1
meningkatkan daya saing ASEAN sebagai basis produksi untuk pasar dunia melalui
liberalisasi perdagangan dan kerja sama ekonomi yang lebih dekat (Thangavelu,
Chongvilaivan 2009). Salah satu peningkatan integrasi ekonomi ASEAN yaitu
ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). Kerangka perjanjian ACFTA yaitu
negara-negara yang menjadi anggota perjanjian saling memberikan preferential
treatment di tiga sektor: sektor barang, jasa dan investasi dengan tujuan memacu
percepatan aliran barang, jasa dan investasi diantara negara-negara anggota
sehingga dapat terbentuk suatu kawasan perdagangan bebas. Preferential
treatment adalah perlakuan khusus yang lebih menguntungkan dibandingkan
perlakuan yang diberikan kepada negara mitra dagang lain non anggota pada
umumnya. Kesepakatan di sektor barang, komponen utamanya adalah preferential
tariff.
Berikut penyebab semakin berkembangnya perjanjian internasional perdagangan
bebas:
a. Perbedaan Sumber Daya Alam
Tidak semua negara memiliki sumber daya alam yang sama. Sumber daya alam
menjadi penting dan krusial karena merupakan bahan baku produk tertentu.
Negara yang membutuhkan sumber daya alam itu akan mencari negara yang
memiliki sumber daya alam tersebut. Hal ini-lah yang memicu terjadinya
perdagangan internasional. Sebagai contoh, Indonesia dikenal kaya akan
sumber daya alam. Namun, dalam urusan pengolahan, Indonesia belum
memadai sehingga mendorong Indonesia menawarkan hasil SDA ke negara lain
(ekspor) untuk memenuhi kebutuhan negara tersebut.
b. Penghematan biaya produksi, sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan
Setiap negara memiliki kemampuan SDM dan teknologi berbeda-beda.
Negara yang dibekali dengan SDM mumpuni dan teknologi canggih mampu
memproduksi barang berkualitas baik. Sementara bagi negara dengan SDM dan
teknologi kurang memadai, membeli dari negara pembuatnya (impor) bisa
menjadi lebih murah ketimbang memproduksi sendiri.
c. Pemenuhan kebutuhan nasional
Seperti penjelasan di atas, tidak semua negara mampu memenuhi kebutuhan
2
pasar dalam negeri atau penduduk negaranya. Sehingga, untuk memenuhi
kebutuhan itu, negara perlu melakukan aktivitas perdagangan internasional
berupa impor barang dan jasa dari negara lain.
d. Meningkatkan pemasukan negara
Tujuan meningkatkan pemasukan negara menjadi salah satu faktor pendorong
terjadinya perdagangan internasional. Aktivitas ekspor dan impor merupakan
cara negara meningkatkan pendapatan. Negara diuntungkan dari nilai pajak
barang hasil ekspor dan impor tersebut. Negara juga dapat melakukan ekspor
melalui badan usaha milik negara dengan menjual bahan baku sumber daya
alam atau teknologi ke negara lain.
e. Memperluas pasar
Ekspansi produk ke berbagai negara juga menjadi salah satu faktor pendorong
terjadinya perdagangan internasional. Pengenalan bermacam produk
berkualitas ke berbagai negara mampu memberikan keuntungan besar dan
meningkatkan hubungan kerja sama dagang yang baik antar-negara.
f. Peningkatan produk UMKM
Kualitas produksi dalam negeri berpotensi memiliki nilai jual tinggi di pasar
internasional. Kebutuhan ini menjadi sebab terjadinya perdagangan
internasional. Bahan baku bisa didapatkan baik dari dalam negeri atau luar
negeri. Produk kemudian dibuat sebaik mungkin untuk bisa bersaing di pasar
internasional.
3
d. Bila tidak mampu bersaing maka pertumbuhan perekonomian negara akan
semakin rendah dan bertambahnya pengangguran dalam negeri.
Kebijakan ACFTA menyebabkan trade diversion pada arus impor
Indonesia dari negara non-anggota (Amerika, Jepang, dan Korea) ke negara-
negara anggota dalam ACFTA. ACFTA menyebabkan nilai impor Indonesia
dengan negara non-anggota sebesar 12.74 persen lebih rendah dari tingkat
perdagangan yang saat ini. Secara keseluruhan Indonesia akan mengalami
kerugian karena adanya trade diversion tersebut, dikarenakan adanya
pengurangan hambatan perdagangan mendorong peningkatan arus impor dari
biaya yang lebih rendah ke biaya yang lebih tinggi di kawasan ACFTA.
Trade diversion Indonesia di negara-negara ACFTA+3 akibat ACFTA
dapat mengurangi kesejahteraan nasional maka pemerintah perlu bernegosiasi
dengan penurunan tarif negara mitra dagang non-anggota kawasan untuk
memberikan harga penawaran yang lebih rendah atau mendekati harga
penawaran dari negara anggota kawasan sehingga kesejahteraan nasional
akan meningkat. Pemerintah perlu melakukan negosiasi harga dengan negara
mitra dagang non anggota ACFTA untuk mencegah trade diversion. Kemudian
untuk menahan arus impor akibat penurunan tarif perlunya kebijakan lain di luar
tarif seperti adanya standarisasi produk yang masuk. Di sisi lain, Indonesia juga
perlu belajar menyesuaikan produknya dengan standar pasar di negara-negara
ACFTA.
4
pada barang – barang ke negara yang tidak ikut serta dalam ACFTA. Dengan
cara itu Indonesia akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dan
hubungan dengan negara lain juga akan menjadi lebih erat.
Kendala di dunia perdagangan bisa berkurang dan memotivasi produsen
dan importir untuk meningkatkan volume perdagangannya. Keberadaan ACFTA
bisa meningkatkan volume perdagangan karena adanya persaingan antara
produsen. Dengan demikian, produsen dan importir bisa meningkatkan volume
perdagangan yang tidak lepas dari kualitas produksi namun tetap
memperhatikan kualitas produknya. Jika kualitas produk meningkat, maka ada
kemungkinan suatu perusahaan akan meningkat popularitasnya di kancah
ACFTA dan dapat menguasai pasar. Penguasaan satu produk yang semakin
meningkat juga akan meningkatkan penjualan dan volume ekspor, meningkatkan
keuntungan, dan meningkatkan pemasukan bagi negara dari pajak
perdagangan.
Adanya kemungkinan dampak perjanjian ACFTA yang positif pada
proyeksi laba BUMN tahun 2010 sebagai salah satu peran Indonesia dalam
globalisasi, namun faktor laba bersih, prosentase pay out ratio atas laba juga
akan menentukan besarnya dividen dari laba BUMN. Dengan adanya ACFTA,
BUMN akan bisa memanfaatkan barang modal yang lebih murah dan
menjualnya ke Cina dengan tarif yang lebih rendah.