TIM PENGUSUL
Ahmad Cahyo Nugroho, S.Pt.,MM (198112152008031001)
Theresia Anindita, S.E, M.SE (198311282008032001)
Dhany Surya Ratana, S.T., MM (198411112014021001)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................................................. 2
SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN .................................................................................... 3
I.
II.
III.
IV.
Abstrak
Permintaan CPO yang sangat besar mendorong perusahaan Indonesia terus
mengekspor CPO, padahal CPO memiliki banyak produk turunan. Untuk
mendukung industri hilir CPO, pemerintah mengeluarkan bea ekspor progresif
sesuai dengan value CPO dunia. Kebijakan ini diharapkan mampu menghambat
laju ekspor untuk memberikan pasokan dosmestik. Selain value dunia, perubahan
nilai tukar juga memberikan keunggulan komparatif yang dapat mendorong ekpor
dibandingkan mensupply industri hilir.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Vector
Autoregression (VAR) yang dilanjutkan dengan metode VAR-ECM (error
correction model). Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektifitas kebijakan
dalam menghambat laju ekspor dan mendorong industri hilir.
Kata Kunci : CPO, Ekspor, Nilai Tukar Rupiah, Vector Autoregression.
SURAT PERNYATAAN
ORISINALITAS PENELITIAN
Menyatakan bahwa penelitian yang saya ajukan adalah orisinal (duplikasi) hasil
karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah
saya nyatakan dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 28 Februari 2014
Yang menyatakan:
1. PENDAHULUAN
atau jeda waktu pada respon ekspor. Pada Gambar 2 juga terlihat bahwa
persentase ekspor melonjak menjadi sebesar 54 persen yang juga menunjukkan
bahwa minat terhadap ekspor Indonesia tetap tinggi walaupun ekonomi Indonesia
sedang melemah karena dengan nilai tukar yang rendah harga barang-barang
Indonesia menjadi relatif lebih murah di pasar internasional.
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
1990
+ +
impor selama dua puluh tahun terakhir kecuali tahun 1995-1997 seperti terlihat
pada gambar 2.
80
70
60
50
Konsumsi
40
Ekspor
30
Impor
20
10
0
1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
Gambar 2 Persentase ekspor dan konsumsi indonesia 20 tahun terakhir1
Karena dapat mempengaruhi daya saing ekspor suatu negara, maka telah
banyak penelitian yang mempelajari tentang dampak perubahan mata uang
terhadap ekspor. Namun dari banyak penelitian yang ada, hasil dari tiap-tiap
penelitian tidak memberikan hasil yang konsisten dimana beberapa memberikan
hasil yang negatif seperti yang dilakukan oleh Lira Sekantsi (2007) dan Dilara Tas
(2008), hasil positif dari penelitian Adnan Kasnan dan Saadet Kasman (2005), dan
tidak berpengaruh seperti yang dilakukan oleh Rafayet Alam (2010) dan
Hondroyiannis et al (2005). Karena hasil yang ditemukan berbeda, maka
diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap dampak perubahan nilai tukar mata
uang terhadap volume ekspor.
Dalam penelitian ini ekspor difokuskan pada volume ekspor CPO.
Pemilihan CPO dipilih karena merupakan salah satu ekspor terbesar Indonesia
selain minyak dan gas. Selain memberikan devisa terbesar bagi Indonesia, CPO
dihasilkan utamanya dari kebun rakyat yang berarti memberikan manfaat
langsung untuk masyarakat banyak. Perkebunan sawit juga merupakan salah satu
industri padat karya.
1
10
diperjual belikan dan dijaga oleh bank sentral ini adalah Nominal Exchange Rate.
Nominal Exchange Rate adalah nilai tukar tertulis dari mata uang yang
dibutuhkan oleh suatu mata uang untuk membeli satu unit mata uang lain. Karena
nilai ini tidak memperhitungkan perubahan harga, dipakailah Real Exchange Rate
yang telah memperhitungkan perubahan harga. Untuk menganalisis real exchange
rate dipergunakan rumus :
Di mana:
2.1.2 Ekspor
Ekspor adalah penjualan suatu barang yang dilakukan suatu negara ke
negara lain. Negara melakukan impor barang dari negara lain untuk memenuhi
kebutuhan dalam negerinya yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi di dalam
negeri. Jika produksi di dalam negeri memerlukan biaya yang lebih tinggi
daripada mengimpor dari negara lain maka lebih ekonomis untuk mengimpor.
Dengan kata lain, ekspor akan terjadi jika barang yang diekspor lebih murah
daripada barang yang tersedia di pasar luar negeri atau pasar tersebut tidak dapat
memproduksinya.
Negara yang memiliki kemampuan memproduksi suatu komoditi secara
ekonomis akan berusaha untuk mengekspor komoditi tersebut. Negara yang dapat
memproduksi komoditi yang sama akan ada lebih dari satu negara sehingga terjadi
persaingan. Selain persaingan dalam kemampuan produksi yang lebih ekonomis,
nilai tukar mata uang juga akan menentukan harga komoditi tersebut di negara
pengimpor. Jika kemampuan produksi kedua negara sama-sama ekonomis, maka
perbedaan nilai tukar dapat mempengaruhi permintaan ekspor negara tersebut
dimana seharusnya negara yang memiliki nilai tukar lebih rendah akan
mendapatkan permintaan yang lebih besar.
11
12
Genc (2009) yang juga mempelajari dampak nilai tukar pada ekspor di
Turki dengan data mulai tahun 1980-2009 dengan menggunakan pendekatan
ARDL mendapatkan koefisien dari real effective exchange rate tidak signifikan.
Hal ini berarti depresiasi atau apresiasi mata uang Turki tidak memiliki dampak
yang signifikan. Hubungan jangka panjang juga menunjukkan depresiasi real
exchange rate di Turki tidak menyebabkan kenaikan yang berarti dalam volume
ekspor. Dalam penelitian ini indikator yang terpenting adalah biaya pekerja,
perubahan produktifitas, dan pendapatan dunia dalam menyebabkan naiknya
ekspor Turki sejak 1994.
Studi
pada
negara-negara
Afrika
(CFA)
menunjukkan
bahwa
No Nama
1
Marumbok
EttaNkwelle
Metode
two-stage
least square
Variable
Kesimpulan
EX, RER, foreign RER
overvaluation
income
berpengaruh
negatif
terhadap expor agregat,
namun
tidak
mempengaruhi sektor
manufaktur.
Ali
M. Generalized REER (CPI based), FDI secara signifikan
Kutan,
least square Real GDP trend, berhubungan
positif
Goran
Trade
terhadap peningkatan
Vuksic
Liberalization
ekspor.
REER
index, Real FDI berpengaruh
negatif,
inward, EXR
RGDP
berpengaruh
positif.
Ermias O. Panel data, FDI, distance from Kualitas infrastruktur
Weldemica two-stage
major
market, tidak memiliki efek jika
el
least square institutional
FDI
dan
variabel
quality, EX, GDP, kontrol yang lain telah
human capital.
diperhitungkan.
FDI
memiliki efek positif,
jarak dari major market
memiliki efek negatif
Faiz
Cointegratio Real export, RER RER volatility dan
Bilquees
n
dan volatility, foreign Exchange
rate
VECM
economic activity
berdampak negatif, dan
real foreign income
berdampak positif.
13
E.O.
Abolagba
OLS
Export, produksi,
harga
produksi,
harga
dunia,
Exchange
rate,
konsumsi domestik
Ekspor
dipengaruhi
produksi
domestik,
harga domestik, nilai
tukar,
konsumsi
domestik dan suku
bunga. Nilai tukar dan
konsumsi
domestik
berhubungan
negatif
dengan ekspor.
Faktor ekonomi
lainnya
Volume Ekspor
Sensitivitas ekspor
terhadap nilai tukar
Kesimpulan
Gambar 3 : Kerangka pemikiran konseptual
14
Spesifikasi model
VAR/VECM
Uji Stasioner
(ADF test)
Penentuan lag
Uji Kointegrasi
IRF
Estimasi
VECM
FEVD
Kesimpulan
Setelah melakukan estimasi VECM, maka dilakukanlah analisis IRF dan FEVD
untuk membentuk kesimpulan yang dapat membantu keputusan manajerial
perusahaan dan regulator.
15
3. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
deskriptif dan kuantitatif ekonometrika menggunakan data sekunder. Penelitian ini
menggunakan berbagai analisis data dengan bantuan Eviews dan Excel untuk
studi kasus terhadap ekspor dan nilai tukar.
3.2 Data yang dibutuhkan dan sumber
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan oleh pihak
lain dan telah dipublikasikan. Data tersebut merupakan data bulanan dari tahun
2000:1 sampai dengan 2011:12. Variabel ekspor didapat dari BPS, baik berupa
agregrat maupun per komoditi dan digunakan dalam satuan ton. Indeks industrial
production, consumer price index, dan nilai tukar diperoleh dari website OECD
dan BI. Producer price index Indonesia diperoleh dari website BI dan World price
index dari website IMF.
Untuk data nilai tukar, karena data yang didapat dari OECD berupa satuan
mata uang Negara tersebut terhadap US dollar maka nilai tukar antara kedua
Negara didefinisikan sebagai berikut (Susanti 2001; Tas 2008):
=
Dimana EXij dapat digambarkan sebagai jumlah mata uang Negara i yang didapat
untuk setiap unit mata uang Negara j. Dalam hal ini mata uang Negara i adalah
rupiah dan Negara j adalah partner ekspor Indonesia. Untuk menghitung nilai real
exchange rate digunakan consumer price index masing-masing Negara dengan
metode berikut:
=
Langkah terakhir adalah menghitung RER sebagai weighted average dari REX
dan didefinisikan sebagai berikut:
=
16
negara dengan total share ekspor sebesar 43% dari keseluruhan ekspor. Negara
terpilih adalah Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, China, Belgia, Perancis,
Jerman, Italia, Belanda, Spanyol, dan Inggris. Negara dipilih berdasarkan share
export dan data yang dapat diperoleh oleh peneliti. Karena nilai mata uang
Indonesia lebih kecil daripada nilai seluruh mata uang partner terpilih maka ketika
nilai RER naik menyatakan depresiasi sedangkan RER turun menyatakan
apresiasi.
Untuk ekonomi dunia digunakan proxy production index. Metode yang
digunakan sama dengan perhitungan RER dimana share yang digunakan juga
dipilih dari share export :
=
variabel dijelaskan oleh nilai lag-nya sendiri, serta nilai saat ini dan masa
lampaunya.
Keunggulan metode VAR dibandingkan dengan metode ekonometrika
konvensional adalah (Firdaus 2011):
17
++
Di mana yt adalah vektor k dari variabel endogen, xt adalah vektor d dari variabel
eksogen. A1, , Ap dan B adalah matriks koefisien yang akan diestimasi, dan t
adalah inovasi vektor yang secara contemporer berkorelasi namun tidak
berkorelasi dengan nilai lagnya sendiri dan dengan semua variabel di sebelah
kanan.
3.3.1 Granger Causality
Uji kausalitas granger dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan
peramalan dari satu peubah deret waktu pada periode sebelumnya terhadap
peubah deret waktu lainnya pada periode saat ini. Untuk melakukan uji ini
digunakan software eviews. Jika probabilitas lebih kecil dari pada alpha, maka H0
ditolak atau variabel A menyebabkan variabel B dan sebaliknya jika probabilitas
lebih besar dari pada alpha, maka tidak cukup bukti untuk menolak H0 sehingga
tidak ada hubungan kausalitas.
18
tidak. Data time series dikatakan stasioner jika data tersebut tidak mengandung
akar-akar unit (unit root) dimana mean, variance dan covariance konstan
sepanjang waktu. Sebaliknya data time series dikatakan tidak stasioner jika
mengandung akar-akar unit, dimana mean, variance dan covariance data tersebut
tidak konstan.
Untuk menguji akar-akar unit pada penelitian ini digunakan uji
Augmented Dickey-Fuller (ADF) yang dikembangkan oleh Dickey dan Fuller.
Jika dari hasil uji ADF diperoleh data seluruh variabel belum stasioner pada level,
maka untuk memperoleh data yang stasioner dapat dilakukan dengan cara
melakukan uji pada first difference (Yulismi 2006). Prosedur uji kemudian
dilakukan kembali pada data first difference, jika hasil uji telah stasioner, maka
data time series tersebut terintegrasi pada derajat pertama I(1) untuk seluruh
variabel.
kointegrasi
dan
dapat
diinterpretasikan
sebagai
hubungan
19
3.4.7 FEVD
Analisis FEVD adalah metode yang dapat dilakukan untuk melihat
bagaimana perubahan dalam suatu variabel yang ditunjukkan oleh perubahan
error variance dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya. Dalam metode ini
dapat dilihat kekuatan masing-masing variabel dalam memengaruhi variabel
lainnya.
20
21
4. JADWAL PELAKSANAAN
Penelitian direncanakan dimulai pada bulan Maret dan selesai pada bulan
Agustus. Pembentukan proposal dan metode final akan diperbaiki pada bulan
pertama yang kemudian akan dilanjutkan dengan pengumpulan dan pengolahan
data.
Kegiatan
Observasi dan Penyusunanan
proposal
Pengumpulan data
Pengolahan data
Pembahasan hasil pengolahan
data
Penyusunan laporan
BULAN
3
4
22
DAFTAR PUSTAKA
Abolagba EO, Onyekwere NC, Agbonkpolor BN, Umar HY. 2010. J hum ecol
Vol 29 no 3:181-184
Amzul R. 2011. The role of palm oil industry in Indonesian economy and its
export competitiveness. Tokyo: Department of Agricultural and Resource
Economics, University of Tokyo.
Apriani DK. 2007. Analisis dampak guncangan harga minyak dunia terhadap
inflasi dan output di Indonesia: periode 1990-2006. Bogor: Departemen
ilmu ekonomi Institut Pertanian Bogor.
Bilquees F, Mukhtar T, Malik SJ. 2010. Exchange rate volatility and export
growth: Evidence from selected south asian countries. Zagreb international
review of economic and business Vol 13 no 2: 27-37.
Firdaus M. 2011. Aplikasi ekonometrika untuk data panel dan time series. IPB
Press: Bogor. Editor: Elviana.
Genc F. 2009. Effect of Exchange Rate Changes on Export Performance in
Turkey. Gazimagosa, North Cyprus: Eastern Mediterranean University.
Hondroyiannis G, Swammy PAVB, Tavlas GS, Ulan M. 2005. Some further
evidence on Exchange rate volatility and exports. Working paper no 28.
Julivanto V. 2009. Dinamika ekspor karet alam Indonesia. Bogor: Departemen
ilmu ekonomi Institut Pertanian Bogor.
Kasman A, Kasman S. 2005. Exchange rate uncertainty in Turkey and its impact
on export volume. METU Studies in Development 32: 41-58.
Kutan AM, Vuksic G. Foreign direct investment and export performance:
empirical evidence.
Mankiw NG. 2009. Principles of Economics: fifth edition. Canada: SouthWestern Cengage Learning.
Mishkin FS. 2007. The economics of money, banking, and financial market.
Boston: Pearson Addison Wesley.
Ong HB, Yoong YJ, Lim SL, Tong GK. 2009. The Effect of Real Exchange Rate
on Thailand Export. The UIP Journal of Applied Economics, Vol VIII no
5&6: 48-54
Susanti YF. 2001. The effect of exchange rate on Indonesian agricultural exports.
Stillwater Oklahoma: Oklahoma State University.
23
Sekantsi L. 2007. The Impact of Real Exchange Rate Volatility on South African
Exports to the United States : A Bounds Test Approach. National
University of lesotho.
Tas D. 2003. Essays on Exchange Rate Risk, Asset Return and Trade Flows in
East Asian Emerging Market Economies. Southern Illinois University
Carbondale.
Yulismi. 2006. Dinamika ekspor minyak sawit Indonesia ke negara-negara
importer utama: analisis cointegration dan error correction model. Bogor:
Sekolah pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
24
Komponen Biaya
Gaji dan upah
Bahan habis pakai
Foto copy
Data, Transportasi dan akomodasi
Cinderamata
PPh
Biaya operasional
Jumlah
11.700.000
7.200.000
3.000.000
17.800.000
4.500.000
4.530.000
6.500.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Jumlah
Rp 55.230.000
Rincian Biaya:
1. Gaji danUpah:
a. Peneliti Utama
: @ Rp 550.000 x 6 bln = Rp 3.300.000
b. Peneliti Anggota (2) : @ Rp 400.000 x 6 bln = Rp 4.800.000
c. Teknisi (2 Mhs.)
: @ Rp 300.000 x 6 bln = Rp 3.600.000
Jumlah
2. Bahan Habis Pakai:
a. Kertas HVS
b. Flash disk
c. Cartridge
f. Alat tulis
g. Buku Text, Jurnal Ilmiah
h. Tas kerja
Jumlah
Rp.
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp 11.700.000
1.000.000
600.000
1.500.000
100.000
3.500.000
500.000
Rp. 7.200.000
= Rp 17.800.000
25
Bidang Penelitian
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap
g. Unit Pendidikan
b. NIP
h. Alamat Institusi
Anggota Peneliti
a. Nama Lengkap
g. Unit Pendidikan
b. NIP
h. Alamat Institusi
Anggota Peneliti
a. Nama Lengkap
g. Unit Pendidikan
b. NIP
h. Alamat Institusi