Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP VOLUME EKSPOR INDUSTRI


CPO (CRUDE PALM OIL) NASIONAL: KAJIAN EMPIRIS PADA SEBELAS
NEGARA TUJUAN UTAMA EKSPOR CPO

TIM PENGUSUL
Ahmad Cahyo Nugroho, S.Pt.,MM (198112152008031001)
Theresia Anindita, S.E, M.SE (198311282008032001)
Dhany Surya Ratana, S.T., MM (198411112014021001)

AKADEMI PIMPINAN PERUSAHAAN


Februari 2014

DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................................................. 2
SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN .................................................................................... 3
I.

II.

III.

IV.

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN ........................................................... 4


PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................ 9

METODE PENELITIAN ............................................................................................................. 15


JADWAL PELAKSANAAN ........................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 22


REKAPITULASI ANGGARAN PENELITIAN .............................................................................. 24
BIODATA TIM PENELITIAN ......................................................................................................... 25

Abstrak
Permintaan CPO yang sangat besar mendorong perusahaan Indonesia terus
mengekspor CPO, padahal CPO memiliki banyak produk turunan. Untuk
mendukung industri hilir CPO, pemerintah mengeluarkan bea ekspor progresif
sesuai dengan value CPO dunia. Kebijakan ini diharapkan mampu menghambat
laju ekspor untuk memberikan pasokan dosmestik. Selain value dunia, perubahan
nilai tukar juga memberikan keunggulan komparatif yang dapat mendorong ekpor
dibandingkan mensupply industri hilir.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Vector
Autoregression (VAR) yang dilanjutkan dengan metode VAR-ECM (error
correction model). Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektifitas kebijakan
dalam menghambat laju ekspor dan mendorong industri hilir.
Kata Kunci : CPO, Ekspor, Nilai Tukar Rupiah, Vector Autoregression.

SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama
NIP
Pekerjaan

: Ahmad Cahyo Nugroho, S.Pt., M.M.


: 19811215 200803 1 001
: Dosen Tetap Akademi Pimpinan Perusahaan

Menyatakan bahwa saya bersedia/sanggup menyerahkan laporan penelitian dalam


bentuk hardcopy dan softcopy kepada Pusdiklat Industri Kementerian
Perindustrian.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 28 Februari 2014
Yang menyatakan:

(Ahmad Cahyo Nugroho, S.Pt., M.M.)

SURAT PERNYATAAN
ORISINALITAS PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama
NIP
Pekerjaan

: Ahmad Cahyo Nugroho, S.Pt., M.M.


: 19811215 200803 1 001
: Dosen Tetap Akademi Pimpinan Perusahaan

Menyatakan bahwa penelitian yang saya ajukan adalah orisinal (duplikasi) hasil
karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah
saya nyatakan dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 28 Februari 2014
Yang menyatakan:

(Ahmad Cahyo Nugroho, S.Pt., M.M.)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu negara tidak akan dapat memenuhi permintaan atas barang atau jasa
di dalam negerinya karena keterbatasan sumber daya. Hal ini membuat suatu
negara memproduksi suatu komoditi tertentu yang dapat mereka produksi dengan
ekonomis dan mengekspor komoditi tersebut untuk mendapatkan penghasilan.
Penghasilan ini dapat digunakan untuk mengimpor komoditi yang dibutuhkan di
dalam negeri atau sebagai tabungan negara. Karena dilakukan antar negara, maka
terdapat perbedaan mata uang, untuk itu diperlukan pertukaran mata uang.
Sejak ditinggalkannya sistem Bretton Wood tahun 1973, nilai tukar uang
kebanyakan mengikuti skema floating system. Dalam floating system mata uang
akan mengalami kenaikan atau penurunan nilai. Perubahan nilai mata uang ini
sesuai dengan keadaan ekonomi negara tersebut. Ketika nilai tukar uang negara
pengekspor turun maka harga barang di negara pengekspor menjadi lebih murah
di negara pengimpor. Perubahan nilai tukar ini dapat membuat harga barang
ekspor mengalami perubahan yang dapat mempengaruhi daya saing ekspor suatu
negara. Dalam bukunya Mankiw (2009) menyebutkan bahwa secara teoritis
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ekspor, impor, dan net ekspor suatu
negara adalah sebagai berikut :
1. Cita rasa konsumen untuk barang dalam dan luar negeri
2. Harga barang dalam dan luar negeri
3. Nilai tukar
4. Pendapatan konsumen dalam dan luar negeri
5. Biaya transportasi barang antar negara
6. Kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional
Hal ini dapat diperlihatkan pada gambar 1 dimana ketika terjadi
pergerakan nilai tukar secara ekstrim pada tahun 1997 sampai 2001 diikuti pula
dengan pergerakan nilai ekspor. Pada tahun 1998 ketika nilai tukar rupiah
mengalami depresiasi secara ekstrim, nilai ekspor menurun dan baru meningkat
lagi pada periode-periode berikutnya. Respon ini dapat terjadi karena pada saat itu
terjadi krisis sehingga tingkat produksi melemah dan kemungkinan adanya lag

atau jeda waktu pada respon ekspor. Pada Gambar 2 juga terlihat bahwa
persentase ekspor melonjak menjadi sebesar 54 persen yang juga menunjukkan
bahwa minat terhadap ekspor Indonesia tetap tinggi walaupun ekonomi Indonesia
sedang melemah karena dengan nilai tukar yang rendah harga barang-barang
Indonesia menjadi relatif lebih murah di pasar internasional.

Pergerakan nilai tukar dan ekspor


20000
15000
10000
5000

Ekspor (dalam puluh juta US$)

2010

2009

2008

2007

2006

2005

2004

2003

2002

2001

2000

1999

1998

1997

1996

1995

1994

1993

1992

1991

1990

Nilai tukar (Rupiah/US$)

Gambar 1 Pergerakan nilai tukar dan ekspor Indonesia

Tujuan utama ekspor pada mulanya adalah untuk menjual barang-barang


yang berlebih di dalam negeri ke luar negeri. Hal ini juga memberikan untung
yang lebih besar, karena biasanya pengekspor dapat mendapatkan harga yang
lebih tinggi daripada menjual barangnya di dalam negeri. Selain itu, ekspor juga
meningkatkan GDP seperti pada rumus:
=

+ +

Di mana Y adalah GDP, C adalah konsumsi, I adalah investasi, G adalah


pembelanjaan pemerintah, dan NX adalah jumlah ekspor dikurangi jumlah impor.
Semakin tinggi ekspor maka akan semakin tinggi pula pendapatan negara tersebut.
Ekspor juga penting karena merupakan sumber pendapatan untuk pembelanjaan
pemerintah, dan mempromosikan produktifitas dan efesiensi suatu negara untuk
berpartisipasi pada pasar intenasional dan memberikan pendapatan mata uang
asing (Etta-Nkwelle, 2007). Pendapatan yang berlebih ini kemudian dapat
digunakan untuk mengimpor barang yang sangat dibutuhkan di dalam negeri
namun tidak sanggup untuk memenuhi permintaan yang ada. Jumlah ekspor
Indonesia berkisar antara 25-40 dari total GDP dan selalu lebih besar daripada

impor selama dua puluh tahun terakhir kecuali tahun 1995-1997 seperti terlihat
pada gambar 2.

80
70
60
50

Konsumsi

40

Ekspor

30

Impor

20
10
0
1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
Gambar 2 Persentase ekspor dan konsumsi indonesia 20 tahun terakhir1

Karena dapat mempengaruhi daya saing ekspor suatu negara, maka telah
banyak penelitian yang mempelajari tentang dampak perubahan mata uang
terhadap ekspor. Namun dari banyak penelitian yang ada, hasil dari tiap-tiap
penelitian tidak memberikan hasil yang konsisten dimana beberapa memberikan
hasil yang negatif seperti yang dilakukan oleh Lira Sekantsi (2007) dan Dilara Tas
(2008), hasil positif dari penelitian Adnan Kasnan dan Saadet Kasman (2005), dan
tidak berpengaruh seperti yang dilakukan oleh Rafayet Alam (2010) dan
Hondroyiannis et al (2005). Karena hasil yang ditemukan berbeda, maka
diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap dampak perubahan nilai tukar mata
uang terhadap volume ekspor.
Dalam penelitian ini ekspor difokuskan pada volume ekspor CPO.
Pemilihan CPO dipilih karena merupakan salah satu ekspor terbesar Indonesia
selain minyak dan gas. Selain memberikan devisa terbesar bagi Indonesia, CPO
dihasilkan utamanya dari kebun rakyat yang berarti memberikan manfaat
langsung untuk masyarakat banyak. Perkebunan sawit juga merupakan salah satu
industri padat karya.
1

Sumber: world data bank, (http://databank.worldbank.org) diakses pada 17 mei 2012

1.2 Perumusan Masalah


Perubahan nilai mata uang dapat mempengaruhi harga barang yang
kemudian mempengaruhi daya saing suatu negara. Berdasarkan latar belakang
permasalahan yang diungkapkan, maka rumusan masalah yang relevan untuk
dibahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana dampak perubahan nilai tukar uang pada volume ekspor Industri
CPO pada Indonesia?
2. Bagaimana sensitivitas ekspor Industri CPO terhadap perubahan nilai tukar
uang rupiah?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak perubahan nilai mata uang pada
ekspor dengan cara sebagai berikut :
1. Menganalisis dampak perubahan nilai tukar uang pada volume ekspor Industri
CPO Indonesia.
2. Menganalisis sensitivitas ekspor terhadap perubahan nilai tukar uang rupiah.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memperlihatkan hubungan antara nilai
tukar mata uang rupiah dengan volume ekspor karena masih terdapat perbedaan
pendapat dan hasil pada penelitian-penelitian terdahulu. Selain itu penelitian ini
juga dapat memberikan tambahan insight bagi pelaku ekspor dan regulator untuk
menghadapi perubahan nilai tukar mata uang.
Hipotesis
Penelitian mengenai Dampak Perubahan Nilai Tukar Terhadap Ekspor
Indonesia ini memiliki tiga hipotesis yaitu :
1. Dampak ekonomi dunia terhadap ekspor Industri CPO adalah positif.
2. Dampak harga relatif terhadap ekspor Industri CPO adalah negatif.
3. Dampak depresiasi nilai tukar riil (real exchange rate) adalah positif.

2. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kerangka Teoritis


Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi ekspor, impor, dan net ekspor adalah minat konsumen pada barang
dalam dan luar negeri, harga barang di dalam dan luar negeri, nilai tukar,
penghasilan konsumen di dalam dan luar negeri, biaya transportasi antar negara,
dan kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional. Nilai tukar
berfungsi sebagai harga relatif barang domestik dan luar negeri. Ketika nilai tukar
mata uang domestik mengalami depresiasi terhadap mata uang asing maka maka
barang domestik akan relatif lebih murah daripada barang asing. Konsumen di
dalam dan luar negeri akan lebih tertarik pada barang domestik yang menjadi
relatif lebih murah sehingga akan meningkatkan ekspor (Mankiw 2007).
2.1.1 Nilai Tukar
Nilai tukar adalah jumlah yang dibutuhkan dari satu mata uang untuk
membeli satu unit dari mata uang lain. Kebanyakan negara memiliki mata
uangnya masing-masing : seperti Rupiah di indonesia, US Dollar di Amerika
Serikat, Poundsterling di Inggris. Pada mulanya nilai tukar uang mengikuti gold
standard. Sesuai dengan namanya sistem ini mengikuti fixed rate yang secara
langsung dipadankan dengan emas, sehingga untuk menukarkan uang antar mata
uang dapat memadankannya dengan jumlah emas yang dapat dibeli dari masingmasing negara. Kemudian setelah perang dunia kedua digunakan sistem Bretten
Wood, yang selalu peg to dolar AS dimana nilai dolar AS dipadankan dengan
emas senilai $35 setiap ounce nya (Mishkin, 2007). Sistem ini kemudian
ditinggalkan pada tahun 1973 untuk mengadopsi sistem float, dimana nilai tukar
mata uang dibiarkan naik dan turun sesuai dengan permintaan dan penawaran.
Dalam penentuan nilai tukar mata uang ini, akan tercapai keseimbangan nilai
tukar jika terjadi keseimbangan antara permintaan dan penawaran mata uang
tersebut.
Pada prakteknya, Bank sentral tidak membiarkan nilai tukar uang berubah
tanpa kendali. Bank sentral akan selalu memonitor nilai tukar mata uangnya agar
tidak terapresiasi untuk menjaga harga barang ekspornya. Nilai tukar yang

10

diperjual belikan dan dijaga oleh bank sentral ini adalah Nominal Exchange Rate.
Nominal Exchange Rate adalah nilai tukar tertulis dari mata uang yang
dibutuhkan oleh suatu mata uang untuk membeli satu unit mata uang lain. Karena
nilai ini tidak memperhitungkan perubahan harga, dipakailah Real Exchange Rate
yang telah memperhitungkan perubahan harga. Untuk menganalisis real exchange
rate dipergunakan rumus :

Di mana:

x=real exchange rate


X=nominal exchange rate
P=harga barang domestik
PF=harga barang di luar negeri

2.1.2 Ekspor
Ekspor adalah penjualan suatu barang yang dilakukan suatu negara ke
negara lain. Negara melakukan impor barang dari negara lain untuk memenuhi
kebutuhan dalam negerinya yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi di dalam
negeri. Jika produksi di dalam negeri memerlukan biaya yang lebih tinggi
daripada mengimpor dari negara lain maka lebih ekonomis untuk mengimpor.
Dengan kata lain, ekspor akan terjadi jika barang yang diekspor lebih murah
daripada barang yang tersedia di pasar luar negeri atau pasar tersebut tidak dapat
memproduksinya.
Negara yang memiliki kemampuan memproduksi suatu komoditi secara
ekonomis akan berusaha untuk mengekspor komoditi tersebut. Negara yang dapat
memproduksi komoditi yang sama akan ada lebih dari satu negara sehingga terjadi
persaingan. Selain persaingan dalam kemampuan produksi yang lebih ekonomis,
nilai tukar mata uang juga akan menentukan harga komoditi tersebut di negara
pengimpor. Jika kemampuan produksi kedua negara sama-sama ekonomis, maka
perbedaan nilai tukar dapat mempengaruhi permintaan ekspor negara tersebut
dimana seharusnya negara yang memiliki nilai tukar lebih rendah akan
mendapatkan permintaan yang lebih besar.

11

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu


Amzul Rifin (2011) menyatakan dalam disertasinya bahwa dalam rentang
2000-2005 perusahaan lebih memilih untuk melakukan investasi pada pembuatan
kebun kelapa sawit dan refineri CPO dibandingkan membangun fasilitas
pemrosesan CPO menjadi produk-produk turunan seperti minyak goreng.
Dalam disertasinya Dilara Tas (2008) menggunakan reduced form export
demand function dan vector error correction model untuk mempelajari hubungan
jangka pendek dan jangka panjang antar variable. Kemudian menggunakan
pengukuran volatilitas nilai tukar dengan moving average volatility, two step
ARCH, dan two step GARCH untuk meneliti robustness dari volatilitas nilai tukar
terhadap permintaan ekspor di negara asia timur sebelum dan sesudah krisis 1997.
Hasil yang ditemukan adalah ada hubungan jangka panjang terhadap semua
negara kecuali Indonesia dan Thailand. Kemudian ditemukan efek negatif dari
real effective exchange rate semua negara asia timur kecuali indonesia.
Sekantsi (2007) menggunakan GARCH untuk mengukur volatilitas nilai
tukar dan ARDL bounds testing untuk mempelajari hubungan jangka panjang
antar variabel pada ekspor Afrika Selatan ke Amerika Serikat. Hasil yang
ditemukan adalah volatilitas real exchange rate berdampak negatif terhadap
ekspor.
Susanti (2001) juga menemukan hubungan jangka panjang yang signifikan
secara statistik terhadap hubungan volume ekspor dan nilai tukar pada lima
komoditas agrikultur Indonesia dengan menggunakan Error Correction Model.
Dalam disertasi ini juga disebutkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan
exchange rate changes pada kelima komoditas dan agregrat ekspor.
Sedangkan Kasman (2005) yang mempelajari exchange rate volatility pada
ekspor di Turki pada periode 1982-2001 dengan menggunakan teknik
cointegration dan error correction methods menemukan terdapat hubungan jangka
panjang antara volume ekspor, pendapatan negara lain, harga relatif, dan
volatilitas nilai tukar. Ditemukan pula hubungan positif dan signifikan antara
ekspor dan volatilitas nilai tukar. Dari ketiga pengukuran, hasil menunjukkan
bahwa ekspor lebih responsif terhadap perubahan dalam real effective exchange
rate dengan mata uang partner terbesar.

12

Genc (2009) yang juga mempelajari dampak nilai tukar pada ekspor di
Turki dengan data mulai tahun 1980-2009 dengan menggunakan pendekatan
ARDL mendapatkan koefisien dari real effective exchange rate tidak signifikan.
Hal ini berarti depresiasi atau apresiasi mata uang Turki tidak memiliki dampak
yang signifikan. Hubungan jangka panjang juga menunjukkan depresiasi real
exchange rate di Turki tidak menyebabkan kenaikan yang berarti dalam volume
ekspor. Dalam penelitian ini indikator yang terpenting adalah biaya pekerja,
perubahan produktifitas, dan pendapatan dunia dalam menyebabkan naiknya
ekspor Turki sejak 1994.
Studi

pada

negara-negara

Afrika

(CFA)

menunjukkan

bahwa

overvaluation berdampak menurunkan nilai ekspor keseluruhan (Etta-Nkwelle,


2007). Dalam studi ini digunakan metode two-stage least square, dengan hipotesa
bahwa real exchange rate adalah determinan utama dalam performa ekspor.

No Nama
1
Marumbok
EttaNkwelle

Metode
two-stage
least square

Variable
Kesimpulan
EX, RER, foreign RER
overvaluation
income
berpengaruh
negatif
terhadap expor agregat,
namun
tidak
mempengaruhi sektor
manufaktur.
Ali
M. Generalized REER (CPI based), FDI secara signifikan
Kutan,
least square Real GDP trend, berhubungan
positif
Goran
Trade
terhadap peningkatan
Vuksic
Liberalization
ekspor.
REER
index, Real FDI berpengaruh
negatif,
inward, EXR
RGDP
berpengaruh
positif.
Ermias O. Panel data, FDI, distance from Kualitas infrastruktur
Weldemica two-stage
major
market, tidak memiliki efek jika
el
least square institutional
FDI
dan
variabel
quality, EX, GDP, kontrol yang lain telah
human capital.
diperhitungkan.
FDI
memiliki efek positif,
jarak dari major market
memiliki efek negatif
Faiz
Cointegratio Real export, RER RER volatility dan
Bilquees
n
dan volatility, foreign Exchange
rate
VECM
economic activity
berdampak negatif, dan
real foreign income
berdampak positif.

13

E.O.
Abolagba

OLS

Export, produksi,
harga
produksi,
harga
dunia,
Exchange
rate,
konsumsi domestik

Ekspor
dipengaruhi
produksi
domestik,
harga domestik, nilai
tukar,
konsumsi
domestik dan suku
bunga. Nilai tukar dan
konsumsi
domestik
berhubungan
negatif
dengan ekspor.

2.3 Kerangka pemikiran konseptual


Sesuai dengan penelitian terdahulu, variabel-variabel yang digunakan
sebagai fungsi determinan ekspor salah satunya adalah nilai tukar. Variabelvariabel lain yang juga sering diuji adalah ekonomi dunia dengan proxy GDP
ataupun industrial production, harga relatif terhadap dunia, jarak antar negara,
FDI. Dalam penelitian ini digunakan variabel ekspor dalam bentuk volume, nilai
tukar riil yang diturunkan dari nilai tukar nominal dengan beberapa negara
terpilih. Hal yang akan diukur adalah keterkaitan nilai tukar dengan ekspor
dengan menggunakan granger causality dan Sensitivitas ekspor terhadap nilai
tukar dengan memakai VECM dan fungsi IRF dan FEVD. Kerangka pemikiran
konseptual dapat dilihat pada gambar 3.
Exchange Rate

Faktor ekonomi
lainnya

Volume Ekspor

Keterkaitan nilai tukar


dan ekspor

Sensitivitas ekspor
terhadap nilai tukar

Kesimpulan
Gambar 3 : Kerangka pemikiran konseptual

14

2.4 Kerangka operasional


Dalam penelitian ini digunakan metode VAR/VECM untuk mencari
hubungan antara perubahan nilai tukar mata uang dengan ekspor. Untuk
melakukan penelitian ini diperlukan langkah-langkah operasional seperti
tergambar pada gambar 4.
Permasalahan
penelitian
Studi literatur
Tujuan Penelitian

Spesifikasi model
VAR/VECM
Uji Stasioner
(ADF test)
Penentuan lag
Uji Kointegrasi
IRF

Estimasi
VECM

FEVD
Kesimpulan

Gambar 4 Kerangka operasional

Setelah melakukan estimasi VECM, maka dilakukanlah analisis IRF dan FEVD
untuk membentuk kesimpulan yang dapat membantu keputusan manajerial
perusahaan dan regulator.

15

3. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
deskriptif dan kuantitatif ekonometrika menggunakan data sekunder. Penelitian ini
menggunakan berbagai analisis data dengan bantuan Eviews dan Excel untuk
studi kasus terhadap ekspor dan nilai tukar.
3.2 Data yang dibutuhkan dan sumber
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan oleh pihak
lain dan telah dipublikasikan. Data tersebut merupakan data bulanan dari tahun
2000:1 sampai dengan 2011:12. Variabel ekspor didapat dari BPS, baik berupa
agregrat maupun per komoditi dan digunakan dalam satuan ton. Indeks industrial
production, consumer price index, dan nilai tukar diperoleh dari website OECD
dan BI. Producer price index Indonesia diperoleh dari website BI dan World price
index dari website IMF.
Untuk data nilai tukar, karena data yang didapat dari OECD berupa satuan
mata uang Negara tersebut terhadap US dollar maka nilai tukar antara kedua
Negara didefinisikan sebagai berikut (Susanti 2001; Tas 2008):
=

Dimana EXij dapat digambarkan sebagai jumlah mata uang Negara i yang didapat
untuk setiap unit mata uang Negara j. Dalam hal ini mata uang Negara i adalah
rupiah dan Negara j adalah partner ekspor Indonesia. Untuk menghitung nilai real
exchange rate digunakan consumer price index masing-masing Negara dengan
metode berikut:
=

Langkah terakhir adalah menghitung RER sebagai weighted average dari REX
dan didefinisikan sebagai berikut:
=

Dimana adalah persentase ekspor Indonesia dengan partner pada tahun


2010 dan ij = 1. Jumlah Negara yang dipilih untuk perhitungan ini adalah 11

16

negara dengan total share ekspor sebesar 43% dari keseluruhan ekspor. Negara
terpilih adalah Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, China, Belgia, Perancis,
Jerman, Italia, Belanda, Spanyol, dan Inggris. Negara dipilih berdasarkan share
export dan data yang dapat diperoleh oleh peneliti. Karena nilai mata uang
Indonesia lebih kecil daripada nilai seluruh mata uang partner terpilih maka ketika
nilai RER naik menyatakan depresiasi sedangkan RER turun menyatakan
apresiasi.
Untuk ekonomi dunia digunakan proxy production index. Metode yang
digunakan sama dengan perhitungan RER dimana share yang digunakan juga
dipilih dari share export :
=

3.3 Metode Analisis


Dari penelitian terdahulu (Tas 2008; Bilquees 2010, Ong 2009)
dibentuklah spesifikasi persamaan umum sebagai berikut:
=

Di mana Xt adalah volume ekspor, Yt adalah ekonomi dunia dengan proxy


industrial production, Pt adalah harga relatif, Vt adalah perubahan nilai mata
uang.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Vector
Autoregression (VAR) yang dilanjutkan dengan metode VAR-ECM (error
correction model). Menurut Stock dan Watson dalam Firdaus (2011) VAR
merupakan sebuah n-persamaan dengan

n-variabel di mana masing-masing

variabel dijelaskan oleh nilai lag-nya sendiri, serta nilai saat ini dan masa
lampaunya.
Keunggulan metode VAR dibandingkan dengan metode ekonometrika
konvensional adalah (Firdaus 2011):

17

1. Mengembangkan model secara bersamaan di dalam suatu system yang


kompleks (multivariat) sehingga dapat menangkap hubungan keseluruhan
variabel di dalam persamaan itu
2. Uji VAR yang multivariat bisa menghindarkan parameter yang bias akibat
tidak dimasukkannya variabel yang relevan
3. Uji VAR dapat mendeteksi hubungan antarvariabel di dalam system
persamaan, dengan menjadikan seluruh variabel sebagai endogen
4. Karena bekerja berdasarkan data, metode VAR terbebas dari berbagai
batasan teori ekonomi yang sering muncul, termasuk gejala perbedaan
palsu (spurious variable) di dalam model ekonometrika konvensional
terutama pada persamaan simultan, sehingga menghindari penafsiran yang
salah.
Representasi model matematika VAR adalah sebagai berikut (Eviews 6 Users
Guide 2007):
=

++

Di mana yt adalah vektor k dari variabel endogen, xt adalah vektor d dari variabel
eksogen. A1, , Ap dan B adalah matriks koefisien yang akan diestimasi, dan t
adalah inovasi vektor yang secara contemporer berkorelasi namun tidak
berkorelasi dengan nilai lagnya sendiri dan dengan semua variabel di sebelah
kanan.
3.3.1 Granger Causality
Uji kausalitas granger dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan
peramalan dari satu peubah deret waktu pada periode sebelumnya terhadap
peubah deret waktu lainnya pada periode saat ini. Untuk melakukan uji ini
digunakan software eviews. Jika probabilitas lebih kecil dari pada alpha, maka H0
ditolak atau variabel A menyebabkan variabel B dan sebaliknya jika probabilitas
lebih besar dari pada alpha, maka tidak cukup bukti untuk menolak H0 sehingga
tidak ada hubungan kausalitas.

3.3.2 Uji Stasionaritas


Menggunakan software eviews 6 akan dilakukan uji stasionary. Uji
stasionary digunakan untuk mengidentifikasi apakah suatu variabel stasioner atau

18

tidak. Data time series dikatakan stasioner jika data tersebut tidak mengandung
akar-akar unit (unit root) dimana mean, variance dan covariance konstan
sepanjang waktu. Sebaliknya data time series dikatakan tidak stasioner jika
mengandung akar-akar unit, dimana mean, variance dan covariance data tersebut
tidak konstan.
Untuk menguji akar-akar unit pada penelitian ini digunakan uji
Augmented Dickey-Fuller (ADF) yang dikembangkan oleh Dickey dan Fuller.
Jika dari hasil uji ADF diperoleh data seluruh variabel belum stasioner pada level,
maka untuk memperoleh data yang stasioner dapat dilakukan dengan cara
melakukan uji pada first difference (Yulismi 2006). Prosedur uji kemudian
dilakukan kembali pada data first difference, jika hasil uji telah stasioner, maka
data time series tersebut terintegrasi pada derajat pertama I(1) untuk seluruh
variabel.

3.4.3 Penentuan Lag


Setelah seluruh data stasioner maka dicobalah model VAR dengan lag
tertinggi dimana model tersebut stabil. Setelah mendapatkan model VAR yang
stabil dan memiliki modulus seluruhnya kurang dari satu maka dilakukanlah
penentuan lag.
Penentuan lag optimal dapat menggunakan nilai lag yang diperoleh dari
LR (sequential modified LR statistic), FPE (Final prediction error), AIC (Akaike
information criterion), SC (Schwarz information criterion), dan HQ (HannanQuinn information criterion) (Apriani 2006). Lag yang diperoleh dari uji ini akan
digunakan dalam model VECM nantinya.

3.4.4 Uji kointegrasi


Uji kointegrasi dilakukan untuk menentukan apakah variabel-variabel
yang tidak stasioner terkointegrasi atau tidak. Kointegrasi adalah hubungan jangka
panjang antara variabel-variabel yang tidak stasioner dan residual dari kombinasi
linier tersebut harus stasioner. Kombinasi linear ini dikenal dengan istilah
persamaan

kointegrasi

dan

dapat

diinterpretasikan

sebagai

hubungan

keseimbangan jangka panjang diantara variabel. Dalam penelitian ini untuk

19

menguji variabel yang tidak stasioner terkointegrasi diuji dengan johannsen


cointegration test.
Jika trace statistic > critical value, persamaan tersebut terkointegrasi.
Setelah jumlah persamaan yang terkointegrasi telah diketahui maka tahapan
analisis dilanjutkan dengan analisis Vector Error Correction Model (VECM)

3.4.5 Model VECM


Jika data time series tidak stasioner pada tingkat level, maka akan
diteruskan pada turunan pertama atau tingkat first difference. Hal ini akan
menghilangkan informasi jangka panjang, oleh karena itu digunakan analisis
VECM jika data memiliki tingkat stasioneritas I(1).
VECM dapat digunakan jika data stasioner pada tingkat first difference
atau second difference dan terdapat kointegrasi pada variabel-variabel yang
dianalisis. VECM digunakan untuk mendapatkan hubungan antara variabelvariabel dalam bentuk regresi kointegrasi.

3.4.6 Analisis IRF


Analisis Impuls Response atau IRF merupakan alat analisis yang
digunakan untuk mencari dampak shock variabel satu terhadap variabel lainnya.
Dengan menggunakan IRF maka akan dapat diestimasi dampak dari salah satu
shock terhadap shock lainnya pada saat sekarang dan masa yang akan datang dari
seluruh variabel endogen (Julivanto 2009). Dengan melakukan analisis IRF, maka
dapat diketahui respon dinamis ekspor terhadap guncangan Industrial Production,
Price Index, dan nilai tukar.

3.4.7 FEVD
Analisis FEVD adalah metode yang dapat dilakukan untuk melihat
bagaimana perubahan dalam suatu variabel yang ditunjukkan oleh perubahan
error variance dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya. Dalam metode ini
dapat dilihat kekuatan masing-masing variabel dalam memengaruhi variabel
lainnya.

20

FEVD merinci ragam dari peramalan galat menjadi komponen-komponen


yang dapat dihubungkan dengan setiap variabel endogen dalam model (Julivanto
2009). Dengan menghitung persentase kuadrat prediksi galat k-tahap ke depan
dari sebuah variabel akibat inovasi dalam variabel-variabel lain maka akan dapat
dilihat seberapa besar perbedaan antara error variance sebelum dan sesudah
terjadinya shock yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari variabel lain. Maka
dengan analisis FEVD dapat diketahui secara pasti faktor-faktor yang memberikan
kontribusi paling signifikan terhadap perubahan dari variabel tertentu. Dalam
penelitian ini variabel tersebut yaitu volume ekspor, industrial production index
sebagai proxy ekonomi dunia, price index, dan nilai tukar.

21

4. JADWAL PELAKSANAAN

Penelitian direncanakan dimulai pada bulan Maret dan selesai pada bulan
Agustus. Pembentukan proposal dan metode final akan diperbaiki pada bulan
pertama yang kemudian akan dilanjutkan dengan pengumpulan dan pengolahan
data.
Kegiatan
Observasi dan Penyusunanan
proposal
Pengumpulan data
Pengolahan data
Pembahasan hasil pengolahan
data
Penyusunan laporan

BULAN
3
4

22

DAFTAR PUSTAKA
Abolagba EO, Onyekwere NC, Agbonkpolor BN, Umar HY. 2010. J hum ecol
Vol 29 no 3:181-184
Amzul R. 2011. The role of palm oil industry in Indonesian economy and its
export competitiveness. Tokyo: Department of Agricultural and Resource
Economics, University of Tokyo.
Apriani DK. 2007. Analisis dampak guncangan harga minyak dunia terhadap
inflasi dan output di Indonesia: periode 1990-2006. Bogor: Departemen
ilmu ekonomi Institut Pertanian Bogor.
Bilquees F, Mukhtar T, Malik SJ. 2010. Exchange rate volatility and export
growth: Evidence from selected south asian countries. Zagreb international
review of economic and business Vol 13 no 2: 27-37.
Firdaus M. 2011. Aplikasi ekonometrika untuk data panel dan time series. IPB
Press: Bogor. Editor: Elviana.
Genc F. 2009. Effect of Exchange Rate Changes on Export Performance in
Turkey. Gazimagosa, North Cyprus: Eastern Mediterranean University.
Hondroyiannis G, Swammy PAVB, Tavlas GS, Ulan M. 2005. Some further
evidence on Exchange rate volatility and exports. Working paper no 28.
Julivanto V. 2009. Dinamika ekspor karet alam Indonesia. Bogor: Departemen
ilmu ekonomi Institut Pertanian Bogor.
Kasman A, Kasman S. 2005. Exchange rate uncertainty in Turkey and its impact
on export volume. METU Studies in Development 32: 41-58.
Kutan AM, Vuksic G. Foreign direct investment and export performance:
empirical evidence.
Mankiw NG. 2009. Principles of Economics: fifth edition. Canada: SouthWestern Cengage Learning.
Mishkin FS. 2007. The economics of money, banking, and financial market.
Boston: Pearson Addison Wesley.
Ong HB, Yoong YJ, Lim SL, Tong GK. 2009. The Effect of Real Exchange Rate
on Thailand Export. The UIP Journal of Applied Economics, Vol VIII no
5&6: 48-54
Susanti YF. 2001. The effect of exchange rate on Indonesian agricultural exports.
Stillwater Oklahoma: Oklahoma State University.

23

Sekantsi L. 2007. The Impact of Real Exchange Rate Volatility on South African
Exports to the United States : A Bounds Test Approach. National
University of lesotho.
Tas D. 2003. Essays on Exchange Rate Risk, Asset Return and Trade Flows in
East Asian Emerging Market Economies. Southern Illinois University
Carbondale.
Yulismi. 2006. Dinamika ekspor minyak sawit Indonesia ke negara-negara
importer utama: analisis cointegration dan error correction model. Bogor:
Sekolah pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

24

REKAPITULASI ANGGARAN PENELITIAN


No
1
2
3
4
5
6
7

Komponen Biaya
Gaji dan upah
Bahan habis pakai
Foto copy
Data, Transportasi dan akomodasi
Cinderamata
PPh
Biaya operasional

Jumlah
11.700.000
7.200.000
3.000.000
17.800.000
4.500.000
4.530.000
6.500.000

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Jumlah

Rp 55.230.000

Rincian Biaya:
1. Gaji danUpah:
a. Peneliti Utama
: @ Rp 550.000 x 6 bln = Rp 3.300.000
b. Peneliti Anggota (2) : @ Rp 400.000 x 6 bln = Rp 4.800.000
c. Teknisi (2 Mhs.)
: @ Rp 300.000 x 6 bln = Rp 3.600.000
Jumlah
2. Bahan Habis Pakai:
a. Kertas HVS
b. Flash disk
c. Cartridge
f. Alat tulis
g. Buku Text, Jurnal Ilmiah
h. Tas kerja
Jumlah

Rp.
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Rp 11.700.000

1.000.000
600.000
1.500.000
100.000
3.500.000
500.000

Rp. 7.200.000

3. Transportasi dan Akomodasi


a. Biaya data Industri
Data Historis Nilai Tukar 11 Negara (2000-2013) = Rp. 6.000.000
Data Historis Ekspor pada 11 Negara (2000-2013) = Rp. 6.000.000
Data Historis Production Index
= Rp. 3.000.000
b. Mengumpulkan data: 4 orang @ Rp 200.000
x 3 kunjungan = Rp 2.400.000
c. Memberikan cindera mata: 2 orang
= Rp 400.000
Jumlah

= Rp 17.800.000

25

BIODATA TIM PENELITIAN


Judul Penelitian

Bidang Penelitian
Ketua Peneliti

: PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH


TERHADAP VOLUME EKSPOR INDUSTRI
CPO (CRUDE PALM OIL) NASIONAL:
KAJIAN EMPIRIS PADA SEBELAS NEGARA
TUJUAN UTAMA EKSPOR CPO
: MANAJEMEN

a. Nama Lengkap

: Ahmad Cahyo Nugroho, S.Pt.,MM

g. Unit Pendidikan

: Akademi Pimpinan Perusahaan

b. NIP

h. Alamat Institusi

: 19811215 200803 1 001


: Jl. Timbul 34

i. Telpon/Faks/E-mail : (021) 7270215 / (021) 7271847

Anggota Peneliti

a. Nama Lengkap

: Theresia Anindita, S.E, M.SE

g. Unit Pendidikan

: Akademi Pimpinan Perusahaan

b. NIP

h. Alamat Institusi

: 19831128 200803 2 001


: Jl. Timbul 34

i. Telpon/Faks/E-mail : (021) 7270215 / (021) 7271847

Anggota Peneliti

a. Nama Lengkap

: Dhany Surya Ratana, S.T., MM

g. Unit Pendidikan

: Akademi Pimpinan Perusahaan

b. NIP

h. Alamat Institusi

: 19841111 201402 1 001


: Jl. Timbul 34

i. Telpon/Faks/E-mail : (021) 7270215 / (021) 7271847

Anda mungkin juga menyukai