Anda di halaman 1dari 20

Strategi Penguatan Kerja Sama Ekonomi dan

Perdagangan Indonesia - India *

Ragimun **

* Kajian ini sebelumnya telah dipublikasikan dalam buku “Mengawal Kebijakan Ekonomi
Regional dan Bilateral: Sinergi dengan Kebijakan Domestik untuk Pembangunan yang
Berkelanjutan”

** Peneliti Madya pada Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral, Badan Kebijakan Fiskal,
Kementerian Keuangan
DISCLAIMER
Seluruh opini, pendapat, dan gagasan pada buku ini adalah
opini, pendapat dan gagasan pribadi dari penulis dan bukan
merupakan pandangan dan pernyataan resmi dari Badan
Kebijakan Fiskal tempat para penulis bekerja.

vii
Mengawal Kebijakan Ekonomi Regional dan Bilateral:
“Sinergi dengan Kebijakan Domestik untuk Pembangunan yang Berkelanjutan” 149
STRATEGI PENGUATAN KERJASAMA EKONOMI
DAN PERDAGANGAN INDONESIA - INDIA
Ragimun1

PENDAHULUAN
Secara historis, Indonesia dan India memiliki kedekatan kultural sehingga
berpotensi untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan.
Pada dasarnya Indonesia dan India banyak memiliki persamaan. Kedua
negara ini memiliki kesamaan dalam hal keberagaman budaya, agama,
suku dan bahasa daerah. Selain itu, populasi kedua negara inipun
mempunyai jumlah yang sangat besar. Indonesia dan India merupakan
dua kekuatan ekonomi di Asia.
Kerja sama utama yang diharapkan dapat ditingkatkan adalah
kerja sama dibidang ekonomi, keuangan, dan perdagangan. Selain
itu perlu juga dikembangkan kerjasama dalam bidang pendidikan,
investasi, kesehatan, budaya, dan teknologi informasi. Hubungan kerja
sama bilateral antara Indonesia dengan India di bidang ekonomi dan
perdagangan khususnya mulai muncul seiring dengan adanya upaya
kerja sama antara negara-negara ASEAN dan Asosiasi Kerja Sama
Regional Asia Selatan (South Asian Association for Regional Cooperation)
untuk menuju kerja sama yang lebih luas di wilayah Asia.
Perdagangan bilateral Indonesia-India dari tahun ke tahun terus
mengalami pasang surut, walaupun beberapa tahun belakangan
mempunyai tren peningkatan. Pada umumnya pengusaha India
melakukan investasi di beberapa sektor penting di Indonesia antara lain
tekstil, otomotif, kimia dan petro-kimia, serta sektor jasa.
Dari sisi ekspor, komoditas yang dominan dari Indonesia yang
masuk ke pasar India adalah CPO (Crude Palm Oil), RPO (Refinery
Palm Oil) dan CCO (Crude Coconut Oil) serta beberapa hasil tambang
seperti nikel dan batubara. Dengan pemberlakuan ASEAN-India Free
Trade Agreement (AIFTA), India secara bertahap akan menurunkan bea
masuk atas CPO dan RPO masing-masing dari 80 persen dan 90 persen
menjadi 37,5 persen dan 45 persen selama periode 2009-2018. Hal ini
1
Penulis adalah Peneliti Madya Pada Pusat Kebijakan Regional and Bilateral, Badan Kebijakan
Fiskal
150 Strategi Penguatan Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia - India

akan menguntungkan bagi Indonesia mengingat kedua produk andalan


Indonesia tersebut akan memperoleh Actual Market Access sampai
dengan tahun 2018. Komoditas andalan Indonesia ke pasar India yaitu
batubara dan beberapa hasil tambang juga akan menikmati bea masuk
sampai dengan 0 persen (ILO, 2013).
Jumlah penduduk India yang besar, berkisar 1,2 miliar jiwa
merupakan pasar potensial bagi produk-produk Indonesia, apalagi
India saat ini sedang mengalami bonus demografi, sehingga diharapkan
negara ini akan banyak membutuhkan produk dan jasa, khususnya
dari Indonesia. Di sisi lain negara India mempunyai banyak kapasitas
dan penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA), penguasaan teknologi
informasi dan bidang menonjol lain seperti farmasi yang diharapkan
dapat dimanfaatkan sebagai proses transfer teknologi bagi para pelaku
bisnis Indonesia. Sebagai gambaran, nilai ekspor impor Indonesia ke
India mempunyai surplus selama lebih dari tujuh tahun terakhir yaitu
tahun 2008 sampai dengan 2014.

Gambar 1: Neraca Perdagangan Indonesia India 2008-2014


(dalam ribuan USD)
Sumber : Bloomberg diolah, 2015
Kenyataannya, walaupun perdagangan Indonesia selalu mengalami
surplus selama tujuh tahun terakhir, namun nilai ekspor Indonesia ke
India ternyata masih relatif kecil dan kontribusi terhadap total ekspor
Indonesia hanya sebesar 8,58 persen. Hal ini menunjukkan potensi
pengembangan ekspor ke India masih perlu ditingkatkan. Oleh karena
Mengawal Kebijakan Ekonomi Regional dan Bilateral:
“Sinergi dengan Kebijakan Domestik untuk Pembangunan yang Berkelanjutan” 151
itu perlu dilakukan upaya-upaya dan strategi peningkatan kerjasama
yang saling menguntungkan kedua negara melalui kerjasama ekonomi
dan perdagangan yang lebih nyata.
Potensi hubungan kerjasama bilateral, terutama bidang ekonomi
dan perdagangan antara Indonesia dan India saat ini terbuka lebar,
namun permasalahannya adalah peluang tersebut belum dimanfaatkan
secara maksimal. Tulisan ini diharapkan dapat memetakan potensi dan
keunggulan produk-produk Indonesia dalam hubungan kerjasama
ekonomi dan perdagangan kedua negara serta sektor-sektor apa saja
yang perlu ditingkatkan lagi untuk kepentingan dan keuntungan negara
Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA
Perdagangan bebas yang terjadi saat ini merupakan fenomena dunia.
Hampir seluruh negara sebagai anggota masyarakat internasional
masuk dalam blok-blok perdagangan bebas ataupun menjalin
hubungan bilateral untuk menjalankan perjanjian perdagangan
bebas. Blok-blok perdagangan bebas (Free Trade Area/FTA) adalah
kesepakatan liberalisasi perdagangan yang dibentuk oleh beberapa
negara. Pada dasarnya, prinsip utama dilakukannya kerjasama dan
hubungan bilateral maupun blok-blok perdagangan bebas adalah
untuk mendapatkan keuntungan atas kerja sama antar negara-negara
yang terlibat dalam kerjasama tersebut. Implementasi kerja sama
ekonomi dan perdagangan bilateral tentu didahului dengan Preferential
Trading Arrangements (PTA) antar kedua negara yang bertujuan untuk
mengurangi tarif sejumlah produk tertentu.
Manfaat lainnya yang diperoleh adalah untuk meningkatkan
hubungan dagang antar kedua negara, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan kedua belah pihak melalui hubungan
perdagangan bilateral maupun internasional (Kemp, 1964).
Di samping itu dapat diketahui pula keunggulan produk-produk
atau sektor sektor industri Indonesia dengan mitra dagang India baik
dari sisi kinerja ekspor, kinerja impor dan dampaknya pada perluasan
kesempatan kerja serta out put nasional.
Kerjasama FTA adalah embrio dari terbentuknya integrasi ekonomi
antar negara-negara yang terlibat. Beberapa FTA yang telah berjalan
yaitu North American Free Trade Area (NAFTA), African Free Trade
152 Strategi Penguatan Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia - India

Zone (AFTZ) dan South Asia Free Trade Agreement (SAFTA). Uni Eropa
adalah salah satu contoh evolusi dari PTA menuju FTA dan kemudian
berujung pada integrasi ekonomi.
Dalam perundingan FTA dengan negara mitra dagang, kepentingan
domestik merupakan salah satu faktor yang menjadi prioritas, sehingga
dalam proses pembentukan FTA harus diperhatikan dampak langsung
maupun tidak langsung yang akan dialami dengan memperhatikan
antara lain daya saing produk dan perusahaan di dalam negeri,
kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan penerimaan pemerintah
dari bea masuk impor. Potensi hubungan bilateral Indonesia dengan
India terkait dengan ekonomi dan perdagangan sebenarnya sudah
terjalin lama.
Pada prinsipnya, liberalisasi perdagangan dapat terwujud dalam
tiga bentuk kerjasama internasional. Pertama adalah pada perjanjian
bilateral, yaitu perjanjian perdagangan yang dilakukan oleh dua
negara. Kedua, adalah kerjasama regional, yaitu negara-negara dalam
suatu kelompok negara yang dibentuk dari persamaan geografi,
bahasa, sejarah dan lainnya. Ketiga, adalah perjanjian perdagangan
multilateral, yaitu perjanjian perdagangan yang dilakukan oleh
banyak negara. Kelebihan dari sistem perjanjian multilateral adalah
aturan yang lebih transparan, setara dan berlaku untuk semua negara.
Namun demikian, implementasi dari perjanjian multilateral sulit untuk
sepenuhnya diterapkan karena melibatkan banyak negara, maka banyak
negara lebih memilih bentuk perjanjian bilateral dan regional dalam
kerjasama perdagangan bebasnya untuk memperluas perdagangan dan
memperkuat hubungan ekonomi dengan negara lain.
Di samping itu, ada tiga pendorong utama yang menjadi alasan
suatu negara melakukan perdagangan internasional dan kemudian
membentuk kerjasama perdagangan bebas. Faktor pertama adalah
adanya keuntungan dari pertukaran antar negara yang terlibat.
Keuntungan dari sisi produksi adalah produsen memiliki insentif
lebih banyak untuk berproduksi karena pasar tidak terbatas pada pasar
domestik saja, dan kelebihan produksi dapat dijual di pasar internasional.
Sementara dari sisi konsumsi, konsumen domestik memiliki banyak
pilihan akan hadirnya barang-barang impor di pasar domestik, hal ini
dapat berdampak pada penciptaan harga yang makin kompetitif dan
cenderung akan meningkatkan surplus konsumen (ILO, 2013).
Mengawal Kebijakan Ekonomi Regional dan Bilateral:
“Sinergi dengan Kebijakan Domestik untuk Pembangunan yang Berkelanjutan” 153
Selain kerjasama perdagangan langsung Indonesia-India, selama
ini kerjasama perdagangan juga terjalin melalui kerjasama ASEAN
dengan India. India merupakan mitra dagang ketujuh terbesar bagi
ASEAN (ILO, 2009).
Selain beberapa faktor indiktor potensial yang dapat dilihat dalam
kerjasama Indonesia dan India seperti besar investasi yang masuk ke
Indonesia dari India dapat juga dilihat dari daya saing produk-produk
ekspor unggulan Indonesia. Peningkatan daya saing produk-produk
Indonesia adalah kunci utama dapat memasuki pasar potensial di
India. Untuk menentukan dan mengukur daya saing suatu komoditas
Indonesia dengan India digunakan rumus keunggulan komparatif atau
Revealed Comparative Advantage (RCA), yaitu dengan rumusan sebagai
berikut:
RCA= ……. (Tambunan, 2001)

dimana :
X = ekspor atau nilai ekspor
i = jenis komoditi
a = negara asal
w= dunia (world)
dengan kriteria:
- Bila nilai RCA < 1 atau sampai mendekati 0, maka daya saing
komoditi lemah.
- Bila nilai RCA > 1 maka daya saing kuat, semakin tinggi RCA
semakin tangguh daya saingnya.
Tingkat daya saing suatu negara di kancah perdagangan
internasional, pada dasarnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor
keunggulan komparatif (comparative advantage) dan faktor keunggulan
kompetitif (competitive advantage). Faktor keunggulan komparatif
dapat dianggap sebagai faktor yang bersifat alamiah dan faktor
keunggulan kompetitif dianggap sebagai faktor yang bersifat acquired
atau dapat dikembangkan/diciptakan (Tambunan, 2001). Selain dua
faktor tersebut, tingkat daya saing suatu negara sesungguhnya juga
dipengaruhi oleh apa yang disebut Sustainable Competitive Advantage
(SCA) atau keunggulan daya saing berkelanjutan. Ini terutama dalam
154 Strategi Penguatan Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia - India

kerangka menghadapi tingkat persaingan bilateral, regional maupun


global yang semakin lama menjadi sedemikian ketat atau Hyper
Competitive.
Daya saing juga mengindikasikan terjadinya penguatan
perekonomian domestik dengan orientasi dan daya saing global. Secara
makro, teori globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai sebuah teori
yang didasarkan atas asumsi perdagangan bebas atau pasar bebas di
seluruh dunia, tanpa adanya hambatan baik dalam bentuk tarif atau
non tarif (Wibowo, 2004). Namun secara mikro, globalisasi ekonomi
dapat diartikan sebagai sebuah inisiatif bisnis yang didasarkan atas
kepercayaan bahwa dunia telah menjadi sedemikian homogen, seiring
dengan makin mengaburnya perbedaan nyata antar pasar domestik.
Tentang kerja sama regional Hamdy (2001) mengemukakan
juga bahwa kerja sama ekonomi dan keuangan, khususnya di bidang
perdagangan internasional, saat ini mengarah pada pembentukan
kerja sama guna mewujudkan integrasi ekonomi dan keuangan secara
regional.

PEMBAHASAN
Kekuatan dan Kelemahan Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan
Indonesia India
Dalam buku-buku sejarah membuktikan bahwa perdagangan luar negeri
Indonesia (nusantara) diawali dengan adanya kebudayaan masuk ke
wilayah Indonesia yang dibawa oleh para pedagang Islam dari Gujarat
(India). Hal ini dapat dilihat dari penemuan budaya Islam di Indonesia
yang memiliki persamaan dengan India seperti batu nisan yang dibuat
oleh orang-orang Cambay, Gujarat. Berdasarkan bukti inilah budaya
dan perdagangan dari India (Gujarat) telah masuk ke beberapa wilayah
Indonesia sejak abad ke 7 Masehi, disamping juga pedagang dari Arab
dan Persia yang kemudian menyebar seantero nusantara sekitar abad ke
13 Masehi. Para pedagang dari Gujarat (India) banyak menjual kain,
kapas dan sutra, sedangkan penduduk asli Indonesia banyak menjual
rempah-rempah dan beberapa hasil bumi.
Kesamaan tujuan perdagangan yang menguntungkan antara
Indonesia dan India selanjutnya diteruskan setelah kemerdekaan.
Hubungan diplomatik Indonesia dan India dimulai sejak tanggal 3
Maret 1951. Kedua negara pada dasarnya telah memiliki dasar yang
Mengawal Kebijakan Ekonomi Regional dan Bilateral:
“Sinergi dengan Kebijakan Domestik untuk Pembangunan yang Berkelanjutan” 155
kuat dan telah memiliki persamaan untuk meningkatkan hubungan
bilateral. Kedua negara juga memiliki kesamaan dalam kemajemukan
suku bangsa sebagai kekuatan nilai ekonomi, sosial dan budaya.
Indonesia dan India adalah dua negara yang bersahabat sejak
dahulu dan memiliki banyak persamaan. Kedua negara ini adalah
sebagai pencetus Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hal
itu juga sebagai bukti eratnya hubungan antara India dan Indonesia.
Dua negara ini merupakan negara berkembang dengan pertumbuhan
ekonomi yang terus meningkat. Selain itu juga memiliki populasi
generasi muda yang besar yang dapat bermanfaat untuk mencapai
keuntungan dalam segi demografi penduduk di masa depan.
Kedua negara saat ini juga mempunyai rata-rata pertumbuhan
ekonomi yang relatif tinggi selama 10 tahun terakhir dibanding dengan
negara berkembang lainnya. Rata-rata pertumbuhan Indonesia sebesar
5,8 persen dan India 7,4 persen. Dengan pertumbuhan ekonomi relatif
tinggi diharapkan kedua negara ini dapat saling membantu kekurangan
pada sektor-sektor yang perlu dikembangkan di masa yang akan datang.
Pertumbuhan ekonomi kedua negara, sebagaimana ditunjukkan dalam
Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan India

Sumber : Badan Kebijakan Fiskal, diolah, 2015


Dari Tabel 1 tersebut terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi kedua
negara sangat stabil, rata-rata diatas lima persen pertahun, sedangkan
pertumbuhan ekonomi India beberapa tahun mempunyai pertumbuhan
ekonomi dua digit. Pertumbuhan India yang tinggi menunjukkan
sinyal potensial akan kebutuhan pangan, produk-produk raw material,
barang penolong dan barang manufaktur dari negara lain yang tidak
dimiliki India. Potensi ini perlu dimanfaatkan negara Indonesia untuk
memenuhi demand India tersebut.
Selain kekuatan kedua negara yang mempunyai pertumbuhan
relatif tinggi, ada hal lain yang juga menjadi kekuatan ekonomi
khususnya negara Indonesia adalah keunggulan daya saing beberapa
156 Strategi Penguatan Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia - India

produk Indonesia dibanding India. Sebagaimana ditunjukkan dalam


RCA Indonesia terhadap India selama 5 tahun terakhir dari 2010 sampai
dengan 2014 seperti terlihat pada Lampiran 2.
Dari tabel pada Lampiran 2, bila dikelompokkan sesuai dengan
HS (Harmonize System) 3 digit untuk produk pertanian, perkebunan
seperti kopi, kakao dan teh, ternyata komoditas ini mempunyai
daya saing yang cukup tinggi yang mempunyai RCA lebih besar
dari 1. Demikian juga gula, karet alam, dan bahan kertas atau pulp.
Sedangkan CPO, minyak nabati dan minyak sayur merupakan
komoditas unggulan yang mempunyai rata-rata RCA di atas 10 selama
lebih dari 5 tahun terakhir, artinya produk-produk hasil pertanian
dan perkebunan ini sangat dominan pada pangsa pasar permintaan/
impor India dari Indonesia.
Di sektor maritim dan perikanan, ikan dan produk dari ikan
juga merupakan komoditas yang mempunyai potensi dapat terus
dikembangkan. Komoditas ini mempunyai RCA rata-rata di atas 1
selama 5 tahun terakhir. Demikian juga di sektor pertambangan, bijih
tembaga, semen, timah, batu bara, briket merupakan komoditas dengan
RCA yang tinggi juga, artinya daya saing produk ini sangat tinggi.
Disusul beberapa komoditas manufaktur kimiawi seperti obat-obatan,
sabun pembersih, minyak parfum juga mempunyai RCA di atas 1 dan
masih mempunyai potensi untuk dikembangkan.
Di sisi lain, sektor industri tekstil dan produk tekstil seperti kain
tekstil, kain tenun dan alas kaki saat ini mempunyai potensi besar
untuk ditingkatkan ekspornya ke India. Komoditas ini juga mempunyai
RCA rata-rata di atas 1. Walaupun pada kenyataanya produk ini makin
banyak pesaing Indonesia karena beberapa mitra dagang India juga
banyak yang memproduksi komoditas yang sama seperti Vietnam,
Kamboja, Thailand, Bangladesh dan lain-lain.
Barang manufaktur lainnya dari Indonesia adalah barang-barang
elektronika. Barang-barang elektronika mempunyai RCA terhadap
India cukup tinggi, yaitu rata-rata 1 selama lima tahun terakhir. Produk
tersebut antara lain adalah televisi dan penerima radio, termasuk
peralatan rumah tangga. Di samping itu untuk komoditas plywood juga
mempunyai potensi besar masuk ke India termasuk produk kaca juga
mempunyai potensi besar karena mempunyai RCA lebih dari 1.
Mengawal Kebijakan Ekonomi Regional dan Bilateral:
“Sinergi dengan Kebijakan Domestik untuk Pembangunan yang Berkelanjutan” 157
Bila dilihat dari sisi perkembangan investasi langsung (Foreign
Direct Investment, FDI) India yang masuk ke Indonesia selama 2 tahun
terakhir mengalami pasang surut. FDI India tertinggi terjadi pada
bulan Januari 2015 yaitu sebesar USD 4,687 juta dan terendah di bulan
Maret 2015 yang hanya sebesar USD 1,714 juta. Sebagaimana Gambar
2 berikut ini.

Sumber : Bloomberg, 2015


Gambar 2: FDI India ke Indonesia tahun 2014-2015
Kerjasama untuk mendorong peningkatan investasi yang masuk
ke Indonesia dari India terus diupayakan keberlanjutannya. Menurut
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tahun 2014 mencatat
investasi asal India yang masuk hanya senilai US$37,1 juta dari 137
proyek. Pada tahun tersebut secara garis besar ada beberapa sektor yang
paling diminati investor India yaitu industri besi baja, pertekstilan,
semen dan komponen kendaraan bermotor.
Potensi kerjasama ekonomi dan perdagangan dengan India
seharusnya lebih dioptimalkan karena saat ini Pemerintah India banyak
membuka peluang investasi bagi Indonesia, termasuk beberapa lapangan
pekerjaan serta kerja sama alih teknologi dan ekspor impor beberapa
komoditas. Saat ini pemerintah India juga mendorong pengusaha
Indonesia memperbesar hubungan kerja sama dengan India melalui
hubungan kerjasama bisnis untuk memanfaatkan peluang ekonomi
yang besar di negaranya. Namun demikian, ada beberapa kendala yang
yang menghambat kerjasama bisnis Indonesia-India, antara lain adanya
keberlanjutan kerja sama bisnis sehingga peluang-peluang yang ada
tidak diambil oleh pebisnis negara lain.
158 Strategi Penguatan Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia - India

Saat ini ada lima sektor yang banyak diminati investor India.
Sektor-sektor tersebut adalah industri maritim terutama galangan kapal,
pertekstilan, permesinan industri agro, infrastruktur, dan beberapa
produk-produk komponen otomotif. Sektor manufaktur masih
mempunyai potensi dikembangkan, walaupun, kelemahannya adalah
banyaknya regulasi dan aturan Pemerintah sering menjadi kendala bagi
investor dan calon investor tersebut.
Indonesia kurang memanfaatkan kesempatan bisnis di India
padahal potensi bisnis yang ada sangat besar. Saat ini India sebagai
kekuatan ekonomi terbesar ketiga dunia memiliki potensi yang besar,
dan Indonesia dapat memanfaatkan potensi yang ditawarkan negara
itu.
Terkait target peningkatan ekspor Indonesia ke India, dapat
dilakukan untuk semua sektor, namun potensi yang paling
memungkinkan adalah sektor manufaktur hasil kimia dan obat-
obatan, dan beberapa komoditas pertanian dan perkebunan, seperti
minyak sawit, karet dan lain-lain. Sedangkan kerjasama ekonomi dan
perdagangan untuk meningkatkan ekspor barang-barang Indonesia,
antara lain penurunan tarif bea masuk hasil pertanian atau perkebunan
dari Indonesia dan beberapa komoditas manufaktur yang mempunyai
daya saing tinggi.
Pada gilirannya, kerjasama ekonomi dan perdagangan Indonesia
dan India pada dasarnya akan mempunyai dampak positif yang akan
berpengaruh terhadap output nasional. Peningkatan output nasional ini
tentu saja berasal hasil aktivitas ekspor impor Indonesia kedua negara
dan dampaknya pada perekonomian masing-masing negara.
Peluang dan Hambatan Kerjasama Ekonomi Indonesia India
India sebagai pasar potensial bagi Indonesia, dengan pertumbuhan
ekonomi yang relatif tinggi yaitu rata-rata di atas 7 persen tiap tahun,
memang perlu ditingkatkan walaupun dalam implementasinya akan
menemui banyak hambatan.
Beberapa hambatan menuju kerjasama ekonomi dan perdagangan
kedua negara yang saling menguntungkan, salah satu diantaranya
adalah peningkatan jumlah ekspor beberapa komoditas ke India. Hal
ini antara lain dikarenakan adanya keengganan eksportir Indonesia
untuk mengekspor barang dan produknya ke India, mengingat ada
Mengawal Kebijakan Ekonomi Regional dan Bilateral:
“Sinergi dengan Kebijakan Domestik untuk Pembangunan yang Berkelanjutan” 159
beberapa hambatan, terutama tarif bea masuk yang masih tinggi untuk
beberapa komoditas ekspor utama Indonesia, seperti produk pertanian,
perkebunan dan beberapa barang manufaktur serta produk kendaraan
bermotor.
Selain hambatan tariff, juga terdapat hambatan non tarif berupa
layanan dan birokrasi di negara tujuan yang masih belum menunjang,
termasuk karakter dan perilaku, serta adat istiadat pengusaha negara
India.
Peluang dan potensi peningkatan ekspor berasal dari produk-
produk pertanian dan perkebunan lainnya adalah kacang mete, kakao
dan lain-lain. Sedangkan produk manufaktur potensial lainnya adalah
bahan kimia organik, peralatan elektronik, produk-produk untuk bayi
dan anak-anak, peralatan medis, peralatan mesin dan tekstil. Demikian
juga beberapa produk makanan dan minuman, makanan kaleng, buah-
buahan segar, bibit tanaman serta kulit dan produk dari kulit serta
penyamakan kulit.
Upaya Pemerintah Indonesia dalam memaksimalkan hubungan
dan kerja sama bilateral Indonesia India adalah perlunya memfasilitasi
pihak swasta dalam bentuk jaminan pemerintah kedua negara dengan
tujuan mengatasi keengganan (reluctant) di kalangan pengusaha
Indonesia untuk mengadakan kontak dagang atau investasi dengan
pengusaha India. Selain itu Pemerintah dapat memfasilitasi informasi
pasar dan pembeli potensial di India serta penawaran produk-produk
Indonesia pada berbagai forum dagang dan bisnis seperti pameran,
expo, showbiz dan lain-lain.
Hambatan lainnya untuk kerjasama ekonomi dan perdagangan
dengan India adalah hambatan birokrasi di pemerintahan
kedua negara. Pada umumnya proses pengambilan keputusan di
pemerintahan di India cenderung lamban ditambah lagi pengusaha-
pengusaha India mempunyai kecenderungan tidak tepat waktu
sehingga dibutuhkan ekstra perhatian dari investor Indonesia yang
akan berbisnis di India.
Hambatan lainnya adalah masalah ketepatan pengiriman
barang dagangan. Demikian juga masalah kurangnya dukungan
sektor keuangan dan perbankan nasional yang dapat mendanai
untuk pengembangan sektor-sektor unggulan dan potensial produk
ekspor.
160 Strategi Penguatan Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia - India

Peluang lainnya adalah komitmen pemimpin kedua negara yang


telah sepakat untuk mendorong peningkatan investasi, kerjasama
ekonomi dan perdagangan. Hubungan dan kerjasama di bidang
investasi Indonesia India telah menunjukkan peningkatan yang
signifikan, terutama minat investasi pengusaha India di Indonesia,
seperti perusahaan India di bidang otomotif atau perusahaan
motor. Dalam kesepakatan tersebut juga telah ditandatangani nota
kesepahaman (memorandum of understanding) dalam beberapa bidang
antara lain bidang pertanian, pemuda dan olah raga. Demikian juga
peluang kedua negara untuk mendorong peningkatan kerja sama
dalam bidang pendidikan, farmasi, teknologi dan informasi, serta
industri perfilman.
Kesepakatan-kesepakatan tersebut merupakan peluang strategis
dalam peningkatan hubungan bilateral Indonesia India terutama dalam
memanfaatkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki India yang dapat
diterapkan di Indonesia. Kesamaan-kesamaan yang dimiliki antara
Indonesia dan India akan menjadi potensi dasar dalam peningkatan
hubungan dan kerjasama bilateral.
Pemerintah dan dunia usaha Indonesia perlu mencermati dan
menindaklanjuti hasil-hasil kesepakatan yang dapat dimanfaatkan
menjadi peluang kerjasama yang saling menguntungkan.
Namun, kendala yang dihadapi juga adalah kesiapan pengusaha-
pengusaha Indonesia untuk menangkap peluang-peluang tersebut,
karena hambatannya antara lain masih banyak pengusaha Indonesia
yang masih berorientasi lokal sehingga perlu didorong agar lebih
agresif, lebih kreatif dan inovatif menangkap peluang dari beberapa
agenda kerjasama dengan India.
Strategi Memperkuat Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan
Indonesia India
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk memperkuat
kerjasama ekonomi dan perdagangan dengan India antara lain
perlunya dilakukan peningkatan daya saing produk-produk Indonesia
yang akan menjadi andalan dan keunggulan produk ekspor ke India.
Strategi peningkatan daya saing produk tersebut ada beberapa tahapan
yang dapat dilakukan seperti dijelaskan seperti pada Gambar 2 di
bawah ini.
Mengawal Kebijakan Ekonomi Regional dan Bilateral:
“Sinergi dengan Kebijakan Domestik untuk Pembangunan yang Berkelanjutan” 161

Sumber: BPPKP Kemendag, 2015


Gambar 3: Strategi Peningkatan Daya Saing
Bila melihat Gambar 3, daya saing dapat ditingkatkan baik dari
sisi kualitas produknya berupa nilai tambah produk, kuantitas produk
termasuk kontinuitas pasokan produk. Demikian juga faktor harga yang
harus semakin efisien serta perlunya peningkatan standarisasi produk.
Daya saing tersebut akan semakin baik diperlukan tiga komponen yang
akan saling bersinergi. Sesuai teori Triple Helix (Abbas, 2009), tiga
faktor tersebut adalah Pemerintah, baik pusat maupun daerah, para
pelaku usaha (enterpreneur) dan para akademisi.
Faktor pertama peningkatan daya saing adalah diharapkan
Pemerintah berperan mengharmonisasi berbagai regulasi baik pusat
maupun daerah yang telah diterbitkan.
Dalam implementasinya, masih banyak ketidaksinkronan antara
peraturan yang diterbitkan pusat dengan peraturan di daerah, sehingga
menghambat pelaku usaha untuk investasi dan peningkatan daya saing.
Salah satu tugas pemerintah adalah meningkatkan pembelanjaan sarana
dan prasaran termasuk infrastruktur, peningkatan fasilitas perdagangan
baik pelabuhan maupun tata niaga dan sistem perdagangan yang lebih
mudah dan efisien, bersama-sama pelaku usaha dan akademisi untuk
mengimplementasikan market research seperti pengembangan produk
dan pasar di India yang akan dituju.
162 Strategi Penguatan Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia - India

Para pelaku usaha diharapkan berperan meningkatkan efisiensi


serta inovasi industrinya, pengembangan dan perluasan jaringan
(networking) pasar di India. Sedangkan pihak akademisi diharapkan
dapat memberikan rekomendasi kebijakan dan kajian terhadap produk-
produk unggulan serta produk potensial pada pasar di India. Demikian
juga terus mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan dan
pelatihan agar mempercepat transfer ilmu dan teknologi.
Pada kenyataannya produk-produk utama dan kontinuitas ekspor
yang potensial dapat ditingkatkan dalam upaya mengubah struktur
ekspor dari dominasi komoditas dan bahan baku meningkat menjadi
produk-produk industri (manufaktur), antara lain:
 Untuk ekspor unggulan, seperti komoditas tekstil dan produk tekstil
(TPT), produk-produk elektronik dan peralatan rumah tangga,
karet dan produk karet, minyak kelapa sawit, produk-produk hasil
hutan (pulp, kertas), alas kaki, otomotif, udang, kakao, coklat dan
kopi.
 Untuk ekspor potensial, seperti produk kulit dan produk kulit,
peralatan dan instrumen kesehatan (medis), rempah-rempah untuk
obat, makanan dan minuman olahan, essential oil, ikan dan produk
ikan, produk kerajinan, perhiasan, bumbu, peralatan tulis selain
kertas.
 Untuk produk pertanian, potensi peningkatan ekspor hanya pada
komoditas perkebunan, seperti kelapa sawit, karet, kelapa, kakao
dan kopi.
Di sisi lain untuk mengurangi terjadinya defisit impor, Pemerintah
harus dapat mengurangi impor beberapa komoditas tanaman pangan
seperti gandum, kedelai, jagung, kacang tanah, beras dan ubi kayu.
Selain gandum, komoditas tersebut sebenarnya dapat dipasok dan
dipenuhi dari dalam negeri.
Salah satu strategi lainnya guna mendukung dan memperkuat
kerjasama dengan India adalah bahwa Pemerintah harus melakukan
berbagai aksi kebijakan misalnya melalui penerbitan paket kebijakan,
deregulasi mengenai peningkatan nilai tambah (value added) produk,
memperbaiki sistem usaha dan investasi, memperbaiki sistem
pendanaan perbankan yang lebih murah, perbaikan infrastruktur dan
kebijakan debirokratisasi yang terkait dengan perbaikan perijinan.
Mengawal Kebijakan Ekonomi Regional dan Bilateral:
“Sinergi dengan Kebijakan Domestik untuk Pembangunan yang Berkelanjutan” 163
Paket-paket ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing
pada sektor industri yang mencakup pengadaan impor bahan
baku untuk keperluan industri dan kelancaran arus barang, serta
membuka peluang bisnis yang lebih luas kepada eksportir Indonesia
ke India dengan memberikan informasi pasar berbagai komoditas.
Disamping itu pemerintah harus melakukan langkah-langkah seperti
pemangkasan peraturan, menyederhanakan berbagai perizinan dan
mengurangi persyaratan yang tidak relevan, serta terus melakukan
perbaikan atas pemeriksaan dan pengenaan pajak berganda (tax
treaty) kedua negara.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Kesimpulan
Potensi kerjasama ekonomi dan perdagangan yang saling
menguntungkan antara Indonesia India masih sangat terbuka lebar dan
terus dapat dilakukan perbaikan-perbaikan ketentuan dalam perjanjian
yang sudah ada.
Banyak produk yang dapat dijadikan unggulan untuk kerjasama
dengan India karena mempunyai daya saing yang tinggi, antara lain
barang-barang tambang, barang pertanian, barang manufaktur.
Sedangkan saat ini kepentingan negara India untuk bekerjasama dengan
Indonesia adalah sektor industri maritim terutama galangan kapal,
pertekstilan, permesinan industri agro, infrastruktur, dan beberapa
produk-produk komponen otomotif.
Banyak sektor yang dapat dikembangkan untuk ekspor ke India.
Demikian juga banyak investor yang berminat untuk mengembangkan
sektor-sektor ke Indonesia, namun beberapa kendala yang banyak
dikeluhkan investor India antara lain adalah kebijakan regulasi
pemerintah yang sering tidak konsisten.
Strategi yang ditempuh pemerintah untuk meningkatkan
kerjasama dengan India agar lebih menguntungkan adalah dengan
cara meningkatkan daya saing produk baik dari sisi kualitas termasuk
peningkatan nilai tambah (value added), kuantitas produknya, harga
serta standardisasi produk yang akan dipasarkan di India.
164 Strategi Penguatan Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia - India

Rekomendasi Kebijakan
Potensi kerjasama yang saling menguntungkan dengan Pemerintah
India hendaknya terus diperbaiki mengingat potensi-potensi dari sisi
ekonomi dan perdagangan sangat besar. Salah satu hal krusial yang
harus segera dilakukan adalah kerjasama untuk merevisi ketentuan
bea masuk negara India yang masih tinggi atas barang-barang dari
Indonesia. Disisi lain pemerintah hendaknya juga dapat memfasilitasi
pengusaha Indonesia yang akan berinvestasi maupun memulai ekspor
ke India dengan memberikan informasi yang dibutuhkan.
Indonesia mempunyai beberapa produk yang mempunyai daya
saing tinggi seperti barang-barang pertanian dan perkebunan seperti
minyak sawit, kopi dan lain-lain serta mempunyai beberapa produk
manufaktur dapat lebih ditingkatkan lagi agar mempunyai nilai tambah
lebih tinggi seperti peningkatan nilai tambah produk pertanian,
pertambangan dan manufaktur lainnya. Kerjasama dan investasi India
di Indonesia diharapkan dapat diarahkan untuk melakukan investasi
produk manufaktur atas produk-produk industri lanjutan. Seperti
produk-produk lanjutan (down stream) CPO, produk lanjutan atas
bahan baku kakao, dan lainnya. Demikian juga kerjasama peningkatan
produksi atas barang-barang tambang seperti investasi perusahaan-
perusahaan smelter.
Selain kendala mengenai perbaikan atas hambatan tarif kedua
negara, kendala kerjasama ekonomi dan perdagangan Indonesia India
adalah kendala non tarif berupa regulasi dan birokrasi di kedua negara
sehingga terjadinya hambatan ekspor dan investasi. Oleh karena itu
hendaknya kerjasama ekonomi dan perdagangan dengan India dapat
disepakati juga perbaikan-perbaikan non tariff barrier seperti perbaikan
regulasi dan birokrasi terkait perijinan kedua negara.
Mengawal Kebijakan Ekonomi Regional dan Bilateral:
“Sinergi dengan Kebijakan Domestik untuk Pembangunan yang Berkelanjutan” 165
REFERENSI
Abbas, Syahrizal. 2009. “Manajemen Perguruan Tinggi : beberapa
catatan. Kencana Prenada Media Grup, Jakarta.
Antara. Made. 2009. Dampak Pengeluaran Pemerintah dan Wisatawan
Serta Investasi Swasta Terhadap Kinerja Perekonomian Bali : Suatu
Simulasi Model Accounting Matrix.
BPS (Indonesian National Statistical Office), 2011, Documentation for
the Indonesian Social Accounting Matrix (SAM) from 2008.
Hamdy, Hady. 2001. Ekonomi Internasional – Teori dan Kebijakan
Perdagangan Internasional. Buku 1, Edisi Revisi Jakarta, Ghalia
Indonesia
ILO (International Labour Office) and ILO Office for Indonesia, 2013,
Dampak Liberalisasi Perdagangan pada Hubungan Bilateral
Indonesia dan Tiga Negara (China, India, dan Australia) Terhadap
Kinerja Ekspor-Impor, Output Nasional dan Kesempatan Kerja di
Indonesia: Analisis Simulasi Social Accounting Matrix (SAM) dan
the SMART Model
Kemp, Murray, C. 1964: The Pure Theory of International Trade.
Prentice-Hall, Englewood Cliffs, N.J., 176-177.
Sinaga, M Bonar, 2007, Keterkaitan Sektor Ekonomi dan Distribusi
Pendapatan di Jawa: menggunakan pendekatan Social Accounting
Matrix.
Tambunan, Tulus, 2001, Perdagangan Internasional dan Neraca
Pembayaran, Teori dan temuan Empiris, LP3ES, Jakarta
Wibowo, Budhi, Adi Kusrianto, 2010, Menembus Pasar Ekspor, Siapa
Takut, Penerbit PT Elek Media Komputindo, Jakarta
BPPKP Kemendag, 2015, Kajian Kebijakan Perdagangan Dalam
Menghadapi Asean Economic Community (AEC) 2015
http://www.kemenkopmk.go.id/artikel/menko-pmk-indonesia-dan-
india-ke-depan-menjelma-kekuatan-besar-dunia
LAMPIRAN

Tabel 2. RCA Komoditas Unggulan Indonesia Terhadap India


Tahun 2008-2014

Sumber : Bloomberg, diolah, 2015

Anda mungkin juga menyukai