Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PERDAGANGAN ANTARA INDONESIA DENGAN

JEPANG

Hubungan diplomatik bilateral antara Jepang dan Indonesia telah lama


dilakukan. Hubungan diplomatik kedua Negara tersebut mulai dibuka sejak
April 1958 melalui penandatanganan perjanjian perdamaian antara jepang
dan Indonesia. Pada tahun yang sama pula juga telah ditandatangani
perjanjian Pampasan Perang.Sejak saat itu hubungan bilateral antar kedua
Negara tersebut berlangsung baik, akrab, dan terus berkembang.
Eratnya hubungan bilateral kedua negara tersebut juga tercermin dalam
berbagai persetujuan yang ditandatangani maupun pertukaran nota oleh
kedua pemerintah, yang pada dasarnya dimaksudkan untuk memberikan
landasan yang lebih kuat bagi kerjasama di berbagai bidang.Persetujuan
Indonesia Jepang tersebut antara lain meliputi: Pertama, Treaty of Amity
and Commerce yang ditandatangani pada tanggal 1 Juli 1961 di Tokyo.
Kedua, Perjanjian Hubungan Udara yang ditandatangani pada tanggal 23
Januari 1962 di Tokyo. Ketiga, Kerjasama di bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi yang ditandatangani pada tanggal 12 Januari 1981 di Jakarta.
Keempat, Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang ditandatangani
pada tanggal 3 Maret 1982 di Tokyo. Sejak tahun 1966 sampai sekarang
antara pemerintah Indonesia dan Jepang telah dilakukan sekitar 200
pertukaran nota yang menyangkutkerjasama di bidang perikanan pertanian,
kehutanan, peningkatan produksi pangan dan bantuan keuangan Jepang.
Antara kedua negara juga terjalin kerjasama erat sebagai sesama
anggota organisasi/forum regional dan internasional seperti PBB, ESCAP,
APEC, WTO dan ASEM. Dalam kerangka kerjasama regional ASEAN, Jepang
merupakan salah satu mitra dialog utama dan anggota ARF.Dan meskipun
dalam

suasana

krisis

Jepang

tetap

memandang

Indonesia

sebagai

stabilisator di kawasan Asia Tenggara.


Dalam perdagangan internasional, Jepang merupakan negara mitra
dagang terbesar dalam hal ekspor-impor Indonesia. Pada periode 2006-2010,

ekspor Indonesia memiliki tren yang meningkat, sementara impor Indonesia


dari Jepang juga meningkat di tingkat yang lebih tinggi. Neraca perdagangan
Indonesia-Jepang juga terus mengalami surplus walaupun trennya cenderung
menurun akibat peningkatan impor lebih besar dari peningkatan ekspor.
Komoditas yang diperdagangkan antara kedua negara juga beragam, sesuai
dengan keunggulan komparatif dan daya saing kedua negara. Jepang
mengimpor komoditas, seperti minyak bumi, gas alam cair, batubara, hasil
tambang, udang, pulp, tekstil dan produk tekstil, mesin, perlengkapan listrik,
dan lain-lain. Sedangkan, Indonesia sendiri mengimpor mesin-mesin dan
suku cadang (spare parts), produk plastik dan kimia, baja, perlengkapan
listrik, suku cadang elektronik, mesin alat transportasi, dan suku cadang
mobil.
Jepang sangat terkenal dengan makanan khas nya yang bernama
sushi. Siapa sangka ikan yang menjadi menu utama makanan tersebut
berasal dari Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic
state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan
panjang garis pantai mencapai 104.000 km. Total luas laut Indonesia sekitar
3,544 juta km2 atau sekitar 70% dari wilayah Indonesia. Oleh karena itu
Indonesia sangat kaya akan sumber daya perikanan.
Sektor perikanan merupakan salah satu sektor ekspor Indonesia
terbesar dan Jepang merupakan tujuan utama ekspor ikan tersebut. Dalam
hal ini Indonesia memiliki keunggulan absolute dalam kegiatan perdagangan
ekspor perikanan ke Jepang tersebut.
Badan

Pusat

Statistik

(BPS)

mencatat

terjadi

surplus

dalam

perdagangan sektor perikanan. Kepala BPS Suryamin mengatakan dari waktu


ke waktu ekspor perikanan Indonesia terus mengalami peningkatan secara
signifikan

dibandingkan

dengan

impor

perikanan.

BPS mencatat pada tahun 2013 nilai ekspor perikanan Indonesia


mencapai US$ 2,86 miliar, kemudian pada tahun 2014 naik menjadi US$ 3,1

miliar. Lalu pada kuartal I 2015 nilai ekspor perikanan sudah menembus US$
906,77 juta. Sementara total impor perikanan pada kuartal I 2015 mencapai
US$ 67,42 juta. Artinya, lanjut Suryamin, terjadi surplus US$ 839,35 juta
pada perdagangan sektor perikanan pada kuartal I 2015. Suryamin yakin,
peningkatan ekspor tersebut merupakan hasil upaya pemberantasan aksi
pencurian ikan sehingga mampu mendongkrak produksi perikanan dalam negeri.
Berdasarkan pembahasan di atas hubungan

perdagangan Indonesia

dan Jepang berjalan baik, tetapi harus ada peningkatan di sektor tersebut
karna pasti ada labilitas peningkatan ataupun penurunan di sektor-sektor
tersebut. Hubungan internasional amatlah penting bagi suatu bangsa seperti
Indonesia. Dengan adanya hubungan internasional, pencapaian tujuan
negara akan lebih mudah dilakukan dan perdamaian dunia akan mudah
diciptakan.
Berbagai negara terus berupaya meningkatkan daya saing produknya
agar

produk-produknya

lebih

efisien

dan

laku

di

pasaran.

Untuk

meningkatkan daya saing antara lain ditempuh beberapa langkah baik


peningkatan efisiensi, menekan biaya produksi, perbaikan iklim usaha,
perbaikan infrastruktur serta mengurangi berbagai bentuk pungutan. Untuk
meningkatkan hubungan perdagangan tersebut Indonesia perlu melakukan
beberapa hal, antara lain:
1. Menciptakan Biaya Produksi yang Rendah.
Biaya produksi rendah bagi industri dalam negeri dapat diciptakan dengan
pertama, menurunkan suku bunga pinjaman bank. Suku bunga pinjaman
yang diterapkan di Indonesia adalah sebesar 13,6 persen. Suku bunga
tersebut dianggap terlalu tinggi dan membebani para pengusaha, terutama
pengusaha UKM. Bunga yang relatif tinggi memberikan keengganan bagi
perusahaan maupun perorangan untuk meminjam uang karena biayanya
dianggap masih mahal. Implikasi bunga pinjaman yang tinggi lainnya adalah
akan menyebabkan sektor manufaktur sulit bersaiang. Bunga pinjaman

tersebut akan membebani ongkos kapital sehingga menaikkan biaya


produksi. Dan selanjutnya seperti yang telah disebutkan di atas yakni
membuat biaya produksi tinggi dan memaksa harga produk pun menjadi
lebih mahal. Dengan demikian diperlukan penurunan suku bunga pinjaman
agar meringankan beban biaya produksi dan juga mendorong pembukaan
usaha-usaha baru agar terbuka kesempatan kerja yang lebih luas.
2. Memperbaiki Infrastruktur.
Ketersediaan
jasa
pelayanan

infrastruktur

berpengaruh

terhadap

pengurangan biaya produksi. Penurunan kinerja infrastruktur berimplikasi


pada terhambatnya distribusi barang dan jasa yang menyebabkan kenaikan
biaya angkut, sehingga biaya produksi meningkat. Hal inilah mengapa
perbaikan infrastruktur akan sangat menekan biaya produksi.
3. Pengembangan Komoditas Berbasis Keunggulan Komparatif dan
Kompetitif.
Keunggulan di sektor perkebunan perlu mendapat perhatian khusus.
Diperlukan pengembangan produk-produk perkebunan bernilai tambah
berupa olahan. Sehingga ekspor komoditas perkebunan tidak lagi berupa
bahan

mentah,

namun

mempunyai

nilai

tambah

yang

memberikan

pendapatan yang lebih tinggi.


4. Pengembangan industri harus diarahkan pada basis kemampuan
sumber daya manusia termasuk penguasaan teknologi, inovasi
dan kreativitas.
5. Pembatasan Ekspor Bahan Mentah.
Ekspor bahan mentah seharusnya dibatasi. Sebaliknya, ekspor barangbarang hasil pengolahan yang lebih memiliki nilai tambah harus terus
ditingkatkan selama telah memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sebaliknya,
impor barang-barang yang bisa mengancam industri dalam negeri harus
dibatasi. Impor seharusnya hanya terbatas pada barang-barang yang bisa
memperkuat industri di dalam negeri.

Selain itu pemerintah Indonesia juga perlu meninjau ulang IndonesiaJapan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA). Kesepakatan ini merupakan
salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan perekonomian dan
mendorong

investasi

di

Tanah

Air.

Beberapa poin penting yang harus ditinjau ulang meliputi berbagai


sektor di antaranya pertanian, perikanan, dan manufaktur. Pemerintah
Indonesia ingin ada peningkatan investasi manufaktur Jepang, terutama
automotif dengan prinsip saling memberikan keuntungan. Tinjauan ini harus
dilakukan segera mungkin agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi 7
persen, meningkatkan investasi dan ekspor, serta mengurangi defisit
perdagangan.

Para

pemimpin

perusahaan

di

Jepang

memiliki

komitmen

dan

optimisme tinggi terhadap kemudahan investasi yang diberikan oleh


pemerintah Indonesia. Bahkan, Liga Parlemen Indonesia-Jepang mendukung
adanya peninjauan ulang tersebut agar kedua negara dapat meningkatkan
hubungan

ekonomi

khususnya

perdagangan

dan

investasi.

Untuk

mewujudkan hal tersebut, dalam waktu dekat Liga Parlemen berencana


akan berkunjung ke Indonesia dengan membawa para pengusaha yang
berminat investasi di Tanah Air.
Di sisi investasi, peran Jepang dalam perekonomian Indonesia tidak
kalah penting. Walaupun sempat mengalami penurunan kuantitas investasi
saat terjadinya krisis ekonomi yang melanda Asia di tahun 1997, Jepang
masih menjadi salah satu negara terpenting di antara negara-negara lain
yang melakukan investasi di Indonesia. Sejak tahun 1967 hingga 2007,
jumlah

penanaman

modal langsung Jepang di

Indonesia

menempati

peringkat pertama di Indonesia dengan angka 11,5% secara keseluruhan.


Banyak perusahaan Jepang yang membuka cabang dan beroperasi di
Indonesia.

JETRO

menyebutkan

bahwa

terdapat

kurang

lebih

1000

perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia. Hal ini tentu memberikan


kontribusi pada pengurangan jumlah pengangguran di Indonesia karena
keberadaan perusahaan Jepang di Indonesia tentu membuka kesempatan
kerja yang luas bagi sumber daya manusia dalam negeri. Lebih lanjut,
berdasarkan kutipan yang didapat dari BPKM, perusahaan-perusahaan
Jepang mempekerjakan lebih dari 32 ribu pekerja Indonesia. Ini menjadikan
Jepang sebagai negara penyedia lapangan kerja nomor 1 di Indonesia.
Berdasarkan data Perkembangan Realisasi Investasi PMA berdasarkan
Laporan

Kegiatan

Penanaman

Modal

(LKPM)

Menurut

Negara

yang

dipublikasikan BPKM di tahun 2010 dan kuartal pertama 2011, Jepang masih
menempati peringkat tiga besar negara dengan nilai investasi mencapai
US$712,6 juta dan 323 proyek (2010). Sedangkan, pada kuartal pertama
2011 telah mencapai US$345,2 juta (hampir separuh dari nilai investasi
sebelumnya) dan 78 proyek. Walaupun saat ini Singapura merupakan negara
dengan nilai penanaman modal asing terbesar di Indonesia, nilai investasi
Jepang bersama dengan Amerika Serikat juga tergolong signifikan.
Tidak hanya itu, Jepang juga turut memainkan peran penting dalam
mendorong pembangunan ekonomi di Indonesia. Sebagai negara yang
memiliki kaitan historis dengan Indonesia, Jepang telah banyak memberikan
bantuan kepada Indonesia, baik dalam bentuk pinjaman maupun hibah.
Jepang

mengklaim

ODA/Official

bahwa

Development

Indonesia
Assistance

merupakan
(bantuan

negara

penerima

pembangunan

tingkat

pemerintah) terbesar dari Jepang (berdasarkan realisasi netto pembayaran


pada tahun 2005 adalah US$1.22 milyar, yaitu + 17% dari seluruh ODA yang
diberikan Jepang), berdasarkan data dari Kedutaan Besar Jepang di
Indonesia.
Oleh karena itu, Indonesia harus lebih memperhatikan para investor
Jepang dan UKM-UKM Jepang yang berada di Indonesia, karena Jepang
merupakan salah satu negara tertinggi yang menginvestasikan dana nya di

Indonesia. Berkat dana investasi ini lah dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan perekonomian Indonesia. Dengan begitu diharapkan dana
investasi yang diberikan Jepang akan meningkat

HUBUNGAN PERDAGANGAN ANTARA


INDONESIA DENGAN JEPANG

DISUSUN OLEH :
Viana Aldila.
1113218112

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Pancasila


Program Studi Manajemen

Anda mungkin juga menyukai