Anda di halaman 1dari 3

1.

Latar Belakang Otonomi Daerah secara Internal dan Eksternal


Latar belakang otonomi daerah di Indonesia berdasarkan beberapa referensi dapat dilihat dari 2
aspek, yaitu aspek internal yakni kondisi yang terdapat dalam negara Indonesia yang mendorong
penerapan otonomi daerah di Indonesia dan aspek eksternal yakni faktor dari luar negara Indonesia
yang mendorong dan mempercepat implementasi otonomi daerah di Indonesia.
Latar belakang otonomi daerah secara internal, timbul sebagai tuntutan atas buruknya pelaksanaan
mesin pemerintahan yang dilaksanakan secara sentralistik. Terdapat kesenjangan dan ketimpangan
yang cukup besar antara pembangunan yang terjadi di daerah dengan pembangunan yang
dilaksanakan di kota-kota besar, khususnya Ibukota Jakarta. Kesenjangan ini pada gilirannya
meningkatkan arus urbanisasi yang di kemudian hari justru telah melahirkan sejumlah masalah
termasuk tingginya angka kriminalitas dan sulitnya penataan kota di daerah Ibukota.
Ketidakpuasan daerah terhadap pemerintahan yang sentralistik juga didorong oleh massifnya
eksploitasi sumber daya alam yang terjadi di daerah-daerah yang kaya akan sumber daya alam.
Eksploitasi kekayaan alam di daerah kemudian tidak berbanding lurus dengan optimalisasi
pelaksanaan pembangunan di daerah tersebut. Bahkan pernah mencuat adanya dampak negatif dari
proses eksploitasi sumber daya alam terhadap masyarakat lokal. Hal inilah yang mendorong lahirnya
tuntutan masyarakat yang mengingingkan kewenangan untuk mengatur dan mengurus daerah sendiri
dan menjadi salah satu latar belakang otonomi daerah di Indonesia.

Selain latar belakang otonomi daerah secara internal sebagaimana dimaksud diatas, ternyata juga
terdapat faktor eksternal yang menjadi latar belakang otonomi daerah di Indonesia. Faktor eksternal
yang menjadi salah satu pemicu lahirnya otonomi daerah di Indonesia adalah adanya keinginan modal
asing untuk memassifkan investasinya di Indonesia. Dorongan internasional mungkin tidak langsung
mengarah kepada dukungan terhadap pelaksanaan otonomi daerah, tetapi modal internasional sangat
berkepentingan untuk melakukan efisiensi dan biaya investasi yang tinggi sebagai akibat dari korupsi
dan rantai birokrasi yang panjang.
Sumber : https://anakanaksenggi.wordpress.com/2015/03/26/latar-belakang-otonomi-daerah-secara-
internal-dan-eksternal/

2. Sejarah otonomi
Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia Pada tahun 1903, pemerintah kolonial mengeluarkan
Staatsblaad No. 329 yang memberi peluang dibentuknya satuan pemerintahan yang mempunyai
keuangan sendiri. Kemudian staatblaad ini deperkuat dengan Staatblaad No. 137/1905 dan S.
181/1905. Pada tahun 1922, pemerintah kolonial mengeluarkan sebuah undang-undang S. 216/1922.
Dalam ketentuan ini dibentuk sejumlah provincie, regentschap, stadsgemeente, dan
groepmeneenschap yang semuanya menggantikan locale ressort. Selain itu juga, terdapat
pemerintahan yang merupakan persekutuan asli masyarakat setempat. Pemerintah kerajaan satu per
satu diikat oleh pemerintahan kolonial dengan sejumlah kontrak politik (kontrak panjang maupun
kontrak pendek). Dengan demikian, dalam masa pemerintahan kolonial, warga masyarakat
dihadapkan dengan dua administrasi pemerintahan. Kemudiaan Ketika menjalar PD II Jepang
melakukan invasi ke seluruh Asia Timur mulai Korea Utara ke Daratan Cina, sampai Pulau Jawa dan
Sumatra. Negara ini berhasil menaklukkan pemerintahan kolonial Inggris di Burma dan Malaya, AS
di Filipina, serta Belanda di Daerah Hindia Belanda. Pemerintahan Jepang yang singkat, sekitar tiga
setengah tahun berhasil melakukan perubahan-perubahan yang cukup fundamental dalam urusan
penyelenggaraan pemerintahan daerah di wilayah-wilayah bekas Hindia Belanda. Pihak penguasa
militer di Jawa mengeluarkan undang-undang (Osamu Seire) No. 27/1942 yang mengatur
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pada masa Jepang pemerintah daerah hampir tidak memiliki
kewenangan. Penyebutan daerah otonom bagi pemerintahan di daerah pada masa tersebut bersifat
misleading[1]. Bahwasannya di dalam UU No. 1 Tahun 1945 merupakan hasil dari berbagai
pertimbangan tentang sejarah Pemerintahan dimana Kerajaan-kerajaan serta pada masa pemerintahan
kolonialisme. UU ini menekankan pada aspek cita-cita kedaulatan rakyat melalui pengaturan
pembentukan Badan Perwakilan Rakyat Daerah. UU ini ditetapkan 3 jenis daerah otonom, yaitu
keresidenan kabupaten dan kota. Kemudiaan UU No. 22 Tahun 1948 yaitu Undang-Undang berfokus
pada pengaturan tentang susunan pemerintahan daerah yang demokratis. Ditetapkan 2 jenis daerah
otonom, yaitu daerah otonom biasa dan daerah otonom istimewa, serta 3 tingkatan daeran otonom
yaitu propinsi, kabupaten/kota besa & desa/kota kecil. Penyerahan sebagian urusan pemerintahan
kepada daerah telah mendapat perhatian pemerintah.

Sumber : http://wartasejarah.blogspot.co.id/2015/10/otonomi-daerah.html

3. Pengertian Otonomi Daerah

Secara etimologi (harfiah), otonomi daerah berasal dari 2 kata yaitu "otonom" dan "daerah". Kata
otonom dalam bahasa Yunani berasal dari kata "autos" yang berarti sendiri dan "namos" yang berarti
aturan. Sehingga otonom dapat diartikan sebagai mengatur sendiri atau memerintah sendiri.
Sedangkan daerah yaitu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah. Jadi,
otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri kepentingan suatu
masyarakat atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus daerahnya sendiri.

Secara umum, pengertian otonomi daerah yang biasa digunakan yaitu pengertian otonomi daerah
menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dalam UU tersebut berbunyi otonomi
daerah merupakan hak, wewenang, serta kewajiban daerah otonom guna mengurus dan mengatur
sendiri urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakatnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Menurut Kamus Hukum dan Glosarium, otonomi daerah merupakan kewenangan untuk mengatur
serta mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
dari masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Menurut Encyclopedia of Social Scince, otonomi daerah merupakan hak sebuah organisasi sosial
untuk mencukupi diri sendiri dan kebebasan aktualnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban
daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pengertian Otonomi Daerah Menurut Para Ahli

Menurut F. Sugeng Istianto: Otonomi Daerah adalah sebuah hak dan wewenang untuk mengatur serta
mengurus rumah tangga daerah.

Menurut Syarif Saleh: Otonomi Daerah merupakan hak yang mengatur serta memerintah daerahnya
sendiri dimana hak tersebut merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat.

Menurut Kansil: Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, serta kewajiban daerah untuk mengatur
serta mengurus daerahnya sendiri sesuai perundang-undangan yang masih berlaku.

Menurut Widjaja: Otonomi Daerah merupakan salah satu bentuk desentralisasi pemerintahan yang
pada dasarnya ditujukan untuk memenuhi kepentingan bangsa dan negara secara menyeluruh dengan
upaya yang lebih baik dalam mendekatkan berbagai tujuan penyelenggaraan pemerintahan agar
terwujudnya cita-cita masyarakat yang adil dan makmur.

Menurut Philip Mahwood: Otonomi Daerah merupakan hak dari masyarakat sipil untuk mendapatkan
kesempatan serta perlakuan yang sama, baik dalam hal mengekspresikan, berusaha mempertahankan
kepentingan mereka masing-masing dan ikut serta dalam mengendalikan penyelenggaraan kinerja
pemerintahan daerah.

Menurut Benyamin Hoesein: Otonomi Daerah merupakan pemerintahan oleh dan untuk rakyat di
bagian wilayah nasional Negara secara informal berada diluar pemerintah pusat.

Menurut Mariun: Otonomi Daerah merupakan kewenangan atau kebebasan yang dimiliki pemerintah
daerah agar memungkinkan mereka dalam membuat inisiatif sendiri untuk mengatur dan
mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki daerahnya.

Menurut Vincent Lemius: Otonomi Daerah adalah kebebasan/ kewenangan dalam membuat
keputusan politik serta administrasi yang sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

Anda mungkin juga menyukai