Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS POLA PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN NEGARA-

NEGARA DI ASIA

Muhammad Khusnul F1, Muhammad Iqbal2, Muhammad Duta K3, Ibrahim4


Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu jalur perdagangan di Asia. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti perdagangan ekspor
impor Indonesia ke beberapa negara tetangga di Asia, hal tersebut yang membuat
penulis membuat analisis sederhana mengenai pola perdagangan Indonesia
dengan Negara-Negara di Asia Khususnya Negara Qatar, Jepang dan China. Data
yang digunakan dalam analisis ini yaitu data sekunder yang bersifat time series
dalam rentan waktu 5-10 tahun kebelakang. Analisis yang digunakan yaitu
analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk mengukur kinerja ekspor
ekspor suatu komoditas dari suatu negara dengan mengevaluasi peranan ekspor
komoditas tertentu dalam ekspor total suatu negara dibandingkan dengan pangsa
komoditas tersebut dalam perdagangan dunia. Dengan adanya analisis sederhana
ini diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana pola perdagangan Indonesia
dengan Negara-Negara di Asia dalam kurun waktu 5-10 tahun.
Kata Kunci: Perdagangan, Ekonomi, Ekspor, Impor.

ABSTRACT
Indonesia is one of the trade routes in Asia. Indonesia's economic growth is
influenced by several factors, such as Indonesia's export-import trade to several
neighboring countries in Asia, which is why the author makes a simple analysis of
Indonesia's trade patterns with Asian countries, especially Qatar, Japan and
China. The data used in this analysis is secondary data that is time series in the
past 5-10 years. The analysis used is the Revealed Comparative Advantage (RCA)
analysis to measure the export performance of a commodity from a country by
evaluating the role of certain commodity exports in a country's total exports
compared to the share of these commodities in world trade. With this simple
analysis, it is hoped that we can find out how the pattern of Indonesian trade with
countries in Asia in a period of 5-10 years.
Keywords: Trade, Economy, Export, Import.
PENDAHULUAN

1
1810116017
2
1810116018
3
1810116020
4
1810116048
Pembangunan ekonomi tak pernah lepas dari pertumbuhan ekonomi
(economic growth), karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya
pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi akan memperlancar
proses pembangunan ekonomi. Menurut Sukirno (2009: 9), pertumbuhan
ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang akan diproduksi oleh masyarakat
mengalami peningkatan.

Menurut teori klasik Adam Smith terdapat 2 aspek utama penentu


pertumbuhan ekonomi yaitu (1) pertumbuhan output GDP total dan (2)
pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan output GDP total dapat dicapai jika suatu
negara memperoleh keuntungan dari kegiatan spesialisasi. Spesialisasi dapat
terwujud jika tersedianya pasar yang luas untuk menampung hasil produksi.
Menurut Smith, pasar yang luas dapat diperoleh dengan melakukan perdagangan
internasional. Kegiatan perdagangan internasional itu sendiri dapat dibagi
menjadi dua jenis golongan kegiatan perdagangan yaitu kegiatan ekspor dan
kegiatan impor.

Menurut Amir Ekspor adalah upaya untuk melakukan penjualan komoditi


yang kita miliki kepada negara lain atau bangsa asing sesuai dengan peraturan
pemerintah dengan mengharapakan pembayaran dalam valuta asing, serta
melakukan komunikasi dengan bahasa asing. Ekspor sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu negara, seperti yang telah dijelaskan dalam teori
Hecksher-Ohlin bahwa suatu negara akan mengekspor produknya yang
produksinya menggunakan faktor produksi yang murah dan berlimpah secara
intensif. Kegiatan ini akan menguntungkan bagi negara tersebut, karena akan
meningkatkan pendapatan nasional dan mempercepat proses pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan, Menurut Sukirno Impor merupakan
pembelian atau pemasukan barang dari luar negeri ke dalam suatu perekonomian
dalam negeri. Impor sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu
negara, seperti yang telah dijelaskan dalam teori Hecksher-Ohlin menyatakan
bahwa suatu negara akan mengimpor produk/barang yang menggunakan faktor
produksi yang tidak atau jarang dimiliki oleh negara tersebut. Kegiatan ini akan
menguntungkan bagi negara tersebut dibandingkan melakukan produksi sendiri
namun tidak secara efisien.

PEMBAHASAN

A. Perdagangan Indonesia dengan Qatar


Qatar adalah sebuah negara terkaya urutan pertama di dunia yang
terletak di asia barat. Batas darat mereka adalah Arab Saudi di sebelah
selatan dan sisanya berbatasan dengan teluk Persia. Luas negara Qatar
adalah 11.571 km². Jumlah penduduk Qatar adalah sebanyak 2.444.174
jiwa dengan perumbuhan penduduk sebesar 1,55% di tahun 2020.
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) berdasarkan Paritas Daya Beli
mencapai US$ 132.886. Tulang punggung perekonomian Qatar adalah
pertambangan gas alam dan minyak bumi. Qatar setiap tahunnya dapat
menghasilkan 133,2 milyar meter kubik gas alam. Persebaran produksi gas
alam pada negara asia terletak pada Jepang, India, China dan Korea
Selatan.
Hubungan diplomatik dengan Indonesia di buka sejak tahun 1976.
Kedutaan pertama di Jakarta pada bulan November 1997 sedangkan
Indonesia membuka KBRI di Doha pada tanggal 22 Juni 1999.
Neraca perdagangan Indonesia dengan Qatar pada tahun 2013 lalu
mengalami defisit sebesar US$ 1,39 miliar. Total nilai ekspor Indonesia ke
Qatar tercatat mencapai US$ 95,37. Sedangkan, total nilai impornya
mencapai US$ 1,48 miliar. Secara ekonomi, total perdagangan non migas
antara Indonesia ke Qatar pada tahun 2016 mencapai US$ 173 juta
sedangkan pada migas mencapai US$ 742 juta apabila ditotalkan menjadi
US$ 915 juta. Dalam periode 2012 hingga 2016 tren neraca perdagangan
mengalami pertumbuhan negative sebesar 33,0%.

Gambar 1. Neraca Perdagangan Indonesia – Qatar


Sumber: BPS (2017)

Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) digunakan


untuk mengukur kinerja ekspor suatu komoditas dari suatu negara dengan
mengevaluasi peranan ekspor komoditas tertentu dalam ekspor total suatu
negara dibandingkan dengan pangsa komoditas tersebut dalam
perdagangan dunia (Granabetter, 2016). Pada tahun 2014 ada beberapa
produk yang memiliki Revealed Comparative Advantage (RCA) di Qatar
yang pertama adalah Milk and cream powder sweetened dengan indeks
RCA 682.61, kedua adalah Tableware and kitchenware of porcelain
dengan indeks RCA 430.51, ketiga adalah Shaping or slotting machine by
removing metal dengan indeks RCA 357.02, keempat adalah Transformers
electric power handling dengan indeks RCA 309.75, kelima adalah
Peppers of the genus capsicum or genus pimento fresh or chilled dengan
indeks RCA 211.57 dan keenam Fibreboard of wood dengan indeks RCA
204.95.

Perkembangan ekspor non migas periode 2016-2020 Indonesia


dengan Qatar setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup
signifikan yang dimana pada tahun 2016 sebesar US$ 57.5 juta dan pada
tahun 2020 sebesar US$ 184 juta. Sedangkan impor non migas yang
dilakukan Indonesia sangat tinggi dibandingkan dengan ekspor. Pada
tahun 2016 sebesar US$ 114.6 juta dan pada tahun 2020 sebesar US$
138.4 juta.
Tabel 1. Perkembangan Non Migas Indonesia – Qatar

Perkembangan Non Migas


Nilai: Juta USD
2016 2017 2018 2019 2020 Tren 2016-2020
Ekspor 57.5 74.5 91.2 168.4 184.3 36.94
Impor 114.6 137.6 122.9 128.4 138.4 3.12
Sumber: Statistik.kemendag.go.id (diolah)

Kabar terbaru Indonesia berhasil mendapatkan kesepakatan ekspor


Perdana produk olahan unggas dengan Qatar sebanyak 3,29 ton. Nilai
ekspor tersebut sebesar Rp 220 juta dari total kontrak 21,6ton yang telah
disepakati antara PT. Charoen Pokphand Indonesia dan pihak buyer di
Qatar. Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan
“Saya bahagia dan berbangga hati bahwa kita akan melepas ekspor
perdana produk olahan unggas Indonesia pertama yang berhasil menembus
negara Qatar dari PT Charoen Pokphand Indonesia,” pada Rabu, 24
Februari 2021.

B. Perdagangan Indonesia dengan Jepang


Kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Jepang tercatat dimulai
pada tahun 1954. Yang mana ketika itu pihak Jepang mengirimkan
bantuan dalam beberapa sector. Kemudian Jepang membentuk suatu
program yang bernama Official Development Assistance (ODA) yang
bergerak pada bantuan pembangunan ekonomi Negara berkembang hingga
bantuan bencana alam. ODA juga memiliki beberapa kategori bantuan,
yaitu pinjaman yen, dana hibah, dan kerjasama teknik.
Kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Jepang salah satunya
adalah perdagangan. Fokus dari perdagangan itu sendiri melihat pada
masalah ekspor–impor antara kedua bangsa. Jepang merupakan tujuan
utama Indonesia dalam melakukan ekspor, sekaligus juga tempat
penanaman modal terbesar bagi Indonesia. Produk-produk unggulan yang
berasal dari Indonesia yang laku di pasar Jepang biasanya berasal dari
sector pertanian, perikanan, dan perkebunan. Sementara itu, pada investasi
utama Jepang untuk Indonesia berupa mesin listrik, elektronik, kendaraan
dan peralatan transportasi.
Hubungan antara Indonesia dan Jepang sendiri memiliki banyak
manfaat. Karena keduanya saling mendapatkan hasil yang cukup
memuaskan dalam menunjang perekonomian, dan juga bagi Indonesia
sendiri dapat dikatakan seperti halnya menanamkan modal di Jepang.
Kerjasama yang telah dilakukan oleh kedua Negara tersebut antara lain
pada sector industry, ekspor impor peralatan rumah tangga, sampai pada
bidang ekonomi. Dalam sector ekonomi sendiri keduanya saling memiliki
pengaruh terhadap perekonomian mereka. Dengan adanya hubungan
dengan Jepang, banyak Negara yang akan menjalin hubungan diplomatic
dengan Indonesia.
Dalam hubungan antara Indonesia dan Jepang, ada beberapa sector
yang dirasa berhasil di kedua Negara tersebut setelah implementasi dari
perjanjian IJEPA, yaitu: industry pengelasan; molding and dies; otomotif;
elektronik; konservasi energy. Sedangkan untuk Indonesia sendiri
menawarkan pertanian, perikanan, perindustrian, tambang, minyak dan
gas. Dengan adanya perjanjian tersebut, ekspor dari barang antar kedua
Negara secara bertahap dapat terbebas dari pajak dan bea masuk lebih dari
90%.
Indonesia sendiri juga memiliki hasil bumi berupa nikel yang dapat
diekspor ke Jepang. Nikel tersebut nantinya dapat dimanfaatkan oleh
Jepang untuk membuat bahan stainless yang dapat diolah untuk menjadi
barang-barang rumah tangga seperti sendok, garpu, dan lain-lain. selain itu
Indonesia juga memiliki beberapa sumber daya yang di ekspor ke Jepang,
seperti halnya tanaman holtikultura, dan lain-lain. sumber daya alam yang
dihasilkan di Indonesia sangat menguntungkan Jepang. Oleh karena itu
Jepang sangat tertarik untuk melakukan hubungan kerjasama dengan
Indonesia.

Gambar 2. Neraca Perdagangan Indonesia – Jepang tahun 2014-2019


Sumber: lokadata.beritagar.id

Pada data statistic neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang


diatas, dapat diketahui bahwa terjadi deficit pada neraca, dan terus
menurun. Pada 2019, neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang
mencapai US$0,32 miliar. Dimana nilai tersebut menurun secara
signifikan hingga 72,28% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan
tersebut diakibatkan oleh penurunan ekspor hingga 18,08% yang berawal
dari US$19,47 miliar pada 2018 menjadi US$15,95 miliar pada 2019.
Impor dari Jepang sendiri ikut menurun sebesar 13,09%. Yang mana pada
tahun 2018, impor Indonesia mencapai US$19,47 miliar. Sedangkan pada
2019 impor menjadi US$15,62 miliar.

Gambar 3. Statistik Neraca Perdagangan


Sumber: statistik.kemendag.go.id

Jika kita melihat pada data statistic neraca perdagangan migas dan
non-migas, dapat diketahui pada tahun 2020 neraca perdagangan sempat
mengalami terjun bebas. Dimana pada awalnya sempat mengalami
kenaikan yang drastic hingga US$2.99 miliar kemudian turun menjadi
US$0,13 miliar di pertengahan tahun. Hal ini dikarenakan produk non-
migas terjadi deficit yang tinggi dari US$2,25 miliar menjadi US$0,045
miliar. Sedangkan pada produk migas turun dari US$0,736 miliar menjadi
US$0,087 miliar. Setelah itu pada awal tahun 2021 terjadi peningkatan
produk non-migas kembali sebesar US$0,399 miliar dan produk migas
meningkat sebesar US$0,148 miliar.

Perkembangan ekspor dan impor non-migas pada periode 2016-


2020 pada awalnya sempat mengalami kenaikan, namun pada tahun 2019
mulai mengalami penurunan yang mana pada akhirnya pada 2020
mengalami titik terendah daripada sebelumnya. Kemudian perkembangan
pada ekspor migas juga sempat mengalami kenaikan hingga 2018, lalu
mulai menurun di 2019 hingga terendah pada 2020. Sedangkan pada
impor migas sendiri pada awalnya mengalami penurunan di 2017, namun
mulai mengalami kenaikan hingga 2020.

C. Perdagangan Indonesia dengan China


Paul Krugman (Paul Krugman, 2013) menunjukkan bahwa pola
perdagangan luar negeri suatu negara terdiri dari dua faktor: (1) perbedaan
regional dalam bentuk iklim dan sumber daya alam (SDA), (2)
produktivitas tenaga kerja dan perbedaan teknologi. Suatu negara akan
mengekspor produk yang dapat diproduksi secara efisien berdasarkan satu
atau dua keunggulan tersebut, sedangkan impor produk yang tidak dapat
diproduksi secara efisien yang bermuara pada penguatan hubungan
bilateral Indonesia dengan mitra dagang (misalnya, Republik Rakyat
Tiongko atau china) berperan penting dalam perekonomian Indonesia
Dengan ditandatanganinya Deklarasi Kemitraan Strategis RI-RRT di
Jakarta pada tanggal 25 April 2005, hubungan bilateral kedua negara
semakin erat. Dalam Deklarasi tersebut, kedua negara telah berkomitmen
tegas untuk memajukan kerja sama di berbagai bidang dengan menjunjung
tinggi prinsip penghormatan terhadap kemerdekaan, kedaulatan, dan
keutuhan wilayah masing-masing negara. Di satu sisi, China selalu
mendukung upaya pemerintah Indonesia untuk menjaga persatuan
nasional dan keutuhan wilayah, di sisi lain, Indonesia selalu berpegang
pada kebijakan "Satu China". Pada 21 Januari 2010, kedua negara juga
menandatangani Strategic Partnership Declaration Action Plan (PoA) RI-
RRT yang akan menjadi acuan pelaksanaan kemitraan strategis kedua
negara. Kerja sama di bidang ekonomi, infrastruktur, iptek telah
dikembangkan secara luas. Dalam konteks kerja sama ekonomi, nilai
transaksi perdagangan dua arah mengalami peningkatan yang signifikan
dari tahun ke tahun, yang tercermin dari keberhasilan kedua negara
mencapai tujuan perdagangan yang telah ditetapkan. Sektor energi juga
merupakan bidang penting dalam hubungan bilateral Indonesia-China.
Selain itu, kedua negara terus mendorong peningkatan hubungan sosial
dan budaya melalui koneksi interpersonal. Sejak dibentuknya ACFTA
(ASEAN-China Free Trade Agreement), kerjasama perdagangan antara
Indonesia dan China mulai meningkat.
Berdasarkan tabel dibawah Antara tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010 tercatat bahwa jumlah total perdagangan Indonesia dengan
China meningkat sebesar 10.5 miliar juta dolar. Peningkatan perdagangan
antara keduanya terus terjadi dari tahun 2006 dengan total perdagangan
sebesar 14.9 sampai dengan tahun 2008 sebesar 26.8, lalu mengalami
sedikit penurunan di tahun 2009 sebesar 25.5 kemudian kembali
meningkat cukup tinggi di tahun 2010 sebesar 36.1. Jika dilihat
berdasarkan tabel, besarnya ekspor Indonesia terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2006 hingga tahun 2009 Indonesia
terus meningkatkan ekspor produknya ke China.

Pada periode 2011 – 2015 yang dapat dilihar dari tabel dibawah,
menunjukkan neraca perdagangan Indonesia-Tiongkok tahun 2011-2015,
Indonesia mengalami defisit yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2011 Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan
sebesar US$ 3.271.182,4 dan tahun 2015 Indonesia mengalami defisit
neraca perdagangan sebesar US$ 14.364.453,4. Defisit neraca
perdagangan menunjukkan jumlah impor Indonesia lebih banyak
dibandingkan eksporIndonesia. Sedangkan RRT mengalami surplus
dikarenakan Indonesia lebih banyak mengimpor produk dari RRT.

Perkembangan ekspor dan impor migas dan non migas pada


periode 2006-2010 mengalami fluktuasi pada periode tertentu,Tahun
2006 untuk ekspor migas indonesia mencapai angka 2.8 untuk migas
sedangkan non migas berada pada angka 5.4.Angka tersebut terus
mengalami naik turun sampai pada periode 2010 untuk ekspor migas
berada pada angka 1.6 dan untuk non migas berada pada angka 14.0
sedangkan untuk kegiatan impor dapat dilihat bahwa untuk migas
memperoleh angka 0.736 dan untuk non migas berada pada angka 19.6
Pada periode 2011 – 2016 dapat dilihat dari tabel dibawah,
perkembangan ekspor migas dan non migas dengan RRT dapat dilihat
bahwa terdapat perubahan yang signifikan setelah penerapan ACFTA
tahun 2010. Tahun 2011-2016, RRT merupakan tujuan ekspor Indonesia
pertama. Dengan total ekspor sebesar US$ 108.571,0. Setiap tahunnya
nilai ekpor Indonesia terhadap RRT tidak stabil. Jika dibandingkan, nilai
ekspor tahun 2011 sebesar US$ 21.595,0 dan pada tahun 2015 menurun
secara signifikan sebesar US$ 13.260,0. Artinya RRT mulai menurunkan
ketergantungannya terhadap impor barang dari Indonesia. Bila di
bandingkan dengan perkembangan ekspor, Indonesia lebih banyak
mengimpor barang daripada mengekspor barang. Setiap tahunnya nilai
impor Indonesia naik secara signifikan. Data ini membuktikan bahwa
pola perdagangan bilateral Indonesia dan RRT semakin meningkat pasca
diterapkannya ACFTA. Namun Indonesia mengalami defisit neraca
perdagangan karena ekspor Indonesia tiap tahunnya yang terus menurun
pasca diterapkannya ACFTA dan dari sisi impor mengalami peningkatan
yang sangat signifikan.
PENUTUP

Kesimpulan
Indonesia adalah negara kepulauan dan memiliki selat malaka sehingga
sering dijadikan jalur perdagangan oleh banyak negara sehingga membuat
Indonesia memiliki kemungkinan perdagangan sangat besar di dukung dengan
sumber daya alam yang melimpah. Adapun perdagangan Indonesia dengan negara
asia khususnya Qatar, Jepang dan China memiliki prospek yang tinggi. Walaupun
dengan Qatar terhitung masih defisit, neraca perdagangan dengan Qatar kini mulai
mengalami peningkatan, terjadinya defisit karena Indonesia melakukan impor
yang tinggi dengan Qatar sedangkan ekspor nya rendah. Adapun perdagangan
Indonesia dengan jepang pada tahun 2018 sangat tinggi kemudian pada tahun
2019 mengalami penurunan yang sangat signifikan dan pada tahun 2020 mulai
mengalami kenaikan kembali walaupun sedikit. China adalah tujuan ekspor
Indonesia yang pertama namun mengalami penurunan yang sangat signifikan dari
tahun 2011 yang sebesar US$ 21.595,0 dan pada tahun 2015 menjadi US$
13.260,0. Ini menunjukan bahwa China sudah menurunkan ketergantungan
terhadap barang dari Indonesia. Ini terjadi karena penerapan ACFTA. Dan
Indonesia mengalami defisit karena ekspor Indonesia tiap tahunnya menurun dan
impor Indonesia mengalami peningkatan.
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno, Sadono. 2006. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Granabetter, D. (2016). Revealed Comparative Advantage Index: An Analysis Of
Export Trade In The Austrian District Of Burgenland. DOI:
10.32728/ric.2016.22/3.

Paryadi, D. (2018). WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I. No.


15, Tahun 2018.
Anisa. (2021). Indonesia Ekspor Perdana Produk Olahan Unggas ke Qatar dengan
Kontrak 21,6 Ton. Diambil pada 7 Maret 2021 di
https://wartabandungbarat.com/nasional/indonesia-ekspor-perdana-
produk-olahan-unggas-ke-qatar-dengan-kontrak-216-ton-
eTBs5oQ8EXOG.
Handoyo. (2014). Kemendag genjot ekspor Indonesia ke Qatar. Diambil pada 7
Maret 2021 di https://industri.kontan.co.id/news/kemendag-genjot-ekspor-
indonesia-ke-qatar.
Kementrian Perdagangan. (2015). Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan. Vol 9.
Jakarta: Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan
Siwi, A. P. (2013). Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China
dalam Kerangka ACFTA. Jurnal Departemen Hubungan Internasional
Universitas Airlangga.
Abdurofiq, A. (2014). Menakar pengaruh masyarakat ekonomi ASEAN 2015
terhadap pembangunan Indonesia. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya
Syar-i, 1(2).
Maradjani, Fransisco Denysh Pratama (2018) ANALISIS POLA
PERDAGANGAN BILATERAL INDONESIAREPUBLIK RAKYAT
TIONGKOK PASCA PENERAPAN ASEAN CHINA FREE TRADE
AGREEMENT (ACFTA) TAHUN 2011-2016.
Putu Ayu Praminta Purwanthi, Anggraita Maya Dewi,. ANALISIS
PERBANDINGAN EKSPOR DAN IMPOR KOMODITI UNGGULAN
INDONESIA-CHINA SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN
ACFTA. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana
https://statistik.kemendag.go.id/growth-of-non-oil-and-gas-export-destination-
country
https://statistik.kemendag.go.id/growth-of-non-oil-and-gas-import-origins-country
https://kemlu.go.id/doha/id/pages/hubungan_bilateral/4090/etc-menu
http://bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Potensi_Perdaganga
n_Indonesia_di_Kawasan_TimTeng_dan_Afrika.pdf.
https://statistik.kemendag.go.id/balance-of-trade-with-trade-partner-country
diakses pada 7 Maret 2021
https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/neraca-perdagangan-indonesia-dengan-
jepang-2014-2019-1581926956 diakses pada 7 Maret 2021
https://statistik.kemendag.go.id/growth-of-non-oil-and-gas-export-sectoral
https://statistik.kemendag.go.id/export-import
https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/1010/nilai-ekspor-menurut-negara-
tujuan-utama-nilai-fob-juta-us-2000-2019.html

Anda mungkin juga menyukai