Anda di halaman 1dari 8

KERJA SAMA BILATERAL CHINA DAN INDONESIA DALAM BIDANG

EKONOMI SEKTOR PERTANIAN (KERJA SAMA ASEAN)

Oleh :

Nama : 1. Magdalena Rania Kosma Pratama


2. Pasionista Yayatris
Kelas : XII IPS 1

SEKOLAH MENEGAH ATAS SWASTA BHAKTYARSA MAUMERE

2024
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Cina merupakan negara yang berada di Asia Timur berbatasan dengan negara-
negara seperti Jepang , India, Pakistan, Uzbekistan. Dengan juluk negara yang sangat
luas, kegiatan penduduk yang terpusat perdagangan industri dan berbagai pelayanan
sajah di kenapal sebagai masyarakat yang ulet dan pantang menyerah. Perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi cinta terus mengalami perkembangan ke arah yang lebih
baik membuat negara ini salah satu totalaku perekonomiannya dunia.
Indonesia merupakan negara yang memiliki posisi strategis aneka kekayaan alam
yang melimpah serta sejarahnya yang panjang. Bagian dari negara berkembang di
kawasan Asean. Dengan jumalah Penduduk yang bisa dikatakan rendaoam dalam
SDM. Kekayaan alamanya yang melimpah serta tidak semerta-merta bisa menjadi
Indonesia sebagai negara maju,karena ada sistem pengielolaannya masih lemah.
Dalam arti bahwa Indonesia, samappai saat ini baru bisa melakukan penggalian/
eksploitasi tambang tanpa mengolahnya menjadi bahan jadi . Cina dan Indonesia
dalam melakukan kegiatan ekonomi pada suatu negara dua unsur yakni SDA dan
SDM sangat di perlukan. Ada negara yang SDM-nya sangat rendah,dan sebaliknya.
Hubungan kerja sama antar negara yang membutuhkan SDA dan SDM Sudah lama
terjalin. Bentuk - bentuk kerja sama yang dilakukan oleh China dan Indonesia baik
dari sisi ekonomi , sosial dan budaya serta keamanan menjadi isu penting. Dari sisi
ekonomi hubungan Indonesia dan Cina adalah saling ketergantungan,cina
membutuhkan bahan mentah sebagai alat produksi yang tentunya di dapatkan dari
expor yang dilakukan Indonesia. Sedangkan Indonesia dengan jumlah penduduk yang
belum bisa memenuhi kebutuhan secara mandiri .Kerja sama Indonesia dan China
dalam memenuhi kebutuhan negara salah satunya kerja sama ekonomi di bidang
pertanian. Kerja sama ekonomi di bidang pertanian antara lain : Perkebunan,

1
Perikanan , kehutanan dan lain sebagainya. Dalam Bidang Pertanian Indonesia dan
China diharapkan mampu menjabati kebutuhan kedua negara tersebut. Kerja sama
kedua negara ini dimulai sejak
1.2 Tujuann
1. Untuk Mengetahui sejauh mana kerja sama kedua negara di bidang ekonomi dan
perdagangan pada sektor pertanian .
2. Agar kita mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kerja sama China dan
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan
Hubungan kerja sama yang terjadi antara dua negara ini tidak terlepas dari
kepentingan nasional masing-masing negara . Kerja sama kedua negara ini dimulai
pada tanggal 13 April 1950, dibekukan pada tanggal 30 Oktober 1967, kemudian
dilanjutkan kembali dengan didatanginya Mou on the resumption of diplomatic
relations - RI RRC di Jakarta, pada tanggal 8 Agustus 1990 hingga saat ini. Hubungan
bilateral Indonesia dengan republik rakyat China mengalami peningkatan dalam
beberapa periode terakhir ini. Kerjasama Indonesia dan China dalam memenuhi
kebutuhan negara salah satunya berupa kerjasama di bidang pertanian. Kerjasama
yang termasuk dalam bidang pertanian antara lain: perkebunan, perikanan, kehutanan,
tanaman pangan, dan hortikultura. Dalam bidang pertanian, antara Indonesia dan
China telah terbrntuk forum kerjasama bilateral di bidang pertanian yang diharpkan
mampu menjembatani kebutuhan kedua negara seperti dalam hal pertukaran teknologi,
kerjasama dalam pengembangan riset dan penelitian bidang pertanian ataupun
kepentingan pengembangan agrobisnis seperti peningkatan ekspor _impor
produk_produk pertanian kedua negara.
Selama periode Januari – Juni 2013, Indonesia melakukan ekspor komoditas
pertanian ke berbagai negara. Negara tujuan ekspor komoditas pertanian kedua Setelah
India adalah China, dimana sub sektor perkebunan kembali memberikan kontribusi
nilai ekspor terbesar mencapai US$ 1,83 milyar. Komoditas utama sub sektor
perkebunan yang diekspor ke China adalah kelapa sawit yang mencapai US$ 997,84
juta dan karet sebesar US$724,17 juta. Komoditas perkebunan lainnya yang juga
banyak diekspor ke China adalah kelapa dan kakao walaupun dalam jumlah yang tidak
terlalu besar, yakni masing-masing sebesar US$ 42,97 juta dan US$ 19,89 juta.
Sementara, ekspor komoditas sub sektor lainnya relatif lebih kecil dibandingkan
dengan ekspor komoditas perkebunan.Indonesia memang layak melakukan impor
produk hortikultura (pertanian) dari China. Terutama kebutuhan rumah tangga

3
didominasi oleh produk-produk hortikultura (pertanian), oleh karena itu impor ini
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga masyarakat Indonesia yang
kurang terpenuhi oleh produk dalam negeri. kekuatan dari perdagangan internasional,
dalam hal ini perdagangan bilateral antara Indonesia - China adalah sebagai berikut :
1. Ketersediaan sumber daya yang beragam,baik mentah maupun bahan jadi
untuk di expor mempunyai peluang yang paling besar.
2. Prosedur dan perijinan yang terus dipermudah demi menjamin
kelancaran perdagangan Indonesia - China.
3. Dapat terjadi ahli teknologi dari China ke Indonesia maupun sebaliknya .
4. Dapat terjadi alih teknologi dari China ke Indonesia maupun
sebaliknya.
5. Harga barang - barang impor China yang lebih murah dari negara produsen
lainnya.
6. Peningkatan jumlah devisa negara dari hasil ekspor.
Faktor peluang yang terdapat pada usaha perdagangan internasional adalah
keadaan di mana masih tingginya permintaan terhadap produk China dalam pasar
di Indonesia berkaitan dengan harga yang lebih terjangkau. Sedangkan faktor ancaman
dari usaha perdagangan internasional adalah berkaitan dengan sangat rentannya negara
mengalami kerugian, dalam artian negara lebih banyak mengimpor produk jadi dari
China dengan harga yang lebih mahal daripada Indonesia yang mayoritas mengekspor
bahan mentah.
Dampak positif kerjasama dari sisi konsumen atau masyarakat, kesepakatan ini
membuat pasar dibanjiri oleh produk-produk dengan harga lebih murah dan banyak
pilihan. Dengan demikian akan berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat
sehingga diharapkan kesejahteraan pun dapat ditingkatkan. Namun, kesepakatan
tersebut juga memberikan dampak negatif yang justru membuat industri petanian lokal
gelisah. Hal ini dikarenakan industri petanian lokal dinilai belum cukup siap
menghadapi serbuan produk-produk China yang berharga murah. Produk- produk
dalam negeri masih memiliki biaya produksi yang cukup tinggi sehingga harga
pasaran pun masih sulit ditekan. Keadaan ini dikhawatirkan akan memicu

4
pemutusan hubungan kerja (PHK) dikarenakan ditutupnya perusahaan dalam negeri
akibat kalah bersaing.
Dari keseluruhan ekspor dan impor yang ada, bisa dikatakan Indonesia lebih
banyak mengimpor. Jika melihat dari keseluruhan total impor yang ada. Dari subsektor
hotikultura Indonesia bisa dikatakan masih bergantung pada impor. Misalnya buah-
buahan dan sayur-sayuran Indonesia sampai sekarang masih dikatakan ketergantungan
akan impor dari Cina. Tetapi disisi lain, kenaikan ekspor yang ada dinikmati oleh
subsektor perkebunan, yaitu minyak sawit. Ini membuktikan, produk unggulan ekspor
kita dalam sektor pertanian hanya minyak sawit dan produk unggulan impor kita dari
Cina adalah buah-buahan yang bisa dilihat baik pasar modern maupun tradisional,
lebih banyak buah yang diimpor daripada buah lokal. Hal ini memberikan dampak
yang tidak baik bagi perkembangan sektor pertanian di Indonesia, karena dengan
membanjirnya impor dari Cina, hal ini sangat merugikan petani Indonesia yang
mempunyai pekerjaan di sektor pertanian. Dan hasilnya, lahan untuk pertanian
dibuka menjadi lahan perkebunan kelapa sawit karena permintaan ekspor yang
semakin meningkat.
Ini menunjukkan peran pemerintah Indonesia yang bisa dikatakan lebih
mementingkan produk unggulan seperti kelapa sawit untuk dibuka selebar- lebarnya
agar dapat mengekspor sebanyak mungkin dan produk yang ekspornya menurun
dibiarkan tanpa tindakan yang menudukung untuk ditingkatkan perannya dalam
ekspor pertanian.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kerjasama yang dilakukan negara-negara terdiri dari beberapa macam seperti
multirateral, bilateral dan regional. Aspek yang menjadi pola kerjasama yakni
ekonomi, sosial serta budaya. Suasana/ iklim dunia dapat memperngaruhi pola
kerjasama yang dilakukan. Adanya faktor saling membutuhkan dan saling
bergantung menjadikan suatu negara harus melakukan kerjasama dengan negara lain.
Negara kaya atau tentram sekaligus masih membutuhkan negara berkembang untuk
mereka jadikan sebagai pasar.
3.2 Saran
Agar terwujudnya suatu bentuk kerjasama yang sesuai dengan harapan
masyarakat masing-masing negara. Dan kerjasama baik bilateral, multelateral
maupun regional berjalan dengan baik maka pemimnpin dan masyarakat suatu
negara harus menyatukan visi dan misi agar memiliki tujuan akhir yang sama yakni
kerjasama yang meberikan dampak baik bagi kemajuan bangsa dan negaranya .

6
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai