Anda di halaman 1dari 30

1. Apa itu Ekspor/Impor?

Ekspor
Ekspor adalah pengiriman barang keluar Indonesia dari
peredaran. Keluar dari Indonesia berarti keluar dari daerah
pabean Indonesia atau keluar dari yuridiksi Indonesia (Purba,
1997). Ekspor adalah upaya menjalankan atau melakukan
penjualan komoditas yang kita miliki kepala bangsa lain atau
Negara asing sesuai dengan ketentuan pemerintah dengan
mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serat
melakuakan komunikasi dengan bahasa asing (Amir,2004).

Ekspor mempengaruhi pasokan produk yang tersedia untuk


konsumen dalam negeri, dan karenanya harga. Artinya,
perdagangan internasional berfungsi seperti 'pintu terbuka',
sehingga tekanan dalam perekonomian tersebut diperlemah oleh
arus produk ke dalam dan keluar dari pintu itu ". Ketika
permintaan melebihi tingkat output domestik maka
ketidaksesuaian antara permintaan dan kondisi pasokan
menyebabkan inflasi kondisi.

Dengan kegiatan ekspor, negara-negara berkembang


dapat meningkatkan devisa sehingga akan meningkatkan
kekayaan atau pendapatan negara yang secara tidak langsung
juga dapat meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat (the
export let growth hypothesis).(Soekartawi, 1991). Dalam
perdagangan internasional, Pemerintah Republik Indonesia telah
menetapkan beberapa peraturan dan kebijakan tentang
perdagangan luar negeri. Kebijakan Perdagangan Luar Negeri
disusun dan tetapkan oleh Menteri Perdagangan. Kebijakan
ekspor disusun dalam rangka peningkatan daya saing, menjamin
kepastian usaha dan kesinambungan bahan baku industri di
dalam negeri, mendukung tetap terpelliharanya kelestarian
lingkungan/sumber daya alam yang menyangkut kesehatan,

1
keamanan, keselamatan, lingkungan dan moral bangsa (K3LM)
serta adanya perjanjian internasional.

Sesuai dengan otonomi daerah, Provinsi Aceh memiliki


kewenangan dalam mengatur dan mengelola sistem pemerintah
daerah, namun dalam hal kebijakan perdagangan luar negeri
tetap dilaksanakan oleh Pemerintah pusat. Hal ini terkait dengan
perjanjian Internasional, jangkauan operasional bersifat nasional
yang memerlukan koordinasi antar instansi terkait tingkat
nasional maupun lembaga internasional.

Pengelompokkan barang-barang ekspor diatur dalam


Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 558
/MPP /Kep/ 12/ 1998 tanggal 4 Desember 1998 tentang
Ketentuan Umum Dibidang Ekspor sebagaimana telah beberapa
kali di ubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 01/M-DAG/PER/1/2007 Tanggal 22 Januari 2007. Dalam
pengaturan ekspor terdiri dari barang yang diatur ekspornya,
barang yang diawasi ekspornya, barang yang dilarang dan
barang yang bebas ekspornya. Kopi merupakan komoditi yang
diatur ekspornya. Untuk pelaksanaan ekspor kopi, eksportirnya
harus terdaftar sebagai eksportir Kopi.

Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia


yang memiliki potensi sumber daya alam baik berupa sumber
daya minyak dan gas bumi maupun dari sektor pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan dan kelautan. Berbagai
strategi dilakukan oleh pemerintah daerah Provinsi Aceh untuk
dapat meningkatkan pendapatan daerah dari potensi yang ada
melalui pendapatan devisa pada kegiatan ekspor.

Seiring dengan merosotnya volume ekspor Migas,


pemerintah berusaha untuk meningkatkan ekspor melalui sektor
non migas. Komoditi kopi merupakan salah satu komoditi ekspor

2
yang memberikan kontribusi dalam perolehan devisa negara dan
merupakan salah satu komoditi unggulan provinsi Aceh. Saat ini
Provinsi Aceh tergolong salah satu daerah produsen kopi Arabika
dan Robusta di Indonesia.

Impor
Impor adalah pengiriman barang dagangan dari luar negeri
ke pelabuhan di seluruh wilayah Indonesia kecuali wilayah bebas
yang dianggap luar negeri, yang bersifat komersil maupun bukan
komersial. Barang-barang luar negeri yang diolah dan diperbaiki
di dalam negeri dicatat sebagai barang impor meskipun brang
tersebut akan kembali keluar negeri. Dalam statistic
perdagangan internasional impor samadengan perdagangan
dengan cara memasukkan barang dari luar negeri kedalam
wilayah pebean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang
berlaku. Impor berlawanan dengan ekspor. Ekspor dapat
dikatakan injeksi bagi perekonomian namun impor merupakan
kebocoran dalam pendapatan nasional.

Nilai impor Indonesia khususnya barang modal dan bahan


baku/ penolong juga cenderung mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun selama periode penelitian. Sama halnya dengan
ekspor, kinerja impor juga merupakan salah satu aktivitas yang
sangat rentan terhadap gejolak perekonomian Indonesia. Hal
tersebut dapat dilihat dari adanya kecenderungan terjadi
penurunan nilai 104 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8
No. 1, JuLi 2014 11 impor pada periode-periode krisis yakni krisis
moneter 1997/1998 dan krisis

ekonomi global 2008/2009. Gambar 2 di bawah, menunjukkan


perkembangan nilai impor Indonesia selama periode penelitian.

Impor barang modal dan bahan baku/penolong, nilai


tertinggi dicapai Indonesia pada tahun 2012 Triwulan II yakni

3
mencapai angka USD 47.334,18 juta, dan terendah terjadi pada
masa krisis moneter yakni pada periode Triwulan I tahun 1999
yang sebesar USD 5.045,37 juta. Secara agregat tahunan,
pertumbuhan impor barang tertinggi Indonesia terjadi pada
tahun 2008 yakni sebesar 77,82%. Pertumbuhan yang tinggi
tersebut diduga disebabkan oleh mulai dimasukkannya nilai
impor kawasan berikat pada tahun 2008. Dari segi nilai impor,
bahan baku masih menjadi jenis barang impor yang
mendominasi sama halnya dengan ekspor yakni sebesar 74,3%.

Indonesia mengimpor berbagai bahan baku yang


ketersediannya terbatas di dalam negeri seperti gandum, kapas,
obat-obatan kimia, dan besi baja. Selain itu, impor barang modal
menjadi jenis barang yang cukup mendominasi impor barang
Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan yang telah
disebutkan sebelumnya bahwa perkembangan teknologi
Indonesia yang masih terbatas menyebabkan Indonesia belum
mampu secara maksimal dalam menghasilkan jenis barang-
barang modal yang pada dasarnya membutukan teknologi yang
tinggi. Tingginya nilai impor barang modal dan bahan baku
Indonesia dari tahun ke tahun terkait dengan karakter
perekonomian Indonesia yang masih dalam tahap mendorong
pertumbuhan ekonominya dimana banyak komponen bahan
mentah penolong, dan barang modal yang masih harus diimpor.

Kelangkaan bahan mentah penolong, dan barang modal


akan mengganggu proses produksi beberapa jenis komoditas di
dalam negeri sehingga seiring dengan semakin tingginya laju
pertumbuhan ekonomi akan diikuti dengan tingginya nilai impor
dari waktu ke waktu. Untuk beberapa jenis komoditas ekspor
juga ada sebagian dari komponennya yang masih harus diimpor
sehingga aktivitas impor sangat berpengaruh terhadap laju
ekspor nasional (Yuliadi, 2008).

4
Barang-barang modal yang diimpor oleh Indonesia terdiri
dari berbagai jenis barang seperti mesin pabrik, pesawat, alat-
alat berat, kapal, dan peralatan dan perlengkapan TNI/Polri.
Selain menunjukkan gambaran perkembangan kinerja impor
bahan baku/ penolong dan barang modal, gambar 2 juga
menunjukkan bahwa secara umum terdapat trend pola fluktuasi
yang hampir sama antara impor dan FDI kecuali untuk periode
krisis moneter tahun 1998. Sama halnya dengan hubungan
antara ekspor dan FDI, hal tersebut juga mengindikasikan bahwa
kemungkinan terdapat keterkaitan atau hubungan antar impor
bahan baku/ penolong dan barang modal sehingga perlu dikaji
lebih lanjut dengan menggunakan analisis inferensia.

2. Peraturan-peraturan Terkait Ekspor/impor


Peraturan yang terkait dengan Ekspor
(Ketentuan Ekspor Kopi)
Kopi Adalah adalah salah satu komoditas ekspor yang diatur tata
niaga ekspornya, yang termasuk dalam Buku Tarif Kepabeaan
Indonesia HS Nomor 09.01 dan 21.01. ketentuan tentang ekspor
kopi diatur beberapa kali dengan peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia, yaitu p[eraturan nomor 26/M-
DAG/PER/12/2005, diganti dengan Nomor 27/M-DAG/PER/2008
dan terkhir Nomor 41/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Ketentuan
Ekspor Kopi yang terkait terakhir kali mengalami perubahan
dengan peraturan Menteri Perdaganan Nomor 10/M-
DAG/PER/5/2011.

- Syarat Ekspor Kopi


Ekspor kopi hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah
diakui sebagai Eksportir Terdaftar Kopi (ETK) dan Eksportir Kopi
Sementara (EKS) oleh Direktur Jendral Perdagangan Luar Negeri
Kementrian Perdagangan.

5
Dalam setiap ekspor kopi juga harus dilengkapi dengan
surat persetujuan ekspor kopi (SPEK). SPEK adalah surat
persetujuan pelaksanaan ekspor kopi ke seluruh Negara tujuan
yang di(keluarkan oleh Dinas yang bertangung jawab di bidang
perdagangan di propinsi/kabupaten/kota. SPEK juga dapat
digunakan untuk penggelapan dari pelabuhan ekspor di seluruh
Indonesia.

Disamping itu, kopi yang di ekspor wajib sesuai dengan


standar mutu yang ditetapkan Menteri Perdagangan dan harus
disertai dengan surat keterangan asal (certificate of origin) SKA
Form ICO, yaitu surat keterangan yang digunakan sebagai
dokumen penyerta barang (kopi) yang di ekspor dari seluruh
Indonesia, yang membuktikan bahwa barang (kopi) tersebut
berasal, dihasilkan dan diolah di Indonesia.

Peraturan yang terkait dengan Impor (Importir


wajib menyesuaikan izin Impornya)
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan
terbaru mengenai izin impor melalui Peraturan Peraturan Menteri
Peradagangan No.70/M-DAG/PER/9/2015 tentang Ketentuan
Angka Pengenal Importir (PERMENDAG No.70/2015) sehingga
peraturan mengenai izin impor terdahulu dinyatakan sudah tidak
berlaku.
Berdasarkan PERMENDAG No.70/2015, perusahaan importir
yang berdiri di Indonesia dan telah memiliki izin impor atau
dikenal dengan Angka Pengenal Impor (API) wajib untuk
menyesuaikan dengan dengan ketentuan yang tercantum dalam
PERMENDAG No.70/2015. Hal mana, penyesuain API sendiri
belaku bagi Pemegang API UMUM (API-U) maupun API
PRODUSEN (API-P).

6
Perlu untuk diketahui bahwa Pemerintah Indonesia hanya
memberikan waktu bagi perusahaan importir hingga bulan Juni
tahun 2016 untuk melakukan penyesuaian.
Merujuk pada pasal 38 PERMENDAG No.70/2015
disebutkan bahwa:

API-U dan API-P yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri


Perdagangan No.27/M-Dag/Per/12/2012 Tentang Ketentuan
Angka Pengenal Importir sebagaiamana telah mengalami
perubahan beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri
Perdagangan No.84/M-Dag//12/2012, dinyatakan tetap berlaku
harus menyesuaikan dengan peraturan ini paling lambat 30 Juni
2016

Agar API yang dimiliki oleh perusahaan importir yang telah


diterbitkan sesuai dengan No.27/M-Dag/Per/12/2012 dinyatakan
tetap berlaku maka perusahaan harus melakukan penyeseuaian
dengan peraturan tersebut. Konsekuensi bagi perusahaan
importir yang tidak melakukan penyesuaian API tersebut dapat
dikenai sanksi berupa pembekuan API.
Adapun yang menjadi pokok perubahan dalam PERMENDAG
No.70/2015 adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 4
PERMENDAG No.70/2015 yaitu:

1. Pemegang API-U dapat mengajukan barang impor lebih dari


satu bagian (section) sebagaimana dalam Sistem Klasifikasi
Barang, sehingga perusahaan tidak perlu lagi melampirkan
surat keterangan bukti hubungan istimewa yang disahkan
oleh perwakilan Indonesia dinegara exportir sebagai bukti
yang dimintakan dalam peraturan terdahulu.
2. Pemegang API-P hanya dapat mengimpor barang untuk
dipergunakan sendiri sebagai barang modal, bahan baku,
dan atau bahan untuk mendukung proses produksi.
Sehingga, tindakan memperdagangkan atau
memindahtangankan untuk tujuan tes pasar dan sebagai barang

7
komplementer yang tercantum dalam peraturan
sebelumnya, dinyatakan sudah tidak berlaku lagi.

3. Prosedur Ekspor Impor


Prosedur Ekspor
a. Ekspor barang wajib PEBBahwa setiap barang ekspor
menggunakan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang
(PEB) yangdapat dibuat dengan mengisi formulir atau
dikirim melalui media elektronik.
b. Tidak diperlukan PEB/ Dikecualikan dari Pembuatan
PEBDikecualikan dari pembuatan PEB, ekspor barang
tersebut di bawah ini :Barang penumpang dan barang
awak sarana pengangkut dengan menggunakan
DeklarasiPabean;Barang pelintas batas yang
menggunakan Pemberitahuan Pabean sesuai ketentuan
perjanjianperdagangan pelintas batas;Barang dan atau
kendaraan bermotor yang diekspor kembali dengan
menggunakan dokumenyang diatur dalam ketentuan
Kepabeanan Internasional (ATA CARNET, TRIPTIEK ATAU
CPDCARNET) .Barang kiriman melalui PT.( Persero ) Pos
Indonesia dengan menggunakan Declaration EnDouane
(CN 23).
c. SURVEYOR Terhadap barang ekspor yang:Seluruhnya atau
sebagian berasal dari barang impor yang mendapatkan
fasilitaspembebasan Bea Masuk, penangguhan
pembayaran PPN / PPn BM, dan pengembalian BeaMasuk
serta pembayaran pendahuluan PPN/PPn BM. Pemeriksaan
dilaksanakan di tempatyang ditunjuk oleh eksportir di luar
Kawasan Pabean.

Berdasarkan petunjuk kuat akan terjadi pelanggaran atau


telah terjadi pelanggaranketentuan di bidang ekspor.
Berdasarkan informasi dari Direktorat Jenderal Pajak

8
terdapatpetunjuk kuat akan terjadi pelanggaran atau telah terjadi
pelanggaran ketentuan di bidangperpajakan dalam kaitannya
dengan restitusi PPN dan PPn BM atau Akan dimasukkan
kembalike dalam Daerah Pabean (re-impor) Pemeriksaan dapat
dilaksanakan di :Kawasan Pabean, Gudang eksportir, atau tempat
lain yang digunakan eksportir untukmenyimpan barang ekspor.

ksportir atau kuasanya mengisi PEB dengan lengkap dan


benar dan mengajukannya kepadaKantor Pabean dengan
dilampiri : LPS-E dalam hal barang ekspor wajib diperiksa oleh
Surveyor;Copy Surat Tanda Bukti Setor (STBS) atau copy Surat
Sanggup Bayar (SSB) dalam hal barangekspor dikenakan
pungutan ekspor; Copy invoice dan copy packing list; Copy
dokumenpelengkap pabean lainnya yang diwajibkan sebagai
pemenuhan ketentuan kepabeanan dibidang ekspor. Pelunasan
Pungutan Negara Dalam Rangka Ekspor (PNDRE). PEB untuk
barangyang terutang PNDRE terlebih dahulu diajukan ke Bank
Devisa untuk pelunasannya.

Pemasukan barang ekspor ke Kawasan Pabean atau ke


Tempat Penimbunan Sementaradilakukan dengan menggunakan
PEB atau dokumen pelengkap pabean dalam hal
pelaksanaanekspor dilakukan dengan PEB Berkala. Atas barang
ekspor yang diperiksa Surveyor, selaindisertai dengan PEB
juga harus dilampiri CTPS; Dalam hal pengangkutan
barang ekspordilakukan dengan menggunakan peti kemas Less
Container Load (LCL), seluruh PEB dari barangekspor dalam peti
kemas yang bersangkutan harus diajukan secara bersamaan
dandiberitahukan oleh konsolidator dalam dokumen konsolidasi
ekspor.

Pejabat Bea dan Cukai melakukan penelitian dokumen


terhadap PEB bersangkutan, yangmeliputi : Kelengkapan
dokumen pelengkap pabeannya, berupa dokumen seperti

9
tersebut padabutir 1 di atas. Kebenaran pengisian
PEB Kebenaran penghitungan pungutan negara yangtercantum
dalam bukti pelunasan PNDRE.

PERSETUJUAN MUATDalam hal penelitian dokumen


kedapatan sesuai, Pejabat Bea dan Cukai
memberikanpersetujuan muat pada PEB tersebut dengan
mencantumkan nama tempat, tanggal, tandatangan, nama
terang, NIP serta cap dinas pada PEB yang bersangkutan.

PEMBETULAN/PERUBAHANDalam hal penelitian dokumen


tidak sesuai, PEB dikembalikan kepada eksportir untuk
diadakanpembetulan/perubahan. Pembetulan atau perubahan isi
PEB dapat dilakukan sebelum atausesudah persetujuan muat
diberikan oleh Pejabat Bea dan Cukai dari Kantor tempat
PEBdidaftarkan.

PEMUATANPemuatan barang ekspor ke atas sarana


pengangkut dilaksanakan setelah mendapatpersetujuan muat
dari Pejabat Bea dan Cukai. Pengangkut yang sarana
pengangkutnya meninggalkan Kawasan Pabean dengan tujuan ke
luarDaerah Pabean, wajib memberitahukan barang yang
diangkutnya dengan menggunakanpemberitahuan berupa
manifes (outward manifest) barang ekspor yang diangkutnya
kepadaPejabat Bea dan Cukai di Kantor Pabean paling lambat 3
(tiga) hari kerja terhitung sejakkeberangkatan Sarana
Pengangkut.

Barang ekspor yang diangkut lanjut ke tempat lain


dalamDaerah Pabean wajib diberitahukan oleh pengangkutnya
kepada Pejabat Bea dan Cukai diKantor tempat transit dengan
menggunakan copy PEB barang ekspor yang bersangkutan
dandaftar Rekapitulasi PEB yang telah ditandasahkan oleh
Pejabat Bea dan Cukai di tempatpemuatan.

10
Pemeriksaan barang dilakukan oleh Surveyor setelah
adanya Permintaan Pemeriksaan BarangEkspor (PPBE) dari
eksportir. PPBE diajukan oleh eksportir paling lama 3 (tiga) hari
kerja sebelumpemeriksaan.

FASILITAS PEB BERKALAPEB berkala adalah PEB yang


diajukan untuk seluruh transaksi ekspor dalam periode
waktutertentuEksportir dapat memberitahukan ekspor barang
yang dilaksanakan dalam periode waktu yangditetapkan dengan
menggunakan PEB Berkala. Penggunaan PEB Berkala, dilakukan
setelahmendapat persetujuan dari Direktur Jenderal atau Pejabat
yang ditunjuknya.

Secara umum, ekspor dan impor saat ini diartikan sebagai


suatu proses atau transaksi perdagangan dunia yang dilakukan
dalam skala wilayah yang besar. Transaksi perdagangan ini
meliputi barang-barang yang sangat bervariatif, mulai dari
barang elektronik, kecantikan, barang setengah jadi, barang
material, hingga penjualan pada hasil bumi.

Ekspor dan impor merupakan kegiatan yang mampu


mendatangkan devisa negara karena adanya bea cukai yang
menjadi suatu proses yang harus dilalui dalam perdagangan
berskala internasional tersebut. Bea cukai ini bertugas untuk
melayani masyarakat dalam hal kepabeanan dan cukai dalam
perdagangan luar negeri.

Secara umum, ekspor dan impor diartikan sebagai proses


perdagangan atau transaksi yang dilakukan oleh berbagai
macam negara. Hal ini bisa bermanfaat bagi negara untuk
meningkatkan devisa dan juga dapat memberikan keuntungan
lahan usaha untuk beberapa pihak yang berkecimpung di
dalamnya.

11
Lebih jelasnya, ekspor diartikan sebagai proses
transportasi barang atau komoditas dari sebuah negara keluar
dari negara lain secara legal. Umumnya, proses transportasi ini
masuk ke dalam proses perdagangan.

Pada proses ekspor, suatu negara melakukan kegiatan


mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negerinya dan
mengirimnya ke negara lain. Ekspor barang yang dilakukan
dalam skala atau jumlah yang besar umumnya membutuhkan
campur tangan dari pemerintah yaitu bea cukai dari negara
pengirim mau pun negara penerima.

4. Prosedur Pembayaran Ekspor Impor

Pada umumnya, pembayaran internasional bisa dibagi


dalam bebera pa kategori, yaitu pembayaran di muka (advance
payment); pembayaran kemudian (open account); wesel inkaso
(collection draft); konsinyasi (consignment); letter of credit (L/C);
cara pembayaran lain-lain.

1. Pembayaran di Muka
Dalam sistem ini, pembeli membayar di muka kepada
penjual sebelum barang-barang dikirim oleh penjual.

2. Pembayaran Kemudian
Pembayaran kemudian adalah sebelum dilakukan
pembayaran barang-barang sudah dikapalkan.

3. Wesel Inkaso
Eksportir/penjual mempunyai hak dalam pengawasan
barang-barang sampai draft/wesel diaksep/dibayar.

a. D/P (documents against payment)

12
Penyerahan dokumen kepada importir dilakukan apabila
importir telah membayar.

b. D/A (documents against acceptance)

Penyerahan dokumen kepada importirdilakukan apabila


importir telah mengaksep wesel yang bersangkutan.

4.Konsinyasi

Konsinyasi adalah pengiriman barang-barang ekspor pada


importir di luar negeri yang barang-barang tersebut dikirim
eksportir sebagai titipan untuk dijualkan oleh importir dengan
harga yang ditetapkan oleh eksportir.

5. L/C (Letter of Credit)


L/C (letter of credit) adalah sebuah instrumen yang
dikeluarkan oleh sebuah bank atas nama salah satu nasabahnya,
yang menguasakan seseorang/sebuah perusahaan penerima
instrumen tersebut menarik wesel atas bank yang
bersangkutan/atas salah satu bank korespondensinya bagi
kepentingannya berdasarkan kondisi-kondisi/persyaratan yang
tercantum pada instrumen tersebut atau suatu perjanjian
membayar bersyarat dari bank.
Aturan dalam UCP 600 (customs practice documentar
credit) praktik-praktik pembayaran ekspor-impor secara seragam
di seluruh dunia untuk menyelesaikan kewajiban pabean.
6. Cara Pembayaran Lain
a) Barter ialah pembayaran harga barang yang diimpor
dibayar dengan barang yang diekspor yang nilainya sama.
Pertukaran barang dengan barang secara langsung tanpa
adanya pembayaran dalam bentuk uang.
b) Barter konsinyasi ialah idem, kecuali bahwa nilai barang
lebih tinggi,
selisih harga harus dibayar.
c) Advance payment kurang dari 100%.

13
d) Pembayaran secara tunai.

7. Kendala Pembayaran Dalam Ekspor


Impor

1. LETTER of CREDIT

Banyak istilah yang dipakai untuk menyebutkan Letter of


Credit dalam

perdagangan internasional. Hal tersebut bergantung


kepada kebijaksanaan dan kebiasaaan suatu negara atau bank
dalam penggunaan pemilihan bahasa. Nama-nama tersebut
antara lain :

a) aL/C, karena L/C berwujud Letter atau surat.


b) Comercial Letter of Credit, karena dapat diperdagangkan
atau dijual Belikan.
c) Documentary Credit, karena pencairan L/C didasarkan pada
dokumen- dokumen dan bukan atas dasar barang.
d) Credit, karena sifat L/C berupa kredit.

Definisi Letter of Credit


Letter of Credit adalah sebuah alat bayar perdagangan
internasional yang dibuat untuk melindungi kepentingan
eksportir maupun importir. Harapannya, dengan adanya L/C,
kedua belah pihak yang melakukan perdagangan akan
merasa aman.

Berikut definisi L/C dari beberapa ahli :

a. Menurut Amir (2001)

Letter of Credit itu adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh


bank devisa atas permintaan importir nasabah bank devisa
bersangkutan dan ditujukan kepada eksportir diluar negri yang
menjadi relasi dari importer tersebut. Isi surat itu menyatakan

14
bahwa eksportir penerima L/C diberi hak oleh importir untuk
menarik wesel (surat perintah untuk melunasi hutang) atas
importir yang bersangkutan untuk sejumlah yang disebut dalam
surat itu.

b. Menurut Ginting (2002)

Letter of Credit adalah janji membayar dari bank penerbit


kepada penerima yang membayarnya hanya dapat dilakukan
oleh bank penerbit jika penerima menyerahkan kepada bank
penerbit dokumen-dokumen yang sesuai dengan persyaratan
L/C.

c. Menurut Adisasmita (2007)

Letter of Credit adalah setiap perjanjian apapun nama dan


bentuknya yang tidak dapat dibatalkan pihak dan merupakan
jaminan dari issuing bank untuk membayar atas penyerahan
dokumen yang sisyaratkan dalam L/C.

Letter of Credit adalah setiap perjanjian, yang dibuat suatu bank


(Issuing Bank) untuk memenuhi permintaan dan instruksi
seorang nasabah (Applicant) atau bertindak atas namanya
sendiri.

1. Melakukan pembayaran kepada pihak ketiga (Beneficiary)


atau orang yang ditunjuk. Oleh pihak ketiga atau meng-
accept atau membayar wesel-wesel yang ditarik oleh
Beneficiary.
2. Memberi kuasa bank lain untuk meng-accept dan
membayar wesel-wesel tersebut.
3. Memberi kuasa bank lain untuk menegosiasi,
pembayaran dokumen-dokumen ditetapkan, asalkan
persyaratan dan kondisi dari kredit yang bersangkutan
telah dipenuhi.

15
Dari definisi-definisi L/C diatas dapat diketahui bahwa L/C
dapat menjamin lancarnya pembayaran yang dilakukan
importir kepada eksportir dan memberikan keyakinan kepada
pihak eksportir bahwa pihak importir akan melunasi pembayaran
terhadap barang yang telah diekspornya. Adanya syarat dan
perjanjian yang tercantum dalam L/C menjadikan L/C sebagai
surat jaminan dalam pembayaran perdagangan internasional.

6. Masalah Pajak Ekspor Impor

Dalam kegiatan perdagangan internasional(antar-negara)


sering kali suatu negara mengalami hambatan. Hambatan
perdagangan internasional adalah regulasi atau peraturan
pemerintah yang membatasi perdagangan bebas.

Berikut ini beberapa hambatan yang sering muncul dalam


perdagangan internasional.

a. Perbedaan Mata Uang Antarnegara


Mata uang yang berlaku di setiap negara berbeda beda.
Negara yang melakukan kegiatan ekspor, biasanya
meminta kepada negara pengimpor untuk membayar
dengan menggunakan mata uang negara pengekspor.
Pembayarannya tentunya akan berkaitan dengan nilai uang
itu sendiri. Padahal nilai uang setiap negara berbeda-beda.
Apabila nilai mata uang negara pengekspor lebih tinggi
daripada nilai mata uang negara pengimpor, maka dapat
menambah pengeluaran bagi negara pengimpor. Dengan
demikian, agar kedua negara diuntungkan dan lebih
mudah proses perdagangannya perlu adanya penetapan
mata uang sebagai standar internasional.
b. Kualitas Sumber Daya yang Rendah
Rendahnya kualitas tenaga kerja dapat menghambat
perdagangan internasional karena jika sumber daya

16
manusianya rendah, maka kualitas dari hasil
produksi(produk) akan rendah pula. Suatu negara yang
memiliki kualitas produk rendah akan sulit bersaing dengan
barang barang yang dihasilkan oleh negara lain yang
kualitasnya lebih baik. Hal ini tentunya menjadi
penghambat bagi negara yang bersangkutan untuk
melakukan perdagangan internasional.
c. Pembayaran Antarnegara Sulit dan Risikonya Besar
Pada saat melakukan kegiatan perdagangan internasional,
negara pengimpor akan mengalami kesulitan dalam hal
pembayaran. Apabila pembayarnya dilakukan secara tunai
maka negara pengimpor akan mengalami kesulitan dan
resiko yang tinggi, seperti perampokan. Oleh karena itu,
negara pengekspor tidak mau menerima pembayaran
secara tunai tetapi melalui kliring internasional atau
telegraphic transfer atau menggunakan L/C.
d. Adanya Kebijaksanaan Impor dari Suatu Negara
Setiap negara tentunya akan selalu melindungi hasil
produksinya sendiri. Mereka tidak ingin hasil produksinya
tersaingi oleh hasil peoduksi dari luar negeri. Oleh karena
itu, setiap negara akan memberlakukan kebijakan untuk
melindungi barang-barang dalam negeri. Salah satunya
dengan menetapkan tarif impor.

Apabila tarif impor tinggi maka produk impor tersebut akan


menjadi lebih mahal daripada peoduk dalam negeri sehingga
mengakibatkan masyarakat menjadi kurang tertarik untuk
membeli produk impor. Hal itu akan menjadi penghambat bagi
negara lain untuk melakukan perdagangan.

e. Terjadinya Perang
Terjadinya perang dapat menyebabkan hubungan
antarnegara terputus. Selain itu, kondisi perekonomian
negara yang sedang berperang tersebut juga akan

17
mengalami kelesuan. Hal ini dapat menyebabkan
perdagangan antarnegara akan terhambat.
f. Adanya Organisasi Organisasi Ekonomi Regional
Biasanya dalam satu wilayah regional terdapat organisasi
organisasi ekonomi. Tujuan organisasi organisasi tersebut
adalah untuk memajukan perekonomian negara negara
anggotanya. Kebijakan serta peraturan yang
dikeluarkannya pun hanya untuk kepentingan negara
negara anggota saja. Sebuah organisasi ekonomi regional
akan mengeluarkan peraturan ekspor dan impor yang
khusus untuk negara anggotanya. Akibatnya apabila ada
negara di luar anggota organisasi tersebut melakukan
perdagangan dengan negara anggota akan mengalami
kesulitan.

Bentuk bentuk hambatan perdagangan yang muncul


akibat adanya kebijakan ekspor-impor, antara lain:

a. Tarif atau bea cukai

Tarif adalah pembebanan pajak (custom duties) terhadap


barang-barang yang melewati batas kenegaraan. Tarif dapat
digolongkan menjadi beberapa bagian, antara lain :
- Bea ekspor = pajak atau bea yang dikenakan terhadap
produk yang diangkut menuju negara lain.
- Bea transit = pajak yang dikenakan terhadap produk
yang melalui wilayah negara lain dengan ketentuan
bahwa negara tersebut bukan merupakan tujuan akhir
dari pengiriman.
- Bea impor = pajak yang dikenakan terhadap produk yang
masuk dalam suatu negara dengan ketentuan negara
tersebut adalah merupakan tujuan akhir dari pengiriman
produk.
- Uang jaminan impor = persyaratan bagi importir suatu
produk untuk membayar kepada pemerintah sejumlah

18
uang tertentu pada saat kedatangan produk di pasar
domestik sebelum penjualan dilakukan.
b. Kuota Impor
Kuota membatasi banyaknya unit yang dapat diimpor.
Tujuannya adalah untuk membatasi jumlah barang tersebut
di pasar dan menaikkan harga produknya.
c. Subsidi
Subsidi adalah bantuan pemerintah untuk produsen lokal.
Subsidi dihasilkan dari pajak yang dipungut pemerintah
dari rakyat.
d. Exchage Control
Biasanya, negara negara yang menggunakan kontrol
devisa adalah mereka yang ekonomi lemah. Kontrol ini
memungkinkan negara negara yang ekonominya lebih
stabil membatasi jumlah volatilitas nilai tukar mata uang
yang masuk / keluar.
e. State Trading Operasion
f. State Trading Operasion adalah pemerintah dalam
perdagangan melakukan kegiatan ekspor.
g. Peraturan anti-dumping
Politik Dumping adalah menjual suatu barang yang nilainya
lebih tinggi dari harga beli, baik dijual di luar negeri
maupun dalam negeri tetap mendapat untung. Adapun
beberapa motif dari Politik Dumping, yaitu antara lain:
- Barang-barang yang diminati oeh negara asal, supaya
dapat terjual di luar negeri.
- Memperkenalkan suatu produk dalam negeri ke negara
lain.
- Berebut pasar luar negeri.

8. Kendala Ekspor Impor

Kendala-kendala yang dihadapi oleh negara kita dalam


melakukan ekspor, di antaranya sebagai berikut. Kendala
internal lainnya berupa :
1. lingkar proses bahan baku yang belum memadai untuk industri barang
jadi;

19
2. rendahnya tingkat investasi untuk komoditas ekspor, baik
investasi domestik maupun asing;

3. keserasian proses dan mekanisme kerja antara birokrat


dan pengusaha masih belum selaras dan harmonis;

4. kelemahan dalam informasi pasar;

5. proses inovasi dan pengembangan teknologi yang rendah;

6. forum Indonesia Incorporated yang kurang berperan antif;

7. trading house yang belum berfungsi

8. tingginya ketergantungan pada beberapa komoditas


ekspor bahan-bahan pertanian dan tambang (90%
konsentrasi mata dagangan nonmigas hanya pada 23
komoditi);

9. term of trade beberapa komoditas pendukung cenderung


merosot;

10. ekspor masih dalam komoditas pesanan, belum


masuk dalam tahap daya saing dan lemahnya respon
terhadap permintaan pasar sehingga riskan terhadap
perubahan global;

11. rendahnya upaya strategi promosi ekspor dan


budaya ekspor serta tumpulnya ujung tombak atase dan
wakil dagang di luar negeri, dan lemahnya kekuatan
jangkauan pasar yang hanya terbatas pada akses pasar
dari pemiliki merek sebagai pemesan;

12. kecilnya peran konglomerat yang ikut bermain dalam


pasar internasional, mereka lebih melihat pasar domestik
untuk melempar produknya;

13. lemahnya jaringan bisnis dan saluran distribusi


perdagangan internasional;

20
14. mayoritas industri Indonesia hanya bertumpu pada
hasil akhir, tanpa didukung oleh akar industri yang kuat;

15. lemahnya infrastuktur pendukung dan lambatnya


kesiapan kelembagaan pendukung, seperti pelabuhan,
listrik, telekomunikasi, dan tenaga ahli;

16. pasar luar negeri yang mendikte bahan baku


produksi atau pun pelemparan output produksinya.

9. Politik ekonomi Ekspor Impor

Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan


sejak tahun 1983. Sejak saat itu, ekspor menjadi perhatian dalam
memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya
strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi
impor ke industri promosi ekspor. Konsumen dalam negeri
membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli
barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan
sangat tajam antar berbagai produk. Selain harga, kualitas atau
mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008
mencapai USD118,43 miliar atau meningkat 26,92% dibanding
periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor nonmigas
mencapai USD92,26 miliar atau meningkat 21,63%. Sementara
itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta hasil
tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-
masing 34,65%, 21,04%, dan 21,57% dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya.
Adapun selama periode ini pula, ekspor dari 10 golongan
barang memberikan kontribusi 58,8% terhadap total ekspor
nonmigas. Kesepuluh golongan tersebut adalah, lemak dan
minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin atau

21
peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin atau
pesawat mekanik. Kemudian ada pula bijih, kerak, dan abu
logam, kertas atau karton, pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan
barang dari kayu, serta timah.
Selama periode Januari-Oktober 2008, ekspor dari 10 golongan
barang tersebut memberikan kontribusi sebesar 58,80%
terhadap total ekspor nonmigas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor
10 golongan barang tersebut meningkat 27,71% terhadap
periode yang sama tahun 2007. Sementara itu, peranan ekspor
nonmigas di luar 10 golongan barang pada Januari-Oktober 2008
sebesar 41,20%.
Peranan dan perkembangan ekspor nonmigas Indonesia
menurut sektor untuk periode Januari-Oktober tahun 2008
dibanding tahun 2007 dapat dilihat pada. Ekspor produk
pertanian, produk industri serta produk pertambangan dan
lainnya masing-masing meningkat 34,65%, 21,04%, dan 21,57%.
Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan
Januari-Oktober 2008, kontribusi ekspor produk industri adalah
sebesar 64,13%, sedangkan kontribusi ekspor produk pertanian
adalah sebesar 3,31%, dan kontribusi ekspor produk
pertambangan adalah sebesar 10,46%, sementara kontribusi
ekspor migas adalah sebesar 22,10%.
Secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan
meningkat, tak dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial
global, kondisi ekspor Indonesia semakin menurun. Ekspor per
September yang sempat mengalami penurunan 2,15% atau
menjadi USD12,23 miliar bila dibandingkan dengan Agustus
2008. Namun, dari tahun ke tahun mengalami kenaikan sebesar
28,53%.
Keadaan impor di Indonesia tak selamanya dinilai bagus,
sebab menurut golongan penggunaan barang, peranan impor
untuk barang konsumsi dan bahan baku selama Oktober 2008

22
mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yaitu
masing-masing dari 6,77% dan 75,65% menjadi 5,99% dan
74,89%. Sedangkan peranan impor barang modal meningkat dari
17,58% menjadi 19,12%. Impor Indonesia dari ASEAN mencapai
23,22 % dan dari Uni Eropa 10,37%.

9. Negara tujuan ekspor/impor Indonesia


beserta komoditinya

Dari keseluruhan nilai ekspor indonesia, saat ini ekspor non


migas menyumbang 80% terhadap total ekspor nasional, telah
menggeser dominasi ekspor migas. Untuk ekspor non migas
penyumbang terbesarnya masih bersumber dari ekspor sumber
daya komoditas dan mineral seperti minyak sawit dan batubara.

Tren positif kinerja ekspor Indonesia berlangsung seiring


pergeseran negara-negara tujuan ekspor. Apabila 10 tahun lalu
sekitar 60% negara tujuan ekspor Indonesia didominasi negara
maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, kini
sekitar 70% berpindah ke negara berkembang, termasuk
kawasan Asia yang sekarang menjadi pusat pertumbuhan
ekonomi dunia. Berikut negara tujuan ekspor Indonesia diurutkan
berdasarkan nilai ekspornya saat ini :

1. China

2. Jepang

3. Amerika Serikat

4. India

5. Singapura

6. Malaysia

23
7. Korea Selatan

8. Thailand

9. Taiwan

10. Jerman

10.Masalah-masalah dalam Ekspor - Impor

KONDISI EKSPOR INDONESIA


Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah
digalakkan sejak tahun 1983.Sejaksaat itu,ekspor menjadi
perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiringdengan
berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri
substitusiimpor ke industri promosi ekspor.Konsumen dalam
negeri membeli barang.
Imporatau konsumen luar negeri membeli barang
domestik,menjadi sesuatu yangsangat
lazim.Persaingan sangat tajam antarberbagai produk. Adapun
selama periode ini pula, ekspor dari 10 golongan barang
memberikankontribusi 58,8 persen terhadap total ekspor
nonmigas. Kesepuluh golongantersebut adalah, lemak dan
minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesinatau
peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin
atau pesawatmekanik. Kemudian ada pula bijih, kerak,
dan abu logam, kertas atau karton,pakaian jadi bukan rajutan,
kayu dan barang dari kayu, serta timah

11. Risiko ekspor/impor

Jika bank tidak hati-hati, bukan tidak mungkin pada saat


jatuh tempo pelunasan,bank kecolongan, nasabah tidak memiliki

24
uang. Alhasil, bank harus menalangi pembayaran itu dengan
aktivanya sendiri atau mencari pinjaman di pasar uang.

Harap diingat bahwa L/C adalah janji bank untuk


membayar sehingga reputasi bank akan tercederai jika menunda
pembayaran atas dokumen dari eksportir di luar negeri yang
sudah sesuai dengan syarat L/C (complying presentation). Kedua
sumber talangan tadi sama-sama berisiko bagi bank.

Dalam masa likuiditas ketat saat ini, bisa dipahami jika ada
bank yang meminta cash collateral dari nasabahnya untuk
penerbitan L/C. Demikian halnya dengan transaksi ekspor, bank
tidak lagi semudah sebelum krisis dalam hal mengambil alih
dokumen ekspor. Selain dana valuta asing yang terbatas, seperti
telah diutarakan di muka, kondisi issuing bank (bank penerbit)
L/C perlu diwaspadai.

Dalam tempo yang berdekatan dan terkesan agak ditutup-


tutupi, beberapa bank besar di dunia melaporkan adanya
kerugian dalam jumlah signifikan. Bank yang goyah tersebut
harus ditolong oleh bank komersial lain, diinjeksi oleh bank
sentral (bailout), atau bahkan ada yang harus dilikuidasi.

Semua itu tentunya berdampak terhadap hilangnya


kepercayaan pada kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban
pembayarannya. Pada gilirannya, bank yang menegosiasi
dokumen ekspor (negotiating bank), cenderung berhati-hati dan
tidak bisa begitu saja mengambil alih dokumen ekspor
berdasarkan L/C yang diterbitkan issuing bank.

Jangka waktu exposure valuta asing kepada pihak luar


negeri juga tidak kalah pentingnya dicermati. Di saat
ketersediaan dana menjadi kendala, secara logis dana jangka

25
panjang praktis tidak tersedia. Faktor ketidakpastian pergerakan
pasar menjadi pertimbangan bank cenderung mengambil risiko
transaksi berjangka pendek. Bank yang menerbitkan L/C hari ini
adalah bank yang sehat, tapi tiga bulan mendatang, tidak ada
kepastian bank ini akan memenuhi janji tagihan pembayaran L/C-
nya.

Risiko Dokumenter

Risiko lain adalah risiko dokumenter.Secara sederhana,


risiko dokumenter ini dideskripsikan sebagai risiko kerugian yang
timbul karena permasalahan tidak dipenuhinya syarat dan
ketentuan yang tertuang dalam L/C (di dalam kesempatan
lain,ada beberapa bank yang lebih sering menggunakan istilah
documentary credit (DC),ketimbang L/C).

Pihak pembeli dan issuing bank telah menuangkan


keinginannya tentang barang (service) yang dipesan melalui
dokumen- dokumen yang disyaratkan dalam L/C.Jika dalam
dokumen ekspor yang disampaikan eksportir ada penyimpangan
terhadap apa yang diminta L/C, dokumen tersebut disebut tidak
sesuai dengan syarat L/C atau discrepant documents.

Karena tidak sesuai, maka segala sesuatunya tergantung


pada issuing bank dan pembeli, apakah dokumen itu mau
diterima (dengan kata lain,mau menerima barang sebagaimana
dinyatakan dalam dokumen). Kondisi pasar akan menjadi faktor
penentu di sini. Jika barang yang dikirim itu merupakan
komoditas yang mudah dijual, harga tinggi, ekonomi sedang
booming, dan hal-hal positif lainnya, biasanya pembeli
cenderung menerima saja barang itu apa adanya.

26
Sebaliknya, di kala resesi, penjualan seret dan hal-hal yang
bersifat negatif lainnya, pembeli dan issuing bank akan
menggunakan ketidaksesuaian (discrepancies) sebagai alasan
untuk menun-da pembayaran, bahkan yang ekstrem adalah
menolak bayar. Bagaimana para pebisnis menyikapi situasi ini?
Salah satunya ialah dengan mendisiplinkan diri.

Mari kita mengukur kembali kemampuan. Bagi importir,


teliti kembali sejauh mana kebutuhan barang harus diimpor dari
luar negeri,apakah ada substitusinya di pasar lokal.Apabila
memang harus mengimpor, upayakan menggunakan L/C yang
berjangka pendek agar tidak banyak terekspos pada fluktuasi
kurs.

Kalaupun terpaksa berjangka panjang, jangan lupakan


lindung- nilai (hedging), sesuatu yang selama ini kurang
diperhatikan para pebisnis. Bagaimana dengan eksportir?
Sering kali eksportir Indonesia kurang disiplin dalam
menyiapkan dokumen ekspor atas L/C dari luar negeri.

12. Risiko nilai tukar

Risiko nilai tukar atau risiko mata uang adalah suatu


bentuk risiko yang muncul karena perubahan nilai
tukar suatu mata uang terhadap mata uang yang lain.
Suatu perusahaan atau pemodal yang memiliki aktivaatau
operasi bisnis lintas negara akan memperoleh risiko ini jika tidak
menerapkan lindung nilai (hedging).

Risiko nilai tukar yang terkait dengan instrumen mata uang


asing penting diperhatikan dalam investasi asing. Risiko ini
muncul karena perbedaan kebijakan moneter dan pertumbuhan

27
produktivitas nyata, yang akan mengakibatkan perbedaan laju
inflasi.

13. Pasar komoditi di Indonesia

Apakah yang disebut dengan komoditas ?.. Selain pasar


uang dan pasar modal (capital market), terdapat jenis pasar lain
yaitu pasar komoditas. Komoditas merupakan barang yang
diperdagangkan dan laku di pasaran dunia internasional.
Komoditas yang diperjualbelikan meliputi komoditas dari hasil
pertanian, pertambangan, kehutangan, industri kayu, dan jasa
yang memiliki standar internasional yang telah disepakati
bersama.
Kegiatan utama dari bursa atau pasar komoditas adalah
terjadinya suatu transaksi barang yang diperjualbelikan.
Pengertian pasar komoditas adalah suatu tempat pertemuan
(pasar) antara permintaan dan penawaran komoditas atau
barang.
Terdapat dua transaksi yang terjadi dalam pasar komoditas
atau barang, meliputi transaksi efektif dan transaksi spekulatif.

Transaksi efektif, yaitu suatu transaksi jual beli di bursa


barang yang diakhiri dengan penyerahan barang
dagangan.

Transaksi spekulatif, yaitu merupakan bentuk transaksi


yang bersifat spekulasi saja, bukan merupakan transaksi
murni, dengan tujuan bukan penyerahan barang tetapi
pembayaran dan penerimaan serta penyerahan barang
uang dilakukan beberapa bulan kemudian sesuai dengan
perjanjian.

Fungsi Pasar komoditas di antaranya sebagai berikut..

28
Tempat informasi tentang jenis barang yang
diperdagangkan di pasar dunia.

Tempat mengadakan transaksi jual beli berbagai


komoditas.

Tempat informasi tentang negara yang membutuhkan


barang/komoditas.

Contoh pasar komoditas internasional antara lain sebagai


berikut..

Jerman, untuk komoditas tembakau (Bremen Tabaco


Comunity/Exchange)

Singapura, untuk komoditas karet (Singapore Commodity


Exchange) atau Sicom.

Malaysia, untuk komoditas kepala sawit (Kuala Lumpur


Commodity Exchange/KLCE).

New York, untuk komoditas kopi, gula, dan kakao (New York
Coffe Suger and Cacao Ex Change/NCSE).

Tidak semua barang dijual di Bursa Komoditi ini. Barang-


barang yang ditransaksikan dalam pasar barang berjangka
memiliki ciri-ciri seperti :

Merupakan barang yang laku di pasaran dunia.

Merupakan barang yang mudah diganti, dengan tidak


mengubah mutua atau kualitas, sehingga sifat barang yang
bersangkutan harus dapat diperjualbelikan dalam partai

29
besar (jumlah banyak) dan persediaan barang cukup serta
pengadaannya dapat dilakukan secara berkala.

Merupakan barang yang ditetapkan untuk diperdagangkan


di pasar sesuai dengan keputusan menteri yang
bertanggung jawab di bidang perdagangan.

Komoditas yang diperdagangkan di pasar komiditi harus


menenuhi standar internasional, yang meliputi hal berikut..

Bermutu standar, artinya barang harus mempunyai


kualitas yang tertentu yang telah dikeluarkan badan dunia.

Komiditi termasuk dalam barang yang telah ditetapkan


untuk diperdagangkan di bursa komoditas.

30

Anda mungkin juga menyukai