Anda di halaman 1dari 43

PERANAN KAWASAN BERIKAT

PADA KEGIATAN EKSPOR-IMPOR DI PT.PAKOAKUINA


DISELESAIKAN UNTUK MEMENUHI NILAI TUGAS MATA KULIAH EKSPOR-IMPOR PADA FAKULTAS
EKONOMI, UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

DISUSUN OLEH :

SENDI RUSADY 05 – 084


MARLIA RAHMAH 10 – 158
MAYA DWI USYANTI 08 – 015
ARIES RAMDANI 08 – 084
ANI NURYANI 08 – 105
AIDA FITRI 08 – 110
FITRI YENI 08 – 130
INDAH PRASETYANINGRUM 08 – 142
DANANG 08 – 157
SUPARMAN 08 – 191
SANDI HENDRAWAN 07 – 133

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2010
DAFTAR ISI

 DAFTAR ISI

 PENDAHULUAN
A. FENOMENA TENTANG EKSPOR IMPOR
B. PERMASALAHAN
 Kondisi Ekspor Indonesia
 Kondisi Impor Indonesia
C. TUJUAN PENULISAN

 LANDASAN TEORI
A. Pengertian / Definisi Ekspor dan Impor Serta Kegiatannya
 Produk ekspor dan impor dari negara Indonesia
B. Kegiatan Pertukaran Barang dan Jasa Antara Indonesia dan Luar Negeri
C. Manfaat Kegiatan Ekspor dan Impor
D. Jenis-Jenis Ekspor
E. Tahap-Tahap Ekspor Impor
F. Macam-Macam Kebijakan Ekspor Impor
G. Peranan Bank Devisa Dalam Ekspor Impor
H. Pihak Yang Berhubungan Dalam Ekspor Impor
I. Beberapa Model Dalam Ekspor Impor
J. Komoditi Ekspor Impor
K. Kesalahan Umum
L. Istilah-Istilah Ekspor

 HASIL STUDY

 KESIMPULAN / SARAN

 REFERENSI

PENDAHULUAN

2
A. FENOMENA TENTANG EKSPOR-IMPOR

Kementerian Perdagangan mengungkapkan dalam kurun waktu 6 tahun terakhir,


telah terjadi pergeseran pasar tujuan ekspor Indonesia, dari negara-negara maju ke
new emerging economies. China, India, dan negara lainnya, sebagaimana dikutip dari
siaran pers kementerian Itu, perlahan, tetapi pasti mulai mendominasi pangsa pasar
ekspor Indonesia sementara ke Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang mulai
berkurang.

Selama 2009, ekspor nonmigas Indonesia ke China mencapai US$8,9 miliar atau
tumbuh sebesar 14,4% dibandingkan dengan 2006, sedangkan ekspor ke Korea
Selatan dan india masing-masing mencapai US$5,2 miliar dan US$7,4 miliar atau
tumbuh 10,9% dan 4,1%. Total ekspor nonmigas selama 2009 tercatat US$97,47
miliar, turun dibandingkan dengan 2008 yang membukukan US$107,89 miliar.

Selama 2009, ekspor 10 komoditas utama tekstil dan produk tekstil (TPT), elektronik,
karet dan produk karet, sawit dan produk sawit, produk hasil hutan, alas kaki,
otomotif, udang, kakao, dan kopi menyumbang 47,2% dari total nilai ekspor. Pasar
Impor Sama halnya dengan pasar ekspor, dalam kurun waktu 2004-2009 Juga terjadi
pergeseran negara asal Impor Indonesia.

Jika pada 2004 Impor dari Amerika Serikat dan Jepang masing-masing mencapai
19%, pada 2009 pangsa Amerika Serikat menjadi 10% dan Jepang 14%. Impor dari
Asean dan Uni Eropa relatif stabil 12%, sedangkan pangsa pasar Impor dari China
meningkat dari 7,9% pada 2004, menjadi 19,7% pada tahun lalu. Impor bahan
baku/penolong mendominasi selama 2009, dengan 72% dari total US$77,9 miliar,
barang modal 21%, dan barang konsumsi hanya 7%.

Di tengah resesi ekonomi global tahun lalu, Indonesia ternyata masih mencatat
kinerja mengesankan di bidang perdagangan internasional. Sepanjang 2009 surplus
neraca dagang Indonesia melonjak signifikan.

Berdasar rekapitulasi data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus dagang Indonesia
tahun lalu mencapai US$19,63 miliar atau naik signifikan dibandingkan surplus pada
2008 sebesar US$7,82 miliar. “Naiknya hampir tiga kali lipat,” ujar Kepala BPS
Rusman Heriawan kemarin (1/2).

Data BPS menunjukkan bahwa ekspor kumulatif Indonesia selama Januari-Desember


2009 mencapai US$116,49 miliar (turun 14,98 persen) ketimbang periode yang sama
2008 sebesar US$137,02 miliar. Tetapi, nilai impor Indonesia juga turun 25,01
persen. Jika sepanjang 2009 impor kumulatif Indonesia US$96,85 miliar, selama 2008
nilainya US$129,197 miliar.

3
Rusman mengungkapkan, meski secara kuantitatif melonjak signifikan, surplus
neraca dagang belum ideal. Menurut dia, idealnya kenaikan surplus neraca dagang
harus ditunjang dengan naiknya nilai ekspor maupun impor. Itu menunjukkan makin
bergairahnya kegiatan ekonomi. Faktanya, nilai ekspor dan impor 2009 turun
dibandingkan 2008. “Jadi, (surplus) ini memang belum ideal,” katanya.

Dalam paparannya kemarin, Rusman juga merinci nilai ekspor bulanan. Pada
Desember 2009 ekspor senilai US$13,33 miliar atau naik 23,69 persen dibandingkan
November 2009. Dibandingkan periode Desember 2008 (year-on-year), nilai ekspor
pada Desember 2009 meningkat 49,82 persen.

Kinerja ekspor Indonesia tersebut disumbang oleh ekspor nonmigas yang mencapai
US$10,83 miliar pada Desember 2009 atau meningkat 28,30 persen dibandingkan
November 2009. Dibandingkan ekspor Desember 2008, kenaikannya sebesar 44,55
persen.

Peningkatan ekspor nonmigas terbesar pada Desember 2009 terjadi pada kelompok
lemak dan minyak hewan/nabati senilai US$1,09 miliar. Sedangkan penurunan
terbesar terjadi pada kelompok mesin/peralatan listrik sebesar US$46,8 juta.

Berdasar sektor, ekspor hasil industri pada Januari-Desember 2009 turun sebesar
16,93 persen dibanding periode yang sama 2008. Demikian juga ekspor hasil
pertanian turun 4,83 persen. Sebaliknya, ekspor hasil tambang dan lainnya naik
sebesar 31,93 persen.

Sementara itu, impor Indonesia pada Desember 2009 senilai US$10,33 miliar atau
naik 17,15 persen dibandingkan November 2009 sebesar US$8,81 miliar. Akumulasi
impor selama Januari-Desember 2009 mencapai US$96,86 miliar atau turun 25,03
persen dibandingkan periode yang sama 2008.

Impor nonmigas pada Desember 2009 mencapai US$8,22 miliar atau naik 17,75
persen ketimbang impor November 2009. Sedangkan selama Januari-Desember
2009 mencapai US$77,87 miliar atau turun 21,06 persen dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya.

Impor migas Desember 2009 senilai US$2,10 miliar atau naik 14,88 persen
ketimbang impor November 2009. Selama Januari-Desember 2009 impor migas
senilai US$18,99 miliar atau turun 37,85 persen dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya.

Nilai impor nonmigas terbesar Desember 2009 masih sama seperti November 2009.
Yaitu, berasal dari golongan barang mesin/pesawat mekanik senilai US$1,42 miliar.
Impor golongan ini meningkat sebesar 12,13 persen dibanding bulan sebelumnya.

4
Rusman mengungkapkan, pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-
Desember 2009 masih ditempati Tiongkok dengan nilai US$13,50 miliar dengan
pangsa 17,33 persen. Disusul Jepang US$9,82 miliar (12,61 persen) dan Singapura
US$9,24 miliar (11,86 persen). “Impor nonmigas dari ASEAN mencapai 23,18 persen
dan Uni Eropa 11,11 persen,” ujarnya.

Secara terpisah, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Depkeu Anggito Abimanyu
mengatakan, salah satu tujuan ikutnya Indonesia dalam ASEAN-China Free Trade
Agreement (AC-FTA) adalah menggairahkan perdagangan internasional. “Kita tentu
ingin agar ekspor bisa tumbuh, namun industri dalam negeri tetap terlindungi,”
ujarnya di DPR kemarin.

Calon wakil menkeu itu memahami kegundahan banyak pihak, terutama para pelaku
usaha, terkait ancaman membanjirnya produk Tiongkok yang bakal mengancam
kelangsungan industri di dalam negeri. “Tapi, yakinlah pemerintah akan berupaya
maksimal untuk melindungi industri dalam negeri,” tuturnya.

Untuk itu, kata dia, pemerintah sudah menyiapkan dua instrumen. Pertama,
melakukan pembicaraan ulang terkait penundaan FTA bagi 228 pos tarif. Kedua,
melakukan trade defense atau pertahanan sektor perdagangan. “Hak ini telah diatur
oleh WTO (Organisasi Perdagangan Dunia, red),” ucapnya.

Instrumen trade defense yang siap diberlakukan, kata Anggito, adalah safeguard
untuk produk-produk tertentu serta pengetatan antidumping. “Misalnya, jika di
suatu sektor banjir produk asing dan industri dalam negeri tidak mampu bersaing
dan harus mem-PHK banyak pekerja, kita bisa menerapkan safeguard untuk sektor
tersebut.

B. PERMASALAHAN
Kondisi Ekspor Indonesia

Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat
itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan
berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri substitusi impor ke
industri promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau
konsumen luar negeri membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim.
Persaingan sangat tajam antar berbagai produk. Selain harga, kualitas atau mutu
barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008 mencapai USD118,43


miliar atau meningkat 26,92 persen dibanding periode yang sama tahun 2007,
5
sementara ekspor nonmigas mencapai USD92,26 miliar atau meningkat 21,63
persen. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta hasil
tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-masing 34,65 persen,
21,04 persen, dan 21,57 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Adapun selama periode ini pula, ekspor dari 10 golongan barang memberikan
kontribusi 58,8 persen terhadap total ekspor nonmigas. Kesepuluh golongan
tersebut adalah, lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin atau
peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin atau pesawat mekanik.
Kemudian ada pula bijih, kerak, dan abu logam, kertas atau karton, pakaian jadi
bukan rajutan, kayu dan barang dari kayu, serta timah.

Selama periode Januari-Oktober 2008, ekspor dari 10 golongan barang tersebut


memberikan kontribusi sebesar 58,80 persen terhadap total ekspor nonmigas. Dari
sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut meningkat 27,71 persen
terhadap periode yang sama tahun 2007. Sementara itu, peranan ekspor nonmigas
di luar 10 golongan barang pada Januari-Oktober 2008 sebesar 41,20 persen.

Jepang pun masih merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai USD11,80
miliar (12,80 persen), diikuti Amerika Serikat dengan nilai USD10,67 miliar (11,57
persen), dan Singapura dengan nilai USD8, 67 miliar (9,40 persen).

Peranan dan perkembangan ekspor nonmigas Indonesia menurut sektor untuk


periode Januari-Oktober tahun 2008 dibanding tahun 2007 dapat dilihat pada.
Ekspor produk pertanian, produk industri serta produk pertambangan dan lainnya
masing-masing meningkat 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen.

Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-Oktober 2008,


kontribusi ekspor produk industri adalah sebesar 64,13 persen, sedangkan kontribusi
ekspor produk pertanian adalah sebesar 3,31 persen, dan kontribusi ekspor produk
pertambangan adalah sebesar 10,46 persen, sementara kontribusi ekspor migas
adalah sebesar 22,10 persen.

Kendati secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan meningkat, tak
dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi ekspor Indonesia
semakin menurun. Sebut saja saat ekspor per September yang sempat mengalami
penurunan 2,15 persen atau menjadi USD12,23 miliar bila dibandingkan dengan
Agustus 2008. Namun, secara year on year mengalami kenaikan sebesar 28,53
persen.

6
Kondisi Impor Indonesia

Keadaan impor di Indonesia tak selamanya dinilai bagus, sebab menurut golongan
penggunaan barang, peranan impor untuk barang konsumsi dan bahan
baku/penolong selama Oktober 2008 mengalami penurunan dibanding bulan
sebelumnya yaitu masing-masing dari 6,77 persen dan 75,65 persen menjadi 5,99
persen dan 74,89 persen. Sedangkan peranan impor barang modal meningkat dari
17,58 persen menjadi 19,12 persen.

Sedangkan dilihat dari peranannya terhadap total impor nonmigas Indonesia selama
Januari-Oktober 2008, mesin per pesawat mekanik memberikan peranan terbesar
yaitu 17,99 persen, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 15,15 persen, besi dan
baja sebesar 8,80 persen, kendaraan dan bagiannya sebesar 5,98 persen, bahan
kimia organik sebesar 5,54 persen, plastik dan barang dari plastik sebesar 4,16
persen, dan barang dari besi dan baja sebesar 3,27 persen.

Selain itu, tiga golongan barang berikut diimpor dengan peranan di bawah tiga
persen yaitu pupuk sebesar 2,43 persen, serealia sebesar 2,39 persen, dan kapas
sebesar 1,98 persen. Peranan impor sepuluh golongan barang utama mencapai
67,70 persen dari total impor nonmigas dan 50,76 persen dari total impor
keseluruhan.

Data terakhir menunjukkan bahwa selama Oktober 2008 nilai impor nonmigas
Kawasan Berikat (KB/kawasan bebas bea) adalah sebesar USD1,78 miliar. Angka
tersebut mengalami defisit sebesar USD9,3 juta atau 0,52 persen dibanding
September 2008.

Sementara itu, dari total nilai impor nonmigas Indonesia selama periode tersebut
sebesar USD64,62 miliar atau 76,85 persen berasal dari 12 negara utama, yaitu China
sebesar USD12,86 miliar atau 15,30 persen, diikuti Jepang sebesar USD12,13 miliar
(14,43 persen). Berikutnya Singapura berperan 11,29 persen, Amerika Serikat (7,93
persen), Thailand (6,51 persen), Korea Selatan (4,97 persen), Malaysia (4,05 persen),
Australia (4,03 persen), Jerman (3,19 persen), Taiwan (2,83 persen), Prancis (1,22
persen), dan Inggris (1,10 persen). Sedangkan impor Indonesia dari ASEAN mencapai
23,22 persen dan dari Uni Eropa 10,37 persen.

C. TUJUAN PENULISAN

7
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai salah satu bentuk pembelajaran
terhadap kami ( penyusun ) khususnya dan kepada rekan-rekan mahasiwa serta
pembaca terkait pada umumnya, selain daripada sebagai nilai tugas mata kuliah
ekspor-impor fakultas ekonomi jurusan manajemen Universitas Singaperbangsa
Karawang.

Dan kami berharap semoga dalam penyusunan makalah ini kiranya dapat diterima
pembaca dan dapat mengambil nilai-nilai positif yang terdapat didalamnya.

LANDASAN TEORI

Sebelum membahas masalah ekspor dan impor Indonesia,terlebih dahulu makalah ini akan
membahas definisi dari ekspor impor dan pengaruhnya terhadap Perekonomian Indonesia.

Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli
barang atau jasa dari negara lain disebut impor, kegiatan demikian itu akan menghasilkan

8
devisa bagi negara. Devisa merupakan masuknya uang asing kenegara kita dapat digunakan
untuk membayar pembelian atas impor dan jasa dari luar negeri.

Kegiatan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Produk impor merupakan barang-
barang yang tidak dapat dihasilkan atau negara yang sudah dapat dihasilkan, tetapi tidak dapat
mencukupi kebutuhan rakyat.

A. Pengertian / Definisi Ekspor dan Impor Serta Kegiatannya

Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain
secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah
tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya
ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea
cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan
internasional, lawannya adalah impor (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara
legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan
memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar
umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima.
Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah ekspor (Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

Produk ekspor dan impor dari negara Indonesia

Secara umum produk ekspor dan impor dapat dibedakan menjadi dua yaitu barang migas dan
barang non migas. Barang migas atau minyak bumi dan gas adalah barang tambang yang
berupa minyak bumi dan gas. Sedangkan Barang non migas adalah barang-barang yang bukan
berupa minyak bumi dan gas, seperti hasil perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan dan
hasil pertambangan yang bukan berupa minyak bumi dan gas.

1. Produk ekspor Indonesia

Produk ekspor Indonesia meliputi hasil produk pertanian, hasil hutan, hasil perikanan, hasil
pertambangan, hasil industri dan begitupun juga jasa.

a. Hasil Pertanian
Contoh karet, kopi kelapa sawit, cengkeh, teh, lada, kina,tembakau dan cokelat.
b. Hasil Hutan

9
Contoh kayu dan rotan. Ekspor kayu atau rotan tidak boleh dalam bentuk kayu gelondongan
atau bahan mentah, namun dalam bentuk barang setengah jadi maupun barang jadi, seperti
mebel.
c. Hasil Perikanan
Hasil perikanan yang banyak di ekspor merupakan hasil dari laut. produk ekspor hasil perikanan,
antara lain ikan tuna, cakalang, udang dan bandeng.
d. Hasil Pertambangan
Contoh barang tambang yang di ekspor timah, alumunium, batu bara tembaga dan emas.
e. Hasil Industri
Contoh semen, pupuk, tekstil, dan pakaian jadi.
f. Jasa
Dalam bidang jasa, Indonesia mengirim tenaga kerja keluar negeri antara lain ke Malaysia,
negara-negara di timur tengah, dls.

2. Produk Impor Indonesia

Indonesia mengimpor barang-barang konsumsi bahan baku dan bahan penolong serta bahan
modal. Barang-barang konsumsi merupakan barang-barang yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari,seperti makanan, minuman, susu, mentega, beras, dan daging. bahan
baku dan bahan penolong merupakan barang- barang yang diperlukan untuk kegiatan industri
baik sebagai bahan baku maupun bahan pendukung, seperti kertas, bahan-bahan kimia, obat-
obatan dan kendaraan bermotor.

Barang Modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti mesin, suku cadang,
komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat. produk impor indonesia yang berupa hasil
pertanian, antara lain, beras, terigu, kacang kedelai dan buah-buahan. produk impor indonesia
yang berupa hasil peternakan antara lain daging dan susu.

Produk impor Indonesia yang berupa hasil pertambangan antara lain adalah minyak bumi dan
gas, produk impor Indonesia yang berupa barang industri antara lain adalah barang-barang
elektronik, bahan kimia, kendaraan. Dalam bidang jasa indonesia mendatangkan tenaga ahli
dari luar negeri.

B. Kegiatan Pertukaran Barang dan Jasa Antara Indonesia dan Luar Negeri

Secara umum pertukaran barang dan jasa antara satu negara dengan negara lain dilakukan
dalam bentuk kerjasama antar lain:

1. Kerjasama Bilateral

Kerjasama bilateral adalah kerjasama yang dilakukan oleh kedua negara dalam pertukaran
barang dan jasa.
10
2. Kerjasama Regional

Kerjasama regional adalah kerjasama yang dilakukan dua negara atau lebih yang berada dalam
satu kawasan atau wilayah tertentu.

3. Kerjasama Multilateral

Kerjasama multilateral adalah kerjasama yang dilakukan oleh lebih dua negara yang dilakukan
dari seluruh dunia.

C. Manfaat Kegiatan Ekspor dan Impor

Berikut ini manfaat dari kegiatan ekspor dan impor


1. Dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Pendapatan negara akan bertambah karena adanya devisa.
3. Meningkatkan perekonomian rakyat.
4. Mendorong berkembangnya kegiatan industri.

D. Jenis-Jenis Ekspor

Kegiatan ekspor terbagi menjadi 2, yaitu:

1. Ekspor langsung

Ekspor langsung adalah cara mejual barang atau jasa melalui perantara/ eksportir yang
bertempat di negara lain atau negara tujuan ekspor. [3] Penjualan dilakukan melalui distributor
dan perwakilan penjualan perusahaan. [3][4] Keuntungannya, produksi terpusat di negara asal dan
kontrol terhadap distribusi lebih baik. Kelemahannya, biaya transportasi lebih tinggi untuk
produk dalam skala besar dan adanya hambatan perdagangan serta proteksionisme.

2. Ekspor tidak langsung

Ekspor tidak langsung adalah teknik dimana barang dijual melalui perantara/ eksportir negara
asal kemudian dijual oleh perantara tersebut. Dengan menggunakan cara ini, eksporter memiliki
kesempatan untuk.. Melalui, perusahaan manajemen ekspor ( export management
comapanies ) dan perusahaan pengekspor ( export trading companies ). Kelebihannya, sumber
daya produksi terkonsentrasi dan tidak perlu menangani ekspor secara langsung.
Kelemahannya, kontrol terhadap distribusi kurang dan pengetahuan terhadap operasi di negara
lain kurang.
11
Umumnya, industri jasa menggunakan ekspor langsung sedangkan industri manufaktur
menggunakan keduanya.

E. Tahap-Tahap Ekspor Impor

Dalam perencanaan ekspor, perlu dilakukan berbagai persiapan, berikut 4 langkah


persiapannya:
1. Identifikasi pasar yang potensial
2. Penyesuaian antara kebutuhan pasar dengan kemampuan, SWOT analisis
- SWOT adalah teori yang digunakan untuk merencanakan sesuatu hal yang akan
dilakuakan. Biasa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat
sebuah rencana untuk melakukan sesuatu. SWOT terdiri dari Strenght (Kekuatan),
Weaknes (Kelemahan), Opportunity (Kesempatan)
3. Melakukan Pertemuan, dengan eksportir, agen, dll.
4. Alokasi sumber daya

Selain itu faktor yang harus diketahui dalam ekspor impor:

1. Indentifikasi faktor diri


2. Indentiifkasi faktor konsumen

3. Indentifikasi faktor lingkungan


- Lingkungan Barang
- Tata cara

- L/C Letter of credit, etc.

F. Macam-Macam Kebijakan Ekspor Impor

Kebijakan impor

Merupakan bagian kebijakan perdagangan yang memagari kepentingan nasional dari pengaruh
masuknya barang-barang negara lain.

Tujuan kebijakan impor adalah untuk memagari kepentingan nasional, seperti :

1. K3LM (kesehatan, keselamatan, keamanan,lingkungan hidup dan moral bangsa).


12
2. Melindungi dan meningkatkan pendapatan petani.
3. Mendorong penggunaan produksi dalam negeri.
4. Meningkatkan ekspor non migas

Pengaturan impor ditetapkan melalui mekanisme :

1. IP adalah Importir Produsen yang telah mendapat pengakuan sebagai IP untuk


mengimpor barang yang hanya dibutuhan dalam proses produksinya dan dilarang
diperdagangkan atau dipindahtangankan.
2. IT adalah Importir Terdaftar yang telah mendapat penunjukan sebagai IT untuk
mengimpor barang tertentu guna didistribusikan langsung kepada pengguna akhir tanpa
melalui perantara.

Ketentuan impor berdasarkan jenis barang :

1. DILARANG adalah Apabila barang impor tersebut berbahaya bagi Lingkungan Hidup,
Kesehatan, Keselamatan, Moral Bangsa, Keamanan, Petani, Industri D.N dan tidak ada atau
kurang bermanfaat bagi kepentingan nasional, maka barang tersebut akan dilarang.
2. DIATUR adalah Apabila Barang Impor tersebut berbahaya namun di perlukan untuk
kebutuhan industri sebagai bahan baku/penolong, maka akan ditetapkan pengaturan
impor.

3. BEBAS adalah Apabila Barang Impor tersebut tidak terkait dengan K3LM, petani, industri
dan dapat meningkatkan nilai tambah serta untuk meningkatkan ekspor non migas

Barang yang diatur : Impor dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah diakui sebagai Importir
Produsen (IP) dan atau Importir Terdaftar (IT).

Termasuk barang yang diatur :


1. Gula,
2. Beras,

3. Garam,

4. Cengkeh,

5. Nitro Cellulose (nc),

6. Bahan Berbahaya Tertentu,

7. Prekusor,

8. Pelumas,

9. Cakram Optik,

10. Tekstil dan Produk Tekstil,


13
11. Keramik,

12. Bahan Perusak Lapisan Ozon,

13. Intan Kasar,

14. Minuman Beralkohol,

15. Plastik,

16. Bahan Peledak,

17. Sakarin,

18. Perkakas Tangan.

19. Mesin Foto copy bewarna

20. Barang Modal bukan baru

21. LPG dan Tabung LPG

Barang yang dilarang : Importasi tidak dapat dilakukan oleh perusahaan / importir kedalam
wilayah Republik Indonesia.

Termasuk barang yang dilarang :


1. Barang Bekas
2. Produk percetakan bahasa Indonseia dan daerah

3. Peptisida Etilin Dibromida (EDB)

4. Limbah B3

5. Gombal baru dan bekas

6. BPO (bahan dan barang)

7. Turunan Halogenisasi, sulfonasi, Nitrasi yang mengandung halogen dan garam

8. Psikotropika

9. Narkotika

10. Bahan senjata kimia

Barang bebas : Impor dapat dilakukan oleh setiap Perusahaan yang telah memiliki Angka
Pengenal Impor yaitu Semua jenis barang yang tidak termasuk pada kelompok diatur, diawasi
dan dilarang.

14
Penggolongan Pembatasan & Larangan Ekspor

BARANG YANG DIATUR ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan oleh
eksportir terdaftar;

1. Maniok, khusus ekspor tujuan negara eropa;


2. Kopi;

3. Tekstil dan produk tekstil, khususnya untuk ekspor tujuan negara kuota (USA, Uni Eropa, Kanada,
Norwegia, dan Turki);

4. Lembaran kayu venir dan lembaran kayu lapis.

BARANG YANG DIAWASI ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan
dengan persetujuan Menteri Perindustrian dan Perdagangan;

1. Sapi, bibit sapi, dan kerbau;


2. Ikan dalam keadaan hidup yaitu Ikan dan anak ikan Napoleon Wrasse (Cheilinus Undulatus),
benih ikan Bandeng (nener), ikan dan anak ikan Arwana jenis Sclerophages Jardini, Inti kelapa sawit
(palm kernel);

3. Minyak dan gas bumi;

4. Pupuk Urea;

5. Kulit buaya dalam bentuk wet blue;

6. Binatang / satwa liar dan tumbuhan yang dilindungi yang termasuk dalam Appendix 2 CITES;

7. Perak dalam segala bentuk kecuali dalam bentuk perhiasan;

8. Emas dalam segala bentuk kecuali dalam bentuk perhiasan;

9. Limbah dan skrap Ferro hasil peleburan skrap besi atau baja (khusus yang berasal dari P. Batam);

10. Limbah dan skrap dari Baja stainless, Tembaga, Kuningan, dan Aluminium

BARANG YANG DILARANG ekspornya adalah barang yang tidak boleh diekspor;

15
1. Ikan dalam keadaan hidup : Ikan dan anak ikan Arwana jenis Sclerophages Formosus, Benih ikan

Sidat (Anguila SPP) dibawah ukuran 5 mm, Ikan hias air tawar jenis Botia macracanthus ukuran 15

cm keatas, Udang galah air tawar dibawah ukuran 8 cm, Induk dan calon induk Udang Penaeidae,

Karet bongkah;

2. Barang kuno yang bernilai kebudayaan (benda cagar budaya);

3. Binatang liar dan tumbuhan alam yang dilindungi yang termasuk dalam Appendix 1 dan 3 CITES;

4. Bahan-bahan remiling : Slabs, Lumps, Scraps, Karet Tanah, Unsmoked Shets, Blanked sheets,

Smoked lebih rendah dari kualitas IV, Remilled 4, Cutting C, Blanked D. off, Kulit mentah, pickled

dan wet blue dari binatang melata (kecuali kulit buaya dalam benuk wet blue).

BARANG YANG BEBAS ekspornya adalah barang yang tidak termasuk dalam birokrasi ekspor
impor.

Ketentuan – Ketentuan Ekspor Impor

1. Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Nomor : 228/MPP/Kep/7/1997 tanggal 4 Juli


1997;
2. Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Nomor : 558/MPP/Kep/12/1998 tanggal 4
Desember 1998 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor;

3. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor ; 385/MPP/Kep/6/2004 tentang


Perubahan dari Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Nomor :
558/MPP/Kep/12/1998 tanggal 4 Desember 1998 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor

4. Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor : 07/M-DAG/PER/4/2005 tanggal 19 April 2005


Tentang Perubahan Atas Lampiran Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor :
558/MPP/KEP/12/1998 Tentang Ketentuan Umum Dibidang Ekspor Sebagaimana Telah
Beberapakali Diubah Terakhir Dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor ;
385/MPP/Kep/6/2004.

16
G. Peranan Bank Devisa Dalam Ekspor Impor

Bank devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk dapat
melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing. Bank devisa dapat menawarkan jasa-
jasa bank yang berkaitan dengan mata uang asing tersebut seperti transfer keluar negeri, jual
beli valuta asing, transaksi Ekspor Import, dan jasa-jasa valuta asing lainnya.

A. Letter of credit

Bank dari pihak importir mengonfirmasikan dibukanya L/C oleh importir atas nama eksportir.

Eksportir menyerahkan barang dan mendapatkan bill of lading.

17
Eksportir menukarkan bill of lading dengan uang, bill of lading kemudian diteruskan oleh bank
kepada importer

Importir menukarkan bill tersebut dengan barang.

Letter of credit, atau sering disingkat menjadi L/C, LC, atau LOC, adalah sebuah cara
pembayaran internasional yang memungkinkan eksportir menerima pembayaran tanpa
menunggu berita dari luar negeri setelah barang dan berkas dokumen dikirimkan keluar negeri
(kepada pemesan).

Pelaku L/C
 Applicant atau pemohon kredit adalah importir (pembeli) yang mengajukan aplikasi L/C.
 Beneficiary adalah eksportir (penjual) yang menerima L/C.

 Issuing bank atau opening adalah bank pembuka L/C.

 Advising bank adalah bank yang meneruskan L/C, yaitu bank koresponden (agen) yang
meneruskan L/C kepada beneficiary. Bank tidak bertanggung jawab atas isi L/C dan
hanya bertindak sebagai perantara.

18
 Confirming bank adalah bank yang melakukan konfirmasi atas permintaan issuing bank
dan menjamin sepenuhnya pembayaran.

 Paying bank adalah bank yang secara khusus ditunjuk dalam L/C untuk melakukan
pembayaran dan beneficiary berkewajiban menyerahkan dokumen kepada bank
tersebut.

 Carrier adalah pengangkut barang yang dikirim (Perusahaan Pelayaran/Penerbangan)


untuk dibeberapa negara dengan perbatasan darat bisa juga perusahaan angkutan darat
seperti truk, kereta Dll).

Tata cara pembayaran dengan L/C


1. Importir meminta kepada banknya (bank devisa) untuk membuka suatu L/C untuk dan
atas nama eksportir. Dalam hal ini, importir bertindak sebagai opener. Bila importir
sudah memenuhi ketentuan yang berlaku untuk impor seperti keharusan adanya surat
izin impor, maka bank melakukan kontrak valuta (KV) dengan importir dan melaksanakan
pembukaan L/C atas nama importir. Bank dalam hal ini bertindak sebagai
opening/issuing bank. Pembukaan L/C ini dilakukan melalui salah satu koresponden
bank di luar negeri. Koresponden bank yang bertindak sebagai perantara kedua ini
disebut sebagai advising bank atau notifiying bank. Advising bank memberitahukan
kepada eksportir mengenai pembukaan L/C tersebut. Eksportir yang menerima L/C
disebut beneficiary.
2. Eksportir menyerahkan barang ke Carrier, sebagai gantinya Eksportir akan mendapatkan
bill of lading.

3. Eksportir menyerahkan bill of lading kepada bank untuk mendapatkan pembayaran.


Paying bank kemudian menyerahkan sejumlah uang setelah mereka mendapatkan bill of
lading tersebut dari eksportir. Bill of lading tersebut kemudian diberikan kepada Importir.

4. Importir menyerahkan bill of lading kepada Carrier untuk ditukarkan dengan barang yang
dikirimkan oleh eksportir.

Jenis-jenis L/C

 Revocable L/C

Adalah L/C yang sewaktu-waktu dapat dibatalkan atau diubah secara sepihak oleh opener atau
oleh issuing bank tanpa memerlukan persetujuan dari beneficiary.

 Irrevocable L/C

Irrevocable L/C adalah L/C yang tidak bisa dibatalkan selama jangka berlaku (validity) yang
ditentukan dalam L/C tersebut dan opening bank tetap menjamin untuk menerima wesel-wesel

19
yang ditarik atas L/C tersebut. Pembatalan mungkin juga dilakukan, tetapi harus atas
persetujuan semua pihak yang bersangkutan dengan L/C tersebut.

 Confirmed L/C

L/C ini diangggap paling sempurna dan paling aman dari sudut penerima L/C (beneficiary)
karena pembayaran atau pelunasan wesel yang ditarik atas L/C ini dijamin sepenuhnya oleh
opening bank maupun oleh advising bank, bila segala syarat-syarat dipenuhi, serta tidak mudah
dibatalkan karena sifatnya yang irrevocable.

 Unconfirmed L/C

L/C ini sebaliknya dari confirmed L/C, yaitu tidak dapat dikonfirmasikan.

 Transferable L/C

Pembayaran dengan cara transfer langsung ke eksportir dengan agen yang telah disepakati.
Biasanya digunakan bila ada broker.

 Standby L/C

L/C ini berlaku selama 12 Bulan (1 Tahun) dan dilaksanakan apabila pembayaran oleh salah satu
pihak bank tidak lancar.

 Back to Back L/C

Dalam L/C ini, penerima (beneficiary) biasanya bukan pemilik barang, tetapi hanya perantara.
Oleh karena itu, penerima L/C ini terpaksa meminta bantuan banknya untuk membuka L/C
untuk pemilik barang-barang yang sebenarnya dengan menjaminkan L/C yang diterimanya dari
luar negeri.

H. Pihak Yang Berhubungan Dalam Ekspor Impor


1. Eksportir
2. Importir
3. Pendukung :
- Asuransi Export Import
- PPJ (Perusahaan Pengurusan jasa)
- Bank Devisa L/C Letter of Credit

20
- IFF International Freight Ford  Spesialis perdagangan internasional yang menyediakan
berbagai macam fungsi atau layanan untuk memfasilitasi kapal-kapal yang melewati
perbatasan suatu negara.
- Pemerintah  Departemen Perdagangan, Bea Cukai.
4. Indentori : Sangat jarang / sangat sering
5. Promotor

I. Beberapa Model Dalam Ekspor Impor

General Export Import model ini biasanya dengan penilaian L/C.

Direct Barter, tukar menukar barang dan kedua belah pihak saling menguntungkan, biasanya
dalam bidang teknologi.

Counter Purchase syarat yang mengatur terjadinya kegiatan export import, dengan catatan
bukan barter.

Switch Barter Dilakukan berdasarkan kebutuhan, dengan campur tangan Negara ke-3 dan
bersifat fleksibel.

Buy – Back Barter, Hasil impor dibeli kembali oleh Negara yang mengimpor dan sudah terjadi
kesepakatan sebelumnya antara exportir dan importer. Adapun sifatnya lebih ke teknologi dan
kebutuhan.

Consign model ini lebih ke tidak ada importer. Biasanya untuk kegiatan ekspor yang belum
diketahui sipembelinya, melalui jasa makelar/broker. Dan ketentuan untuk harga, quality dan
quantity yang diperlukan ditentukan oleh panitia yang berada di keedutaan terkait.

J. Komoditi Ekspor Indonesia

Sepuluh komoditi ekspor utama Indonesia adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), produk hasil
hutan, elektronik, karet dan produk karet, sawit dan produk sawit, otomotif, alas kaki, udang,
kakao dan kopi. Namun, pasar internasional semakin kompetitif sehingga sepuluh komoditas
ekpor utama Indonesia terdiversifikasi. Komoditas lainnya ,yaitu makanan olahan, perhiasan,
ikan dan produk ikan, kerajinan dan rempah-rempah, kulit dan produk kulit, peralatan medis,
minyak atsiri, peralatan kantor dan tanaman obat.

K. Kesalahan Umum

21
Ada beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan oleh perusahaan yang baru melakukan
ekspor, yaitu:

1. Tidak melakukan penyelidikan yang lengkap sebelum melakukan ekspor.


2. Tidak melakukan konsultasi terlebih dahulu.

L. Istilah-Istilah Ekspor

Berikut adalah istilah-istilah ekspor yang sering digunakan:

Airway bill

Suatu kontrak mutlak yang dikeluarkan perusahaan angkutan udara.

Bill of landing (B/L)

Surat tanda terima barang yang dimuat di atas kapal dan merupakan bukti kepemilikan
atas barang serta perjanjian pengangkutan barang melalui laut.

Invoice

Faktur atau nota yang berisi harga dan jumlah barang serta total harga.

C&F (Cost and Freight)

Seluruh biaya produksi dan pengapalannya masuk dalam harga barang.

Clearence

1. hak kapal untuk meninggalkan pelabuhan.


2. Ijin berangkat kapal dari pelabuhan.

3. Ijin mengeluarkan barang dari pabean.

Consignee

Nama dan alamat penerima barang atau pembelinya.

F. O. B (free on the boat)

Suatu kewajiban penjual hanya sebatas sampai pelabuhan pengirim

22
Packing list

Faktur atau nota yang berisi jumlah dan berat barang (berat bersih dan berat kotor)

Comodity

Barang yang merupakan hasil pertanian, namun saat ini disebut produk.

Phytosanitary certificate

Sebuah surat yang dikeluarkan oleh lembaga karantina hewan dan tumbuhan, Departemen
Pertanian Republik Indonesia. Proses mendapatkannya melalui serangkaian prosedur dan uji
laboratorium, agar tidak terjadi penyebaran penyakit antar negara maupun antar pulau di
Indonesia (surat karantina antar pulau)

Weight

Berat kotor suatu barang yang menyangkut isi dan pembungkusnya.

HASIL STUDY

A. GAMBARAN UMUM
1. COMPANY PROFILE PT. PAKOAKUINA
Pako Group merupakan satu group manufacturing yang memproduksi “wheel rim” dan
automotive component yang melayani berbagai konsumen baik pasar local maupun ekspor.
Group ini menangungi 3 company berbeda yang dibedakan berdasarkan ‘line of product’ yang
dihasilkan. PT.Inkoasku memproduksi steel wheel untuk jeep, sedan dan minibus. PT.Palingda
Nasional memproduksi steel wheel untuk truk dan bus mulai dari yang kelas ringan, sedang dan
besar. PT.Pakoakuina memproduksi alumunium alloy wheel dan produk-produk casting yang
terkait dengan industry automotive.

Sejarah Pako Group dimulai pada tahun 1974 dengan didirikannya PT.Inkoasku di Bitung,
Sulawesi Utara ( dengan ijin perluasan di Jakarta yNg dikenal dengan PT. Palingda Nasional ),
memproduksi wheel dari baja dengan cara mengasembling semi finish rim & disc yang di impor
dari Topy, Jepang. Walaupun mendapatkan Technical Assistant Agreement (TAA) dari GKN
Australia dan sudah siap beroperasi sejak 1976, namun sangat sulit bias menembus para ATPM
yang pada umumnya merakit mobil-mobil merek Jepang.

Pada Tahun 1980, PT.Inkoasku melakukan penandatanganan kerjasama yang dikenal dengan
istilah ‘Technical Assistant Agreement (TAA)’ dengan Topy yang merupakan pembuat steel wheel
terbesar untuk OEM ( Original Equipment Manufacturer ) di Jepang. Perjanjian ini membuat

23
Inkoasku semakin mantap didalam produksinya sehingga pada tahun berikutnya mulai
mensupply ke Toyota, Mitsubishi, Isuzu, Daihatsu dan Suzuki Indonesia.

Komitmen Pako Group untuk mensupply produk alumunium alloy wheel, maka didirikannya
PT.Pakoakuina yang terletak di Kawasan Industri Surya Cipta Karawang Timur dengan dua pabrik
berturut-turut (car wheel pada tahun 2004 dan motorcycle pada tahun 2006). Semua
pengembangan ini dipersiapkan untuk membantu Pako mencapai visinya :

Company Vision
To become internationally reputable and competitive in the automotive-related industry ( and
other ) ; wellknow globally through world class excellence in manufacturing, design, quality and
continous improvement.

Dalam rangka mencapai safety, quality dan continous improvement, Pako Group
berkesinambungan mengimplementasikan ‘Lean Production System’ yang mencakup Toyota
Production System dan Total Quality Management yang terdiri dari : PDCA, QCDSM, SK 5, dan
Team work sebagai operational System. Untuk memperkuat hal tersebut, dari beberapa tahun
yang lalu, Pako Group telah menerima beberapa sertifikasi seperti : ISO/TS 16949 : 2002, ISO
14001 : 2000 dan OHSAS 18001 : 1999 pada tahun ini.

Berbagai award yang diterima oleh Pako Group setiap tahunnya yang mencakup Quality, Cost,
dan Delevery Award, menunjukan komitmen yang serius dari perusahaan untuk selalu
memberikan pelayanan yang terbaik bagi seluruh konsumen. Keberadaan ini akan terus
diperbaiki secara berkelanjutan oleh manajemen untuk mempersembahkan yang terbaik bagi
seluruh konsumen. Hal ini disadari penting dalam rangka memunculkan produk-produk baru
yang bukan hanya sebagai follower, tetapi juga paling penting untuk menjadi trendsetter.
Dengan kesatuan semangat dari seluruh anggota team yang ada di dalam Pako Group.

2. KAWASAN BERIKAT
I. Pengertian
1. Kawasan Berikat adalah suatu bangunan, tempat atau kawasan dengan batas-batas
tertentu yang didalamnya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan
bahan, kegiatan rancang bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal,
pemeriksaan akhir, dan pengepakan atas barang dan bahan asal impor atau barang dan
bahan dari dalam Daerah Pabean Indonesia lainnya (DPIL), yang hasilnya terutama untuk
tujuan ekspor.
2. Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB) adalah perseroan terbatas, koperasi yang
berbentuk badan hukum atau yayasan yang memiliki, menguasai, mengelola dan
menyediakan sarana dan prasarana guna keperluan pihak lain di KB yang
diselenggarakannya berdasarkan ijin untuk menyelenggarakan KB.

24
3. Pengusaha Di Kawasan Berikat (PDKB) adalah perseroan terbatas, koperasi yang
melakukan kegiatan usaha pengolahan di Kawasan Berikat.

II. Ketentuan Umum

1. Penetapan suatau bangunan, tempat atau kawasan sebagai Kawasan Pabean serta
pemberian ijin PKB dilakukan dengan KEPPRES.
2. Perusahaan yang dapat diberikan ijin sebagai PKB adalah :

a. Dalam rangka penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

b. Dalam rangka Penanaman Modal asing (PMA), baik sebagian atau seluruh modal
sahamnya dimiliki oleh peserta asing

c. Non PMA/PMDN yang berbentuk Perseroan Terbatas

d. Koperasi yang berbentuk badan hukum, atau

e. Yayasan

3. Untuk mendapatkan ijin PKB, perusahaan harus telah memiliki kawasan yang berlokasi di
kawasan industri.

4. Dalam hal kawasan yang dimiliki perusahaan berada di dalam daerah yang tidak
mempunyai kawasan industri, maka kawasan tersebut harus termasuk dalam kawasan
peruntukkan industri yang ditetapkan Pemda TK II.

5. Dalam hal suatu perusahaan telah memiliki industri sebelum ditetapkan keputusan ini,
perusahaan industri yang bersangkutan. dapat ditetapkan menjadi PKB yang merangkap
sebagai PDKB.

III. Kewajiban PKB :

1. Membuat pembukuan/ catatan serta menyimpan dokumen impor atas barang modal
dan peralatan yang dimasukkan untuk keperluan pembangunan/konstruksi dan
peralatan perkantoran KB.
2. Menyelenggarakan pembukuan sesuai denagn Standar Akuntansi Keuangan Indoensia
(SAKI).

3. Memberikan ijin PDKB atau persetujuan berusaha kepada pengusaha yang melakukan
kegiatan usaha di KB yang dikelolanya.

4. Memasang tanda nama perusahaan dan No./tanggal ijin PKB yang dimiliki ditempat yang
dapat dilihat umum dengan jelas.

5. Melaporkan kepada Kepala Kantor apabila terdapat PDKB yang tidak beroperasi.

25
IV. Kewajiban PDKB :

1. Setelah mendapatkan ijin PDKB/ persetujuan usaha di KB dari PKB, memberitahukan


kepada Direktur Jenderal BC melalui PKB dalam waktu 14 (empat belas) hari sebelum
memulai kegiatan.
2. Membuat pembukuan/catatan serta menyimpan dokumen atas pemasukan,
pemindahan dan ppengeluaran barang/bahan di KB.

3. Menyelenggarakan pembukuan tentang pemasukan, pemindahan, dan pengeluaran


barang/bahan ke dan dari KB sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia
(SAKI).

4. Memberi kode untuk setiap jenis barang sesuai denan sistem pembukuan perusahaan
secara konsisten.

5. Menyimpan dan memelihara dengan baik pada tempat usahanya buku dan catatan serta
dokumen yang berkaitan dengan kegiatan usahanya dalam kurun waktu 10 (sepuluh)
tahun.

6. Menyediakan ruangan dan sarana kerja untuk Pejabat Bea dan Cukai

7. Meyerahkan dokumen yang berkaitan dengan kegiatan KB apabila dilakukan audit oleh
DJBC/DJP.

8. Membuat dan mengirim laporan 3 (tiga) bulanan kepada Kepala Kantor paling lambat 10
bulan berikutnya tentang persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.

V. Larangan :

PDKB dilarang memindahkan barang modal atau peralatan pabrik asal impor yang
berhubungan langsung dengan kegiatan produksi PDKB tanpa persetujuan Direktur
Jenderal Bea dan Cukai.

VI. Tanggung Jawab PKB/PDKB :

PKB/PDKB bertanggung jawab terhadap :


a. Bea Masuk
b. Cukai

c. Pajak Pertambahan Nilai

d. Pajak Penjualan Barang Mewah

26
e. Pajak Penghasilan Ps.22 impor

yang terutang atas barang yang dimasukkan atau dikeluarkan dari Kawasan Berikat.

VII. Pemasukan Dan Pengeluaran

1. Pemasukan barang impor berupa barang modal/peralatan yang dipergunakan untuk


pembangunan/konstruksi, perluasan, penyelenggaraan kantor KB diberlakukan
ketentuan tatalaksana kepabeanan di bidang impor
2. Pemasukan barang modal/peralatan pabrik yang dipergunakan secara langsung dalam
proses produksi, barang/bahan ke KB dapat berasal dari :

a. Tempat Penimbunan Sementara

b. Gudang Berikat

c. Kawasan Berikat lainnya

d. PDKB dalam satu Kawasan Berikat

e. Produsen pengguna fasilitas Bapeksta Keuangan

f. Daerah Pabean Indonesia Lainnya (DPIL)

3. Pemasukan barang modal/peralatan pabrik yang digunakan secara langsung dalam


proses produksi :

a. tidak diperbolehkan atas barang yang terkena peraturan larangan impor ke


Kawasan Berikat

b. tidak dilakukan pemeriksaan fisik kecuali terdapat hasil intelijen tentang adanya
pelanggaran yang dinyatakan dalam surat perintah tertulis dari Direktur Jenderal

c. tidak diberlakukan ketentuan tata niaga di bidang impor

d. harus menggunakan dokumen BC 2.3 yang dilampiri dokumen pendukung

4. Pengeluaran barang hasil olahan PDKB ditujukan untuk :


a. Ekspor

b. Kawasan berikat lainnya

c. Sesama PDKB dalam satu Kawasan Berikat

d. Entrepot Tujuan Pameran, atau

27
e. Daerah Pabean Indonesia Lainnya, maksimal 25 % dari nilai realisasi
ekspor/pengeluaran ke PDKB lainnya yang telah dilaksanakan.

5. Sub Kontrak sebagian pekerjaan dapat dilimpahkan pada :

a. Perusahaan industri yang berada di KB lainnya

b. DPIL, dengan dilakukan pemeriksaan dan dipertaruhkan jaminan oleh


perusahaan yang tergolong dalam Daftar Putih Pekerjaan Sub Kontrak paling
lama 60 hari

VIII. Mesin / Peralatan Pabrik :

1. Dapat dipinjamkan kepada PDKB lainnya atau SubKontraktor di DPIL paling lama 12
bulan (dapat diperpanjang 2x12 bulan) dengan pemeriksaan fisik dan mempertaruhkan
jaminan
2. Dapat direparasi di luar negeri paling lama 12 bulan dengan menggunakan PEBT

3. Dapat direparasi di DPIL dengan pemeriksaan fisik dan mempertaruhkan jaminan

4. Dapat diganti dan dilakukan reekspor atau dipindahtangankan kepada PDKB lain, atau
dimasukkan ke DPIL dengan membayar bea masuk dan pajak sesuai tatalaksana
kepabeanan di bidang impor atau dimusnahkan.

IX. Fasilitas-fasilitas :

1. Impor barang modal, peralatan, alat kantor untuk dipakai PKB/PDKB diberi penangguhan
bea masuk, tidak dipungut PPN, PPnBM dan PPh Pasal 22
2. Impor barang/bahan untuk diolah di PDKB diberi penangguhan BM, bebas cukai, tidak
dipungut PPN, PPnBM dan PPh Pasal 22

3. Pemasukan Barang Kena Pajak dari DPIL untuk pengolahan lebih lanjut tidak dipungut
PPN dan PPnBM

4. Pengeluaran barang/bahan ke perusahaan industri di DPIL/PDKB lainnya dalam rangka


Sub Kontrak tidak dipungut PPN dan PPnBM

5. Penyerahan kembali barang kena pajak hasil Sub Kontrak oleh Pengusaha Kena Pajak di
DPIL/PDKB lainnya kepada PDKB asal tidak dipungut PPN dan PPnBM

6. Peminjaman mesin/peralatan pabrik dalam rangka Sub Kontrak kepada perusahaan


industri di DPIL/PDKB lainnya dan pengembalian pinjaman ke PDKB asal tidak dipungut
PPN dan PPnBM

7. Pemasukan Barang Kena Cukai dari DPIL untuk diolah lebih lanjut diberikan pembebasan
cukai

28
8. Penyerahan barang hasil olahan produsen pengguna fasilitas Bapeksta Keuangan dari
DPIL untuk diolah lebih lanjut oleh PPKB diberikan perlakuan perpajakan yang sama
dengan perlakukan terhadap barang yang diekspor

9. Pengeluaran yang ditujukan kepada orang yang memperoleh fasilitas


pembebasan/penangguhan BM, cukai dan pajak dalam rangka impor diberikan
pembebasan BM, cukai dan tidak dipungut PPN, PPnBM serta PPh Pasal 22 impor.

X. Pungutan Negara :

Pengeluaran barang yang telah diolah oleh PDKB ke DPIL dikenakan BM,Cukai, PPN,
PPnBM dan PPh Pasal 22 dengan dasar perhitungan :
a. bea masuk, berdasarkan tarif bahan baku dengan pembebanan yang berlaku
pada saat impor untuk dipakai dan Nilai Pabean yang terjadi pada saat barang
dimasukkan ke KB
b. Cukai berdasarkan ketentuan tentang cukai

c. PPN, PPnBM dan PPh Pasal 22 berdasarkan harga penyerahan

Pemeriksaan pabean di KB dilaksanakan oleh DJBC.

XI. Daftar Putih :

PDKB dapat dimasukkan di dalam daftar Putih apabila :


1. selama 12 bulan berturut-turut tidak melakukan pelanggaran
2. selalu memenuhi klewajiban pabean dan perjakan dengan baik dan tepat waktu

3. hasil post audit menunjukkan profil perusahaan baik

Daftar Putih bagi perusahaan baru berdiri atas permohonan yang bersangkutan dan
dicabut apabila dikemudian hari melanggar salah satu syarat di atas.

XII. Auditing :

DJBC melakukan auditing atas pembukuan, catatan dan dokumen yang berkaitan dengan
pemasukan/pengeluaran/pemindahan/ pencacahan barang.
1. Bila terdapat selisih kurang atau adanya penggunaan yang tidak sesuai dengan
peruntukannya, PDKB bertanggung jawab atas pelunasan BM, cukai, PPN,
PPnBM, PPh Pasal 22 yang terutang dan sanksi administrasi berupa denda 100%
dari pungutan yang terutang
2. Bila selisih lebih dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

XIII. Pembekuan Ijin PKB :


29
Menteri Keuangan atas saran Direktur Jenderal membekukan ijin PKB dalam hal :
a. Hasil audit kepabeanan menunjukkan adanya pelanggaran yang mengakibatkan
kerugian negara
b. PKB berada dalam pengawasan kurator sehubungan dengan hutang

c. PKB menunjukkan ketidakmampuan menyelenggarakan KB

Pembekuan ijin PKB dapat diubah menjadi pencabutan ijin atau dapat diberlakukan
kembali

Pembekuan ijin PKB diubah menjadi Pencabutan Ijin apabila :

d. PKB tidak mampu melunasi utangnya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan
e. PKB tidak mampu lagi mengusahakan Kawasan Berikat

Pembekuan Ijin PKB dapat diberlakukan kembali apabila


f. PKB telah melunasi utangnya
g. PKB telah mampu kembali mengusahakan Kawasan Berikat

XIV. Pencabutan Ijin PKB

1. Presiden RI menetapkan pencabutan ijin PKB dalam hal :


a. PKB tidak melakukan kegiatan selama 12 bulan berturut-turut

b. Ijin usaha industri tidak berlaku lagi

c. Dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan

d. bertindak tidak jujur dalam usahanya

e. Tidak melaksanakan kewajibannya setelah proses pembekuan ijin

f. Atas permohonan PKB sendiri

2. Barang modal, peralatan dan peralatan kantor milik PKB yang dicabut ijinnya dalam
waktu 30 hari sejak tanggal pencabutan, harus :

a. Diekspor kembali

b. Dipindahtangankan ke PKB lain

c. Dikeluarkan ke DPIL dengan membayar BM, PPN, PPnBM dan PPh Pasal 22 sesuai
tatalaksana kepabeanan di bidang impor

d. Dimusnahkan di bawah pengawasan DJBC

e. Lewat dari 30 hari barangnya dinyatakan sebagai Barang Tidak Dikuasai

30
3. Barang/Bahan yang rusak atau busuk, PDKB wajib :

a. Mereekspor dan atau

b. Memusnahkan di bawah pengawasan Kepala Kantor BC

c. Memasukkan untuk dipakai berdasarkan harga penyerahan

4. Barang sisa/potongan dari PDKB dapat :

a. Mengeluarkan ke DPIL dengan m,elunasi BM, cukai, PPN, PPnBM dan PPh Pasal
22 sepanjang memenuhi ketentuan kepabeanan menggunakan Pemberitahuan
Pabean;

b. Memusnahkan di bawah pengawasan Pejabat BC yang mengawasi Kawasan


Berikat yang bersangkutan.

B. PERANAN KAWASAN BERIKAT PADA PT. PAKOAKUINA

FASILITAS DAN MANFAAT KAWASAN BERIKAT DI PT. PAKOAKUINA

Fasilitas Kepabeanan dan Perpajakan

Fasilitas Kawasan Berikat merupakan fasilitas yang "mewah" bagi PT.Pakoakuina yang
merupakan perusahaan industri / manufaktur yang berorientasi ekspor karena mendapatkan
fasilitas kepabeanan dan perpajakan sebagai berikut :

1. Penangguhan Bea Masuk dan tidak dipungut PPN, PPnBM dan PPh Pasal 22:

 atas impor barang modal atau peralatan dan peralatan perkantoran yang semata-
mata dipakai oleh PKB termasuk PKB merangkap PDKB;

 atas impor barang modal atau peralatan pabrik yang berhubungan langsung
dengan kegiatan produksi PDKB;

 atas impor barang dan atau bahan untuk diolah di PDKB.

2. Tidak dipungut PPN dan PPnBM

 atas pemasukan Barang Kena Pajak (BKP) dari DPIL untuk diolah lebih lanjut;

 atas pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lainnya untuk diolah lebih
lanjut;

31
 atas pengeluaran barang dan atau bahan ke perusahaan industri di DPIL atau PDKB
lainnya dalam rangka sub kontrak;

 atas penyerahan kembali BKP hasil pekerjaan sub kontrak oleh Pengusaha Kena
Pajak (PKP) di DPIL atau PDKB lainnya kepada PKP PDKB asal;

 atas peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dalam rangka sub kontrak.

3. Pembebasan cukai:

 atas impor barang dan atau bahan untuk diolah lebih lanjut;

 atas pemasukan Barang Kena Cukai (BKC) dari DPIL untuk diolah lebih lanjut.

Disamping itu PT.PAkoakuina masih bisa memperoleh kemudahan seperti:

1. Barang modal berupa mesin asal impor apabila telah melampaui jangka waktu 2 (dua)
tahun sejak pengimporannya atau sejak menjadi aset perusahaan dapat
dipindahtangankan dengan tanpa kewajiban membayar Bea Masuk yang terutang.
2. PDKB yang termasuk dalam Daftar Putih dapat mempertaruhkan jaminan berupa Surat
Sanggup Bayar (SSB) kepada KPBC yang bersangkutan atas pemasukan dan pengeluaran
barang ke dan dari PDKB yang dipersyaratkan untuk mempertaruhkan jaminan.

Manfaat Kawasan Berikat

Dengan fasilitas yang diperoleh tersebut PT.Pakoakuina diatas, maka manfaat yang bisa dipetik
oleh pengusaha dengan mendapatkan fasilitas Kawasan Berikat antara lain:

1. Efisiensi waktu pengiriman barang dengan tidak dilakukannya pemeriksaan fisik di


Tempat Penimbunan Sementara (TPS / Pelabuhan).
2. Fasilitas perpajakan dan kepabeanan memungkinkan PDKB dapat menciptakan harga
yang kompetitif di pasar global serta dapat melakukan penghematan biaya perpajakan.

3. Cash Flow Perusahaan serta Production Schedule lebih terjamin.

Membantu usaha pemerintah dalam rangka mengembangkan program keterkaitan antara


perusahaan besar, menengah, dan kecil melaui pola kegiatan sub kontrak.

32
Batasan Pengeluaran Hasil Produksi Kawasan Berikat Ke Daerah Pabean Indonesia Lainnya
(DPIL)

Fasilitas Kawasan Berikat diberikan ke PT.Pakoakuina karena perusahaan industri yang orientasi
pengeluaran (penjualan) produknya adalah untuk tujuan ekspor dan/atau untuk dijual ke
Kawasan Berikat (PDKB) lainnya.

Meskipun orientasinya untuk ekspor, PDKB tetap dapat melakukan penjualan hasil produksinya
untuk pasar lokal Indonesia atau Daerah Pabean Indonesia Lainnya (DPIL). Karena
bagaimanapun pasar lokal juga merupakan bagian dari pasar global (pasar international).

Meskipun demikian PT.Pakoakuina tidak dapat sembarangan menjual produknya ke DPIL. Ada
syarat-syarat yang harus dipenuhi. Disamping itu penjualan atau pengeluaran produk dari KB ke
DPIL juga dibatasi jumlah atau nilainya.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (Kep. Menkeu) Nomor 291/KMK.05/1997 tentang


Kawasan Berikat, diatur bahwa PDKB dapat menjual hasil produksinya ke DPIL setelah ada
realisasi ekspor dan/atau pengeluaran ke PDKB lainnya.

Adapun jumlah pengeluaran ke DPIL tersebut dibatasi nilainya sebanyak-banyaknya 25% (dua
puluh lima persen) dari nilai realisasi ekspor dan/atau pengeluaran ke PDKB lainnya.

Dengan demikian, umpamanya PT.Pakoakuina telah melakukan ekspor dan/atau pengeluaran ke


PDKB lain senilai US $ 5.000 maka PDKB tersebut dapat mengeluarkan barang hasil produksinya
ke DPIL sebanyak-banyaknya senilai US $ 1.250.

Perubahan Persentase Pengeluaran ke DPIL

Berdasarkan Kep. Menkeu Nomor 547/KMK.01/1997 tentang Penyempurnaan Keputusan


Menteri Keuangan Nomor 291/KMK.05/1997, batasan pengeluaran barang hasil produksi PDKB
ke DPIL mengalami penyempurnaan menjadi sebagai berikut:

a. untuk komponen, yaitu barang atau bahan yang akan dirangkai dan/atau digabungkan
dengan barang atau bahan lain dalam perkaitan atau pembuatan suatu barang yang lebih tinggi
derajatnya yang sifat hakikinya berbeda dari produksi semula, sebanyak-banyaknya berjumlah
50 % (lima puluh persen); dan

b. untuk barang lainnya, sebanyak-banyaknya berjumlah 25 % (dua puluh lima persen);


dari nilai realisasi ekspor dan/tau pengeluaran ke PDKB lainnya.

Selanjutnya dengan Kep. Menkeu Nomor 349/KMK.01/1999 tentang Perubahan Keputusan


Menteri Keuangan Nomor 291/KMK.05/1997, pengeluaran barang hasil produksi PDKB ke DPIL
kembali mengalami perubahan sehingga menjadi sebagai berikut:
33
a. Pengeluaran ke DPIL untuk perusahaan-perusahaan yang menggunakan fasilitas Bapeksa
Keuangan (sekarang fasilitas Kemudahan Impor untuk Tujuan Ekspor / KITE) diperlakukan sama
dengan pengeluaran untuk ekspor;

b. Pengeluaran ke DPIL, setelah realisasi ekspor dan/atau pengeluaran ke PDKB lainnya dalam
jumlah:

b.1. untuk barang yang tidak memerlukan proses lebih lanjut, dapat berfungsi sendiri tanpa
bantuan barang lainnya dan digunakan oleh konsumen akhir sebanyak-banyaknya 50%;
b.2. barang selain sebagaimana dimaksud dalam huruf b.1. sebesar 100%;
dari nilai realisasi ekspor dan/atau pengeluaran ke PDKB lainnya.

Lebih lanjut Direktorat Teknis Kepabeanan menjelaskan bahwa perbedaan antara barang yang
dapat dikeluarkan dari PDKB ke DPIL dalam jumlah 50% dengan 100% adalah sebagai berikut :

a. Barang-barang yang dapat dikeluarkan dari PDKB ke DPIL dalam jumlah 50% adalah barang-
barang yang tujuannya bukan untuk diolah lebih lanjut, melainkan untuk tujuan lain misalnya
dijual ke pasar atau kepada konsumen akhir.
Barang-barang tersebut dapat berupa peralatan elektronik, pakaian jadi, meubel, makanan
kaleng, dan barang jadi lainnya.

b. Barang-barang yang dapat dikeluarkan dari PDKB ke DPIL dalam jumlah 100% adalah barang-
barang yang tujuannya untuk diolah lebih lanjut (barang yang memerlukan proses lebih lanjut,
tidak dapat berfungsi sendiri tanpa bantuan barang lainnya dan bukan digunakan oleh
konsumen akhir).
Barang-barang tersebut dapat berupa benang untuk membuat kain, kain untuk membuat baju,
spare part untuk dirakit, dan barang “setengah jadi lainnya”.

c. Adapun maksud dari diberikannya batasan pengeluaran ke DPIL yang lebih besar (100 %)
untuk barang hasil produksi PDKB yang memerlukan proses lebih lanjut adalah karena barang
tersebut menunjang industri dalam negeri, sehingga dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja,
mengurangi pengangguran, dan memperbaiki kondisi ekonomi nasional.

Kemudian dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.04/2005 tentang


Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 291/KMK.05/1997 tentang
Kawasan Berikat, batasan penjualan barang hasil produksi KB ke DPIL mengalami perubahan
kembali yaitu

34
a. Pengeluaran barang ke DPIL diberikan dalam jumlah: a.1. sebanyak-banyaknya 50% dari
jumlah nilai hasil produksi tahun berjalan, untuk barang yang tidak memerlukan proses lebih
lanjut dan dapat berfungsi sendiri tanpa bantuan barang lainnya serta dugunakan oleh
konsumen akhir;

a.2. sebanyak-banyaknya 60% dari jumlah nilai hasil produksi tahun berjalan, untuk barang
selain sebagaimana dimaksud dalam huruf a.1.;

b. Pengeluaran barang ke DPIL sebanyak-banyaknya 75% darijumlah nilai hasil produksi tahun
berjalan, diberikan khusus kepada PDKB yang hasil produksinya digunakan untuk mensuplai
perusahaan pertambangan, minyak dan gas, serta PDKB yang bergerak di bidang industri
perminyakan dan gas, perkapalan di dalam negeri dan industri oleochemical.

c. Selisih nilai hasil produksi dari barang yang dikeluarkan sebagaimana tersebut butir a dan b,
dikeluarkan untuk diekspor, diolah lebih lanjut ke perusahaan-perusahaan yang menggunakan
fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), dan/atau ke PKB/PDKB lain atau dimusnahkan
di bawah pengawasan DJBC.

Jadi dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.04/2005, batasan


penjualan barang hasil produksi dari KB ke DPIL tidak lagi didasarkan pada realisasi ekspor,
tetapi berdasarkan jumlah nilai hasil produksi.

Namun sampai saat artikel ini ditulis belum ada petunjuk pelaksanaan dari Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 101/PMK.04/2005 tersebut sehingga belum dapat dilaksanakan. Namun
jumlah nilai hasil produksi dapat ditafsirkan sebagai total Harga Pokok Produksi (HPP) barang
yang diproduksi PDKB. Misalkan PDKB dapat memproduksi barang dengan HPP senilai 1 juta
USD, maka PDKB tersebut dapat menjual ke DPIL barang hasil produksi senilai 500 ribu USD, dan
sisanya dapat diekspor, dijual kepada perusahaan pengguna fasilitas KITE, dan/atau kepada
PDKB lainnya.

CARA MENGAJUKAN BERBAGAI PERMOHONAN KEPADA DITJEN BEA DAN CUKAI

Agar permohonan Anda bisa diproses dengan cepat, tepat, dan kemungkinan disutujuinya
besar, disamping harus mengikuti kaedah-kaedah administrasi surat menyurat, berikut ini ada
bebarap tips dalam mengajukan surat permohonan kepada Dit Jend. Bea dan Cukai yang
dilakukan oleh PT.Pakoakuina :

Pertama-tama perlu diketahui apakah jenis permohonannya merupakan permohonan rutin atau
insidentil. Jika permohonan rutin perlu diketahui apakah sudah ada format bakunya atau tidak.
Jika sudah ada format bakunya berarti tinggal di salin atau dimodifikasi seperlunya sesuai
kondisi perusahaan.

35
Jika belum ada format baku dari permohonan yang ingin diajukan, berikut ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan:

KEPALA SURAT:

1. Tuliskan Nomor dan Tanggal surat secara jelas. Tujuannya agar dapat diketahui kapan surat
dibuat dan nantinya akan digunakan sebagai referensi dalam penelusuran surat serta referensi
dalam menjawab surat (akan dicantumkan dalam surat balasannya).

2. Sebutkan kepada siapa surat diajukan/ditujukan. Banyak perusahaan yang asal menuliskan
tujuan surat. Misalnya ditujukan kepada Direktur A padahal yang seharusnya memproses adalah
Direktur B. Akibatnya surat harus mampir dulu di tempat yang keliru. Tidak ada salahnya
sebelum mengajukan permohonan, tanyakan terlebih dahulu alamat tujuan surat yang benar.
Bisa lewat telepon di 4890308.

3. Sebutkan perihal surat (subject surat) secara singkat padat dan jelas. Karena surat harus
melewati beberapa meja sebelum diproses oleh bagian yang berkompeten, penulisan perihal /
subyek surat yang tidak jelas akan membuat surat berputar-putar ke meja yang keliru. Akibatnya
membuat waktu pemrosesan jadi laaaamaaaaa.

ISI SURAT :

4. Sebagai pembuka isi surat, pertama kali sebutkanlah identitas identitas perusahaan.

Meskipun identitas perusahaan dapat dibaca lewat Kop Surat, tapi identitas perusahaan perlu
dijelaskan lagi dalam surat sebagai pendahuluan. Yang perlu disebutkan adalah status
perusahaan dan detail seperlu. Misalnya ada perusahaan yang memiliki 3 lokasi, ada yang KB
dan ada yang Non KB. Nah dalam Isi surat perlu disebutkan apakah permohonan diperuntukkan
bagi perusahaan yang berfasilitas KB dan di lokasi yang mana atau untuk perusahaan di DPIL.

Contoh kalimat pembuka surat:

"Kami PT XYZ adalah perusahaan yang telah mendapatkan fasilitas Kawasan Berikat berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor ***/KMK.04/2004 tanggal ** Januari 2004, yang berlokasi
di Jalan Ahmad Yani - By Pass, Jakarta Timur, dan bergerak dibidang industri Elektronika /
Komputer"

5. Berikutnya sampaikanlah meksud / permohonannya dengan singkat padat dan jelas. Gunakan
bahasa yang bisa dimengerti oleh orang awam, jangan menggunakan istilah teknis yang hanya
dimengerti perusahaan tanpa tambahan penjelasan seperlunya.

36
Jika diperlukan alasan pendukung, sampaikanlah dengan singkat padat dan jelas. Gunakan
bahasa yang bisa dimengerti oleh Pejabat Bea dan Cukai.

Banyak diantara perusahaan KB yang mengajukan permohonan dan isinya membingungkan


karena menggunakan bahasa yang hanya dimengerti oleh perusahaan.

Contoh susunan kalimat permohonan :

"Dengan ini kami mengajukan permohonan untuk memindahtangankan barang modal berupa 2
(dua) unit Mesin Jahit eks. dokumen BC 2.3 Nomor 000.0000 tanggal xx-xx-2000 yang ada pada
KB kami kepada KB PT XXX yang berlokasi di ......, dengan alasan mesin tersebut sudah tidak
kami gunakan lagi dalam proses produksi dan akan digunakan oleh PT XXX untuk memproduksi
Garment"

6. Jika diperlukan data pendukung, sampaikanlah seperlunya yang benar-benar dibutuhkan.

Contohnya :

"Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan :

1. Fotokopi dokumen pemasukan barang modal (BC 2.3 Nomor ... tanggal ....)
2. Fotokopi Surat Perjanjian Jual Beli

3. Fotokopi Invoice, dll..."

PENUTUP

7. Tandatangani surat oleh Direksi perusahaan yang berkompeten, bila perlu lekati dengan
materai secukupnya dan distempel perusahaan.

8. Sampaikan tembusan seperlunya kepada pihak-pihak yang perlu mendapatkan informasi,


Misalnya Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Pengawas KB, Kantor Wilayah DJBC terkait, Kantor
Pelayanan Pajak, dll.

DAFTAR PUTIH

DASAR HUKUM:

Pasal 18 KMK No. 291/KMK.05/1997 tanggal 26 Juni 1997 tentang Kawasan Berikat jo. Pasal 41
KEP DJBC No. KEP-63/BC/1997 tanggal 25 Juli 1997 jo. Surat Edaran DJBC No. SE-10/BC/1998
tanggal 18 Maret 1998.

37
URAIAN:

Daftar putih merupakan fasilitas yang diberikan kepada Pengusaha PT. Pakoakuina yang
dianggap baik oleh karenanya harus memenuhi persyaratan : dalam jangka waktu satu tahun
tidak pernah melakukan pelanggaran, selalu memenuhi kewajiban pabean dan perpajakan
dengan baik dan tepat waktu, serta hasil post audit menujukkan profil perusahaan baik.

Daftar putih ini dapat diberikan kepada PT.Pakoakuina yang sudah beroperasi dengan baik.
PDKB yang baru berdiri dapat diberikan walaupun belum diketahui past performancenya karena
fasilitas daftar putih ini akan mengikat perusahaan yang baru berdiri untuk menunjukkan
kredibilitasnya selama menggunakan fasilitas KB.

Namun terhadap PDKB yang baru berdiri ini tidak langsung saja disetujui masuk dalam daftar
putih namun harus memberikan surat pernyataan (janji) bahwa yang bersangkutan akan
menjadi PDKB yang patuh dan taat.

Dengan demikian ada dorongan bagi PDKB yang baru berdiri tersebut untuk menjadi PDKB
bonafid sejak pertama kali beroperasi.

Manfaat dari fasilitas daftar putih ini adalah apabila PDKB diwajibkan untuk mempertaruhkan
jaminan (misalnya untuk melakukan pemberian pekerjaan sub kontrak kepada perusahaan di
DPIL), maka jaminan tersebut dapat berupa Surat Sanggup Bayar (SSB) sehingga tidak perlu
mempertaruhkan jaminan tunai, customs bond, jaminan bank dan lainnya. Yang artinya akan
menghemat cash flow perusahaan.

PERSYARATAN:

Bagi PDKB yang telah beroperasi :

(1) Fotokopi Surat Menteri Keuangan tentang Persetujuan PDKB atau Keputusan Menteri
Keuangan tentang Persetujuan PKB merangkap PDKB;
(2) Rekomendasi dari Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai berkaitan dengan performance
perusahaan selama menggunakan fasilitas KB dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
berturut-turut;

(3) Rekomendasi dari Direktorat Jenderal Pajak berkaitan dengan performance perusahaan
tentang kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan dan memasukkan SPT tahunan;

(4) Rekomendasi dari Direktorat Verifikasi dan Audit berkaitan dengan hasil post audit
perusahaan yang bersangkutan;

(5) Data perolehan devisa ekspor dan impor berkaitan dengan kegiatan pemasukan dan
pengeluaran barang selama 12 bulan terakhir;

38
(6) Susunan para pemegang saham perusahaan dan jumlah modal yang dimiliki perusahaan.

Untuk PDKB yang baru berdiri dan belum beroperasi :

(1) Fotokopi Surat Menteri Keuangan tentang Persetujuan PDKB atau Keputusan Menteri
Keuangan tentang persetujuan PKB merangkap PDKB;
(2) Surat pernyataan tentang kesediaan perusahaan untuk memenuhi kewajiban kepabeanan
selama menggunakan fasilitas Kawasan Berikat;

(3) Surat pernyataan tentang kesediaan perusahaan untuk memenuhi kewajiban perpajakan
dan memasukkan SPT tahunan tepat waktu;

(4) Surat pernyataan tentang kesediaan perusahaan untuk memberikan data-data yang
sebenarnya apabila dilakukan audit oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

(5) Profile Perusahaan;

(6) Susunan para pemegang saham perusahaan dan jumlah modal yang dimiliki perusahaan;

(7) Perkiraan perolehan devisa ekspor dan impor berkaitan dengan kegiatan pemasukan dan
pengeluaran barang untuk jangka waktu satu tahun.

Letter of Credit Pada PT. Pakoakuina :

Berikut ini adalah ringkasan dari cara pengurusan letter of credit (L/C) untuk kegiatan ekspor
impor pada PT.Pakoakuina. Adapun proses teknisnya adalah sebagai berikut:

 Buat sales contract dengan penjual,


 Datang ke bank, minta fasilitas untuk pembukaan L/C, dan

 Tunggu kiriman barang dari penjual.

Biasanya, pihak bank meminta syarat berupa:

 Collateral, bisa berupa fixed asset atau cash,


 Bayar biaya-biaya yang mungkin timbul, biasanya biaya adminstrasi, telex, dll. Pastikan
informasi Anda terima dengan sejelas-jelasnya agar nantinya budget Anda tidak
terlampaui.

Data-data yang diperlukan antara lain:

 Jenis barang selengkapnya agar barang sama dengan dokumen yang nantinya akan
diterima,
39
 Jumlah barang dengan toleransinya bila diperlukan,

 Nilai barang,

 Dokumen lain yang terkait:

o Bill of lading (B/L) yang diterbitkan oleh perusahaan pengangkutan,

o Polis asuransi, agar tidak rugi bila kiriman Anda tenggelam,

o Invoice, yang mencantumkan nama barang, jumlah, nilai, dsb.

o Selain dokumen tersebut, Anda juga bisa minta dokumen pendukung lain agar
“tidak tertipu”, misal certificate of analysis (untuk impor barang-barang
chemical), certificate of origin, surveyor certificate, packing list, dsb.

 Tanggal pengapalan terakhir,

 Tanggal berlaku L/C,

 Pelabuhan asal dan tujuan,

 Nama dan alamat penjual serta alamat tujuan pengiriman,

 Apakah pengiriman sebagian dan transhipment diperbolehkan atau tidak, dan

 Jenis L/C, apakah sight, usance, atau lainnya.

Kalau Anda menemui kesulitan, silakan minta tolong ke bagian exim di bank. Anda juga bisa
membaca “kitab suci” pelaku exim, yaitu UCP DC (Uniform Custom Practices for Documentary
Credit) publikasi dari ICC (International Chamber of Commerce) No. 503.

40
KESIMPULAN / SARAN

Saat ini sedang ada wacana bahwa ijin baru bagi perusahaan yang berminat mendapatkan
fasilitas Kawasan Berikat akan dibatasi (diluar Batam, Bintan, & Karimun). Pembatasan ini
terkait dengan aspek pengawasan Kawasan Berikat oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Kita tahu bahwa setiap perusahaan yang berstatus sebagai KB baik PKB / PKB merangkap PDKB /
PDKB akan diawasi / ditunggui oleh Petugas Bea dan Cukai terdekat. Dengan jumlah KB yang
ada saat ini sudah tidak sebanding lagi dengan jumlah petugas Bea dan Cukai yang tersedia.
Bahkan di beberapa Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC), satu orang petugas bisa mendapat
tugas mengawasi sampai 5 perusahaan bahkan lebih.

Sementara permohonan baru yang diajukan oleh perusahaan yang berminat memakai fasilitas
KB juga semakin banyak. Mungkin ini pertanda baik adanya peningkatan investasi di Indonesia.
Atau mungkin adanya peningkatan pemintaan ekspor produk Indonesia. Atau mungkin juga
banyak perusahaan yang baru mengetahui adanya fasilitas kepabeanan, cukai, dan perpajakan
yang sangat mewah ini.

Namun dengan sistem perkawasanberikatan yang ada sekarang, pertambahan jumlah KB akan
semakin menyulitkan pengawasan bagi Ditjen Bea dan Cukai untuk menunggui satu-satu
perusahaan KB tersebut.
41
Apa bentuk pembatasannya?

Ada beberapa kemungkinan pembatasan ijin baru Kawasan Berikat. Yang penulis dengar,
kemungkinan perusahaan yang bisa mendapat fasilitas KB hanya bagi perusahaan yang berada
di dalam Kawasan Industri dan yang berada di dalam Kawasan Berikat lainnya saja
(perusahaan yang hanya akan berstatus sebagai PDKB). Sehingga perusahaan-perusahaan KB
diharapkan dapat 'ngumpul' dalam satu lokasi yang mudah diawasi. Tapi bagaimana dengan
daerah yang belum ada Kawasan Industrinya? Penulis juga belum tahu kebijakan yang akan
diterbitkan pemerintah.

Ada juga kemungkinan alternatif lainnya, yaitu dengan mengubah sistem Kawasan Berikat yang
ada saat ini. Dimana Kawasan Berikat tidak lagi ditunggui oleh petugas Bea dan Cukai. Mungkin
mirip dengan sistem yang dipakai dalam Master List atau KITE (Kemudahan Impor untuk Tujuan
Ekspor). Namun yang penulis tahu, belum ada tim yang menggagas alternatif ini.

Mungkin ada juga alternatif lainnya, tapi itu masih konsumsi para pejabat di atas. Atau anda
punya alternatif solusi yang bagus? sampaikan saja pada pemerintah, siapa tahu didengar. yach
kalau didengar doang percumah dong?

Apa hikmahnya?

Jadi, bagi perusahaan yang sudah mendapat fasilitas Kawasan Berikat, berbahagialah,
manfaatkan fasilitas ini sebaik-baiknya, jangan di salah gunakan, dan terus pacu ekspornya.
Kalau bisa jangan sampai ditutup.

Sementara bagi perusahaan yang pingin mendapat fasilitas Kawasan Berikat, cermati terus
perkembangannya. Atau investasikan pabriknya di Kawasan Industri atau didalam Kawasan
Berikat yang sudah ada.

Yang jelas, semoga kebijakan yang akan dikeluarkan pemerintah bisa memberikan solusi terbaik
bagi bangsa Indonesia. Jangan sampai ada yang pingin investasi di Indonesia malahan jadi
mundur dan diinvestasikan ke negara lain.

42
REFERENSI

1. Merriam-Webster's: Collegiate Dictionary. 11th ed. 2003. United States of America. Merriam-
Webster,Inc. 2003. hal 441
2. Deresky, Helen. International Management. 4th ed. 2006. United States of America. Addison -
Wesley. Hal 237

3. Daniels,et all. International Business. 12Th Ed. 2009. New Jersey. Pearson Education
International. hal 548 - 551

4. Wild, J John; Kenneth, J Wild; dan Jerry, C Y Han. International Business Management. 4th ed.
2008. United States of America. Pearson Prentice Hall. Hal. 353-356.

5. Peng, W Mike. Global Business.2009. Canada. South-Western Cengage. Hal 239.

6. Situs Media Indonesia: Profil Komoditas Ekspor Indonesia Telah Berubah. Diakses pada tanggal 19
April 2010

7. Amir.Ekspor-Impor.Jakarta:Pustaka Binaman Pesindo.1996. 1005717454172 15:44, 6 April 2010


(UTC)

8. File PT.Pakoakuina

43

Anda mungkin juga menyukai