(Proposal Skripsi)
Oleh:
A. Latar Belakang
penerimaan devisa yang berasal dan kegiatan ekspor memegang peranan yang sangat
mendapatkan devisa dari luar negeri adalah dengan jalan mengekspor hasil-hasil
sumber daya alam ke luar negeri. Dari hasil devisa ini dapat digunakan untuk
Salah satu sektor agroindustri Indonesia yang sangat berkembang dan memiliki
prospek baik ke depan adalah industri komoditas kelapa sawit. Kelapa sawit yang
diolah menjadi minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) memegang peran
penting dalam perekonomian nasional yaitu sebagai komoditi andalan ekspor non-
migas Indonesia penghasil devisa negara di luar minyak dan gas (Agustian, 2002).
Tabel 1.1. : Kontribusi Sektor Non Migas terhadap Cadangan Devisa Indonesia tahun
Sejak tahun 2013 hingga 2015, nilai ekspor minyak kelapa sawit olahannya dari
tahun 2015 peranan ekspor kelapa sawit mencapai 19,45 persen. Inilah fakta mengapa
Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati
perkebunan kelapa sawit. Selama 25 tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan yang
sangat signifikan pada luas areal perkebunan kelapa sawit. Hal tersebut terlihat dari
data areal perkebunan sawit tahun 1991 yang jumlahnya hanya sekitar 38 ribu hektar
dan semakin meluas menjadi lebih dari 11 juta hektar pada tahun 2015 (Dirjen
Perkebunan, 2016).
Seiring dengan bertambahnya luas perkebunan kelapa sawit, total produksi minyak
kelapa sawit Indonesia turut meningkat tajam. Selama 25 tahun terakhir ini telah
terjadi peningkatan produksi minyak kelapa sawit sebesar 28,2 juta ha, yaitu dari 2,65
juta ton pada tahun 1991 menjadi 30,94 juta ha pada tahun 2015, dengan raihan total
produksi yang menyentuh angka lebih dari 30 juta ton per tahunnya, menjadikan
Indonesia sebagai negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan presentase
54.51 persen dari total produksi dunia. Jauh melebihi produksi Malaysia yang duduk
diperingkat kedua dengan total produksi 33,65 persen dari total seluruh produksi
kelapa sawit dunia. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia sebagian besar diekspor
ke mancanegara dan sisanya dipasarkan di dalam negeri. Total ekspor minyak kelapa
sawit 15 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2000 total
volume ekspor CPO mencapai 4,68 juta ton, meningkat menjadi 26,4 juta ton pada
tahun 2015. Luas areal perkebunan dan total produksi minyak kelapa sawit yang
senantiasa bertambah merupakan bukti bahwa komoditas ini memang penting bagi
beberapa faktor, misalnya Munadi (2007) meneliti tentang permintaan ekspor minyak
kelapa sawit Indonesia ke India menemukan bahwa harga minyak kelapa sawit dunia
dan total produksi sangat berpengaruh terhadap ekspor CPO. Selain itu, Wulantoro
(2009) meneliti tentang kebijakan dan pertumbuhan ekspor minyak kelapa sawit
Indonesia ke negara Belanda. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah
terhadap USD tidak signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke
negara Belanda. Harga ekspor minyak sawit Indonesia, harga pesaing Malaysia dan
produksi minyak sawit signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke
negara Belanda. Abidin (2008) juga menyatakan bahwa faktor utama pendorong
kenaikan permintaan minyak kelapa sawit (CPO) adalah harga yang relatif rendah
dibandingkan dengan harga kompetitornya seperti minyak kedelai, minyak biji
minyak kelapa sawit Indonesia adalah nilai tukar. Perubahan nilai tukar dapat
mengubah harga relatif suatu menjadi lebih mahal atau lebih murah, sehingga nilai
tukar terkadang digunakan sebagai alat untuk meningkatkan daya saing (mendorong
ekspor). Perubahan posisi ekspor inilah yang kemudian berguna untuk memperbaiki
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi utama ekspor Indonesia. Buah kelapa
sawit merupakan bagian penting dari tanaman kelapa sawit yang akan diolah menjadi
minyak setengah jadi yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan minyak jadi (Palm Oil).
Berdasarkan data BPS 2009, hampir seluruh wilayah Indonesia dapat digunakan
sebagai perkebunan kelapa sawit yang memproduksi CPO, namun saat ini hanya
Sulawesi.
mengalami peningkatan dan berbanding lurus dengan luas areal perkebunan kelapa
CPO yaitu faktor harga domestik, harga internasional dan nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS. Harga CPO domestik maupun internasional berfluktuasi dari waktu ke
waktu. Seperti pada umumnya harga produk primer pertanian dan perkebunan, harga
Nilai tukar rupiah juga mempengaruhi volume ekspor CPO. Menurut Aprina (2014),
karena kontribusi CPO yang cukup besar dibandingkan dengan komoditi lain, maka
harga CPO dunia dinilai dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah, sehingga
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
A. Kajian Pustaka
1. Perdagangan Internasional
Menurut Case dan Fair (2007) perdagangan internasional merupakan perdagangan
antar dua negara atau lebih yang mencakup ekspor dan impor oleh penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama dan saling
antar atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor (Tambunan, 2001).
Perdagangan, adalah tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi barang dan/atau
jasa di dalam negeri dan melampaui batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan
hak atas barang dan/atau jasa untuk memperoleh imbalan kompensasi. Perdagangan
dalam negeri adalah perdagangan barang dan/atau jasa dalam wilayah Negara
dan/atau impor atas barang dan/atau jasa perdagangan jasa yang melampaui batas
Era merkantilisme mulai muncul sejak abad ke 17 dan 18. Para penganut
Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan
absolute. Ketika satu negara lebih efisien daripada atau memiliki keunggulan absolut
atas yang lain dalam produksi satu komoditas tetapi kurang efisien daripada atau
memiliki kelemahan absolute terhadap negara lain dan memproduksi komoditas yang
dan bertukar hasil dengan negara lain untuk komoditas yang memiliki kelemahan
absolut. Dengan proses ini, sumber daya digunakan dengan cara yang paling efisien
dan hasil dari kedua komoditas akan naik. Peningkatan dalam hasil komoditas
rasio harga antar negara masih berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan.
sendiri suatu barang, suatu negara dapat memproduksi barang lain dan
komparatif inilah yang menjadi dasar bagi suatu negara untuk saling menukarkan
komoditi melalui ekspor dan impor. Salvatore (2014), merumuskan model sederhana
akibat kelebihan penawaran pada negara A dan kelebihan permintaan pada negara B.
Pada negara A harga suatu komoditas sebesar Pa, dan di negara B harga komoditas
tersebut sebesar Pb, cateris paribus. Pada pasar internasional harga yang dimiliki oleh
negara A akan lebih kecil yaitu berada pada harga P* sehingga negara A akan
Pada negara B, terjadi harga yang lebih besar dibandingkan harga pada pasar
A menjadi penawaran pada pasar internasional yaitu pada kurva ES. Sedangkan
(ekspor-impor) terjadi karena terdapat perbedaan antara harga domestik (Pa dan Pb),
dan harga internasional (P*); permintaan (ED), dan penawaran (ES) pada komoditas
tertentu. Selain itu, nilai tukar mata uang (exchange rate) pada pasar internasional
antara suatu negara dengan negara lain secara tidak langsung akan menyebabkan
politik yang stabil dan lembaga sosial yang fleksibel. Dengan kata lain, ekspor
Suatu negara dapat mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila barang
tersebut diperlukan negara lain dan mereka tidak dapat memproduksi barang tersebut
atau produksinya tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri. Ekspor yang
dilakukan oleh dua negara atau lebih untuk menawarkan barang atau jasa atas dasar
faktor yang dilihat dari sisi permintaan. Faktor-faktor tersebut terdiri dari:
a. Selera konsumen
e. Biaya transportasi
f. Kebijakan pemerintah
Teori permintaan ekspor bertujuan untuk menentukan faktor permintaan ekspor suatu
barang atau jasa di suatu negara. Menurut Salvatore (2014), permintaan ekspor suatu
negara adalah selisih antara produksi atau penawaran domestik dikurangi dengan
konsumsi atau permintaan domestik negara ditambah dengan stok tahun sebelumnya.
CPO Indonesia
maupun luar negeri meningkat, sehingga menyebabkan ekspor CPO Indonesia juga
CPO Indonesia
Menurut Lipsey (1995:125), hubungan antara harga dan kuantitas penawaran suatu
komoditi adalah positif, yang berarti semakin tinggi harga suatu komoditi maka
jumlah yang ditawarkan oleh penjual semakin banyak. Menurut Widayanti (2009),
harga asalan domestik adalah harga komoditi asalan yang dihitung berdasarkan harga
CPO Indonesia
yang dihitung berdasarkan harga ekspor dengan satuan US$/Ton. Harga tersebut
memiliki patokan harga yang ditetapkan untuk barang yang akan diekspor.
Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang akan
depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam negeri menurun terhadap mata uang asing,
maka volume ekspor akan meningkat. Dengan kata lain, apabila nilai kurs dolar
meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat (Sukirno, 2004). Hubungan
yang negatif dan signifikan antara nilai tukar terhadap ekspor juga telah diungkapkan
oleh Doroodian (1999) untuk India, Malaysia, dan Korea Selatan juga Arize (2000)
untuk berbagai negara, termasuk Indonesia, Filipina, dan Thailand. Saure (2001) yang
meneliti 91 negara mendukung adanya hubungn negatif dan signifikan antara nilai
Menurut Boediono (2001), apabila nilai rupiah terdepresiasi terhadap mata uang asing
maka akan berdampak pada nilai ekspor yang naik sedangkan nilai impornya akan
turun (apabila penawaran ekspor dan permintaan impor cukup elastis). Hal ini
Sebaliknya, jika nilai tukar rupiah mengalami apresiasi maka akan menyebabkan
turunnya nilai ekspor, karena harga produk domestik menjadi relatif mahal. Pengaruh
fluktuasi nilai tukar terhadap ekspor ini menarik perhatian beberapa pengamat
nilai tukar memiliki dampak yang signifikan terhadap ekspor riil non migas pada
jangka pendek. Lebih lanjut penelitian yang dilakukan oleh Huchet-Bourdon dan
Korinek (2012) tentang pengaruh nilai tukar terhadap perdagangan antara negara
Chilie dan New Zealand juga menghasilkan analisis yang sama, yaitu perubahan
N Nama Judul
Variabel Hasil Penelitian
O Peneliti Penelitian
1. Tyanma Faktor-faktor Produksi cpo, Hasil
Maygirtasari, yang harga cpo Uji F menunjukkan bahwa
Edy Yulianto, mempengaruhi domestic, harga produksi CPO domestik,
Muhammad volume ekspor cpo harga CPO domestik, harga
Kholid Crude Palm Oil internasional, CPO internasional, dan nilai
Mawardi (CPO) nilai tukar tukar rupiah terhadap dolar
(2015). Indonesia. rupiah, dan AS secara bersama-sama
volume eskpor berpengaruh signifikan
cpo. terhadap volume ekspor
CPO
Indonesia. Secara parsial,
terdapat tiga variabel yang
mempunyai pengaruh
signifikan terhadap volume
ekspor
CPO Indonesia yaitu
produksi CPO domestik,
harga CPO domestik, dan
nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS, sedangkan harga
CPO internasional
berpengaruh secara tidak
signifikan terhadap volume
ekspor CPO
Indonesia.
2. Anindya Putri Analisis faktor Harga Hasil dari uji yang telah
Paramita yang internsional dilakukan melalui metode
(2015) mempengaruhi CPO, harga OLS, yaitu variabel
volume ekspor internasional yang memberikan pengaruh
crude palm oil soybean oil, terhadap volume eskpor
(CPO) Indonesia nilai tukar CPO Indonesia adalah
priode 1984- rupiah, growth variabel Soybean Oil dan
2014 domestic variabel Nilai Tukar Rupiah
product (GDP) (Kurs). Sedangkan variabel
dunia dan harga CPO Internasional
volume ekspor dan variabel Harga GDP
CPO Indonesia. Dunia tidak memberikan
pengaruh terhadap volume
ekspor CPO Indonesia.
3. Fakhrus Faktor-Faktor Produksi Kurs Rupiah terhadap Dolar
Radifan Yang CPO AS dalam jangka pendek
(2014) Memperngaruhi Indonesia, mempunyai hubungan
Ekspor Crude nilai tukar yang positif dan tidak
Palm Oil rupiah, signifikan terhadap ekspor
Indonesia Dalam harga Crude Palm Oil Indonesia,
Perdagangan minyak sedangkan dalam
Internasional mentah jangka panjang Kurs Rupiah
terhadap Dolar
dunia.
AS
berpengaruh secara
signifikan dan positif
terhadap perubahan volume
ekspor Crude Palm
Oil Indonesia. Harga
Minyak Mentah Dunia
dalam jangka pendek dan
jangka panjang
mempunyai hubungan yang
positif dan
berpengaruh secara
signifikan terhadap volume
ekspor Crude Palm Oil
Indonesia. Secara
bersama-sama variabel
Produksi, Kurs, dan
Harga Minyak Mentah
Dunia berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap volume ekspor
Crude Palm Oil Indonesia
C. Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam
melalui berbagai buku, jurnal, serta data sekunder (time series) yang didapat dari
Badan Pusat Statistik (BPS), Oil World Annual, Bank dunia, MPOB, pusat data dan
Mempengaruhi Volume Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia adalah data
produksi CPO domestik, data harga CPO domestik, data harga CPO internasional,
Oil (CPO) Indonesia dianalisis dengan menggunakan model panel data. Panel data
menggunakan kombinasi runut waktu (time series) bulanan selama periode bulan
Januari 2016 sampai dengan bulan Desember 2020, dan kerat lintang (cross section).
Excel 2007.
1. Analisis Panel Data
Metode data panel merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan
analisis empirik yang tidak mungkin dilakukan jika hanya menggunakan data time
series atau cross section. Data cross section adalah data yang dikumpulkan dalam
satu waktu terhadap banyak individu, sedangkan data time series merupakan data
Karena mengkombinasikan data cross section dan time series maka panel data
tidak dapat diatasi dalam data cross section murni atau data time series murni.
4. Data panel lebih baik digunakan untuk studi dynamics of adjusment karena
terkait dengan observasi pada cross section yang sama secara berulang.
kompleks.
Estimasi model menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu
metode kuadrat terkecil (pooled least square), metode efek tetap (fixed effect), dan
Dimana N adalah jumlah unit cross section (individu) dan T adalah jumlah periode
biasa, kita dapat melakukan proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross
section. Untuk periode t=1, akan diperoleh persamaan regresi cross section sebagai
berikut :
α = intersep
β = slope
i = individu ke-i
є = error
Dari persamaan di atas akan diperoleh parameter α dan β yang konstan dan efisien
cross section dan T menunjukkan jumlah data time series. Pada metode ini asumsi
intersep dan koefisien dari setiap variabel sama untuk setiap individu yang
diobservasi.
1.2. Metode Efek Tetap (Fixed Effect)
Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode kuadrat terkecil adalah adanya asumsi
intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan, baik antar daerah
maupun antar waktu yang kurang sesuai dengan tujuan penggunaan data panel. Untuk
mengatasi hal ini kita dapat menggunakan pendekatan model efek tetap (fixed effect).
Model fixed effect atau Least Square Dummy Variable atau disebut juga Covarians
intersep cross section dan time series. Untuk memungkinkan perubahan- perubahan
intersep ini, dapat ditambahkan variabel dummy ke dalam model yang selanjutnya
αi = intersep
β = slope
i = individu ke-i
є = error / simpangan
Pada metode fixed effect estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobot (no
weighted) atau Least Square Dummy (LSDV) dan dengan pembobot (cross section
weight) atau General Least Square (GLS). Tujuan dilakukan pembobotan ini adalah
efisiensi dari parameter yang diestimasi. Pendekatan yang digunakan untuk mengatasi
hal ini adalah model random effect. Model random effect disebut juga sebagai error
component model karena dalam model ini, parameter yang berbeda antar individu
maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Persamaan umum dalam model
Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah error secara individual tidak saling
Penggunaan model random effect dapat menghemat derajat kebebasan dan tidak
mengurangi jumlahnya seperti pada model fixed effect. Hal ini berimplikasi kepada
parameter hasil estimasi akan menjadi efisien. Semakin efisien maka model yang
agar memperoleh dugaan model yang efisien dan paling baik di antara berbagai
pilihan model. Terdapat tiga pengujian statistik yang digunakan dalam data panel
Chow test atau biasa disebut dengan uji F statistics merupakan pengujian statistik
yang bertujuan untuk memilih apakah lebih baik menggunakan model Pooled Least
Square atau Fixed Effect. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa berikut :
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan menggunakan F statistik (Uji
( ESS1−ESS 2 ) /(N−1)
Chow = ❑
ESS 2/( NT −N −K)
Dimana :
ESS2 = residual sum square hasil pendugaan model pooled least square
Jika nilai chow statistics (F-stat) hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup
bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan
Hausmann Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan kita dalam
memilih apakah menggunakan model fixed effect atau menggunakan model random
Sebagai dasar penolakan hipotesa nol tersebut digunakan statistik Hausmann dan
m = ( β – b ) ( M0 – M1 )-1 ( β – b χ2 ( K )
Dimana :
K = degrees of freedom
Jika nilai χ2 – statistik hasil pengujian lebih besar dari χ2 – tabel maka cukup bukti
2.3. LM Test
stastisik dalam memilih model random effect dan pooled least square. Hipotesis dari
dengan nilai Chi-square. Apabila nilai LM hasil perhitungan lebih besar dari χ 2 –
tabel maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H 0 sehingga model
Suatu model dikatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai sifat-sifat tidak
bias linear terbaik suatu penaksir. Disamping itu suatu model dikatakan cukup baik
dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari serangkain uji asumsi
dasar yang melandasinya. Uji asumsi klasik dari dalam penelitian ini terdiri dari:
3.1. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah untuk mengetahui apakah residual terdistribusi secara normal
Residual dikatakan memiliki distribusi normal jika Jarque-Bera > Chi square, dan
Uji asumsi normalitas dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan metode
Jarque-Berra (J-B), yang didasarkan pada sampel besar yang diasumsikan bersifat
asymptotic. Nilai statistik J-B didasarkan pada chi-squares. Jika nilai probabilitas dari
statistik J-B besar atau jika nilai statistic J-B tidak signifikan maka H 0 diterima,
Ho : Jarque Bera stat > Chi square, p-value > 5%, residual berditribusi dengan normal
Ha : Jarque Bera stat < Chi square, p-value < 5%, residual tidak berditribusi dengan
normal.
Heterokedastisitas atau varians tak sama adalah kejadian dimana meskipun tingkat
variable dependen (Y) naik seiring dengan naiknya tingkat variabel independen (X),
namun varians dari variable dependen tidak tetap sama di semua tingkat variable
independen.
Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
variable independennya terdiri atas variable independen yang sudah ada, ditambah
besarnilai x2- hitung (Obs*R-squared) dengan nilai x2- table (chi square) sebagai
berikut :
a. Jika nilai x2- hitung < nilai x2- tabel, maka dapat dikatakan tidak terdapat
Masalah heteroskedestisitas.
b. Jika nilai x2- hitung>nilai x2- tabel, maka dapat dikatakan terdapat Masalah
heteroskedastisitas.
Tidak adanya korelasi antara antar variabel gangguan satu observasi dengan observasi
lain dikenal dengan istilah autokorelasi yang tidak sesuai dengan uji asumsi klasik.
Konsekuensi dari masalah ini adalah dimana estimator dari metode OLS masih linear,
tidak bias tetapi tidak mempunyai varian yang minimum. Tahapan-tahapan estimasi
dari uji ini adalah sebagai berikut: (1) penentuan orde integrasi atau melakukan uji
unit root, (2) uji kointegrasi jika semua variabel tidak stasionary pada tingkat level,
(3) penyusunan model error correction jika tahapan (2) terpenuhi, dan (4) melakukan
kesalahan pengganggu antar periode waktu. Dalam penelitian ini digunakan metode
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model regresi berganda.
Analisis yang di gunakan adalah regresi berganda karena variabelnya lebih dari satu
atau dua. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya
hubungan dan pengaruh variable bebas (X₁ dan X₂ ) terhadap variable terikat
(Y). Untuk memperoleh hasil yang lebih terarah, maka penulis menggunakan bantuan
perangkat lunak software yaitu SPSS 21. Tahapan pengujian hipotesis menggunakan
yaitu:
Y = α + β₁ X₁ + β₂ X₂ + e
Dimana :
α = Konstanta
β₁ = Koefisien X₁
β₂ = Koefisien X₂
e = Variabel Pengganggu
pengaruhi oleh harga internasional, nilai tukar rupiah dan jumlah produksi. Penelitian
ini menggunakan asumsi bahwa variable lain di luar variabel penelitian tidak berubah
(ceteris paribus).
5. Uji Hipotesis
Pengujian ini memiliki kegunaan dalam penarikan kesimpulan penelitian, selain itu
pengujian hipotesis terdapat tiga (3) bentuk pengujian yang akan dilakukan yaitu uji
signifikansi parameter individual (uji t), uji signifikansi simultan (uji F), dan
terdapat di dalam model. Besaran yang digunakan dalam uji ini yaitu statistik t.
Hipotesisnya adalah :
H 0 : β1 = 0 t = 1,2,...,n
H 1 : β1 ≠ 0
β−βt
t=
Se β
Dimana :
β = parameter dugaan
βt = parameter hipotesis
Seβ = standard error parameter β
- Jika t-stat > t-tabel, maka tolak H0 dan dapat disimpulkan bahwa variabel
- Jika t-stat < t-tabel, maka terima H0 dan dapat disimpulkan bahwa variabel
Model yang diduga akan semakin baik apabila semakin banyak variabel bebas yang
Tujuan dari uji-F yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh peubah bebas terhadap
variabel dependennya).
H1 : minimal ada satu βt ≠ 0 (paling tidak ada satu variabel independen yang
- Probability F-stastistic < taraf nyata (α), maka tolak H0 dan dapat
- Probability F-statistic > taraf nyata (α), maka terima H0 dan disimpulkan
dependennya.
Tujuan dari uji ini adalah untuk melihat sejauh mana besar keseragaman yang dapat
dijelaskan oleh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Nilai R 2 atau R2 adjusted
berkisar antara 0 sampai dengan 1, semakin mendekati satu semakin baik. Rumus
perhitungannya yaitu :
Dimana : Yt = Y aktual
Yt = Y dugaan
Y = Y rata-rata
C. Model Penelitian
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah panel data regression.
Objek yang diteliti adalah minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (HS
151110). Periode waktu yang digunakan pada analisis ini yaitu tahun 2016-2020
dengan jumlah cross section sebanyak 6 negara. Faktor-faktor yang digunakan dalam
menganalisis volume ekspor CPO Indonesia adalah Produksi Domestik, Harga CPO
Domestik, Harga CPO Internasional, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS.
Keterangan:
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
D. Definisi Operasional Variabel
yang salah atas variabel yang dipilih, maka definisi masing- masing variabel dalam
Volume ekspor yang dipakai dalam penelitian ini adalah volume ekspor CPO
Indonesia di negara tujuan impor CPO Indonesia dalam satuan dolar Amerika
Serikat.
Harga ekspor CPO domestik merupakan harga dari dalam negeri yang
Menurut Mankiw (2009), nilai tukar terdiri dari nilai tukar nominal dan nilai
tukar riil. Nilai tukar nominal adalah perbandingan harga relatif dari mata
internasional, dapat digunakan nilai tukar riil. Nilai tukar riil merupakan
perbandingan harga relatif dari barang yang terdapat di dua negara. Nilai tukar
yang digunakan pada penelitian ini adalah nilai tukar riil, merupakan hasil kali
antara nilai tukar nominal dengan rasio indeks harga di luar negeri dan di
Aprina, H. (2014). Analisis Pengaruh Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia terhadap
Nilai Tukar Riil Rupiah. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume
16, Nomor 4.
Carter, Finley, Fry Jackson and Willis. (2007). Palm Oil Markets and Future
Pracoyo, K., & Pracoyo, A. (2006). Aspek Dasar Ekonomi Mikro. Jakarta: PT.
Grasindo.
Putra, I. D. (2014). Pengaruh Produksi, Harga, Kurs dan Tarif 0% terhadap Ekspor
Empat.
Eva Nurul Huda, Arif Widodo, Determinan Dan Stabilitas Ekspor Crude Palm Oil