Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKATIL DI INDONESIA TAHUN

2005-2009

PENDAHULUAN

Industri dan produk testil di indonesia medapatkan masalah yaitu biaya energi yang mahal,
infrastruktur pelabuhan belum kondusif, banyak mesin pertestilan sudah tua dan maraknya import
ilegal dari negara china. Dengan adanya masalah tersebut mengakibatkan Industri TPT indonesia
bejalan kurang sehat, biaya operasi mahal dan produkvitas yang rendah. Tapi TPT indonesia masih
berhasil mendapatkan tempat yang cukup baik di pasar luar negeri.bahkan PTP indonesia
mempunyai daya saing yang cukup baik di luar negeri. Ini terbukti dari sektor tahun ke tahun
perdangangan TPT international lebih baik dibandingkan dengan negara-negara ekportir lainnya.
Arah industri TPT mempunyai jawaban terhadap terentanan industri yang memiliki ketergatungan
yang tinggi terhadap pasar-pasar traditional untuk ekspor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Dhayanti (2006) meneliti tentang analisi faktor-faktor yang mempengaruhui Ekspor industri
manufaktur berbasis kayu di kalimantan timur pada tahun 1997-2003. Dalam penelitian ini
menggunakan variable output industri dimana menjelaskan tentang niali tukar rupiah terhadap
dolar,PDRB dan nilai ekspor. Adapun hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa output industri
manafatur berbasis kayu dari kalimantan timur dengan koefisien regresi sebesar 0,600 yaitu memiliki
kenaikan output industri manafatur berbasis kayu, nilai tukar rupiah terhadpat dolar berpengaruh
negative terhadap nilai ekpor sektor industri kayu di kalimantan timur.

Peranan ekspor untuk pembangunan menurut david ricardo adalah apabila suatu negara sudah
mencapai tingkat kesempatan kerja penuh dan perdangangan diluar negeri mencapai kosumsi yang
lebih tinggi. Sedangkan menurut adam smith dan mill tentang peran ekspor dalam pembagunan
ekonomi adalah suatu negara harus memperluas pasar produksinya dan memungkinkan negara
tersebut menggunakan teknologi yang dikembangkan diluar negeri dari pada didalam negeri.
Dana pembagunan yang sangat besar harus memiliki sumber daya manusia yang perlu ditingkatkan,
sarana dan prasana yang kurang baik dalam sektor industri, ketergantungan barang impor barang
modal dan baku yang tinggi, dan iklim investasi yang kurang kondusif serta penguasaan teknologi
yang harus di tingkatkan. Mengingat perdanggan ekspor saat ini menjadi mesin pemicu
pertumbuhan ekonomi ( engine of economi growth) indonesia.

Variable pemermintaan barang diluar negeri berasal dari nilai tukar yang berubah-ubah yang
berpengaruh terhadap permintaan diluar negeri. Apabila kurs mata uang suatu negara naik maka
harga barang menjadi mahal mengakibatkan orang memilih barang yang lebih murah. Dampak
tersebut akan mengurangi ekspor dari negara tesebut. Dan sebaliknya jika kurs uang turun maka
terjadi peningkatan daya saing barang yang di ekspor ke pasar international menjadi peningkatan.
Berdasarkan marshall- lerner condition bisa diterapkan dinegara,tetapi harus melalui priode yang
cukup panjang untuk memastikan barang ekspor dan impor bisa menyesuaikan dengan harga yang
relatif.
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini meneliti dan menganalis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor industri tekstil di
indonesia periode 2005-2009. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh variable bebes antara variable terikat.

Berdasarkan pada hasil regresi yaitu pertama, B0 = 17.539 berarti nilai tukar dan inflasi sama dengan
nol maka jumlah Y = 3.459. kedua, β1 = 0.150 Berarti koefisien regresi variabel Pendapatan Domestik
Bruto (PDB) (X1) sebesar 0.150 berarti ada pengaruh positif antara Pendapatan Domestik Bruto
(PDB) terhadap ekspor tekstil sebesar 0.150. Ketiga, β2 = -0.662; Berarti koefisien regresi variabel
nilai tukar (X2) terhadap nilai ekspor tekstil sebesar -0.662, berarti ada pengaruh negatif antara nilai
tukar (X2) terhadap ekspor tekstil sebesar 0.662. Keempat, β3 = 0.007; Berarti koefisien regresi
variabel Inflasi (X3) sebesar 0.007 berarti ada pengaruh positif antara Inflasi terhadap ekspor tekstil
sebesar 0.007. Hasil dari regresi menunjukkan koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0.442 atau 44.2%
berarti ini menunjukkan bahwa nilai ekspor tekstil dijelaskan oleh variabel Pendapatan Domestik
Bruto (PDB), Nilai Tukar, dan Inflasi. Sedangkan sisanya sebesar 0.558 atau 55.8% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak termasuk dalam variabel yang peneliti teliti.

Variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar U.S (X2) di peroleh t statistik (-2.955), sedangkan untuk t
tabel (1.746), maka disimpulkan t statistik > t tabel atau menerima Ha dan menolak Ho. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengaruh Nilai Tukar (X2) Terhadap Ekspor Tekstil (Y) adalah signifikan.
Sedangkan variabel inflasi (X3) di peroleh t statistik (1.847), sedangkan untuk t tabel (1.746), maka
disimpulkan bahwa t statistik > t tabel atau menerima Ha dan menolak Ho. Selain itu, hasil regresi
menunjukkan nilai F statistik yaitu sebesar 4.221, sedangkan untuk F sebesar 2.28. Maka dapat
dijelaskan F statistik > F menerima Ha dan menolak Ho. Berarti variabel bebas X1, X2, X3
(Pendapatan Domestik Bruto (PDB), Nilai Tukar dan Inflasi) berpengaruh secara serentak terhadap
variabel Y (Ekspor Tekstil).

Menurut Mankiw (2006) Hubungan antara PDB dengan ekspor adalah apabila PDB suatu negara
meningkat maka kapasitas produksi akan meningkat sehingga berpengaruh terhadap jumlah supply
ekspor. apabila harga naik maka permintaan turun sehingga ekspor akan turun sebaliknya apabila
harga turun permintaan akan meningkat sehingga ekspor akan meningkat. Adapun menurut Marshal
Lerner Apabila kurs mata uang suatu negara naik harga barang tersebut menjadi lebih mahal
sehingga mengakibatkan mereka beralih kepada barang-barang yang harganya lebih murah. Hal ini
pada akhirnya akan mengurangi ekspor dari negara tersebut. Demikian pula sebaliknya apabila kurs
mata uang suatu negara turun akan meningkatkan daya saing barang-barang yang di ekspor di
pasaran internasional sehingga akan meningkatkan ekspor. Menurut pendapat Boediono (1998)
hubungan inflasi dengan ekspor yaitu positif apabila inflasi suatu negara meningkat maka nilai tukar
akan turun sehingga ekspor meningkat. Sebaliknya apabila inflasi suatu negara turun maka nilai
tukar akan naik sehingga harga barang- barang rendah menyebabkan ekspor mengalami penurunan.
kajian statistik yang menerangkan koefisien regresi sebesar 2.430 Hasil perhitungan diperoleh t-stat
(1,944) > t-tabel (1,746) berarti Ho ditolak dan Ha diterima. bahwa inflasi berpengaruh signifikan
terhadap ekspor tekstil. ini berarti kajian teoritis sesuai dengan pembuktian dari kajian statistik yang
menyatakan PDB mempunyai pengaruh positif terhadap ekspor tekstil.
PENUTUP

Perkembangan ekspor tekstil di Indonesia cukup memuaskan walaupun sempat dijuluki sunset
industry. Bahan baku tekstil di Indonesia masih banyak mengimpor khususnya bahan baku kapas,
sehingga pada saat terjadi krisis keuangan banyak industri tekstil yang gulung tikar. Berdasarkan
hasil estimasi dan pembahasan hasil penelitian tentang faktor – faktor yang mempengaruhi ekspor
tekstil di indonesia tahun 2005 sampai 2009 dapat diambil kesimpulan bahwa PDB (X1), Kurs Tukar
(X2), dan Inflasi (X3) mempunyai pengaruh positif terhadap ekspor tekstil.

Anda mungkin juga menyukai