Anda di halaman 1dari 5

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

MUHAMMAD FAISAL
2208016211

I. PENDAHULUAN
Perdagangan internasional adalah kegiatan pertukaran barang dan jasa antara negara-negara
di dunia. Perdagangan internasional memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi,
sosial, dan politik suatu negara. Perdagangan internasional dapat memberikan manfaat bagi
negara-negara yang terlibat, seperti memperluas pasar, meningkatkan efisiensi,
mengalokasikan sumber daya, dan meningkatkan kesejahteraan (Zatira, Sari, and Apriani
2021). Namun, perdagangan internasional juga dapat menimbulkan tantangan dan masalah bagi
negara-negara yang terlibat, seperti persaingan, ketimpangan, ketergantungan, dan dampak
lingkungan.

Untuk mengatur hubungan perdagangan internasional, setiap negara memiliki kebijakan


perdagangan internasional yang sesuai dengan kepentingan dan kondisi nasionalnya. Kebijakan
perdagangan internasional adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah suatu negara untuk
mengatur hubungan ekonomi dengan negara-negara lain dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan nasional. Kebijakan perdagangan internasional dapat bersifat proteksionis atau
liberalis. Proteksionis adalah kebijakan yang bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri
dari persaingan barang impor dengan cara memberlakukan tarif, kuota, subsidi, atau hambatan
non-tarif lainnya. Liberalis adalah kebijakan yang bertujuan untuk membuka pasar dalam
negeri bagi barang impor dengan cara menghapus atau mengurangi tarif, kuota, subsidi, atau
hambatan non-tarif lainnya(Suryanto and Kurniati 2022).

Indonesia sebagai negara berkembang yang terbuka terhadap perdagangan internasional,


telah mengambil berbagai kebijakan untuk meningkatkan kinerja ekspor, mengendalikan
impor, dan menarik investasi asing (Poylema and Pasulu 2022). Kebijakan-kebijakan tersebut
diambil dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menjaga keseimbangan neraca pembayaran.
Beberapa kebijakan perdagangan internasional yang diambil oleh pemerintah Indonesia antara
lain adalah penerapan tarif impor, pemberian fasilitas dan insentif fiskal, dan penjalinan
kerjasama perdagangan bilateral, regional, atau multilateral.

1
Kebijakan perdagangan internasional Indonesia memiliki implikasi yang beragam terhadap
Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), serta terhadap
pembangunan ekonomi di Indonesia. Implikasi tersebut dapat bersifat positif maupun negatif,
tergantung dari sektor, lokasi, dan kualitas perdagangan dan investasi yang dilakukan. Dalam
tulisan ini, penulis akan membahas tentang implikasi kebijakan perdagangan internasional
Indonesia dan memberikan beberapa contoh dan data yang relevan.

II. PEMBAHASAN
Indonesia, sebagai negara berkembang yang aktif dalam perdagangan internasional, telah
mengimplementasikan berbagai kebijakan untuk meningkatkan ekspor, mengontrol impor, dan
menarik investasi asing. Tujuan utama dari kebijakan-kebijakan ini adalah untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
dan menjaga keseimbangan neraca pembayaran. Beberapa kebijakan perdagangan internasional
yang diambil oleh pemerintah Indonesia antara lain adalah:

1. Indonesia menerapkan tarif impor yang berbeda-beda sesuai dengan jenis barang, asal
negara, dan perjanjian perdagangan. Tujuannya adalah melindungi industri dalam negeri
dari persaingan barang impor yang lebih murah, meningkatkan pendapatan negara, dan
mengatur impor sesuai dengan kebutuhan nasional. Ada tiga jenis tarif impor yang
diterapkan: tarif umum (berlaku untuk semua negara), tarif preferensial (lebih rendah untuk
negara-negara mitra dagang berdasarkan perjanjian seperti AFTA, IA-CEPA, atau IE-
CEPA), dan tarif khusus (lebih tinggi untuk barang-barang strategis atau sensitif seperti
beras, gula, alkohol). Informasi lengkap mengenai tarif impor tersedia di situs resmi Bea
Cukai.
2. Pemerintah Indonesia memberikan fasilitas dan insentif fiskal kepada eksportir dan importir
yang memenuhi syarat tertentu. Fasilitas ini berupa keringanan atau kemudahan dalam hal
perpajakan dan bea cukai. Tujuannya adalah untuk mendorong peningkatan ekspor,
mengurangi biaya produksi, meningkatkan daya saing, dan mendukung pengembangan
industri tertentu. Beberapa fasilitas dan insentif fiskal yang diberikan oleh pemerintah
Indonesia antara lain adalah:

1) Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), yaitu fasilitas bebas bea masuk dan pajak
dalam rangka impor bagi eksportir yang melakukan impor bahan baku, bahan penolong,
atau barang modal yang digunakan untuk menghasilkan barang ekspor. Syarat dan

2
ketentuan mengenai KITE diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
176/PMK.04/2016.
2) Kemudahan Impor Sementara (KIS), yaitu fasilitas penangguhan atau pembebasan bea
masuk dan pajak dalam rangka impor bagi importir yang melakukan impor barang
modal atau barang konsumsi yang akan dikembalikan ke luar negeri dalam jangka
waktu tertentu. Syarat dan ketentuan mengenai KIS diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 34/PMK.04/2017.
3) Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 Impor, yaitu fasilitas pembebasan atau
pengurangan tarif PPh Pasal 22 Impor bagi importir tertentu yang memenuhi kriteria
tertentu, seperti memiliki nilai tambah tinggi, melakukan kegiatan penelitian dan
pengembangan, atau berkontribusi terhadap devisa negara. Syarat dan ketentuan
mengenai fasilitas PPh Pasal 22 Impor diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 110/PMK.03/2017.
4) Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25, yaitu fasilitas pengurangan angsuran PPh
Pasal 25 sebesar 30% bagi eksportir yang memiliki perbandingan nilai ekspor terhadap
penjualan bruto minimal 60%. Syarat dan ketentuan mengenai fasilitas PPh Pasal 25
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 159/PMK.010/2015.

3. Indonesia menjalin kerjasama perdagangan internasional dengan negara-negara lain melalui


perjanjian-perjanjian bilateral, regional, atau multilateral. Tujuannya adalah untuk
memperluas pasar, meningkatkan akses, mengurangi hambatan, menciptakan iklim usaha
yang kondusif, dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Beberapa perjanjian perdagangan
internasional yang telah atau sedang dinegosiasikan oleh Indonesia antara lain:
1) ASEAN Free Trade Area (AFTA): Perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara
anggota ASEAN untuk menciptakan kawasan perdagangan bebas dengan mengurangi
tarif dan hambatan perdagangan non-tarif. AFTA mulai berlaku sejak 1993.
2) Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA):
Perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Australia yang
bertujuan meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan, dan investasi. IA-CEPA
mulai berlaku sejak 2020.
3) Indonesia-European Free Trade Association Comprehensive Economic Partnership
Agreement (IE-CEPA): Perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia
dan European Free Trade Association (EFTA) yang bertujuan meningkatkan kerjasama

3
ekonomi, perdagangan, dan investasi. IE-CEPA telah ditandatangani pada 2018 dan
masih menunggu proses ratifikasi.

Kebijakan perdagangan internasional Indonesia juga berkaitan dengan kebijakan investasi,


khususnya Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
PMA adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun
melakukan kerjasama dengan penanam modal dalam negeri. PMDN adalah kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha di wilayah Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam
negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Syarat dan ketentuan mengenai PMA dan
PMDN diatur dalam [Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Kebijakan perdagangan internasional Indonesia yang memberikan akses pasar yang lebih
luas, fasilitas dan insentif fiskal, dan kerjasama ekonomi dengan negara-negara lain, dapat
memberikan dampak positif maupun negatif terhadap PMA dan PMDN, serta terhadap
pembangunan ekonomi di Indonesia. Dampak PMA dan PMDN terhadap pembangunan
ekonomi di Indonesia saat ini dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB), neraca perdagangan, cadangan devisa, nilai tukar rupiah, inflasi,
pengangguran, dan kemiskinan. Secara umum, dampak PMA dan PMDN dapat bersifat positif
maupun negatif, tergantung dari sektor, lokasi, dan kualitas investasi yang dilakukan. Beberapa
dampak tersebut antara lain adalah:

Dampak Positif:
• Meningkatkan investasi di sektor-sektor potensial.
• Berkontribusi pada pertumbuhan PDB dan nilai ekspor.
• Mendorong diversifikasi produk dan inovasi.
• Meningkatkan devisa negara dan lapangan kerja.
Dampak Negatif:
• Persaingan tidak sehat antara PMA dan PMDN.
• Potensi defisit neraca transaksi berjalan dan inflasi.
• Pelemahan nilai tukar rupiah dan pengangguran.
• Dampak negatif terhadap lingkungan dan keamanan nasional.

III. Kesimpulan

4
Kebijakan perdagangan internasional Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan nasional melalui pengaturan hubungan ekonomi dengan negara-negara lain.
Kebijakan ini melibatkan berbagai aspek, seperti tarif impor, fasilitas fiskal, insentif, dan
kerjasama perdagangan. Implikasi dari kebijakan ini dapat beragam, baik positif maupun
negatif, tergantung pada sektor, lokasi, dan kualitas perdagangan dan investasi. Implikasi positif
meliputi peningkatan investasi, diversifikasi produk, inovasi teknologi, pertumbuhan ekonomi,
lapangan kerja, dan kemitraan usaha. Sementara itu, implikasi negatif meliputi persaingan yang
tidak sehat, defisit neraca transaksi berjalan, pelemahan nilai tukar rupiah, inflasi,
pengangguran, dan dampak negatif terhadap lingkungan, kesehatan, dan keamanan nasional.

Oleh karena itu, kebijakan perdagangan harus disusun dengan hati-hati dan berdasarkan
analisis mendalam, mempertimbangkan kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan
ini juga harus responsif terhadap perkembangan situasi global, regional, dan nasional, serta
memperhatikan aspek hukum, politik, sosial, budaya, dan etika. Kebijakan perdagangan ini
harus didukung oleh kebijakan lain yang bersinergi, seperti kebijakan industri, moneter, fiskal,
dan pembangunan daerah. Partisipasi dan koordinasi antara pemerintah pusat, daerah, dan
pemangku kepentingan lainnya sangat penting dalam pelaksanaan kebijakan ini. Selain itu,
kebijakan ini harus diawasi, dievaluasi, dan disosialisasikan secara transparan kepada publik.

Referensi
Poylema, Ferdinand Rudolof, and Milka Pasulu. 2022. “Pembangunan Ekonomi Melalui Perdagangan
Internasional Indonesia Dalam Ekspor Dan Impor (2017-2021).” YUME : Journal of Management
5(1): 713–32.
Suryanto, Suryanto, and Poni Sukaesih Kurniati. 2022. “Analisis Perdagangan Internasional Indonesia
Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhinya.” Intermestic: Journal of International Studies 7(1):
104.
Zatira, Dhea, Titis Nistia Sari, and Metha Dwi Apriani. 2021. “Perdagangan Internasional Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.” Jurnal Ekonomi-Qu 11(1): 88.

Laporan Pemerintah
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). (2021). Laporan Realisasi Investasi Triwulan I Tahun
2021. Jakarta: BKPM.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2021). Statistik Indonesia 2021. Jakarta: BPS.
Bank Indonesia (BI). (2021). Laporan Perekonomian Indonesia 2020. Jakarta: BI.
Kementerian Keuangan. (2023)
Kementerian Perdagangan. (2021). Ekspor Impor Indonesia 2020. Jakarta: Kementerian Perdagangan.
Kementerian Perdagangan. (2021). Tarif Bea Masuk Indonesia. Jakarta: Kementerian Perdagangan.
Perjanjian Kerjasama Ekonomi ASEAN. (1992). Bangkok: Sekretariat ASEAN.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. (2007). Jakarta: Sekretariat Negara

Anda mungkin juga menyukai