KEBIJAKAN INDONESIA TERHADAP DOMINASI INDUSTRI OTOMOTIF JEPANG
PASCA PENANDATANGANAN IJEPA
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan indsutri otomotif jepang di Indonesia sebenarnya sudah sejak lama yaitu dimulai sejak orde baru ditahun 1967 dimana di masa itu Presiden Soeharto membuka keran investasi asing untuk masuk ke Indonesia, sehingga banyak industri-industri asing dapat masuk salah satunya adalah industri otomotif dari pabrikan Jepang. Dalam perkembangannya ternyata keberadaan industri otomotif Jepang di Indonesia sendiri semakin berkembang pesat sehingga mendominasi kendaraan bermotor yang ada di Indonesia hingga saat ini. Kemudian IJEPA (Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement) adalah Kesepakatan perdagangan bebas dalam bingkai kesepakatan kerjasama ekonomi secara bilateral yang pertama kali Indonesia dilakukan dengan negara mitra. Terdapat 11 bidang yang dicakup dalam kesepakatan IJEPA antara lain perdagangan barang, pengaturan terkait asal barang dan prosedur kepabeanan. Penandatanganan perjanjian tersebut telah dilakukan oleh baik kepala negara Indonesia dan Jepang pada tanggal 20 Agustus 2007 di Jakarta.Hingga tahun 2013 hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang sudah terjalin selama 55 tahun. Hubungan diplomatik ini berbentuk bantuan dan kerjasama termasuk partnership. Partnership atau kemitraan merupakan jalinan kerjasama yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau perusahaan, atau negara sebagai aktor. Kemitraan ini berwujud bantuan berupa materi dan non materi, termasuk juga bantuan melalui Official Development Assistance (ODA). Selanjutnya, salah satu kemitraan baru yang dijalankan Indonesia dan Jepang adalah Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA). Pelaksanaan kerjasama IJEPA sendiri pada dasarnya tidak terlepas dari tiga pilar utama sebagai landasan dalam kerjasama ini.yaitu ; liberalization (adanya pembukaan akses pasar bebas), facilitation (pasar yang dipermudah) dengan adanya kepastian hukum, dan cooperation (kerjasama dan peningkatan khususnya bagi Indonesia) yang kedua negara dapat keuntungan dari kerjasama yang terjalin . Kemitraan ini dilakukan dalam sebuah perjanjian kerjasama yang ditandatangani Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada tahun 2007. Dalam sektor perdagangan barang IJEPA, Indonesia dan Jepang sama-sama menyepakati adanya konsesi khusus yang diberikan. Konsesi tersebut berupa penghapusan atau penurunan tarif bea masuk dalam tiga klasifikasi : fasttrack, normal track, dan pengecualian, dengan memasang rambu-rambu tindakan pengamanan (emergency and safeguard measures) untuk mencegah kemungkinan dampak negatifnya terhadap industri domestik. Untuk produk klasifikasi fast-track, persentase tertentu dari total pos tarif akan diturunkan ke 0% pada saat berlakunya IJEPA. Bagi produk klasifikasi normal-track, tarif diturunkan menjadi 0% pada jangka waktu tertentu yang bervariasi dari minimal tiga tahun hingga maksimal 10 tahun (bagi Jepang) atau 15 tahun (bagi Indonesia) sejak berlakunya IJEPA bagi persentase tertentu dari total pos tarif. Di samping konsesi tarif tersebut, diatur pula suatu skema konsesi tarif khusus bagi sektor-sektor industri tertentu dan kompensasinya melalui fasilitasi pusat pengembangan industri manufaktur. Negosiasi antara Indonesia dan Jepang kemudian ditindak lanjuti dengan framework Agreement yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia berdasarkan peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2008 tentang pengesahan Agreement Between The Republic of Indonesia and Japan for Economic Partnership-IJEPA. Melalui Framework Agreement ini telah menyepakati dua macam skema penurunan tarif bea masuk dalam rangka IJEPA, antara lain: (1) skema tarif prefensi umum, skema ini telah menyepakati sekitar 35 persen pos tarif bea masuk Indonesia akan diturunkan menjadi 0 persen, sedangkan Jepang menurunkan sekitar 80 persen pos tarifnya. (2) Skema Tarif User Spesific Duty Freee Scheme (USDFS). USDFS adalah skema pemberian penetapan tarif bea masuk 0 persen atas impor bahan baku dari Jepang yang digunakan dalam kegiatan proses produksi oleh industri-industri tertentu yang telah disepakati termasuk yang bergerak di bidang kendaraan angkut bermotor dan komponen-komponennya. Sebagai kompensasi dari kemitraan yang terbuka ini, Jepang memberikan bantuan dalam kerjasama ekonomi jangka panjang yang terangkum dalam skema Manufacturing Industri Development Center-MIDEC. 1
1.1.1 pengaruh IJEPA terhadap Indonesia Melalui IJEPA diartikan pula bahwa segi positifnya bagi Indonesia adalah adanya kemitraan khusus dengan sebuah negara maju sehingga dapat memperoleh perlakuan khusus untuk masuk pasar Jepang yang dikenal sebagai pasar dengan standar yang serba tinggi selain
1 Badan Kebijakan Fiskal-Departemen Keuangan. Pres Release Penerbitan PMK-PMK Tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Dalam Rangka Implementasi Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Jepang Mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi. (Jakarta:2008) juga memperluas akses pasar ke kawasan secara lebih luas. Manfaat IJ-EPA bagi Indonesia adalah peningkatan akses pasar barang, peningkatan akses pasar jasa, peningkatan investasi Jepang di Indonesia, meningkatnya daya saing, dan peningkatan daya beli masyarakat Indonesia. dipilihnya Jepang sebagai mitra EPA pertama bagi Indonesia tidak terlepas dari pengalaman hubungan saling menguntungkan yang telah berlangsung lama serta derajat komplementaritas yang tinggi antara ekonomi kedua negara, dan bahwa Jepang merupakan mitra dagang terbesar bagi Indonesia, sumber investasi yang terbesar dan sumber bantuan luar negeri bilateral yang terbesar. Sisi positif lainnya industri dalam negeri mulai belajar bagaimana proses produksi yang baik. Walau masih terlihat ada perbedaan antara Indonesia dan Jepang yang masing-masing memiliki orientasi pasar. Hal lain bahwa masuknya industri otomotif Jepang memberi arti penting tersendiri bagi industri dalam negeri dimana terjadi proses transfer teknologi walaupun belum sepenuhnya dilakukan oleh pihak Jepang. Di bidang alih teknologi, hingga kini industri mobil Jepang di Indonesia belum dapat dikatakan telah memberikan alih teknologi secara utuh. Dampaknya, industri otomotif di Indonesia tetap bergantung pada prinsipalnya. Sementara penguatan kapasitas industri komponen yang semestinya mampu diisi dari pengusaha nasional berjalan lamban karena buruknya prasarana dan infrastruktur serta fasilitasi dukungan modal. Isi klausul IJEPA tersebut juga menjanjikan alih teknologi melalui pelatihan dan pendidikan sumber daya manusia, namun dalam fakta hal ini dirasa sulit karena pada dasarnya Jepang tidak mudah berbagi untuk mentranfer teknologi ke negara lain. 2 Selama pengembangan industri nasional berjalan masih bersandar dengan pola prinsipal, apakah itu sektor otomotif, tekstil atau elektronika. Indonesia saat ini masih berperan sebagai bangsa penjahit. Tidak ada ruang mengembangkan hasil rekayasa produk yang benar-benar murni buatan dalam negeri. Sejauh ini Indonesia baru sanggup membuat komponen dan memproduksi, sedangkan urusan riset masih dipegang Jepang. Pada intinya, Indonesia sendiri yang harus belajar dan merebut teknologi itu sendiri.
2 Achdiyat Atmawinata, Drajat Irianto, dkk, Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar Global, Kajian Capacity Building Industri Manufaktur Melalui Implementasi MIDEC IJEPA,dalam http://www.kemenperin.go.id/IND/publikasi/Ijepa/struktur.pdf, diakses 31 Oktober 2011
Didasari atas pertimbangan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan dan letaknya yang strategis di antara negara-negara lainnya yang berada di Asia. Ditambah lagi melimpahnya SDA yang dimiliki Indonesia menjadikan optimisme bagi Indonesia yang kelak mampu menjadi basis industri di kawasan Asia Pasifik. Hingga kini, meskipun kemampuan industri otomotif Indonesia yang menjadi hasil karya anak bangsa belum mampu bermain di level internasional, paling tidak dengan kehadiran industri otomotif Jepang di Indonesia mampu menjadikannya sebagai negara yang berbasis industri, sehingga negara-negara lain ikut mempertimbangkan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki kompetensi. Kondisi yang lain adalah otomotif dari Jepang memperoleh akses pasar yang lebih luas sementara industri otomotif dalam negeri belum cukup mampu menarik perhatian khususnya konsumen dalam negeri. Timbulnya kecendrungan untuk lebih memilih kendaraan asal pabrika Jepang dari masyarakat Indonesia sendiri menyebabkan dominasi perusahaan tersebut semakin kuat. Kecendrungan negatif lainnya yang ditimbulkan dari partnership IJEPA melalui modal asing industri otomotif Jepang adalah kesempatan yang lebih terbuka bagi penanam modal asing. Modal yang ada memperoleh kebijakan dan perhatian lebih dari pemerintah terkait pengembangan industri, dikarenakan modal besar yang dimilikinya. Sementara industri dalam negeri terkendala oleh dana dan kurang sehingga mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia. Jika dilihat dimata politik IJEPA bisa dikatakan seperti mekanisme pengaturan tarif dagang dimana kedua negara menyepakati penurunan tarif bea masuk atas impor dari Jepang ataupun Indonesia, Perjanjian tersebut disusun guna menghasilkan manfaat bagi kedua pihak secara adil, seimbang, dan terukur melalui liberalisasi akses pasar, fasilitasi, dan kerjasama melalui pengembangan kapasitas untuk sektor-sektor industri prioritas. 1.1.2 Pengaruh IJEPA terhadap Jepang Secara politis, IJEPA membuat Indonesia mempunyai kedudukan yang setara dengan negara lain yang telah terlebih dahulu menjalin kerjasama bilateral dengan Jepang. Hal ini berarti komoditi dan produk ekspor Indonesia akan mempunyai peluang sama besar dengan produk negara lain di pasar Jepang khususnya. Tetapi yang perlu menjadi pertimbangan penting, IJEPA memiliki kandungan klausul yang tidak berbeda jauh dengan perjanjian EPA Jepang dengan negara lainnya. Hal ini mungkin didasari kesamaan karakteristik antara negara ASEAN. Melalui IJEPA ini juga Jepang dapat mencapai kepentingan ekonomi politiknya untuk memperbesar dan memperkuat basis industri manufakturnya di kawasan Asia Tenggara. IJEPA juga berpengaruh besar terhadap kepetingan negara Jepang, dimana Jepang dapat berinvestasi dan memperluas pengaruh indsutri otomotifnya dikawasan Asia Tenggara. Bagi Jepang sendiri kerja sama ini menjadi sebuah prioritas dan juga bertujuan untuk mempererat hubungan kedua negara yang mana Jepang memiliki ketergantungan yang begitu besar yang dapat mempengaruhi kesatabilan ekonomi dan politik di Jepang. Setelah lima tahun berjalan IJEPA ternyata target-target yang telah ditetapkan ternyata tidak tercapai sepenuhnya dari 11 sektor yang ditargetkan hanya 5 sektor yang memenuhi target pernjualan ekspor-impor. Mengutip dari pernyataan Menteri Perindustrian M.S. Hidayat ynag menilai Indonesia tidak mendapatkan keuntungan signifikan atas kerja sama ekonomi dengan Jepang dalam kerangka IJEPA yang diimplementasikan sejak 2008. Oleh karena itu, ujarnya, Menperin telah mengusulkan agar Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) dikaji ulang sehingga kedua negara memperoleh manfaat secara seimbang (equal). 3 Sesuai basic agreement, IJ-EPA bisa di-review setelah 5 tahun berjalan. Selama ini IJEPA belum memberi manfaat yang memuaskan bagi Indonesia karena ekspor menurun sedangkan impor terus meningkat. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Dalam perkembangannya ternyata perjanjian ini juga menimbulkan dampak negatif . dimana perjanjian IJEPA ini lebih berpihak kepada pemerintah Jepang, hal ini dikarenakan bargaining position Indonesia yang lemah kepada Jepang. Alasannya, pertama Indonesia mendapatkan bantuan Official Development Assistance (ODA) yang berupa pinjaman utang dengan bunga 2% yang secara tidak langsung membuat indonesia ketergantungan kepada jepang. 4 Yang dimulai sejak tahun 1967. Negara tersebut memandang Indonesia sebagai negara penting secara politis dan ekonomi. 5 Kedua, penguasaan IPTEK di bidang industri otomotif yang masih jauh dari Jepang. Efek dari dominansi industri otomotif Jepang sendiri membuat industri dalam negeri sendiri tidak diperhatikan.
3 Setiawan, Sigit.Analisis Dampak IJEPA Terhadap Indonesia dan Jepang, jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol. 17 no. 2 Agustus 2013. Hal. 13 4 Ibid., hlm. 9 5 Abdul Irsan, Politik Domestik Global dan Regional, (Makassar: Hasanuddin University press, 2005), hlm.174.
Melihat permasalahan ini penulis merumuskan masalah Bagaimana kebijakan luar ngero indonesia dalam menekan dominasi otomotif Jepang setelah perjanjian IJEPA? 1.3 KERANGKA TEORI Dengan melihat prejanjian IJEPA yang terjadinya ketergantungan antar kedua negara diantara Negara-negara maupun organisasi maka mendorong untuk melakukan kerjasama internasional, sama halnya yang dikemukakan oleh K. J. Holsti dalam bukunya Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis, yang menyatakan bahwa: Kerjasama Internasional merupakan sebagian transaksi dan interaksi antar Negara dalam sistem internasional sekarang bersifat rutin dan hamper bebas dari konflik. Berbagai jenis masalah nasional, regional dan global bermunculan dan memerlukan perhatian dari berbagai Negara. Dalam kebanyakan kasus yang terjadi, pemerintah saling berhubungan dengan mengajukan alternative pemecahan, perundingan atau pembicaraan mengenai masalah yang dihadapi, mengemukakan berbagai bukti teknis untuk menopang pemecahan masalah tertentu dan mengakhiri perundingan dengan membentuk beberapa perjanjian atau saling pengertian yang memuaskan bagi semua pihak. 6
Kerjasama antar Negara sangat penting dilakukan oleh Negara-negara agar dapat mempermudah kerja dan mempercepat tujuan yang ingin dicapai. Kerjasama antar Negara dapat berjalan lancar apabila adanya dukungan dari komponen masyarakat dalam Negara yang saling bekerjasama pula. K. J. Holsti juga mengartikan konsep kerjasama lainnya sebagai berikut;
Kerjasama dalam masyarakat internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat terdapatnya hubungan interdependensi dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional, kerjasama internasional terjadi karena adanya Nation Understanding dimana mempunyai tujuan dan arah yang sama, keinginan yang didukung oleh kondisi internasional yang saling membutuhkan.
6 K. J. Holsti, Politik Internasional Suatu Pengantar Analisis (Terjemahan Wawan Juanda, 1992.Bandung: Binacipta), hlm. 22. Kerjasama itu didasari oleh kepentingan bersama diantara Negara-negara namun kepentingan itu tidak identik 7
Dari teori yang disampaikan diatas penulis mengasumsikan dalam kerjasama IJEPA antara Indonesia dan Jepang sebagai berikut; 1. Perjanjian bilateral yang dilakukan oleh kedua negara merupakan salah satu pencapaian kepentingan nasional yang sama-sama ingin dicapai oleh kedua negara 2. Perjanjian yang terjalin antara kedua negara ternyata setelah di telaah lebih lanjut lebih condong menguntungkan pihak Pemerintahan Jepang karena bargaining posotion Indonesia lemah. 3. Ditambah kemajuan teknologi yang dimiliki oleh Jepang dibandingkan Indonesia membuat dominansi otomotif Jepang semakin kokoh walaupun adanya pertukaran teknologi hal ini tidak terlalu berdampak besar bagi industri otomotif dalam negeri walaupun Indonesia saat ini sudah dapat menjalan industri tapi tidak secara mandiri
7 Ibid., hal. 20 REFERENSI BUKU K. J. Holsti, Politik Internasional Suatu Pengantar Analisis (Terjemahan Wawan Juanda, 1992.Bandung: Binacipta), JURNAL Setiawan, Sigit.Analisis Dampak IJEPA Terhadap Indonesia dan Jepang, jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol. 17 no. 2 Agustus 2013. Hal. 1-18 Salam, Aziza R., Sefiani Rayadiani, dan Imanuel Lingga,IJEPA dan Implikasinya terhadap Kinerja Perdagangan Indonesia-Jepang, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juni 2012. Hlm 19-37 Achdiyat Atmawinata, Drajat Irianto, dkk, Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar Global, Kajian Capacity Building Industri Manufaktur Melalui Implementasi MIDEC IJEPA, dalam http://www.kemenperin.go.id/IND/publikasi/Ijepa/struktur.pdf, diakses 20 Maret 2014
Abdul Irsan, Politik Domestik Global dan Regional, (Makassar: Hasanuddin University press, 2005), hlm.174.
INTERNET http://www.kemenperin.go.id/artikel/19/Kebijakan-Industri-Nasional (diakses tanggal 23 Maret 2014) http://industri.kontan.co.id/news/kerjasama-ijepa-hanya-berhasil-di-5-sektor diakses tanggal 23 Maret 2014)
Perspektif Hukum Mengenai Jasa Netflix Di Indonesia Terkait Indonesia Schedule of Specific Commitment Dalam Lingkup General Agreement Trade in Services