DOI: https://doi.org/10.2944/jekp.8.84-100
Available Online: https://journal.ipb.ac.id/index.php/jekp/index
Dampak ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) Terhadap Trade Creation Dan Trade
Diversion Indonesia Di Kawasan ACFTA+3
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Jalan Agatis, Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
*Korespondensi: khamiladewi.kati@gmail.com
[diterima: Agustus 2018- revisi: September 2018– diterbitkan daring: Juli 2019]
ABSTRAK
Indonesia terlibat aktif dalam jejaring kerjasama Free Trade Area (FTA), salah satunya dengan menjadi
anggota pada ASEAN-China FTA atau dikenal juga dengan ACFTA. Studi ini bertujuan untuk
menganalisis faktor yang memengaruhi nilai impor Indonesia dan mengetahui dampak ACFTA terhadap
trade creation dan trade diversion Indonesia. Penelitian menggunakan pendekatan model panel data
dengan data sekunder selama periode tahun 2000 hingga 2018 yang dikumpulkan dari WITS, WORLD
BANK, UNCTAD, dan CEPII. Hasil empiris menunjukkan bahwa setelah ACFTA diberlakukan, nilai
impor Indonesia dari negara-negara anggota ACFTA mengalami kenaikan. Nilai impor Indonesia secara
signifikan dipengaruhi secara positif oleh GDP per kapita Indonesia, GDP per kapita mitra dagang (negara
ACFTA+3), dan jarak ekonomi antar negara. Sementara nilai tukar riil antar negara berpengaruh negatif
terhadap nilai impor Indonesia. Secara keseluruhan Indonesia diduga mengalami kerugian dari adanya
ACFTA akibat terjadinya trade diversion dari negara non-anggota ke negara-negara anggota di wilayah
ACFTA +3.
Kata Kunci : ACFTA+3, Impor, Panel Data, Trade Creation, Trade Diversion
ABSTRACT
Indonesia actively involves in Free Trade Area (FTA), such as FTA between ASEAN and China or also
known as ACFTA. The study aims to analyze the factors influencing the value of Indonesia's imports and
determine the impact of ACFTA on Indonesia's possible trade creation and trade diversion. The study
employs the panel data model on secondary data, collected from 2000 to 2018, from WITS, WORLD
BANK, UNCTAD, and CEPII. The empirical results show that after the ACFTA enacted, the value of
Indonesia's imports from ACFTA member countries increased. The value of Indonesia's imports was
significantly and positively influenced by Indonesia's GDP per capita, GDP per capita of trading partners
(ACFTA + 3 countries), and economic distance. Meanwhile, the real exchange rate between countries
negatively affected the value of Indonesia's imports. Overall, Indonesia is expected to suffer losses from
the ACFTA due to the occurrence of trade diversion from non-member countries to member countries in
the ACFTA +3 region.
Keywords: ACFTA+3, Import, Panel Data, Trade Creation, Trade Diversion
JEL Classifiation: F13, C33, F14, C87
84 | J u l i 2 0 1 9 *Coresponding author:
E-mail: khamiladewi.kati@gmail.com
Siti Khamila Dewi ET AL./ Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan 8(1): 82-97
PENDAHULUAN
pada kesiapan industri domestik serta daya saing
Liberalisasi perdagangan terus berkembang produk-produk domestic (Astiyah et al ,2005).
dengan munculnya perjanjian perdagangan baik di Kawasan perdagangan bebas atau Free Trade
tingkat bilateral, regional, maupun multilateral. Area (FTA) merupakan salah satu bentuk integrasi
Tujuan liberalisasi perdagangan adalah untuk ekonomi di dunia dengan memberikan perlakukan
meningkatkan volume dan nilai perdagangan suatu khusus kepada negara mitra dagang yang masuk
negara sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dalam FTA. Teori integrasi ekonomi mengacu
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat suatu pada suatu kebijakan komersial atau kebijakan
negara. Menurut Baier dan Bergstrand (2001), perdagangan yang secara diskriminatif
perdagangan dunia dipengaruhi oleh tiga faktor, menurunkan atau menghapuskan hambatan-
yaitu pertumbuhan pendapatan, penurunan hambatan perdagangan hanya di antara negara-
hambatan perdagangan, dan penurunan biaya negara yang saling sepakat untuk membentuk suatu
transportasi melalui perjanjian perdagangan bebas. integrasi ekonomi terbatas (Salvatore 1996).
Liberalisasi perdagangan dunia mendorong Dalam kesepakatannya, FTA memberlakukan
tingkat integrasi dan pertumbuhan ekonomi penurunan atau penghapusan hambatan
negara-negara di dunia. Integrasi ekonomi akan perdagangan di antara anggota, yaitu dapat berupa
membuka akses perdagangan seluas mungkin penetapan kesepakatan tarif dan non tarif di antara
antara satu negara dengan negara lainnya. Integrasi anggota. Hal ini berdampak pada peningkatan
ekonomi bertujuan untuk membuka akses alokasi sumber daya didalam kawasan dan
perdagangan seluas mungkin antara satu negara pendapatan untuk negara-negara anggota.
dan lainnya. Kompetisi antar para pelaku pasar Perdagangan bebas akan memaksimalkan output
akan menyebabkan penurunan harga untuk barang dunia dan keuntungan bagi setiap negara yang
dan jasa yang sejenis, dengan demikian dapat terlibat didalamnya (Salvatore 1997). Free Trade
meningkatkan kualitas dan memperbanyak pilihan Area (FTA) diatur pada pasal XXIV GATT 1994/
bagi konsumen pada wilayah yang terintegrasi. WTO memberikan rambu-rambu pembentukan
Kecenderungan peningkatan proses integrasi wilayah pabean bersama atau pabean tunggal
ekonomi dan keuangan regional di berbagai (customs union) dan FTA. FTA memberikan
belahan dunia pada dasarnya dilandasi oleh konsep kontribusi penting terhadap kemajuan liberalisasi
dasar bahwa manfaat yang diperoleh akan lebih perdagangan bilateral, regional, dan multilateral.
besar dibandingkan risiko yang akan dihadapi Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di dalam
(Oktaviani et al. 2014). perdagangan internasional, ASEAN sebagai salah
Keuntungan liberalisasi perdagangan antara lain satu kawasan integrasi ekonomi membuat
untuk meningkatkan efisiensi. Peningkatan komitmen untuk melakukan integrasi ekonomi dan
efisiensi tersebut dilakukan melalui beberapa jalur. liberalisasi perdagangan dengan membentuk
Pertama, melalui peningkatan produktivitas karena ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun
makin efisiennya alokasi sumber daya baik dalam 1992. Tujuan dari AFTA adalah untuk
suatu industri maupun antar industri. Kedua, meningkatkan daya saing ASEAN sebagai basis
melalui peningkatan persaingan. Liberalisasi produksi untuk pasar dunia melalui liberalisasi
berpotensi untuk meningkatkan kompetisi antara perdagangan dan kerja sama ekonomi yang lebih
produsen domestik dengan luar negeri, sehingga dekat (Thangavelu, Chongvilaivan 2009). Salah
produsen domestik yang tidak efisien akan keluar satu peningkatan integrasi ekonomi ASEAN yaitu
dari industri selanjutnya industri secara ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA).
keseluruhan akan menjadi lebih efisien. Namun, Kerangka perjanjian ACFTA yaitu negara-negara
keuntungan tersebut dapat menjadi ancaman bagi yang menjadi anggota perjanjian saling
perekonomian nasional. Hal tersebut tergantung memberikan preferential treatment di tiga sektor:
sektor barang, jasa dan investasi dengan tujuan
85 | J u l i 2 0 1 9
memacu percepatan aliran barang, jasa dan
formal ACFTA pertama kali diluncurkan sejak
investasi diantara negara-negara anggota sehingga
ditandatanganinya Trade in Goods Agreement dan
dapat terbentuk suatu kawasan perdagangan bebas.
Dispute Settlement Mechanism Agreement pada
Preferential treatment adalah perlakuan khusus
tanggal 29 November 2004 di Vientiane, Laos.
yang lebih menguntungkan dibandingkan
Peningkatan transaksi perdagangan antara
perlakuan yang diberikan kepada negara mitra
ASEAN dengan negara mitra dagang menunjukan
dagang lain non anggota pada umumnya.
tingkat kerjasama dan tingkat keterbukaan antar
Kesepakatan di sektor barang, komponen
negara tersebut semakin tinggi. Nilai total
utamanya adalah preferential tariff.
perdagangan ASEAN pada tahun 2018 yaitu
Proses menuju kesepakatan perjanjian ACFTA
sebesar 1.4 Triliun USD (Trademap 2019).
diawali dengan dilakukannya pertemuan tingkat
Gambar 1 menunjukan persentase total
kepala negara antara negara-negara ASEAN dan
perdagangan barang ASEAN dengan mitra
Cina di Bandar Seri Begawan, Brunei pada tanggal
dagangnya pada tahun 2018. Persentase terbesar
6 Nopember 2001 yang kemudian disahkan
total perdagangan ASEAN yaitu dengan Cina yang
melalui penandatanganan “Persetujuan Kerangka
memiliki nilai total perdagangan sebesar 223
Kerja mengenai Kerjasama Ekonomi Menyeluruh
Miliar USD atau sebesar 19 persen dari total
antara Negara-negara Anggota ASEAN dan
perdagangan ASEAN ke seluruh mitra dagangnya.
Republik Rakyat Cina” di Phnom Penh, Kamboja
Nilai total perdagangan ASEAN-Cina memiliki
pada tanggal 4 Nopember 2002. ASEAN dan Cina
rata-rata pertumbuhan 11 persen dalam lima tahun
menyetujui dibentuknya ACFTA dalam dua
terakhir. Hal ini menandakan bahwa tingkat
tahapan yaitu tahun 2010 dengan negara pendiri
kerjasama dan keterbukaan perdagangan diantara
ASEAN dan pada tahun 2012 dengan negara
keduanya yang cukup kuat dibandingkan negara-
anggota baru ASEAN. Indonesia telah meratifikasi
negara mitra dagang lainnya. Sementara mitra
Framework Agreement ASEAN-China FTA melalui
dagang utama ASEAN di luar kawasan yaitu
Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 2004 tanggal
negara Amerika, Jepang, Korea dan India.
15 Juni 2004. Setelah negosiasi tuntas, secara
Gambar 2. Presentase total perdagangan Indonesia dengan negara mitra dagang tahun 2018 (%)
15000000
Neraca
10000000
(ribu
5000000
-5000000
-10000000
-15000000
-20000000
2014 2015 2016 2017 2018
Cina -13018436 -14364637 -14014864 -12717907 -18410883
ASEAN -11208389 -5335777 -1614423 23968 -3865843
Jepang 6119510 4757354 3116771 2549388 1503181
Amerika 8371534 8651727 8852100 9660259 8259383
Korea -1240933 -762760 333047 64624 443624
20000
18000
USD)GDP Riil
16000
14000
(Miliar Nilai
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
Hasil estimasi yang ditunjukkan pada Tabel 1 permintaan akan impor suatu komoditi akan
menunjukan terdapat 5 variabel bebas yang mengalami peningkatan. GDP per kapita suatu
berpengaruh signifikan terhadap arus impor negara lebih merepresentasikan kemampuan daya
dengan taraf nyata lima persen, yaitu GDP per beli masyarakat. Negara maju memiliki tingkat
kapita Indonesia, GDP per kapita mitra dagang, GDP per kapita yang jauh lebih tinggi
nilai tukar dua negara, jarak ekonomi, dan dummy dibandingkan GDP per kapita negara berkembang.
kebijakan. Hasil olahan penelitian ini sejalan Pendapatan per kapita negara ACFTA+3
dengan temuan yang dilakukan oleh Zidi dan menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan
Dhifallah (2013) dan Ritaningsih (2014). sebesar 1.44. Hal ini berarti peningkatan
Peningkatan pendapatan per kapita pendapatan per kapita negara ACFTA+3 sebesar
Indonesia berpengaruh nyata terhadap peningkatan satu persen akan meningkatkan nilai impor
nilai impor Indonesia dari negara-negara Indonesia sebesar 1.44 persen, ceteris paribus.
ACFTA+3. Peningkatan pendapatan per kapita Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan yang
Indonesia sebesar satu persen akan meningkatkan dilakukan oleh Robert (2010). Tanda positif pada
nilai impor Indonesia sebesar 1.04 persen, ceteris koefisien sesuai dengan hipotesis penelitian.
paribus. Pendapatan per kapita Indonesia Pendapatan per kapita mengindikasikan adanya
menunjukan kemampuan Indonesia dalam peningkatan pendapatan dan kemampuan ekonomi
perdagangan, sehingga semakin besar kemampuan dikarenakan terjadi peningkatan produksi di negara
negara tersebut akan meningkatkan permintaan mitra dagang sehingga dapat meningkatkan
terhadap impor. Menurut Fitzsimons et al (1999) penawaran barang impor.
menyatakan peningkatan GDP per kapita negara Kemudian, nilai tukar rupiah terhadap mata
pengekspor akan meningkatkan kemampuan uang negara pengekspor memberikan pengaruh
produksi negara tersebut, sedangkan meningkatnya nyata terhadap nilai impor Indonesia sebesar -0.60.
GDP per kapita negara pengimpor akan Koefisien yang bernilai negatif berarti bahwa
meningkatkan konsumsi negara tersebut sehingga setiap peningkatan nilai tukar riil rupiah sebesar
97 | J u l i 2 0 1 9
satu persen akan menurunkan nilai impor sebesar
berdasarkan hasil estimasi, nilai koefisien pada
0.60 persen, ceteris paribus. Sesuai dengan
dummy trade creation bernilai 0.07, sedangkan
penelitian Ritaningsih (2014), hubungan negatif
koefisien dummy trade diversion bernilai -0.12.
nilai tukar rill dengan nilai impor tersebut
Simpulan dari hasil estimasi dua koefisien dummy
mengimplikasikan bahwa depresiasi pada nilai
ini yaitu bahwa terjadi efek trade diversion pada
tukar riil dapat menaikkan harga impor di dalam
arus impor perdagangan Indonesia dengan negara
negeri sehingga menurunkan permintaan barang
ACFTA+3, karena koefisien trade creation
dan nilai impor Indonesia terhadap negara mitra
menunjukan nilai positif sementara koefisien trade
dagang.
diversion bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan
Jarak ekonomi digunakan sebagai
bahwa impor Indonesia dengan negara non-
pendekatan biaya transportasi suatu negara dalam
anggota sebesar 12.74 persen [(exp(-1,21)-1)*100]
melakukan kegiatan ekonomi dengan negara lain.
lebih sedikit dari tingkat perdagangan yang saat ini
Jarak merupakan sebuah proxy untuk menghitung
dilakukan dengan negara non-anggota.
biaya transportasi. Oleh karena itu, semakin besar
Pemberlakuan kesepakatan FTA akan memiliki
jarak antara dua negara maka semakin tinggi biaya
dampak berbeda pada Indonesia. Penelitian
transportasi yang akan dihasilkannya, kemudian
Darsono (2015) menyatakan bahwa adanya
akan meningkatkan harga barang yang
kesepakatan AJCEP (ASEAN-Japan
diperdagangkan sehingga mengurangi daya saing
Comprehensive Economic Partnership) berdampak
negara mitra dagang (Zidi dan Dhifallah, 2013).
terjadinya trade creation bagi perdagangan
Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel jarak
Indonesia. Hal ini dapat juga tergambar dari neraca
ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap
perdagangan Indonesia dengan Jepang yang
nilai impor dengan taraf nyata lima persen, dengan
bernilai positif atau surplus.
besaran nilainya yaitu -0.92. Koefisien tersebut
Sementara pemberlakuan ACFTA setelah
bernilai negatif dapat diartikan bahwa setiap
dianalisis pada penelitian ini menyebabkan arus
peningkatan jarak ekonomi antar kedua negara
perdagangan impor Indonesia mengalami trade
sebesar satu persen akan menurunkan nilai impor
diversion. Trade diversion yang terjadi karena
sebesar 0.92 persen, ceteris paribus. Menurut
penurunan tarif dari negara anggota ASEAN-China
Beers (2002) dan Paas (2000) hubungan jarak
dan adanya harga penawaran yang lebih rendah.
ekonomi dengan arus perdagangan disebabkan
Trade diversion pun terjadi pada Indonesia setelah
oleh tingginya biaya sehingga harga barang-barang
diberlakukannya kesepakatan AKFTA (ASEAN-
impor akan mengalami peningkatan.
Koren Free Trade Area). Menurut penelitian
Sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh
Ritaningsih (2014) terjadinya trade diversion pada
Ritaningsih (2014) dan Darsono (2015), variabel
perdagangan impor Indonesia karena adanya
Dummy FTA menunjukan adanya perbedaan
penurunan tarif secara bertahap pada beberapa
terhadap nilai impor negara Indonesia dengan
produk yang disepakati dalam AKFTA yang juga
negara ACFTA+3 karena pemberlakuan ACFTA.
diimpor dari dunia dengan harga penawaran yang
Variabel dummy kebijakan FTA digunakan untuk
lebih rendah sehingga Indonesia lebih memilih
menangkap perbedaan tahun saat sebelum dan
untuk mengimpor produk-produk dari kawasan
sesudah ACFTA diberlakukan untuk tiap tahunnya.
ASEAN-Korea dibandingkan dari negara
Koefisien tersebut menggambarkan bahwa
pengekspor lainnya. Secara keseluruhan, Indonesia
pemberlakuan ACFTA memiliki rata-rata
mengalami kerugian akibat terjadinya trade
perbedaan nilai impor Indonesia sebesar 0.24
diversion yang dapat berdampak pada pengurangan
satuan terjadi setelah ACFTA diberlakukan.
kesejahteraan nasional.
Variabel dummy trade creation dan dummy
trade diversion digunakan untuk menangkap
dampak dari ACFTA pada arus impor Indonesia.
KESIMPULAN
dari biaya yang lebih rendah ke biaya yang lebih
Gambaran karakter ekonomi negara-negara tinggi di kawasan ACFTA.
ACFTA+3 secara umum pada tahun 2000-2018 Merujuk pada hasil estimasi ada beberapa hal
dibagi menjadi 3 kelompok negara berdasarkan yang disarankan untuk dilakukan. Nilai tukar riil
pertumbuhan ekonminya. Negara Cina dan merupakan salah satu variabel yang memengaruhi
Amerika dapat dikatakan sebagai negara-negara nilai impor Indonesia diharapkan dapat menjadi
kelompok pertama, dimana memiliki pertumbuhan indikator kebijakan pemerintah. Kestabilan nilai
ekonomi yang sebagai negara berkembang. tukar riil menjadi penting untuk mengontrol nilai
, dan Jepang. perdagangan. Seperti yang dilihat pada gambaran
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagai umum produk yang diimpor Indonesia masih
dampak negatif terhadap nilai impor Indonesia. didominasi oleh impor migas. Maka sebaiknya
Kebijakan ACFTA menyebabkan trade peningkatan impor yang dilakukan dalam kawasan
diversion pada arus impor Indonesia dari negara ACFTA harus lebih selektif diarahkan pada
non-anggota (Amerika, Jepang, dan Korea) ke barang-barang impor seperti bahan baku yang
negara-negara anggota dalam ACFTA. ACFTA dapat memiliki nilai tambah atau dapat berorientasi
menyebabkan nilai impor Indonesia dengan negara ekspor. Hal ini perlu dilakukan agar dapat
non-anggota sebesar 12.74 persen lebih rendah dari meningkatkan nilai tambah barang dan Indonesia
tingkat perdagangan yang saat ini. Secara dapat mengambil opsi perdagangan dalam global
keseluruhan Indonesia akan mengalami kerugian value chain.
karena adanya trade diversion tersebut, Trade diversion Indonesia di negara-negara
dikarenakan adanya pengurangan hambatan ACFTA+3 akibat ACFTA dapat mengurangi
perdagangan mendorong peningkatan arus impor kesejahteraan nasional maka pemerintah perlu
bernegosiasi dengan penurunan tarif negara mitra
dagang non-anggota kawasan untuk memberikan
harga penawaran yang lebih rendah atau mendekati
harga penawaran dari negara anggota kawasan
sehingga kesejahteraan nasional akan meningkat.
Pemerintah perlu melakukan negosiasi harga
dengan negara mitra dagang non anggota ACFTA
untuk mencegah trade diversion. Kemudian untuk
menahan arus impor akibat penurunan tarif
perlunya kebijakan lain di luar tarif seperti adanya
standarisasi produk yang masuk. Di sisi lain,
Indonesia juga perlu belajar menyesuaikan
produknya dengan standar pasar di negara-negara
ACFTA.
Pemanfaatan preferential treatment dalam kawasan
dijadikan pendorong Indonesia untuk
meningkatkan produksi barang untuk substitusi
impor dan meningkatkan daya saing produk dalam
negeri sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam
negeri dan meningkatkan kegiatan ekspor.
Indonesia juga diharapkan dapat memanfaatkan
kemudahan perdagangan dalam kawasan dengan
membuka akses pasar untuk produk-produk baru
agar tercipta trade creation dalam kawasan
ACFTA yang kemudian akan memberikan University College Dublin: The Economic
keuntungan yang lebih besar dalam peningkatan and Social Review, Vol . 30 No. 4.
kesejahteraan Indonesia. Oleh sebab itu, [Kementerian Perdagangan], 2015. Analisis
diperlukan pengoptimalan kesepakatan melalui Potensi dan Manfaat Rantai Nilai
kesepakatan bilateral. Kawasan Regional Comprehensive
Dari model yang digunakan dalam penelitian Economic Partnership
ini, dapat dikembangkan model lebih lanjut guna Bagi Indonesia.Jakarta
memperoleh hasil yang lebih baik, oleh karena itu Ritaningsih, T. 2014. Trade Creation dan Trade
saran peneliti lebih lanjut adalah, penambahan Diversion antara Indonesia dan negara-
jenis variabel dari proksi trade creation atau trade negara ASEAN-Korea [Tesis]. Bogor (ID):
diversion, melakukan spesifikasi produk sisi Institut Pertanian Bogor
komoditi, serta penambahan cakupan penelitian Roberts B. 2004. A Gravity Study of the Proposed
dengan memasukkan kawasan lain sebagai China-ASEAN Free Trade Area. The
pembanding dimana Indonesia menjadi negara International Trade Journal, 18 (4): 335-
anggota. Menggunakan metode lain, seperti Global 353.
Trade Analysis Project (GTAP) atau Computable Salvatore D. 1996. International Economics, Fifth
General Equilibrium (CGE), dalam melihat Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
dampak perekonomian secara menyeluruh. Sharma SC, Chua SY. 2000. ASEAN economic
integration and intra-regional trade.
DAFTAR PUSTAKA
Applied Economics Letter, 7(3) : 165-69.
Astiyah S, Hutabarat AR, Sianipar DV. 2005. Thornton J, Goglio A. 2002. Regional Bias and
Dampak Liberalisasi Perdagangan Intra-Regional Trade in Southeast Asia. Applied
terhadap Perilaku Pembentukan Harga Economics Letters, 9(4) : 205-208. [Trademap]
Produk Industri Melalui Structure Berbagai terbitan [Internet]. [diunduh Mei
Conduct Performance Model. Buletin 2019]. Tersedia pada:
Ekonomi Moneter dan Perbankan 7(4): https://www.trademap.org/
523-554. Yang S, Martinez-Zarzoso I. 2013. A Panel Data
Darsono, TA. 2015. Analisis Dampak ASEAN- Analysis of Trade Creation and Trade
Japan Comprehensive Economic Diversion Effects : The case of ASEAN-
Partnership (AJCEP) terhadap arus China Free Trade Area (FTA). Discussion
Perdagangan dan Konvergensi Paper for Economic Research. Germany :
Pertumbuhan Ekonomi [Tesis]. Bogor Faculty of Economic Sciences, University
(ID): Institut Pertanian Bogor of Goettingen.
Elliot RJR, Ikemoto K. 2004. AFTA and the Asian
Zidi A, Dhifallah SM. 2013. Trade Creation and
Crisis: Help or Hindrance to ASEAN Intra-
Trade Diversion between Tunisia and EU:
Regional Trade?. Asian Economic Journal
Analysis by Gravity Model. International
2004, 18(1): 1-23.
Journal Economics and Finance, 5(5):
Fitzsimons, Emla, Vincent H, Peter N. Explaining
131-147
the Volume of North-South Trade in
Ireland: A Gravity Model Approach.