Anda di halaman 1dari 11

The Journal of Agricultural Sciences - Sri Lanka

Vol. xx, No x, January 202x. Pp xx-xx


http://doi.org/10.4038/jas.v18i1.10099
Ekspor CPO Indonesia dan faktor yang mempengaruhinya perspektif Pandemi
Covid-19

E. Mayasari1* and T. Novianti2


Received:xxrd July 202x / Accepted: xxth October 202x

ABSTRACT
Purpose: Pandemi global, covid-19 berdampak pada hampir semua sektor terutama perekonomian tanpa
terkecuali perdagangan internasional komoditi pertanian. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas
yang memiliki peran penting di Negara Indonesia, saat ini Indonesia merupakan negara produsen
sekaligus eksportir minyak kelapa sawit terbesar di dunia, sehingga perlu kajian mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi ekspor Crude Palm Oil (CPO) dari perspektif pandemic Covid-19.

Research Method: Penelitian ini menggunakan data panel yang merupakan kombinasi data time series
dan data cross section. Data time series diambil dari tahun 2010-2018 (sebelum pandemi covid-19) dan
2019-2021 (pandemi covid-19). Data cross section berupa sepuluh negara tujuan ekspor utama CPO
yaitu India, China, Pakistan, Jerman, Italia, Belanda, Spayol, Singapura, Malaysia dan Kenya. Data
dianalisis menggunakan metode regresi data panel dengan variabel nilai ekspor CPO Indonesia sebagai
variabel dependent. Variabel independent terdiri dari GDP perkapita Negara importir, jumlah Populasi
Negara importir, exchange rate, Coverage ratio SPS dan dummy Covid-19.

Findings: Hasil estimasi model menunjukkan GDP perkapita Negara importer dan exchange rate
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap ekspor CPO Indonesia. Jumlah populasi Negara importer
dan penerapan kebijakan Sanitary and Phytosanitary (SPS) berpengaruh signifikan dan positif terhadap
ekspor CPO Indonesia, sedangkan variabel dummy pandemic Covid-19 tidak mempengaruhi ekspor CPO
di pasar Internasional.

Research Limitations: Keterbatasan pada data Covid-19 yang hanya menggunakan dummy tahun
terjadinya pandemic, sehingga kurang representative menggambarkan pandemic Covid-19.

Originality/ Value: Pemahaman mengenai factor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO Indonesia dari
perspektif Covid-19 khususnya dampak hambatan perdagangangan yang berkaitan dengan kesehatan
dan kebersihan (SPS) yang justru berdampak positif terhadap peningkatan ekspor CPO Indonesia.

Keywords: International trade, Sanitary and Phytosanitary, Crude Palm Oil, Covid-19, Indonesia

INTRODUCTION
Perdagangan Internasional adalah kegiatan perdagangan internasional berupa kegiatan ekspor
perdagangan yang melintasi batas negara. dan kegiatan impor. Produk yang dijual di
Perdagangan Internasional terjadi karena perdagangan internasional berupa barang dan jasa
perbedaan sumber daya alam, iklim, dan geografis (Krugman et al., 2019). Indonesia merupakan
lokasi, teknologi, upah pekerja antar negara. negara agraris dengan sebagian besar
Karena perbedaan-perbedaan ini, faktor-faktor perekonomiannya ditopang oleh sektor pertanian.
produksi bervariasi menurut negara, dan tidak
semua negara dapat memproduksi barang yang 1*
Department of Agricultural Economic, IPB University,Bogor,
sama. Perbedaan ini mendorong negara-negara Indonesia.
eva.mayasari27@gmail.com
untuk melakukan perdagangan internasional 2
Department of Agricultural Economic, IPB University,Bogor,
dengan tujuan untuk menguntungkan dan Indonesia
memenuhi kebutuhan negara. Kegiatan di https://orcid.org/0000-0003-4350-6493

1
Open Access Article
E. Mayasari and T.Novianti
Borah
Dimana subsektor tersebut adalah perkebunan signifikan terhadap 3 negara berikutnya yaitu
yang memberikan kontribusi besar bagi Guatemala, Colombia dan Papua Nugini. Secara
perekonomian Indonesia. Subsektor perkebunan berurutan total ekspor negara tersebut adalah
memiliki peran yang besar dalam menyediakan 865.000 ton metric (2%), 735.000 ton metrik (2%)
lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. dan 584.000 ton metric atau (1 %). Jumlah total
Pertumbuhan industri perkebunan sangat pesat ekspor negara lainnya rata-rata di bawah 500.000
jika dilihat dari peningkatan produksi dan ekspor. ton metrik.
Komoditas perkebunan tersebut antara lain karet,
kedelai, kelapa sawit, kakao, teh, dan kopi (Zuhdi Sebagai Negara produsen sekaligus eksportir CPO
et al., 2021). terbesar di dunia, CPO menjadi pokok bahasan
yang menarik untuk diteliti, telah banyak
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas penelitian sebelumnya yang membahas terkait
yang memiliki peran penting di Negara Indonesia faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO
Saat ini Indonesia merupakan negara produsen Indonesia. Menurut Sinaga et al. (2020) dalam
minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Luas total penelitiannya menyatakan bahwa faktor harga
perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun ekspor minyak sawit, produksi minyak sawit, nilai
2022 mencapai 15.380.981 Ha dengan total tukar Indonesia terhadap dollar US (IDR/USD),
produksi kelapa sawit Indonesia mencapai ekspor minyak sawit pada tahun sebelumnya
48.235.405 ton (Perkebunan, 2022). Produk berpengaruh signifikan pada tarap α = 0.20
kelapa sawit Indonesia menjadi salah satu terhadap ekspor minyak sawit Indonesia. Purba
komoditas unggulan eksport Indonesia. Negara (2019), faktor-faktor yang memengaruhi ekspor
tujuan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia minyak sawit Indonesia ke pasar dunia adalah
beragam seperti India, China, Pakistan, Eropa harga ekspor, produksi minyak sawit, pajak
(Ridho & Nurcahyo, 2022; Zuhdi et al., 2021). ekspor, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS,
Indonesia merupakan Negara pengekspor minyak dummy non tariff measure dan ekspor minyak
kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) terbesar sawit tahun sebelumnya. Amiruddin (2017)
di dunia. Gambar 1 menunjukkan 5 negara menggunakan metode OLS (Ordinary Least
pengekspor minyak sawit terbesar di dunia. Square), variabel-variabel yang berpengaruh
secara signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia
di negara tujuan ekspor yaitu: (1) India: lag
volume ekspor, (2) Malaysia: harga minyak
kedelai, (3) Belanda: RCA, (4) Italia: harga
minyak bunga matahari, RCA, exchange rate dan
dummy bea keluar. Sementara itu penelitian Ridho
dan Nurcahyo (2022) menyatakan bahwa harga
CPO, nilai tukar, tarif bea keluar, dana perkebunan
sawit dan jumlah produksi secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor CPO.
Gambar 1. Negara Eksportir CPO 2021 Secara parsial, harga CPO, nilai tukar dan tarif bea
Sumber : Indeks Mundi (2021) keluar berpengaruh signifikan sementara dana
Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa Indonesia perkebunan sawit dan jumlah produksi
menempati urutan pertama dengan total ekspor berpengaruh tidak signifikan. Selanjutnya Aisyah
sebesar 29.500.00 ton metric atau 60%, kemudian dan Kuswantoro (2017) menyatakan bahwa GDP
disusul oleh Malaysia dengan total ekspor minyak mitra dagang, harga CPO berpengaruh positif dan
sebesar 17.200.000 ton metric atau 35%. signifikan terhadap eksport CPO sedangkan nilai
Perbedaan jumlah total ekspor yang sangat tukar mitra dagang berpengaruh signifikan dan
negatif terhadap ekspor CPO Indonesia
2
The Journal of Agricultural Sciences - Sri Lanka, 202x, Vol. xx No x
Saat ini dunia global barusaja menghadapi Hambatan dalam perdagangan internasional dapat
pandemi Covid-19 yang berdampak pada hampir dibagi menjadi dua bagian yaitu hambatan yang
semua sektor terutama sektor perekonomian tanpa bersifat tarif dan hambatan yang bersifat non-tarif
terkecuali perdagangan internasional komoditi (NTM). Terjadinya penurunan kebijakan tarif
pertanian. Selama pandemi Covid 19 bisnis membuat berbagai negara beralih dengan
pertanian rata-rata mengalami penurunan ekspor, meningkatan penerapan kebijakan non-tarif
namun ekspor beberapa produk pertanian seperti (Darhyati et al., 2017). Penerapan NTM akan
gabah dan minyak mengalami peningkatan berdampak pada penurunan ekspor negara-negara
dikarenakan termasuk bahan makan pokok (Lin & yang melakukan perdagangan, sehingga akan
Zhang, 2020). Pada awal pandemic Covid 19 mengurangi volume perdagangan serta akan
perdagangan global minyak kelapa sawit menimbulkan potensial ekspor yang hilang
Indonesia mengalami penurunan, namun (International Trade, 2012). Penelitian Sari, et all.
setelahnya minyak sawit menunjukkan (2018) menemukan bahwa NTM dari negara-
peningkatan perdagangan, terutama untuk minyak negara tujuan ekspor utamanya menghambat arus
sawit mentah (CPO). Referensi mengatakan perdagangan ekspor komoditi CPO Indonesia,
bahwa kebutuhan untuk obat-obatan dan produk tetapi pengaruhnya tidak nyata. Namun jika NTM
kebersihan meningkat selama pandemi yang didisagregasi berdasarkan jenisnya berupa
menyebabkan peningkatan konsumsi minyak Sanitary and Phytosanitary (SPS), Technical
sawit untuk mentah. Kondisi ini tidak terjadi pada Barriers to Trade (TBT) dan trade remedy,
produk minyak sawit olahan (RPO) yang justru hasilnya menunjukkan bahwa pengaruh NTM pada
mengalami penurunan ekspor (Annas & Izaati, kebijakan SPS, TBT, trade remedy adalah
2022). signifikan. Dampak NTMs pada pembatasan
perdagangan. Dampak negatif pada keterikatan
Menurut Kerr (2020) krisis Covid 19 NTMs dapat menyebabkan permintaan produk
memungkinkan ada dua reaksi negara terhadap pada pasar impor lebih rendah dari standar
perekonomian internasional yang pertama adanya produksi yang tinggi dan peningkatan biaya
krisis telah menunjukkan ketergantungan perdagangan. Sementara dampak positifnya adalah
ketahanan pangan pada pasokan asing, hal ini standar kualitas yang harus dipenuhi oleh eksportir
menyebabkan meningkatnya himbauan dapat mengurangi informasi asimetris antar Negara
pemerintah pada swasembada pangan, (Virginia & Novianti, 2020).
meningkatkan tindakan proteksionis (hambatan)
dalam perdagangan, mundur dari globalisasi dan Adanya pandemi Covid-19 pemerintah diseluruh
menolak kerjasama internasional seperti yang dunia memaksa menerapkan lockdown,
telah dilakukan oleh Vietnam dan Kazakhstan pembatasan perjalanan, social distancing, dan
yang membatasi ekspor minyak goreng dan bahan instruksi stay at home serta harus mengikuti
makanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran
dalam negeri (domestik). Sementara disisi lain penyakit (Wang et al., 2023). Terkait dengan
reaksi kedua yaitu timbulnya kesadaran bahwa perdagangan internasional, importir menggunakan
pentingnya kerjasama antar Negara, dunia saling kesehatan konsumen sebagai alasan yang paling
terkait dalam system global, perlu adanya upaya sering digunakan untuk pengaplikasian NTM.
meningkatkan kerjasama antar Negara agar lebih Peningkatan penerapan kebijakan non-tarif
siap menghadapi gangguan serupa dimasa yang dilakukan untuk melindungi produsen domestik
akan datang, hal ini akan berdampak pada dan konsumen dari berbagai wabah penyakit
penghapusan hambatan perdagangan untuk (Darhyati et al., 2017). Non-tariff measures berupa
mempercepat pertumbuhan dan pemulihan SPS merupakan kebijakan yang diaplikasikan
ekonomi pasca pandemi. untuk melindungi tubuh manusia dari berbagai zat-
zat, kontaminasi, racun serta organisme yang dapat
3
E. Mayasari and T.Novianti
Borah
menyebabkan penyakit kepada manusia disuatu Bank, Trade Map, International Trade Center
negara dari adanya suatu proses perdagangan (ITC), UNTAC, Fx Sauder.
(Khaliqi et al., 2018). Henson dan Loader (2001)
meneliti tentang dampak dari penetapan Metode analisis yang digunakan adalah metode
NonTariff Measures yaitu SPS terhadap regresi data panel menggunakan Eviews 12 SV.
kemampuan negara berkembang untuk dapat Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan
masuk kedalam pasar produk pertanian dan menggunakan data panel. Pertama, data panel yang
makanan, khususnya pasar Uni Eropa. Penelitian merupakan gabungan dua data yaitu cross section
ini mengindikasikan kesepakatan SPS merupakan dan time series mampu menyediakan data yang
faktor terbesar yang mempengaruhi kemampuan lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree
negara berkembang dalam mengeksploitasi of freedom yang lebih besar. Kedua,
kesempatan ekspor dalam produk makanan dan menggabungkan informasi dari dua data yaitu
produk pertanian. Kesepakatan SPS juga cross section dan time series dapat mengatasi
dianggap sebagai hambatan yang paling penting masalah yang timbul ketika ada penghilangan
mempengaruhi ekspor produk pertanian dan variabel (Azizah, 2015). Model yang digunakan
makanan dari negara berkembang ke pasar Eropa. dalam penelitian ini adalah model ekonometrika.
Model dalam panel data yang digunakan adalah
Berdasarkan uraian diatas belum terdapat studi sebagai berikut:
yang secara spesifik mengkaji mengenai ekspor
CPO Indonesia beserta faktor-faktor lain (GDP lnNEXijt = 𝛼0 + 𝛼1 (𝑙𝑛𝐺𝐷𝑃ij )𝑡 + 𝛼2(𝑙𝑛𝑃𝑂𝑃𝑗)𝑡 + +𝛼3(𝑙𝑛𝐸𝑅𝑖𝑗)𝑡
+ 𝛼4(CR_SPS𝑖𝑗)𝑡 +𝛼5(DCov𝑖𝑗)𝑡 + ɛijt ………….(1)
importir, jumlah populasi, exchange rate) yang
mempengaruhinya terutama terkait hambatan Dimana:
perdagangan CPO Indonesia khususnya SPS pada 𝑙𝑛 N𝐸X𝑖𝑗𝑡= Nilai ekspor CPO Indonesia ke negara importir
masa pandemic Covid-19. Oleh karena tujuan dari 𝑙𝑛𝐺𝐷𝑃𝑖 dalam tahun t (juta US$) dalam log natural (ln)
𝑗 = PDB per kapita negara pengimpor (juta US$)
penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor- pada tahun t dalam log natural (ln)
faktor yang mempengaruhi ekspor Crude Palm 𝑙𝑛𝑃𝑂𝑃𝑗 = Populasi negara importir pada tahun t (jiwa) dalam
log natural (ln)
Oil (CPO) dari perspektif pandemi Covid-19. 𝑙𝑛𝐸𝑅𝑖𝑗 = Nilai tukar nomial negara pengekspor terhadap
mata uang negara pengimpor pada tahun t
(Rp/LCU) dalam log natural (ln)
MATERIALS AND METHODS CR_SPS𝑖𝑗= Coverage ratio SPS negara pengimpor j terhadap
CPO Indonesia pada tahun t (%)
DCov𝑖𝑗 =Variabel dummy yang menunjukkan waktu
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandemic Covid-19 (1= ada; 0= tidak ada)
data skunder dalam bentuk data panel merupakan 𝛼0 = Konstanta / intersep
data yang memiliki kombinasi antara data cross 𝛼1 – 𝛼5 = Parameter yang diestimasi
ε = Error term
section dan time series. Data yang digunakan
adalah tahun 2010-2018 (sebelum pandemic Pengukuran NTMs khususnya SPS menggunakan
covid-19) dan 2019-2022 (pandemic covid-19) ke analisis deskriptif, analisis NTM dilakukan dengan
sepuluh negara tujuan ekspor utama CPO yaitu pendekatan inventory yang mengacu pada Bora et
India, China, Pakistan, German, Italia, Belanda, al. (2002) menjelaskan sebuah pengukuran yang
Spayol, Singapura, Malaysia dan Kenya. Data penting terhadap NTM secara keseluruhan produk
yang digunakan adalah data jumlah dan nilai impor disebut dengan coverage ratio yang mana
ekspor-impor CPO, data NTMs khususnya SPS, mengukur persentase subjek perdagangan yang
PDB perkapita Negara pengimpor, jumlah dikenakan oleh NTM. Nilai dari coverage index
populasi Negara pengimpor, nilai tukar mata uang berada pada rentang 0-100 persen. Nilai coverage
rupiah terhadap nilai tukar mata uang Negara index yang semakin tinggi atau mendekati 100
tujuan utama ekspor. Data diperoleh dari persen menunjukkan semakin banyak produk yang
beberapa sumber seperti UN Comtrade, World dikenakan kebijakan NTM.
4
The Journal of Agricultural Sciences - Sri Lanka, 202x, Vol. xx No x

C𝑖𝑗𝑡 = [ ] × 100……………………...(2) Sejalan dengan itu (Lin & Zhang, 2020)


menyatakan bahwa ekspor beberapa produk
Dimana: pertanian seperti gabah dan minyak mengalami
𝐶𝑖𝑗𝑡 = Coverage ratio negara pengekspor i ke negara peningkatan dikarenakan termasuk bahan makan.
pengimpor j pada tahun t (%)
𝐷𝑘𝑡 = Variabel dummy yang menunjukkan ada atau
tidaknya satu atau lebih NTM pada produk k pada
Perkembangan nilai ekspor jika di breakdown
tahun t (1= ada NTM, 0= tidak ada NTM) berdasarkan Negara importir CPO yaitu India,
𝑉𝑘𝑡 = Volume impor produk k dari Negara i ke Negara China, Pakistan, Singapura, Malaysia, Kenya dan
j pada tahun t
j = Negara pengimpor Uni Eropa seperti Spayol, Italia, Belanda Jerman
i = Negara pengekspor (Gambar 3) terlihat bahwa pola perkembangan
k = Produk yang diimpor ekspor CPO Indonesia ke dunia hampir sama
t = Tahun diberlakukannya NTM
T = Tahun dari jumlah yang diimpor dengan pola perkembangan ekspor CPO Indonesia
ke India. Hal ini membuktikan bahwa sebagian
besar yaitu 40-60% CPO Indonesia di ekspor ke
RESULT AND DISCUSSION
India, bahkan pada tahun 2021 meningkat menjadi
75.9% dari total nilai ekspor CPO Indonesia ke
Perkembangan Ekspor CPO Indonesia sebelum
dunia. Sementara untuk Negara-negara Uni Eropa
dan setelah pandemi Covid-19
(Spayol, Italia, Belanda dan Jerman) berkontribusi
Pada Gambar 2 terlihat perkembangan nilai dan sekitar 20-35% sepanjang periode 2010-2021 dan
volume ekspor CPO Indonesia dari tahun 2010- menurun pada tahun 2021 menjadi 12% dari total
2018 (periode sebelum pandemic Covid-19) dan ekspor Indonesia ke dunia. Sementara untuk
tahun 2019-2021 (periode setelah Covid-19) China, Pakistan, Singapura, Malaysia permintaan
terlihat bahwa adanya fluktuasi dengan ekspornya meningkat pada awal pandemic Covid-
kecenderungan (trend) penurunan jumlah dan 19 namun pada tahun berikutnya (2020 dan 2021)
nilai ekspor CPO Indonesia terutama pada tahun terus mengalami penurunan, berbeda dengan
2021, yang merupakan jumlah dan nilai ekspor Kenya yang pada awal pandemic Covid-19
CPO terendah selama 12 tahun terakhir. Pada mengurangi impor CPO dan kemudian terus
awal pandemic Covid-19 yaitu tahun 2019 mengalami peningkatan ditahun berikutnya
volume ekspor Indonesia justru mengalami setelah Covid-19.
peningkatan hingga tahun 2020 jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya menurut
Annas (2022) ini disebabkan oleh CPO
merupakan bahan baku untuk membuat aneka
produk kesehatan dan obat-obatan.

Gambar 3. Perkembangan Nilai Ekspor CPO ke Dunia


dan Berbagai Negara Tujuan Tahun 2010-2021

Analisis factor-faktor yang mempengaruhi


ekspor CPO Indonesia

Gambar 2. Perkembangan Nilai Ekspor (US$) CPO Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
Indonesia ke Dunia Sebelum dan Setelah Pandemi adalah pendekatan panel data yaitu penggabungan
Covid-19
5
E. Mayasari and T.Novianti
Borah
data cross-section dan data time series. Data pool Tabel 1. Hasil Estimasi Model
dengan tipe spesial, dimana unit data cross- Variabel Bebas Koefisien Prob
section yang sama dan survei secara terus- C -126.0542** 0.0244
menerus selama beberapa periode atau bisa juga GDP Importir (GDPI) -5.135837*** 0.0001
diartikan sebagai data yang dikumpulkan secara Populasi (POP) 11.48932*** 0.0009
Exchange Rate (ER) -2.636190*** 0.0030
cross-section dan diikuti pada periode waktu
CR_SPS 0.065542** 0.0134
tertentu inilah yang disebut dengan data panel Dummy Covid-19 0.055301 0.8211
(Gujarati & Porter, 2009). Syarat terpenuhinya R-Squared 0.819040
regresi data panel harus memilih salah satu dari Adjusted R-Squared 0.794912
ketiga pendekatan yang akan digunakan seperti F-Statistic 33.94553
common effect, fixed effect dan random effect. Prob (F-Statistic) 0.000000
Keterangan: ***signifikan pada 𝛼 = 1% (0.01)
Model estimasi yang terbaik dalam penelitian ini
** signifikan pada 𝛼 = 5% (0.05)
adalah fixed effect model. Model estimasi ini
didapat dari hasil chow test dan hausman test.
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross
Chow test digunakan untuk memilih model antara
Domestic Product (GDP) importir
common effect model dan fixed effect model.
menggambarkan perkembangan perekonomian
Hasil dari chow test ini pada model adalah nilai
Negara importer CPO. GDP importer merupakan
probability 0.000 < 0.05 implikasinya adalah
sebuah indicator daya serap pasar atau daya beli
model tersebut tolak H0 artinya model yang lebih
masyarakat di suatu Negara. GDP perkapita
sesuai adalah menggunakan fixed effect model.
Negara importer mampu mendeskripsikan
Selanjutnya diuji lagi menggunakan hausman test
kemakmuran dari masyarakat suatu Negara Hasil
untuk memilih diantara fixed effect model dengan
estimasi menunjukkan bahwa GDP importer
random effect model. Hasil dari hausman test
berpengaruh nyata pada taraf nyata 1 persen. Hal
kedua model yang estimasi, pada model pertama
ini mengindikasikan GDP impotir merupakan
memiliki nilai probability 0.000 < 0.05 sehingga
komponen variable yang memiliki pengaruh
model tersebut tolak H0 artinya model yang lebih
signifikan terhadap aliran perdagangan CPO
sesuai adalah menggunakan fixed effect model.
Indonesia ke Negara-negara importer. Koefisien
Dari hasil uji tersebut diputuskan kedua model
GDP perkapita Negara importer adalah -5.13,
yang akan diestimasi lebih lanjut menggunakan
memiliki pengaruh yang negative terhadap
fixed effect model.
perdagangan CPO Indonesia. Interpretasi dari
Selanjutnya nilai probability (F-statistic) sebagai koefisien yang dihasilkan estimasi adalah setiap
uji kelayakan model adalah 0.000000 dan kenaikan GDP perkapita Negara importir sebesar 1
0.000000. Dari hasil (F-statistic) ini dapat persen maka akan menurunkan ekspor CPO
menerangkan bahwasanya minimal terdapat satu Indonesia sebesar 5.13 persen. Hasil ini berbeda
variabel independent yang mempengaruhi dengan penelitian Aisyah dan Kuswantoro (2017)
variabel dependent. Kecocokan model dapat dan Azizah (2015). Diduga hal ini disebabkan oleh
dilihat dari koefisien determinasi (R2 ) yang Negara-negara maju dengan GDP perkapita tinggi
dimiliki oleh model tersebut. Koefisien seperti Spayol, Italia, Belanda dan Jerman yang
determinasi (R2 ) dari kedua model adalah 0.819. berada Uni Eropa semakin mengurangi importnya
Koefisien determinasi pada model ini artinya terhadap CPO Indonesia. Menurut Batubara, et al
sebesar 81.9 persen variable-variabel independent (2023) antara tahun 2011 hingga 2019, ekspor
pada model mampu menjelaskan variabel minyak sawit Indonesia ke Uni Eropa berfluktuasi
dependent dan 18.1 persen mampu dijelaskan bahkan cenderung menurun volumenya jika
oleh variabel independent yang tidak termasuk dibandingkan dengan total ekspornya. Pasalnya,
didalam model. ekspor minyak sawit Indonesia tetap sebesar 10,53
persen dari total ekspor pada 2011. Pada 2019,
6
The Journal of Agricultural Sciences - Sri Lanka, 202x, Vol. xx No x
Indonesia mengekspor 7,39 persen dari total al (2018) adanya pertambahan populasi pada
ekspor minyak sawit ke Uni Eropa. Kebijakan negara pengimpor akan meningkatkan jumlah
ekspor UE dapat menjadi akar perselisihan antara CPO yang dapat diekspor karena adanya
Indonesia dan UE. Lebih lanjut Purba (2019) pertambahan konsumsi di negara tersebut, ceteris
menyatakan bahwa posisi minyak sawit yang paribus. Konsumsi yang meningkat di negara
semakin penting di dalam perdagangan dunia pengimpor akan meningkatkan jumlah produk
minyak nabati ditanggapi negatif oleh negara CPO yang diimpor (Sinaga, 2020). Dengan
eksportir minyak non sawit terutama Uni Eropa. demikian, Indonesia sebagai Negara pengekspor
Eropa mengendalikan impor minyak sawit dengan dapat meningkatkan jumlah ekspornya di negara
memberlakukan kebijakan tarif impor yang pengimpor tersebut. Besarnya populasi pada suatu
tinggi, bea masuk anti dumping, kampanye negara menunjukkan potensi pasar yang besar bagi
negatif (isu deforestasi lahan gambut, negara pengekspor. Populasi menjadi suatu
pembakaran hutan dan HAM) dan penolakan indikasi yang mendorong permintaan produk dan
produk minyak sawit (palm oil free pada produk meningkatkan jumlah ekspor, sehingga dapat
makanan), Kebijakan penolakan dan kampanye berpengaruh positif (Khaliqi et al., 2018). Negara-
negatif atas minyak sawit Indonesia merupakan negara dengan populasi yang besar dapat menjadi
hambatan non tariff measures (NTM). Hal ini sebagai suatu potensi pasar bagi Indonesia untuk
sinkron dengan temuan hasil penelitian yang dapat lebih dikembangkan, misalnya seperti India,
menunjukkan bahwa Negara maju di Uni eropa Uni Eropa dan Cina yang merupakan negara
seperti Spayol, Italia, Belanda dan Jerman, serta tujuan ekspor terbesar untuk komoditi CPO
China yang menerapkan hambatan perdagangan Indonesia serta memiliki populasi jumlah
NTMs (SPS) yang lebih banyak daripada Negara penduduk yang terus bertambah setiap tahun
dengan GDP lebih rendah seperti India, Pakistan (Sari et al., 2018).
dan Kenya (Gambar 4).
Mankiw (2007) menerangkan jika nilai-nilai mata
uang dunia mengalami apresiasi akan
menyebabkan meningkatnya daya beli mata uang
tersebut di pasar internasional dengan kata lain jika
mata uang negara eksportir mengalami depresiasi
maka akan menyebabkan nilai ekspor negara
tersebut akan lebih tinggi dari sebelumnya. Nilai
tukar rupiah ini dibandingkan dengan mata uang
negaranegara importir udang Indonesia. Mata uang
yang digunakan sebagai pebanding adalah Dollar
Gambar 4. Jumlah NTMs (SPS) oleh Negara Importir
Amerika Serikat, Euro, Poundsterling, Dollar
sebelum dan Setelah Covid-19
Hongkong, Yuan dan Dong. Hasil estimasi
Hasil estimasi variabel populasi menemukan menunjukkan bahwasanya nilai tukar rupiah ini
bahwa populasi Negara importer berpengaruh memiliki pengaruh yang signifikan pada taraf
nyata pada taraf nyata 1 persen. Hal ini nyata 1 persen sehingga setiap terjadi penguatan
mengindikasikan bahwa populasi merupakan serta pelemahan mata uang rupiah akan sangat
variable yang berpengaruh signifikan terhadap mempengaruhi nilai ekspor dari negara-negara
perdagangan CPO Indonesia. Koefisien populasi importir. Koefisien estimasi nilai tukar rupiah dari
adalah 11.49 dan berpengaruh positif. Interpretasi model adalah -2.636190 artinya nilai tukar rupiah
dari koefisien hasil estimasi adalah setiap memiliki pengaruh negative terhadap ekspor CPO
kenaikan Populasi di Negara importir sebesar 1 Indonesia. Interpretasi dari koefisien nilai tukar
persen maka akan meningkatkan ekspor CPO rupiah tersebut adalah dengan adanya peningkatan
Indonesia sebesar 11.49 persen. Menurut Sari, et nilai tukar rupiah sebesar 1 persen maka
7
E. Mayasari and T.Novianti
Borah
menurunkan ekspor CPO Indonesia 2.63 persen. temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Sari, et
Hal ini dikarenakan ketika terjadi kenaikan nilai al (2018) yang meneliti mengenai NTMs pada
tukar rupiah atau terjadi penguatan mata uang CPO menemukan bahwa kebijakan SPS yang
rupiah terhadap mata uang asing maka negara berkaitan dengan persyaratan prosedur tentang
importir harus membayar lebih besar dari nilai kesehatan dan keselamatan berdampak positif
yang biasanya sehingga secara agregat dan signifikan terhadap arus perdagangan ekspor
permintaan akan CPO Indonesia. Selain itu, komoditi CPO. Kebijakan SPS tidak selalu
penguatan mata uang Indonesia ini juga bisa menghambat perdagangan, tetapi ternyata dapat
menggambarkan bahwasanya peningkatan meningkatkan arus perdagangan ekspor CPO.
perekonomian Indonesia ataupun melemahnya Menurut Gunawireja (2022) yang meneliti
perekonomian dari negara-negara importir pengaruh NTMs terhadap ekspor Indonesia ke
sehingga jika negara-negara importir mengalami beberapa negara di Uni Eropa, SPS berpengaruh
pelemahan perekonomian maka secara otomatis negatif satu tahun setelah SPS dilayangkan,
masyarakat akan menurunkan konsumsi baik sedangkan dua tahun setelahnya berpengaruh
dalam negeri maupun produk impor. Hasil positif. Eksportir memerlukan waktu hingga dua
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang tahun untuk memenuhi standarisasi SPS yang
dilakukan oleh (Aisyah & Kuswantoro, 2017; ditetapkan sehingga ekspor kembali meningkat.
Khaliqi et al., 2018; Maygirtasari et al., 2015). Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh
terdapat efek ganda SPS di bidang pertanian yaitu
Kebijakan NTM terbagi menjadi dua yaitu core dapat tidak berdampak pada perdagangan seperti
measures serta non core measure. core measure pada hasil temuan Khaliqi (2018) pada produk
merupakan kebijakan yang diterapkan oleh udang atau bahkan memfasilitasi perdagangan
negara-negara importir guna untuk melindungi dengan membawa informasi dari produk impor,
produsen dalam negeri. Selain melindungi dengan asumsi bahwa eksportir dapat
produsen dalam negeri pemerintah negara-negara mengatasi persyaratan teknis terkait dan
importir juga berusaha untuk melindungi dokumen; tetapi SPS juga bisa menjadi
konsumen dalam negerinya sehingga dibutuhkan hambatan dalam perdagangan ketika Negara
sebuah kebijakan NTM yang dapat digunakan negara tidak dapat memenuhi standar (Disdier et
sebagai alat penilaian kesehatan serta keamaan al., 2008). Hal ini memperkuat kesimpulan
pangan. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan bahwa tidak semua SPS di bidang pertanian adalah
non core measure. Kebijakan SPS yang perangkat proteksionis. Pengaruh signifikan dan
diterapkan oleh negara-negara importir lebih positif kebijakan SPS terhadap arus perdagangan
bersifat kedalam proses penilaian keamanan ekspor CPO ini sejalan dengan penelitian Fasarella
pangan serta kesehatan produk CPO Indonesia, et al (2011) yang menyatakan bahwa kebijakan
dikarena pandemic Covid-19 berkaitan erat SPS (berupa labeling dan pelarangan/karantina)
dengan aspek kesehatan, sanitasi dan higien suatu meningkatkan arus perdagangan ekspor Brazil
produk maka kami hanya menyelidiki NTMs dari pada produk daging unggas. Kondisi yang sama
aspek SPS. Berdasarkan hasil estimasi ditemukan juga terjadi pada perdagangan ekspor komoditi
pengaruh yang signifikan dari variable coverage CPO Indonesia. Peningkatan kebijakan SPS
ratio SPS terhadap ekspor CPO Indonesia pada yang didalamnya merupakan kebijakan terkait
taraf nyata 5 % dengan nilai koefisien positif dengan persyaratan prosedur yang bertujuan
0.065542. Interpretasi dari koefisien variable untuk melindungi kesehatan dan kehidupan
coverage ratio SPS adalah apabila terjadi makhluk hidup termasuk prosedur pengujian,
peningkatan sebesar 1 persen pada coverage ratio sertifikasi, karantina, labeling dan packaging
SPS maka akan meningkatkan ekspor CPO yang berhubungan langsung dengan food safety,
Indonesia sebesar 0.065 persen. Meskipun dapat meningkatkan arus perdagangan ekspor (Sari
bertentangan dengan teori yang ada namun et al., 2018). Terkait dengan pengaruh kebijakan
8
The Journal of Agricultural Sciences - Sri Lanka, 202x, Vol. xx No x
SPS terhadap arus perdagangan ekspor CPO signifikan negative pada Negara eksportir terutama
Indonesia, maka dapat dijelaskan bahwa terlihat pada Negara berkembang, namun Covid-
kebijakan SPS merupakan kebijakan yang 19 berdampak positif pada impor industry
mengangkat aspek kesehatan serta keselamatan pertanian.
dan saat ini telah menjadi concern tidak hanya
bagi Negara maju tapi juga negara berkembang.
Ketika Negara importer CPO Indonesia
CONCLUSIONS
menerapkan kebijakan dalam bentuk SPS
measures maka eksportir Indonesia terdorong Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil
untuk menghasilkan produk yang sesuai kesimbulan bahwa perkembangan ekspor CPO
dengan persyaratan dan prosedur yang relevan. Indonesia mengalami fluktuasi (periode 2010-
Hal ini juga sesuai dengan penelitian 2021) dengan kecenderungan menurun. Pada awal
Bellanawithana dan Wijerathne (2009) dalam pandemic Covid 19 ekspor CPO Indonesia
Sari, et al (2018) terkait perdagangan pada mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
sektor pertanian di Asia Selatan yang Varibel GDP importer, populasi, nilai tukar, SPS,
menjelaskan bahwa NTM akan lebih ketat 1% dan dummy Covid-19 secara bersama berpengaruh
di Negara pengimpor dan akan meningkatkan terhadap ekspor CPO Indonesia. Secara parsial,
nilai perdagangan ekspor pertanian sebesar GDP perkapita Negara importer dan exchange rate
5,3% Alasannya karena dengan NTM yang ketat berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
akan meningkatkan kualitas produk dan ekspor CPO Indonesia. Jumlah populasi Negara
meskipun dapat meningkatkan harga, namun importer dan penerapan kebijakan Sanitary and
akhirnya akan membantu eksportir untuk Phitosanitary (SPS) berpengaruh signifikan dan
mendapatkan keunggulan kompetitif. Semakin positif terhadap ekspor CPO Indonesia, sedangkan
besarnya cakupan produk yang sudah sesuai variabel dummy pandemic Covid-19 tidak
dengan persyaratan SPS negara pengimpor maka mempengaruhi ekspor CPO di pasar Internasional.
produk ekspor asal Indonesia semakin diterima
di pasar negara lain. Meskipun kebijakan seperti
ini dapat meningkatkan harga, namun konsumen
akan lebih percaya dengan kualitas produk RECOMMENDATION
ekspor Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk
melakukan penelitian lanjutan dengan
Analisis estimasi variabel dummy pandemic
mengunakan data bulanan untuk Covid-19, hal ini
Covid-19 terhadap nilai ekspor CPO
didasari oleh variable dummy Covid 19 yang
menunjukkan hubungan positif dengan nilai
digunakan dalam penelitian ini hanya mengambil
koefisien adalah 0.055301 yang berarti bahwa
rentang waktu tahunan, sehingga kurang
kenaikan 1 persen pada variable Covid-19 akan
merepresentasikan perubahan yang terjadi pada
meningkatkan ekspor CPO sebesar 0.05 persen,
ekspor CPO Indonesia akibat adanya pandemi
namun hasil ini tidak berpengaruh secara
Covid-19.
signifikan. Menurut Annas dan Izzati (2022) yang
meneliti dampak Covid-19 terhadap perdagangan
minyak kelapa sawit (CPO dan PKO)
menemukan impor CPO meningkat meskipun
GDP Negara importer menurun. Hal ini berarti
bahwa impor CPO Indonesia akan meningkat
ketika kasus pandemic Covid meningkat di
Negara importer. Lebih lanjut, Hayakawa (2020)
menemukan bahwa Covid-19 berdampak
9
E. Mayasari and T.Novianti
Borah

REFERENCES

Achmad Amiruddin. (2017). Analisis Daya Saing dan Dinamika Ekspor Produk Kelapa Sawit
Indonesia Dalam Perdagangan Internasional. In IPB University (Vol. 87, Issue 1,2). IPB
University.
Aisyah, S., & Kuswantoro, K. (2017). Pengaruh Pendapatan, Harga Dan Nilai Tukar Negara Mitra
Dagang Terhadap Ekspor Crude Palm Oil (Cpo) Indonesia. Jurnal Ekonomi-Qu, 7(1), 55–64.
https://doi.org/10.35448/jequ.v7i1.4221
Annas, A., & Izaati, I. N. (2022). Pandemic Covid-19 Impact On Indonesian Palm Oil Trade.
November. https://doi.org/10.52155/ijpsat.v35.1.4663
Azizah, N. (2015). Analisis Ekspor Crude Palm Oil (Cpo) Indonesia Di Uni Eropa Tahun 2000-2011.
Economics Development Analysis Journal, 4(3), 301–307.
Batubara, A. E., Yahya, M. F., Nasyaa, R., & Silalahi, P. R. (2023). Analisis Ekspor Impor Kelapa
Sawit Indonesia Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi. Bisnis Dan Akuntansi, 2(1), 22–
31.
Bora B., K. A. and S. L. (2002). Quantification of non-tariff measures, UNCTAD. Policy Issues In
International Trade And Commodities. [CEPII] Centre d’Etudes Prospec tive et d’Information
Internationales. http://www.cepii.fr/distance/dist_cepii.zip
Darhyati, A. T., Suharno, S., & Rifin, A. (2017). Impact of Non Tariff Measure on Indonesian Cacao
Exports. International Journal of Agriculture System, 5(2), 175.
https://doi.org/10.20956/ijas.v5i2.1191
Disdier, A. C., Fontagné, L., & Mimouni, M. (2008). The impact of regulations on agricultural trade:
Evidence from the SPS and TBT agreements. American Journal of Agricultural Economics,
90(2), 336–350. https://doi.org/10.1111/j.1467-8276.2007.01127.x
Fassarella, L. M., Souza, M. J. P. de, & Burnquist, H. L. (2011). Impact of sanitary and technical
measures on Brazilian exports of poultry meat.
Gujarati, D. N., & Porter, D. C. (2009). Basic Econometrics (fifth). McGraw-Hill/Irwin, a business
unit of The McGraw-Hill Companies, Inc., 1221 Avenue of the Americas, New York, NY,
10020.
Gunawireja, D. A., Ekonomi, F., & Katolik, U. (2022). PENGARUH NON-TARIFF MEASURES
TERHADAP EKSPOR INDONESIA KE BEBERAPA NEGARA UNI EROPA The Impact of Non-
Tariff Measures on Indonesian Export to Several European Union Countries PENDAHULUAN
Keberhasilan General Agreement on Tariffs and Trade atau GATT ( 1947. 103–118.
Hayakawa, K., & Mukunoki, H. (2020). INSTITUTE OF DEVELOPING ECONOMIES Impacts of
COVID-19 on International Trade: Evidence from the First Quarter of 2020.
Henson, S., & Loader, R. (2001). Barriers to agricultural exports from developing countries: the role
of sanitary and phytosanitary requirements. World Development, 29(1), 85–102.
International Trade, (ITC). (2012). Non-Tariff Measures: A Key Issue in Evolving Trade Policy.
International Trade Forum Magazine October 01, 2012. http://www.tradeforum.org/article/ Non-
tariff-measures-A-key-issue-in-evolving-trade-policy/
Kerr, W. A. (2020). The COVID-19 pandemic and agriculture: Short- and long-run implications for
international trade relations. Canadian Journal of Agricultural Economics, 68(2), 225–229.
https://doi.org/10.1111/cjag.12230
Khaliqi, M., Rifin, A., & Adhi, A. K. (2018). Trade Effect of Sanitary and Phytosanitary (SPS) and
Technical Barriers to Trade (TBT) on Indonesia’s Shrimp Export. Indonesian Journal of
Agricultural Research, 1(2), 134–141.
Krugman, P. R., Obstfeld, M., & Melitz, M. J. (2019). Internationale Wirtschaft Theorie und Politik
der Au. https://elibrary.pearson.de/book/99.150005/9783863268664
Lin, B. xi, & Zhang, Y. Y. (2020). Impact of the COVID-19 pandemic on agricultural exports. Journal
of Integrative Agriculture, 19(12), 2937–2945. https://doi.org/10.1016/S2095-3119(20)63430-X
Mankiw, N. G. (2007). MAKROEKONOMI (sixth). Erlangga, Jakarta.

10
The Journal of Agricultural Sciences - Sri Lanka, 202x, Vol. xx No x
Maygirtasari, T., Yulianto, E., & Mawardi, K. M. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume
Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 25(2), 1–8.
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Perkebunan, D. J. (2022). Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2019-2021. Sekretariat Direktorat
Jendal Perkebunan.
Purba, H. J. (2019). Dampak faktor eksternal dan internal terhadap pasar minyak nabati dunia dan
biodiesel Indonesia [disertasi]. IPB University.
Ridho, M. H., & Nurcahyo, M. A. (2022). Pengaruh Harga, Nilai Tukar, Tarif Bea Keluar, Dana
Perkebunan Sawit, Dan Jumlah Produksi Terhadap Nilai Ekspor Crude Palm Oil. Tirtayasa
Ekonomika, 17(2), 225. https://doi.org/10.35448/jte.v17i2.15240
Sari, A. R., Hakim, D. B., & Anggraeni, L. (2018). Analisis Pengaruh Non-Tariff Measures Ekspor
Komoditi Crude Palm Oil (Cpo) Indonesia Ke Negara Tujuan Ekspor Utama. Jurnal Ekonomi
Dan Kebijakan Pembangunan, 3(2), 111–135. https://doi.org/10.29244/jekp.3.2.2014.111-135
Sinaga, Y. V., Sinaga, B. M., & Sinaga, S. (2020). Dampak Kebijakan Tarif terhadap Perdagangan
Minyak Sawit Dunia. Jurnal Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 4(1), 200–209.
https://doi.org/10.21776/ub.jepa.2020.004.01.18
Virginia, A., & Novianti, T. (2020). Non-Tariff Measures (Ntms) and Indonesian Natural Rubber
Export To the Main Export Destination Countries. Journal of Developing Economies, 5(1), 57.
https://doi.org/10.20473/jde.v5i1.18609
Wang, X., Yang, Y., Tang, M., & Wang, X. (2023). The effect of macroeconomic regimes,
uncertainty, and COVID-19 outcomes on commodity price volatility: implications for green
economic recovery. Economic Research-Ekonomska Istrazivanja , 0(0), 1–21.
https://doi.org/10.1080/1331677X.2022.2164036
Zuhdi, D. A. F., Abdullah, M. F., Suliswanto, M. S. W., & Wahyudi, S. T. (2021). The
Competitiveness of Indonesian Crude Palm Oil in International Market. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, 19(1), 111–124. https://doi.org/10.29259/jep.v19i1.13193

11

Anda mungkin juga menyukai