DISUSUN OLEH:
ARI CAHYO SUMINAR
NIM. 18064020008
PENDAHULUAN
Indonesia salah satu produsen buah tropis yang beraneka ragam dan
dapat dihasilkan pada berbagai musim. Namun, keunggulan ini tak sehebat di atas
kertas, faktanya Indonesia salah satu negara importir buah yang tak sedikit.
Saat kita berkunjung ke toko retail atau tokoh buah, buah impor macam apel,
anggur, pir, hingga durian jadi pemandangan lazim. Beberapa buah impor punya
tampilan mulus, dengan rasa khas dan harga yang terjangkau menjadi daya
Indonesia jadi pasar yang cukup potensial buah impor, karena ada potensi
masih rendah. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), buah impor kode
Harmonized System (HS) 08—yang masuk ke Indonesia dalam tiga tahun terakhir
ini terus meningkat. Pada 2016, volume buah impor tercatat 399.050 ton, naik 9
persen dari 2015 sebanyak 365.870 ton. Pada tahun berikutnya, volume buah
impor melesat naik hingga 39 persen menjadi 549.754 ton dengan nilai US$1
miliar. Pada tahun ini, pertumbuhan buah impor juga masih konsisten mencatatkan
peningkatan. Hingga Juli 2018, volume buah impor tercatat 353.519 ton, naik 14
persen dari periode yang sama 2017 sebanyak 309.373 ton. Angka nilai impor juga
turut meningkat dari US$523 juta, naik 27 persen menjadi US$673 juta.
Adanya tren buah impor yang masuk itu, tidak berlebihan ada kekhawatiran
Indonesia akan menjadi pasar terbesar buah impor ke depannya, dan kian
1
2
menggeser buah-buah lokal. Di sisi lain, impor buah yang meningkat berbanding
ekspor buah Indonesia turun 8 persen menjadi 656.943 ton dari periode yang
sama 2016 sebanyak 716.602 ton. Volume yang turun juga menyebabkan nilai
ekspor melorot. Ekspor buah Indonesia tercatat US$447,15 juta, turun 5 persen
dari realisasi ekspor buah pada periode yang sama tahun lalu senilai US$470,41
juta. Jika membandingkan realisasi nilai ekspor dan impor buah, maka bisa
disimpulkan neraca dagang komoditas buah Indonesia tercatat defisit atau nilai
impor lebih besar ketimbang nilai ekspor buah. Nilai defisitnya sekitar US$226 juta.
Kondisi ini tentu menambah pelik persoalan Indonesia, di mana tengah terbelit
Beberapa BUMN seperti PTPN XII dan PTPN VIII sudah mengekspor
pisang mas kirana sejak beberapa tahun lalu. Sebelum BUMN didorong
konsep hamparan perkebunan yang luas. PT Nusantara Tropical Farm (NTF) yang
merupakan jaringan usaha Gunung Sewu Grup jadi contoh yang patut ditiru.
melalui bendera Sunpride dan Sunfresh di lahan 3.700 hektar di Lampung. Konsep
perkebunan buah dengan hamparan luas semacam ini masih bisa dihitung jari.
negara produsen buah tingkat dunia melalui produk nenas pineapple juice
dibudidayakan hanya ada lima jenis yang mengalami pertumbuhan luas panen dari
periode 2014-2015. Buah-buah itu adalah alpukat, durian, rambutan, apel, dan
manggis. Buah yang disebut terakhir ini pertumbuhan luas panennya paling tinggi,
mencapai 47 persen dari 15.600 hektar menjadi 22.377 hektar. Kenaikan ini
Baru beberapa tahun terakhir. Sementara itu, buah jeruk besar mengalami
penurunan luas panen paling tajam. Penurunannya 39 persen, dari 5.600 hektar
menjadi 3.400 hektar. Nasib serupa juga dialami anggur: turun 28 persen dari 219
hektar hanya jadi 157 hektar. Selebihnya ada buah salak, nanas, belimbing, dan
lainnya.
beberapa faktor yang mempengaruhi, yakni iklim, tenaga kerja, dan harga jual
komoditas yang dihasilkan petani. Tiga tahun lalu, BPS pernah merilis soal
penurunan pekerja sektor pertanian lintas bidang. Pada 2013, tercatat hanya ada
26,14 juta rumah tangga (RT) petani, turun sebanyak 5,10 juta rumah tangga atau
16,32 persen dibandingkan 2003. Data menunjukkan impor buah yang masuk ke
Hortikultura (RIPH) atau buka tutup kran impor buah sejak 2013. Sayangnya
BPS mencatat impor buah pada 2010 masih $685 juta, kemudian pada
2014 mencapai $804 juta atau naik 17 persen. Ini karena volumenya juga
mengalami kenaikan sekitar 3 persen dari 692.000 ton jadi 711.000 ton.
Sementara itu, ekspor buah hanya mencapai $210 juta pada 2014 alias mengalami
4
ekspor buah cenderung fluktuatif, bahkan masih jauh dari capaian terbaik pada
2012 yang sempat mencapai $244 juta. Pasar ekspor buah Indonesia paling
Nilai dan volume ekspor yang jauh lebih rendah dari impor ini menandakan
banyaknya pekerjaan rumah pemerintah, meski memang tak semua buah impor
yang masuk Indonesia bisa dihasilkan di dalam negeri. Faktanya, tak sedikit buah-
buah impor yang masuk justru sudah bisa dihasilkan di dalam negeri seperti
buahan di Indonesia
1.3. Tujuan
buahan di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
2. Kajian Teoritis
a. Perdagangan Dunia
250 tahun namun tidak tergoyahkan hingga saat ini. Teori konvensional
6
7
dan dunia.
bersedia membuka pasar dalam negeri bagi produksi negara lain dan
yang bersedia begitu saja membuka keran impor. Bahkan negara maju
seperti Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) yang merupakan
miskin, negara kaya semakin kaya. Ada kesan yang kuat bahwa
negara yang seperti itu tidak pernah menjadi pesaing atau ancaman
dunia yang bergabung dalam World Economic Forum (WOF) dan pihak
berdebat sengit antara pro dan kontra tentang peran pemerintah dalam
Katakanlah harga dunia yang terjadi adalah untuk satu unit apel
sama dengan satu unit jambu sehingga terbuka peluang bagi INA dan
ditukar dengan impor jambu sebanyak 20 unit (karena rasio harga jambu
dan apel satu). INA telah memenuhi kebutuhan konsumsi apel dan jambu
Demikian juga dengan THAI yang lebih baik memproduksi jambu saja
jambu surplus 4 unit. INA dan THAI jelas menikmati keuntungan dari
perdagangan internasional.
Teknologi).
atas tidak harus diciptakan sendiri oleh negara tersebut tetapi dapat
sama?
15
atau elemen M3T akan bergerak bebas antara satu negara dengan
negara lain. Setiap unsur M3T akan mencari posisi yang tepat sesuai
sebagainya.
D. Teori Impor
a. Pengertian Impor
c. Manfaat Impor
Ekpor dan impor memang menjadi aktifitas kegiatan dagang
secara internasional. Berikut merupakan manfaat dari melakukan
impor.
20
dengan buah impor. Selain itu potensi untuk ekspor produk buah-
buahan sangat terbuka lebar, saat ini Indonesia baru mampu
mengekspor beberapa jenis buah lokal saja.
Selama ini yang menjadi kendala bagi produksi buah di dalam negeri
adalah volume produksi yang tidak stabil. Jika dalam musim panen,
produksi buah akan meningkat. Tetapi kalau di luar musim panen,
produksinya akan turun. Selain itu, harganya akan anjlok saat panen
dan melonjak saat di luar musim.
Sebagai contoh, harga pasar mangga bisa merosot Rp 2.000 sampai
Rp 3.000 per kilogram. Salah satu cara untuk menyiasatinya dengan
memaksimalkan produksi mangga di luar musim dengan teknologi
tertentu, yakni pembungaan awal, ujar Nur. Teknologi pembungaan
awal dilakukan dengan pemakaian bertahap zat pengatur tumbuh
(ZPT). Untuk buah mangga, pohon yang tidak terawat hanya dapat
menghasilkan 20 kg buah per pohon. Padahal, rata-rata pohon mangga
bisa menghasilkan 40 kg buah per pohon. Produksi buah mangga di
Indonesia setiap tahun cenderung merosot.
PENUTUP
3. Kesimpulan
pertanian.
harus berpikir jangka Panjang kedepan. Salah satu saran yaitu dengan
baik ketika barrier tak mampu lagi menjaga mereka di era Liberalisme
27
28
buah lokal dan melindungi petani buah lokal dari gempuran produk buah
Gumiwang, R. (2018, September 25). Lonjakan Buah Impor Di Antara Tekanan WTO Dan
https://tirto.id/lonjakan-buah-impor-di-antara-tekanan-wto-dan-amerika-c134
PEN/MJL/47/VII/2017, D., & WARTA. (2017). Potensi Ekspor Buah Tropis Indonesia. In
Sinambela, M. (2015). Pengaruh buah impor terhadap daya saing buah lokal. Fakultas
Suhendra. (2016a, November 21). Buah Impor Merajalela, Pasokan Buah Lokal
https://tirto.id/buah-impor-merajalela-pasokan-buah-lokal-mengkeret-b5lU
30