditas yang menyumbang nilai positif yaitu komoditas Cengkeh dengan rata-
rata pertumbuhan sebesar 7,17%.
35.000.000
30.000.000
Volume Ekspor (kg)
25.000.000
20.000.000
15.000.000
10.000.000
5.000.000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
Indonesia Madagaskar
Gambar 4.2 Tren Ekspor Cengkeh (HS 0907) Indonesia dan Madagaskar Tahun
2008-2018
Tren ekspor Cengkeh dunia untuk Indonesia dan Madagaskar pada periode
2008-2018 mengalami fluktuasi. Ekspor Cengkeh Indonesia ke pasar global
cenderung konstan dan menunjukkan peningkatan di beberapa tahun terakhir. Di
tahun 2018 capaian volume ekspor Cengkeh Indonesia mencapai 20.249.116 kg
atau naik 44,8% dari tahun sebelumnya. Sedangkan di tahun yang sama, volume
26
Tabel 4.1 Nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) Produk Cengkeh (HS
0907) Indonesia dan Madagaskar ke Pasar Dunia Tahun 2008-2018
Nilai RCA
Tahun
Indonesia Madagaskar
2008 0,21 0,75
2009 0,62 1,67
2010 2,17 0,87
2011 0,26 1,13
2012 2,91 1,93
2013 1,35 0,50
2014 1,14 0,78
2015 1,59 1,45
2016 0,83 0,79
2017 0,51 1,04
2018 4,15 0,73
Rata-Rata 1,43 1,06
Sumber: UN Comtrade 2021 (diolah)
Tabel 4.3 Nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) Produk Cengkeh (HS
0907) Madagaskar ke Negara Tujuan Tahun 2008-2018
Negara Tujuan
Tahun Uni
Amerika Arab
Singapura India Vietnam Emirat 6 Negara
Serikat Saudi
Arab
2008 0,98 0,49 1,53 0,65 2,13 1,86 0,98
2009 0,71 2,96 1,44 1,25 0,53 0,58 0,71
2010 2,32 0,15 0,41 5,57 0,38 0,89 2,32
2011 0,19 6,12 0,40 2,23 2,16 1,51 0,19
2012 1,73 0,99 0,96 0,59 12,24 0,77 1,73
2013 1,62 1,26 1,19 0,15 0,18 0,67 1,62
2014 0,96 0,61 0,91 1,22 0,60 0,73 0,96
2015 0,92 0,71 1,78 0,69 1,54 1,08 0,92
2016 0,57 0,75 0,55 0,53 0,42 0,63 0,57
2017 1,10 1,58 1,61 0,69 0,12 0,64 1,10
2018 1,45 1,03 1,15 0,34 1,25 0,52 1,45
Rata-
Rata
1,14 1,51 1,08 1,27 1,96 0,90 1,14
Sumber: UN Comtrade 2021 (diolah)
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Tabel 4.3, dapat dilihat perbandingan nilai
RCA komoditas Cengkeh HS 0907 antara Indonesia dan Madagaskar periode
tahun 2008 hingga 2018 ke enam negara tujuan. Cengkeh Indonesia dan
Madagaskar sama-sama memiliki daya saing yang kuat ditandai dengan nilai rata-
rata positif lebih dari 1 yakni 1,91 dan 1,14. Nilai RCA yang positif untuk
komoditas Cengkeh Indonesia selaras dengan penelitian Tupamahu (2015) tentang
analisis daya saing Cengkeh di pasar internasional dalam kurun waktu 1980-2012
di mana nilai rata-rata RCA untuk ekspor Cengkeh adalah sebesar 6.910. Nilai
RCA Madagaskar bernilai positif juga disebutkan pada hasil penelitian Zuhdi &
Rambe (2021), pada periode tahun 2001-2019 RCA Madagaskar memiliki nilai
rata-rata positif sebesar 2.622.
posisi pasar berada pada posisi yang paling ideal atau tertinggi. Sementara
retreat, merupakan kondisi permintaan dan penawaran suatu produk tidak lagi
terjadi/diinginkan oleh pasar. Adapun data mengenai perbandingan nilai EPD
produk Cengkeh antara Indonesia dan Madagaskar di enam negara tujuan ekspor
dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.4 Nilai EPD (Export Product Dynamics) Produk Cengkeh (HS 0907)
Indonesia ke Negara Tujuan Tahun 2008-2018
EPD
Negara Tujuan Pertumbuhan pangsa Pertumbuhan pangsa Posisi EPD
pasar ekspor (%) pasar produk (%)
Singapura 0,03991 -0,00155 Falling Star
India 0,01555 0,04350 Rising Star
Vietnam 0,46229 -0,00004 Falling Star
Amerika Serikat 0,01755 0,00008 Rising Star
Uni Emirat Arab 0,04175 -0,00039 Falling Star
Arab Saudi -0,01219 140,63619 Lost Opportunity
Sumber: UN Comtrade 2021 (diolah)
Pada tabel 4.4, hasil analisis EPD untuk produk Cengkeh (HS 0907) oleh
Indonesia menempati tiga posisi. India dan Amerika Serikat menempati posisi
rising star, Arab Saudi berada di posisi lost opportunity, serta posisi falling star
ditempati Singapura, Vietnam dan Uni Emirat Arab.
Produk Cengkeh (HS 0907) Indonesia yang berada pada posisi lost
opportunity ditandai dengan adanya penurunan pangsa pasar ekspor di Arab Saudi
sebesar 0,01219% yang berarti bahwa Cengkeh Indonesia kehilangan kesempatan
untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor di pasar tersebut. Pada tahun 2008 dan
2011 produksi Cengkeh Indonesia mengalami penurunan sebesar 12,27% dan
26,57% (Nurhayati dkk, 2018). Penurunan tersebut menjadi salah satu penyebab
hilangnya pangsa pasar ekspor Cengkeh Indonesia. Data dari Direktorat Jenderal
Perkebunan (2012), menunjukkan bahwa produktivitas rata-rata Cengkeh nasional
masih di bawah potensinya yaitu antara 260-360 kg/ha selama periode tahun
2008-2011 dari potensi sebesar 500-600 kg/ha. Rendahnya produktivitas ini
disebabkan oleh banyaknya tanaman tua dan rusak akibat serangan hama dan
penyakit, kondisi tanaman kurang optimal (kurangnya pemeliharaan dan ditanam
31
Tabel 4.5 Nilai EPD (Export Product Dynamics) Produk Cengkeh (HS 0907)
Madagaskar ke Negara Tujuan Tahun 2008-2018
EPD
Negara Tujuan Pertumbuhan pangsa Pertumbuhan pangsa Posisi EPD
pasar ekspor (%) pasar produk (%)
Singapura -0,010431 -0,000004 Retreat
India 0,026711 0,000011 Rising Star
Vietnam 0,063730 0,000006 Rising Star
Amerika Serikat -0,022311 0,000004 Lost Opportunity
Uni Emirat Arab -0,007757 0,000029 Lost Opportunity
Arab Saudi -0,019205 0,0000003 Lost Opportunity
Sumber: UN Comtrade 2021 (diolah)
Hasil analisis EPD pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa produk Cengkeh
(HS 0907) oleh Madagaskar menempati tiga posisi, yaitu rising star, retreat dan
32
lost opportunity. Posisi pasar yang paling ideal atau diinginkan yaitu rising star,
ditempati oleh India dan Vietnam. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan
nilai pada pangsa pasar ekspor maupun pangsa pasar produk. Selanjutnya posisi
pasar retreat yaitu posisi permintaan dan penawaran produk Cengkeh Madagaskar
tidak lagi diinginkan pasar, ditempati oleh Singapura yang ditandai dengan
penurunan pada pangsa pasar ekspor dan diikuti dengan penurunan pangsa pasar
produk. Kemudian kondisi pasar yang juga tidak disukai selain retreat yaitu lost
opportunity, ditempati oleh Amerika Serikat, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.
Pada kondisi tersebut menunjukkan bahwa pada periode 2008-2018, Cengkeh
Madagaskar mengalami penurunan pangsa pasar ekspor di pasar tersebut.
Penurunan pangsa pasar ekspor komoditas Cengkeh disebabkan oleh nilai
perbandingan ekspor cengkeh Madagaskar dengan ekspor cengkeh dunia di
pasar Amerika Serikat, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi pada tahun 2009, 2011,
2013 dan 2017 lebih kecil daripada nilai perbandingan ekspor cengkeh
Madagaskar dengan ekspor cengkeh dunia di ketiga pasar pada tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh terjadinya penurunan produksi Cengkeh
Madagaskar di tahun 2018 yakni dari 24.866 ton menjadi 23.634 ton sehingga
berdampak pada kegiatan ekspor Cengkeh Madagaskar di pasar global
(FAOSTAT, 2021). Hal lain penyebab menurunnya pangsa pasar ekspor Cengkeh
Madagaskar menurut data UN Comtrade (2021) di tahun 2016, Amerika Serikat,
Uni Emirat Arab dan Arab Saudi juga melakukan peralihan impor Cengkeh dari
Indonesia dan Brazil.
Dari uraian di atas, negara yang sama-sama menjadi tujuan ekspor
Cengkeh dan dapat dijadikan pasar potensial dalam rangka diversifikasi pasar
ekspor Cengkeh Indonesia dan Madagaskar adalah India. Menurut Sinaga & Fuadi
(2020), mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung rempah menjadi
kebiasaan bagi masyarakat India. India juga merupakan negara yang memiliki luas
wilayah dan jumlah populasi terbesar kedua di dunia, menjadikan negara India
sebagai negara tujuan utama pasar ekspor negara lain untuk peningkatan devisa
negara pengekspor Cengkeh. Selain itu, India tidak dapat memenuhi kebutuhan
Cengkeh di dalam negerinya sendiri.
33
Nilai ekspor rempah Indonesia ke India tahun 2018 untuk Cengkeh (HS
0907) tercatat sebesar 23.835.267 US$ dengan volume ekspor mencapai
4.490.243 kg (UN Comtrade, 2021). Dalam pengembangan ekspor Cengkeh
Indonesia ke India, dilakukan beberapa strategi agar India terus meningkatkan
permintaan impornya. Di antaranya dengan terus meningkatkan kualitas,
teknologi, jumlah produksi untuk mengontrol kebutuhan Cengkeh dalam negeri
dan harus semakin menjalin hubungan baik dengan India (Sinaga, 2020). Haryana
(2020) dalam penelitiannya juga menambahkan bahwa strategi yang dapat
dilakukan oleh Indonesia untuk meningkatkan daya saing ekspor Cengkeh yaitu
dengan melakukan kerjasama dengan perusahaan pengolahan Cengkeh di negara-
negara konsumen utama dan memperbaiki kondisi perekonomian nasional yang
mendukung komoditas Cengkeh.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan hal-hal berikut:
1. Pada periode tahun 2008-2018 perkembangan ekspor Cengkeh dilihat dari
besar rata-rata nilai dan volume ekspor diungguli oleh Madagaskar.
Madagaskar memperoleh rata-rata nilai ekspor sebesar 120.461.804 US$ dan
volume ekspor 17.031.622 kg sedangkan Indonesia memperoleh rata-rata
nilai ekspor sebesar 31.313.552 US$ dan volume ekspor 8.730.189 kg.
2. Daya saing ekspor Cengkeh Indonesia dan Madagaskar periode tahun 2008-
2018:
- Hasil perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA) menunjukkan
Indonesia dan Madagaskar memiliki nilai positif dan sama-sama berdaya
saing kuat. Untuk ekspor ke seluruh dunia, Cengkeh Indonesia dengan
nilai RCA 1,43 memiliki daya saing dan memperoleh nilai lebih tinggi
dibanding Madagaskar yaitu 1,06. Sedangkan untuk ekspor ke enam
negara tujuan, nilai rata-rata RCA juga diungguli oleh Indonesia dengan
nilai sebesar 1,91 dan Madagaskar sebesar 1,14.
- Nilai perhitungan Export Product Dynamics (EPD) menunjukkan bahwa
negara tujuan yang memiliki posisi rising star dan dapat dijadikan pasar
potensial dalam rangka diversifikasi pasar ekspor produk Cengkeh
Indonesia yaitu India dan Amerika Serikat. Sedangkan bagi Madagaskar
yaitu India dan Vietnam.
- Daya saing dilihat dari nilai perhitungan Indeks Spesialisasi Perdagangan
(ISP) menunjukkan bahwa produk Cengkeh Indonesia dan Madagaskar
memiliki daya saing kuat dan memiliki posisi yang menguntungkan
sebagai eksportir. Namun demikian, jika dibandingkan Indonesia masih
berada di bawah Madagaskar dengan nilai rata-rata ISP Indonesia sebesar
0,289 dan berada pada tahap pertumbuhan. Pada negara pembanding yaitu
Madagaskar, memiliki nilai ISP rata-rata sebesar 0,996 di mana dengan
nilai tersebut Madagaskar berada pada pada tahap kematangan/
kemandirian.
35
36
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan hal-hal berikut:
1. Dalam rangka peningkatan daya saing ekspor Cengkeh, dapat dilakukan
dengan memberikan nilai tambah, produktivitas, dan mutu melalui inovasi
teknologi diiringi dengan peningkatan kualitas serta memperbaiki
penanganan pasca panen tanaman Cengkeh.
2. Dalam rangka mengembangkan ekspor cengkeh, pemerintah dan eksportir
perlu mengetahui dan memilih pasar mana saja yang menjadi prioritas utama
serta pasar potensial untuk dikembangkan. Apabila pemerintah dan eksportir
akan melakukan pengembangan ekspor komoditas cengkeh, pemerintah
sebaiknya memprioritaskan pengembangan pada negara Singapura, India,
Vietnam, Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengubah tujuan ekspor (negara
selain Singapura, India, Vietnam, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Arab
Saudi), dengan tujuan untuk mengetahui daya saing ekspor Cengkeh
Indonesia di dunia dengan tujuan ekspor negara lain. Diharapkan juga untuk
mengubah atau menambah metode analisis daya saing pada negara lainnya
yang termasuk ke dalam top 5 exporters pada ekspor Cengkeh, serta
memperpanjang periode penelitian sehingga dapat mengetahui informasi
lebih detail bagaimana daya saing negara lain dalam ekspor Cengkeh.