MANUFAKTUR INDONESIA Ghaly Ukta Pradana 1415041019 M. Mara Sutan H. 1415041026 M. Salam Karim A. 1415041036 Ridwan Santoso 1415041053
Ekonomi Teknik – Dr. Joni Agustian S.T., M.Sc.
Pendahuluan Kegiatan ekspor dan impor di industri manufaktur di Indonesia adalah bagian dari turut serta perekonomian Indonesia di level internasional. Ekspor dan impor dipengaruhi juga dengan nilai tukar rupiah terhadap US dollar, inflasi biaya produksi. Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar adalah harga dari mata uang asing yang harus dibayarkan dengan sejumlah nilai mata uang tertentu. Sejumlah nilai mata uang tertentu ini diperlukan agar mata uang tersebut dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi. Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara asing yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara tersebut. Atau jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing Indonesia menggunakan sistem nilai tukar mengambang terkendali (undermanaged floating). Sistem nilai tukar mengambang terkendali membutuhkan intervensi langsung dari pemerintah dalam pelaksananya, sehingga nilai tukar tidak ditentukan secara bebas sepenuhnya berdasarkan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dampak nilai tukar rupiah terhadap kegiatan ekspor Positif Terjadi ketika nilai tukar rupiah menguat dan nilai barang/jasa akan naik sehingga akan meningkatkan keuntungan karena memperlebar jarak antara harga produksi dengan nilai jualnya. Namun dengan naiknya nilai barang yang diekspor dapat pula menurunkan permintaan atas barang tersebut. Negatif Sedangkan apabila nilai tukar rupiah menurun keuntungan akan menurun karena jarak antara harga produksi dan nilai jual menjadi sempit. Namun permintaan akan ekspor akan meningkat karna nilainya menjadi lebih rendah di pasaran internasional. Inflasi Menurut Bank Indonesia, Inflasi merupakan suatu kondisi ekonomi dimana terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran suatu produk karena permintaan produk lebih tinggi daripada penawarannya sehingga terjadi kecenderungan kenaikan harga. Inflasi merayap yaitu proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun. Inflasi sederhana yaitu inflasi yang digolongkan dengan tingkat 5 hingga 10 persen. Di negara-negara berkembang adakalanya tingkat inflasi tidak mudah dikendalikan. Negara tersebut tidak menghadapi masalah hiperinflasi, akan tetapi juga tidak mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat rendah. Hiperinflasi yaitu proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat. Dampak Inflasi terhadap kegiatan ekspor Negatif Ketika inflasi terjadi, maka harga komoditas akan meningkat. Harga komoditas yang tinggi akan membuat komoditas tersebut tidak bersaing di pasar global dan ekspor akan turun. Positif Ekspor dapat meningkat karena modal dari hutang atau pinjaman untuk biaya produksi barang meningkat. Inflasi akan mendorong dilakukannya pinjaman, pinjaman tersebut akan dibayarkan kembali dengan uang yang lebih rendah nilainya. Kegiatan Ekspor Indonesia Salah satu kegiatan ekspor Indonesia adalah ekspor ke Korea Selatan. Komoditas yang diekspor yaitu tekstil, elektronik, olahan karet, minyak kelapa sawit, hasil hutan, alas kaki, otomotif, udang, cokelat, dan kopi. Kerjasama ekspor impor antara Indonesia-Korea diatur dan diperkuat dalam perjanjian dagang internasional ASEAN – Korea Free Trading Agreement (AKFTA). Dalam AKFTA ini diberlakukan pengurangan atau penghilangan hambatan-hambatan perdagangan baik dalam hal tarif maupun non-tarif. Hal ini akan mempengaruhi kelancaran transaksi sehingga Negara-negara pelaku perdagangan mengalami keuntungan. Keuntungan bagi pihak konsumen pihak konsumen akan mendapatkan barang atau jasa dengan lebih mudah dan harga lebih rendah dibanding apabila terdapat halangan dan biaya tambahan lainnya. Keuntungan bagi pihak produsen Pihak produsen pun mengalami keuntungan karena aliran barang dan jasa hasil produksinya lancer sampai ke konsumen, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan (demand) di masa depan. Studi Kasus Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Ekspor Indonesia – Korea Selatan Penelitian oleh Ray Fani dkk, 2016. Menganalisis pengaruh inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap ekspor Indonesia komoditas tekstil dan elektronika ke Korea Selatan sebelum dan sesudah adanya ASEAN-Korea Free Trading Agreement (AKFTA). Menggunakan data sekunder bulanan sebelum pemberlakuan AKFTA (Januari 2009- Desember 2011) dan sebelum pemberlakuan AKFTA (januari 2012-Desember 2014) meliputi inflasi, nilai tukar, dan ekspor Indonesia komoditi tekstil dan elektronika ke Korea Selatan yang dikeluarkan dan dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia. Kesimpulan Dari hasil analisis data oleh peneliti, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Inflasi dan nilai tukar rupiah tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor komoditi tekstil baik sebelum maupun setelah pemberlakuan AKFTA Inflasi dan nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap ekspor komoditi elektronik sebelum pemberlakuan AKFTA dan tidak berpengaruh signifikan setelah pemberlakuan AKFTA End of Discussion Thank You