Ragimun **
* Kajian ini sebelumnya telah dipublikasikan dalam buku “Mengawal Kebijakan Ekonomi
Regional dan Bilateral: Sinergi dengan Kebijakan Domestik untuk Pembangunan yang
Berkelanjutan”
** Peneliti Madya pada Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral, Badan Kebijakan Fiskal,
Kementerian Keuangan
DISCLAIMER
Seluruh opini, pendapat, dan gagasan pada buku ini adalah
opini, pendapat dan gagasan pribadi dari penulis dan bukan
merupakan pandangan dan pernyataan resmi dari Badan
Kebijakan Fiskal tempat para penulis bekerja.
vii
Mengawal Kebijakan Ekonomi Regional dan Bilateral:
“Sinergi dengan Kebijakan Domestik untuk Pembangunan yang Berkelanjutan” 149
STRATEGI PENGUATAN KERJASAMA EKONOMI
DAN PERDAGANGAN INDONESIA - INDIA
Ragimun1
PENDAHULUAN
Secara historis, Indonesia dan India memiliki kedekatan kultural sehingga
berpotensi untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan.
Pada dasarnya Indonesia dan India banyak memiliki persamaan. Kedua
negara ini memiliki kesamaan dalam hal keberagaman budaya, agama,
suku dan bahasa daerah. Selain itu, populasi kedua negara inipun
mempunyai jumlah yang sangat besar. Indonesia dan India merupakan
dua kekuatan ekonomi di Asia.
Kerja sama utama yang diharapkan dapat ditingkatkan adalah
kerja sama dibidang ekonomi, keuangan, dan perdagangan. Selain
itu perlu juga dikembangkan kerjasama dalam bidang pendidikan,
investasi, kesehatan, budaya, dan teknologi informasi. Hubungan kerja
sama bilateral antara Indonesia dengan India di bidang ekonomi dan
perdagangan khususnya mulai muncul seiring dengan adanya upaya
kerja sama antara negara-negara ASEAN dan Asosiasi Kerja Sama
Regional Asia Selatan (South Asian Association for Regional Cooperation)
untuk menuju kerja sama yang lebih luas di wilayah Asia.
Perdagangan bilateral Indonesia-India dari tahun ke tahun terus
mengalami pasang surut, walaupun beberapa tahun belakangan
mempunyai tren peningkatan. Pada umumnya pengusaha India
melakukan investasi di beberapa sektor penting di Indonesia antara lain
tekstil, otomotif, kimia dan petro-kimia, serta sektor jasa.
Dari sisi ekspor, komoditas yang dominan dari Indonesia yang
masuk ke pasar India adalah CPO (Crude Palm Oil), RPO (Refinery
Palm Oil) dan CCO (Crude Coconut Oil) serta beberapa hasil tambang
seperti nikel dan batubara. Dengan pemberlakuan ASEAN-India Free
Trade Agreement (AIFTA), India secara bertahap akan menurunkan bea
masuk atas CPO dan RPO masing-masing dari 80 persen dan 90 persen
menjadi 37,5 persen dan 45 persen selama periode 2009-2018. Hal ini
1
Penulis adalah Peneliti Madya Pada Pusat Kebijakan Regional and Bilateral, Badan Kebijakan
Fiskal
150 Strategi Penguatan Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia - India
TINJAUAN PUSTAKA
Perdagangan bebas yang terjadi saat ini merupakan fenomena dunia.
Hampir seluruh negara sebagai anggota masyarakat internasional
masuk dalam blok-blok perdagangan bebas ataupun menjalin
hubungan bilateral untuk menjalankan perjanjian perdagangan
bebas. Blok-blok perdagangan bebas (Free Trade Area/FTA) adalah
kesepakatan liberalisasi perdagangan yang dibentuk oleh beberapa
negara. Pada dasarnya, prinsip utama dilakukannya kerjasama dan
hubungan bilateral maupun blok-blok perdagangan bebas adalah
untuk mendapatkan keuntungan atas kerja sama antar negara-negara
yang terlibat dalam kerjasama tersebut. Implementasi kerja sama
ekonomi dan perdagangan bilateral tentu didahului dengan Preferential
Trading Arrangements (PTA) antar kedua negara yang bertujuan untuk
mengurangi tarif sejumlah produk tertentu.
Manfaat lainnya yang diperoleh adalah untuk meningkatkan
hubungan dagang antar kedua negara, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan kedua belah pihak melalui hubungan
perdagangan bilateral maupun internasional (Kemp, 1964).
Di samping itu dapat diketahui pula keunggulan produk-produk
atau sektor sektor industri Indonesia dengan mitra dagang India baik
dari sisi kinerja ekspor, kinerja impor dan dampaknya pada perluasan
kesempatan kerja serta out put nasional.
Kerjasama FTA adalah embrio dari terbentuknya integrasi ekonomi
antar negara-negara yang terlibat. Beberapa FTA yang telah berjalan
yaitu North American Free Trade Area (NAFTA), African Free Trade
152 Strategi Penguatan Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia - India
Zone (AFTZ) dan South Asia Free Trade Agreement (SAFTA). Uni Eropa
adalah salah satu contoh evolusi dari PTA menuju FTA dan kemudian
berujung pada integrasi ekonomi.
Dalam perundingan FTA dengan negara mitra dagang, kepentingan
domestik merupakan salah satu faktor yang menjadi prioritas, sehingga
dalam proses pembentukan FTA harus diperhatikan dampak langsung
maupun tidak langsung yang akan dialami dengan memperhatikan
antara lain daya saing produk dan perusahaan di dalam negeri,
kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan penerimaan pemerintah
dari bea masuk impor. Potensi hubungan bilateral Indonesia dengan
India terkait dengan ekonomi dan perdagangan sebenarnya sudah
terjalin lama.
Pada prinsipnya, liberalisasi perdagangan dapat terwujud dalam
tiga bentuk kerjasama internasional. Pertama adalah pada perjanjian
bilateral, yaitu perjanjian perdagangan yang dilakukan oleh dua
negara. Kedua, adalah kerjasama regional, yaitu negara-negara dalam
suatu kelompok negara yang dibentuk dari persamaan geografi,
bahasa, sejarah dan lainnya. Ketiga, adalah perjanjian perdagangan
multilateral, yaitu perjanjian perdagangan yang dilakukan oleh
banyak negara. Kelebihan dari sistem perjanjian multilateral adalah
aturan yang lebih transparan, setara dan berlaku untuk semua negara.
Namun demikian, implementasi dari perjanjian multilateral sulit untuk
sepenuhnya diterapkan karena melibatkan banyak negara, maka banyak
negara lebih memilih bentuk perjanjian bilateral dan regional dalam
kerjasama perdagangan bebasnya untuk memperluas perdagangan dan
memperkuat hubungan ekonomi dengan negara lain.
Di samping itu, ada tiga pendorong utama yang menjadi alasan
suatu negara melakukan perdagangan internasional dan kemudian
membentuk kerjasama perdagangan bebas. Faktor pertama adalah
adanya keuntungan dari pertukaran antar negara yang terlibat.
Keuntungan dari sisi produksi adalah produsen memiliki insentif
lebih banyak untuk berproduksi karena pasar tidak terbatas pada pasar
domestik saja, dan kelebihan produksi dapat dijual di pasar internasional.
Sementara dari sisi konsumsi, konsumen domestik memiliki banyak
pilihan akan hadirnya barang-barang impor di pasar domestik, hal ini
dapat berdampak pada penciptaan harga yang makin kompetitif dan
cenderung akan meningkatkan surplus konsumen (ILO, 2013).
Mengawal Kebijakan Ekonomi Regional dan Bilateral:
“Sinergi dengan Kebijakan Domestik untuk Pembangunan yang Berkelanjutan” 153
Selain kerjasama perdagangan langsung Indonesia-India, selama
ini kerjasama perdagangan juga terjalin melalui kerjasama ASEAN
dengan India. India merupakan mitra dagang ketujuh terbesar bagi
ASEAN (ILO, 2009).
Selain beberapa faktor indiktor potensial yang dapat dilihat dalam
kerjasama Indonesia dan India seperti besar investasi yang masuk ke
Indonesia dari India dapat juga dilihat dari daya saing produk-produk
ekspor unggulan Indonesia. Peningkatan daya saing produk-produk
Indonesia adalah kunci utama dapat memasuki pasar potensial di
India. Untuk menentukan dan mengukur daya saing suatu komoditas
Indonesia dengan India digunakan rumus keunggulan komparatif atau
Revealed Comparative Advantage (RCA), yaitu dengan rumusan sebagai
berikut:
RCA= ……. (Tambunan, 2001)
dimana :
X = ekspor atau nilai ekspor
i = jenis komoditi
a = negara asal
w= dunia (world)
dengan kriteria:
- Bila nilai RCA < 1 atau sampai mendekati 0, maka daya saing
komoditi lemah.
- Bila nilai RCA > 1 maka daya saing kuat, semakin tinggi RCA
semakin tangguh daya saingnya.
Tingkat daya saing suatu negara di kancah perdagangan
internasional, pada dasarnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor
keunggulan komparatif (comparative advantage) dan faktor keunggulan
kompetitif (competitive advantage). Faktor keunggulan komparatif
dapat dianggap sebagai faktor yang bersifat alamiah dan faktor
keunggulan kompetitif dianggap sebagai faktor yang bersifat acquired
atau dapat dikembangkan/diciptakan (Tambunan, 2001). Selain dua
faktor tersebut, tingkat daya saing suatu negara sesungguhnya juga
dipengaruhi oleh apa yang disebut Sustainable Competitive Advantage
(SCA) atau keunggulan daya saing berkelanjutan. Ini terutama dalam
154 Strategi Penguatan Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia - India
PEMBAHASAN
Kekuatan dan Kelemahan Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan
Indonesia India
Dalam buku-buku sejarah membuktikan bahwa perdagangan luar negeri
Indonesia (nusantara) diawali dengan adanya kebudayaan masuk ke
wilayah Indonesia yang dibawa oleh para pedagang Islam dari Gujarat
(India). Hal ini dapat dilihat dari penemuan budaya Islam di Indonesia
yang memiliki persamaan dengan India seperti batu nisan yang dibuat
oleh orang-orang Cambay, Gujarat. Berdasarkan bukti inilah budaya
dan perdagangan dari India (Gujarat) telah masuk ke beberapa wilayah
Indonesia sejak abad ke 7 Masehi, disamping juga pedagang dari Arab
dan Persia yang kemudian menyebar seantero nusantara sekitar abad ke
13 Masehi. Para pedagang dari Gujarat (India) banyak menjual kain,
kapas dan sutra, sedangkan penduduk asli Indonesia banyak menjual
rempah-rempah dan beberapa hasil bumi.
Kesamaan tujuan perdagangan yang menguntungkan antara
Indonesia dan India selanjutnya diteruskan setelah kemerdekaan.
Hubungan diplomatik Indonesia dan India dimulai sejak tanggal 3
Maret 1951. Kedua negara pada dasarnya telah memiliki dasar yang
Mengawal Kebijakan Ekonomi Regional dan Bilateral:
“Sinergi dengan Kebijakan Domestik untuk Pembangunan yang Berkelanjutan” 155
kuat dan telah memiliki persamaan untuk meningkatkan hubungan
bilateral. Kedua negara juga memiliki kesamaan dalam kemajemukan
suku bangsa sebagai kekuatan nilai ekonomi, sosial dan budaya.
Indonesia dan India adalah dua negara yang bersahabat sejak
dahulu dan memiliki banyak persamaan. Kedua negara ini adalah
sebagai pencetus Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hal
itu juga sebagai bukti eratnya hubungan antara India dan Indonesia.
Dua negara ini merupakan negara berkembang dengan pertumbuhan
ekonomi yang terus meningkat. Selain itu juga memiliki populasi
generasi muda yang besar yang dapat bermanfaat untuk mencapai
keuntungan dalam segi demografi penduduk di masa depan.
Kedua negara saat ini juga mempunyai rata-rata pertumbuhan
ekonomi yang relatif tinggi selama 10 tahun terakhir dibanding dengan
negara berkembang lainnya. Rata-rata pertumbuhan Indonesia sebesar
5,8 persen dan India 7,4 persen. Dengan pertumbuhan ekonomi relatif
tinggi diharapkan kedua negara ini dapat saling membantu kekurangan
pada sektor-sektor yang perlu dikembangkan di masa yang akan datang.
Pertumbuhan ekonomi kedua negara, sebagaimana ditunjukkan dalam
Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan India
Saat ini ada lima sektor yang banyak diminati investor India.
Sektor-sektor tersebut adalah industri maritim terutama galangan kapal,
pertekstilan, permesinan industri agro, infrastruktur, dan beberapa
produk-produk komponen otomotif. Sektor manufaktur masih
mempunyai potensi dikembangkan, walaupun, kelemahannya adalah
banyaknya regulasi dan aturan Pemerintah sering menjadi kendala bagi
investor dan calon investor tersebut.
Indonesia kurang memanfaatkan kesempatan bisnis di India
padahal potensi bisnis yang ada sangat besar. Saat ini India sebagai
kekuatan ekonomi terbesar ketiga dunia memiliki potensi yang besar,
dan Indonesia dapat memanfaatkan potensi yang ditawarkan negara
itu.
Terkait target peningkatan ekspor Indonesia ke India, dapat
dilakukan untuk semua sektor, namun potensi yang paling
memungkinkan adalah sektor manufaktur hasil kimia dan obat-
obatan, dan beberapa komoditas pertanian dan perkebunan, seperti
minyak sawit, karet dan lain-lain. Sedangkan kerjasama ekonomi dan
perdagangan untuk meningkatkan ekspor barang-barang Indonesia,
antara lain penurunan tarif bea masuk hasil pertanian atau perkebunan
dari Indonesia dan beberapa komoditas manufaktur yang mempunyai
daya saing tinggi.
Pada gilirannya, kerjasama ekonomi dan perdagangan Indonesia
dan India pada dasarnya akan mempunyai dampak positif yang akan
berpengaruh terhadap output nasional. Peningkatan output nasional ini
tentu saja berasal hasil aktivitas ekspor impor Indonesia kedua negara
dan dampaknya pada perekonomian masing-masing negara.
Peluang dan Hambatan Kerjasama Ekonomi Indonesia India
India sebagai pasar potensial bagi Indonesia, dengan pertumbuhan
ekonomi yang relatif tinggi yaitu rata-rata di atas 7 persen tiap tahun,
memang perlu ditingkatkan walaupun dalam implementasinya akan
menemui banyak hambatan.
Beberapa hambatan menuju kerjasama ekonomi dan perdagangan
kedua negara yang saling menguntungkan, salah satu diantaranya
adalah peningkatan jumlah ekspor beberapa komoditas ke India. Hal
ini antara lain dikarenakan adanya keengganan eksportir Indonesia
untuk mengekspor barang dan produknya ke India, mengingat ada
Mengawal Kebijakan Ekonomi Regional dan Bilateral:
“Sinergi dengan Kebijakan Domestik untuk Pembangunan yang Berkelanjutan” 159
beberapa hambatan, terutama tarif bea masuk yang masih tinggi untuk
beberapa komoditas ekspor utama Indonesia, seperti produk pertanian,
perkebunan dan beberapa barang manufaktur serta produk kendaraan
bermotor.
Selain hambatan tariff, juga terdapat hambatan non tarif berupa
layanan dan birokrasi di negara tujuan yang masih belum menunjang,
termasuk karakter dan perilaku, serta adat istiadat pengusaha negara
India.
Peluang dan potensi peningkatan ekspor berasal dari produk-
produk pertanian dan perkebunan lainnya adalah kacang mete, kakao
dan lain-lain. Sedangkan produk manufaktur potensial lainnya adalah
bahan kimia organik, peralatan elektronik, produk-produk untuk bayi
dan anak-anak, peralatan medis, peralatan mesin dan tekstil. Demikian
juga beberapa produk makanan dan minuman, makanan kaleng, buah-
buahan segar, bibit tanaman serta kulit dan produk dari kulit serta
penyamakan kulit.
Upaya Pemerintah Indonesia dalam memaksimalkan hubungan
dan kerja sama bilateral Indonesia India adalah perlunya memfasilitasi
pihak swasta dalam bentuk jaminan pemerintah kedua negara dengan
tujuan mengatasi keengganan (reluctant) di kalangan pengusaha
Indonesia untuk mengadakan kontak dagang atau investasi dengan
pengusaha India. Selain itu Pemerintah dapat memfasilitasi informasi
pasar dan pembeli potensial di India serta penawaran produk-produk
Indonesia pada berbagai forum dagang dan bisnis seperti pameran,
expo, showbiz dan lain-lain.
Hambatan lainnya untuk kerjasama ekonomi dan perdagangan
dengan India adalah hambatan birokrasi di pemerintahan
kedua negara. Pada umumnya proses pengambilan keputusan di
pemerintahan di India cenderung lamban ditambah lagi pengusaha-
pengusaha India mempunyai kecenderungan tidak tepat waktu
sehingga dibutuhkan ekstra perhatian dari investor Indonesia yang
akan berbisnis di India.
Hambatan lainnya adalah masalah ketepatan pengiriman
barang dagangan. Demikian juga masalah kurangnya dukungan
sektor keuangan dan perbankan nasional yang dapat mendanai
untuk pengembangan sektor-sektor unggulan dan potensial produk
ekspor.
160 Strategi Penguatan Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia - India
Rekomendasi Kebijakan
Potensi kerjasama yang saling menguntungkan dengan Pemerintah
India hendaknya terus diperbaiki mengingat potensi-potensi dari sisi
ekonomi dan perdagangan sangat besar. Salah satu hal krusial yang
harus segera dilakukan adalah kerjasama untuk merevisi ketentuan
bea masuk negara India yang masih tinggi atas barang-barang dari
Indonesia. Disisi lain pemerintah hendaknya juga dapat memfasilitasi
pengusaha Indonesia yang akan berinvestasi maupun memulai ekspor
ke India dengan memberikan informasi yang dibutuhkan.
Indonesia mempunyai beberapa produk yang mempunyai daya
saing tinggi seperti barang-barang pertanian dan perkebunan seperti
minyak sawit, kopi dan lain-lain serta mempunyai beberapa produk
manufaktur dapat lebih ditingkatkan lagi agar mempunyai nilai tambah
lebih tinggi seperti peningkatan nilai tambah produk pertanian,
pertambangan dan manufaktur lainnya. Kerjasama dan investasi India
di Indonesia diharapkan dapat diarahkan untuk melakukan investasi
produk manufaktur atas produk-produk industri lanjutan. Seperti
produk-produk lanjutan (down stream) CPO, produk lanjutan atas
bahan baku kakao, dan lainnya. Demikian juga kerjasama peningkatan
produksi atas barang-barang tambang seperti investasi perusahaan-
perusahaan smelter.
Selain kendala mengenai perbaikan atas hambatan tarif kedua
negara, kendala kerjasama ekonomi dan perdagangan Indonesia India
adalah kendala non tarif berupa regulasi dan birokrasi di kedua negara
sehingga terjadinya hambatan ekspor dan investasi. Oleh karena itu
hendaknya kerjasama ekonomi dan perdagangan dengan India dapat
disepakati juga perbaikan-perbaikan non tariff barrier seperti perbaikan
regulasi dan birokrasi terkait perijinan kedua negara.
Mengawal Kebijakan Ekonomi Regional dan Bilateral:
“Sinergi dengan Kebijakan Domestik untuk Pembangunan yang Berkelanjutan” 165
REFERENSI
Abbas, Syahrizal. 2009. “Manajemen Perguruan Tinggi : beberapa
catatan. Kencana Prenada Media Grup, Jakarta.
Antara. Made. 2009. Dampak Pengeluaran Pemerintah dan Wisatawan
Serta Investasi Swasta Terhadap Kinerja Perekonomian Bali : Suatu
Simulasi Model Accounting Matrix.
BPS (Indonesian National Statistical Office), 2011, Documentation for
the Indonesian Social Accounting Matrix (SAM) from 2008.
Hamdy, Hady. 2001. Ekonomi Internasional – Teori dan Kebijakan
Perdagangan Internasional. Buku 1, Edisi Revisi Jakarta, Ghalia
Indonesia
ILO (International Labour Office) and ILO Office for Indonesia, 2013,
Dampak Liberalisasi Perdagangan pada Hubungan Bilateral
Indonesia dan Tiga Negara (China, India, dan Australia) Terhadap
Kinerja Ekspor-Impor, Output Nasional dan Kesempatan Kerja di
Indonesia: Analisis Simulasi Social Accounting Matrix (SAM) dan
the SMART Model
Kemp, Murray, C. 1964: The Pure Theory of International Trade.
Prentice-Hall, Englewood Cliffs, N.J., 176-177.
Sinaga, M Bonar, 2007, Keterkaitan Sektor Ekonomi dan Distribusi
Pendapatan di Jawa: menggunakan pendekatan Social Accounting
Matrix.
Tambunan, Tulus, 2001, Perdagangan Internasional dan Neraca
Pembayaran, Teori dan temuan Empiris, LP3ES, Jakarta
Wibowo, Budhi, Adi Kusrianto, 2010, Menembus Pasar Ekspor, Siapa
Takut, Penerbit PT Elek Media Komputindo, Jakarta
BPPKP Kemendag, 2015, Kajian Kebijakan Perdagangan Dalam
Menghadapi Asean Economic Community (AEC) 2015
http://www.kemenkopmk.go.id/artikel/menko-pmk-indonesia-dan-
india-ke-depan-menjelma-kekuatan-besar-dunia
LAMPIRAN